Blog

  • Mimpi Buruk (Perampok)

    Mimpi Buruk (Perampok)

    Cerita Sex Mimpi Buruk (Perampok) – Rafasya adalah seorang gadis cantik yang sangat terkenal di kota Bandung, ia tercatat sebagai mahasiswi angkatan 95 di jurusan eonomi universitas parahyangan Bandung.

    Ia benar-benar cantik dan sexy, kulitnya yang putih mulus dan dandanannya yang selalu trendy dan gaul membuat semua lelaki terpana melihatnya. Belum lagi bajunya yang seringkali ketat menampakkan jelas bentuk tubuhnya yang semampai.

    Banyak sekali sebenarnya lelaki yang naksir kepadanya, hanya saja jarang yang berani maju mendekatinya. Maklum saja selain ia cantik, pintar ia tergolong mahasiswi jetset. Rafasya juga anak pemilik sebuah toko departemen store yang cukup terkenal di bilangan otista Bandung, sehingga tak aneh ia juga kaya raya.

    Bayangkan, kurang apa lagi Rafasya, cantik, pintar, kaya raya lagi. ck..ck..ck..ck.. Tapi Rafasya dengan kehidupan makmurnya itu, tidak pernah menyangka akan mengalami sesuatu kejadian yang akan menimpa dirinya. Begini ceritanya:

    Cerita Sex Mimpi Buruk (Perampok)
    Cerita Sex Mimpi Buruk (Perampok)

    Ngocoks Suatu hari, orang tua Rafasya pergi ke luar negeri, memang sesuatu yang tidak aneh untuk keluarganya bepergian keluar negeri. Sehingga saat itu, ia hanya sendirian di rumahnya yang besar. Ia hanya ditemani oleh 2 orang pembantunya.

    Ketiga saudaranya kebetulan juga sedang pergi. Hari telah malam, Rafasya pun bergegas mempersiapkan dirinya untuk pergi tidur, ia pun mencuci mukanya, dan mengenakan baju tidur terusan (daster) yang terbuat dari sutra berwarna merah muda.

    Rafasya sungguh terlihat sexy dengan pakain tidurnya itu. Tubuhnya terlihat indah dibalik kain sutra tipis itu, kedua payudaranya nampak menonjol jelas, karena ia sudah tidak menggunakan BH. Rambutnya yang panjang sebahu itu diikat dengan jepitan rambut seperti orang akan mandi sehingga leher belakang Rafasya yang putih terlihat jelas dan menggairahkan.

    Ketika Rafasya sudah masuk kamar dan bersiap akan tidur, ia mendengar bel berbunyi, tetapi ia tidak mempedulikannya

    “Hmm, siapa ya malam-malam? Ah mungkin si Dede pulang, biar saja pembantu yang membukakan..” pikir Rafasya dalam hati.

    Tidak lama kemudian Rafasya terkejut mendengar suara ribut-ribut di ruang tengah seperti ada orang yang sedang berkelahi. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar dari kamar untuk melihat apa yang terjadi.

    Alangkah kagetnya Rafasya saat ia membuka pintu kamarnya, ia melihat segerombolan lelaki tak dikenal sedang mengobrak-abrik ruangan tengah rumahnya sembari berteriak-teriak, mereka semua terlihat membawa samurai panjang yang terhunus.

    Melihat itu Rafasya mencoba masuk kembali kedalam kamarnya, tetapi terlambat seorang rampok segera menangkap Rafasya dan membekapnya dari belakang

    “Mau kemana Kamu!!Jangan macam-macam ya!!Nanti saya bunuh kamuu..!!”
    Bentak rampok itu. Rafasya mencoba meronta dan berteriak minta tolong

    “Toloong..tooloong..garoong..garoo..”
    PLAAKK!! Tiba-tiba belum selesai ia berteriak, sebuah tamparan keras mendarat dipipinya yang mulus.

    “DIAM KAMU!! Atau saya gorok leher kamuu!!”

    Mendengar itu Rafasya terdiam ketakutan. Rampok itu segera mengikat tangan Rafasya dengan seutas tali dan didudukannya Rafasya dilantai dekat kamarnya.

    Para rampok itu segera sibuk menjarah segala yang berharga di rumah tersebut, mereka masuk kedalam kamar orang tuanya dan menjarah Handphone, jam tangan, perhiasan, dan sejumlah uang. Setelah beberapa saat, seorang rampok berteriak,

    “Mana harta yang laen? koq Cuma segini, masak rumah sebesar ini duitnya Cuma secuil?? Hei Non, mana uang yang laen?”

    Nampaknya mereka tidak puas dengan hasil jarahannya.
    “..Tidak tahu pak..tidak ada uang lagi..Cuma segitu..” jawabnya.
    “Yang benar saja kamu!!bohong ya!!jawab yang benar, mana uang kamu!!”

    Bentak seorang rampok tidak puas akan jawaban natalina.
    “Benar paak..tidak ada..orang tua saya lagi pergi..cuman ada segitu..”

    Rampok itu menghampiri Rafasya dan berjongkok didekatnya.
    ” Jadi ga ada uang lagi?cuman ada segini?” Tanya rampok itu.
    Rafasya hanya mengangguk pelan.

    “Teman-teman, denger!katanya cuman ada segini uangnya..dikit banget..percuma nih kita cape-cape cuman dapat secuil..”

    Temannya menyahutinya dengan jawaban-jawaban kasar, penuh makian.
    “Tapi ngga’ papa, supaya ga rugi, gimana kalo kita ganti dengan anak gadisnya ini? Kayaknya boleh juga nih..”kata rampok tersebut sembari memandangi Rafasya yang ketakutan.

    Semua teman-temannya yang berjumlah 7 orang berteriak setuju. Mendengar itu, rampok tadi tersenyum dan berkata kepada natalina,

    ” Ya udah kalo gitu non, terpaksa non ganti rugi ke kita pake tubuh Non..”
    ujarnya sambil tersenyum dan membelai wajah Rafasya yang cantik. Dipandanginya sebentar Rafasya yang gemetaran ketakutan.

    ” Tapi kamu emang cantik..gua terangsang juga nih. Ngeliat body lu..”
    Rampok itu mulai menggerayangi dada Rafasya yang hanya dilapisi kain sutra halus tipis itu.

    Rafasya mencoba melawan dan meronta
    “Jangan pak..jangan..ampunn..jangan..aduuh..jangaan paak..ampuunn..jangan perkosa saya..ampuun..!!” tangis Rafasya.

    Mereka hanya tertawa mendengar tangisan Rafasya dan membuat mereka semakin bernafsu. Rampok yang tadi terus menggerayangi payudara Rafasya yang montok dan empuk itu dengan kedua tangannya.

    Dengan penuh nafsu, ia meremas-remas susu Rafasya selama 3 menit, lalu ia mencoba menyingkapkan bawahan daster Rafasya yang memang mini itu, sehingga terlihat paha mulus Rafasya

    Rampok itu mengelus perlahan paha indah tersebut. kemudian ia membopong Rafasya dan membawanya ke kamar Rafasya, lalu direbahkannya gadis malang itu di ranjang Rampok yang lain pun turut serta masuk ke kamar, nampaknya mereka akan berpesta pora dengan tubuh seorang gadis cantik.

    Seorang rampok yang berdiri di pinggir ranjang mulai membuka bajunya, terlihat tubuhnya yang berkulit hitam legam penuh dengan tato. Nampaknya ia adalah ketua gerombolan perampok ini. Kemudian ia perlahan naik ke atas ranjang dan merebahkan dirinya diatas tubuh Rafasya yang tergolek tidak berdaya.

    Rampok itu mulai memeluk dan menciumi wajah Rafasya Tercium olehnya wangi tubuh Rafasya yang segar dan sungguh membuat nafsu bergejolak. Rampok tersebut semakin cepat mencumbu Rafasya sembari tangannya terus menggerayangi dada dan selangkangan Rafasya.

    Tidak lama kemudian, rampok itu tidak sabar lagi, dirobeknya daster sutra itu. BREEKK.. ia sungguh-sungguh terpesona dengan pemandangan di depan matanya, Rafasya yang sudah tidak mengenakan BH, terlihat sepasang payudara indah milik seorang gadis keturunan yang cantik menjulang tinggi lengkap dengan pentilnya yang berwarna coklat muda.

    Rafasya hanya mengenakan CD G-string putih, sehingga sepertinya celana dalam itu hanya menutupi vaginanya dan pantatnya dibiarkan bebas terbuka, sungguh membuat semua rampok itu menelan air liur ingin mencoba tubuh Rafasya.

    Kembali rampok itu beraksi, kali ini kedua payudara itu yang dikerjain habis-habisan. Diremas-remas, dipijat-pijat, bahkan ia sampai mencubit kedua puting mungil itu. Rafasya hanya bisa pasrah menahan deritanya.

    Rampok itu melanjutkan aksinya dengan menciumi dan menjilat payudara Rafasya mulai dari lembah sampai ke puncaknya.

    Sampai di puncak, ia menghisap dan mengulum pentil itu dengan penuh semangat sampai terkadang saking gemasnya ia gigit pentil Rafasya. Rafasya hanya bisa melenguh dan mendesah menahan sakit dan nikmat tersebut .

    Puas dengan gunung kembar itu, rampok tersebut mulai berpindah sasaran kali ini ia segera melucuti celana dalam Rafasya. Ia pun kembali terpana melihat vagina Rafasya yang masih suci dan indah hanya ditutupi bulu-bulu halus, karena Rafasya tergolong apik ia sering mencukur bulunya agar terlihat rapi.

    Tidak tahan lagi rampok tersebut segera ‘menyerang’ vagina itu dengan lidahnya Dibentangkannya kaki Rafasya lebar-lebar, ia pun segera menukik menyerang selangkangan Rafasya yang sudah ‘wide open’ itu. Lidah tersebut bergerak lincah ke segala arah menjelajahi vagina Rafasya. Permainan itu berlangsung kira-kira 5 menit, lalu rampok itu maju ke babak berikutnya.

    Kali ini giliran Rafasya yang beraksi. Sang rampok menbuka celana dalamnya sendiri. Terlihat batang penisnya yang hitam sudah benar-benar berdiri menunggu giliran, dikocok-kocoknya sebentar batang itu.

    Lalu diarahkannya ke wajah Rafasya. Digesek-gesekkannya batang penis itu di wajah cantik Rafasya. Rafasya tidak bisa menolak, ia hanya pasrah membiarkan batang itu bergesekan dengan wajahnya. Setelah itu sang rampok memaksa Rafasya untuk membuka mulutnya.

    ” HEH! Buka mulutlu!ayo isap!!AYOO!!”
    Rafasya dengan perlahan membuka mulutnya, segera saja rudal rampok itu masuk kedalam mulutnya dan bergerak maju mundur di dalam mulut Rafasya.

    “Hei ayo goyangin lidah lu, jilat dan isap penis gua!”
    Mendengar itu Rafasya mematuhinya, ia mulai menjilat batang penis itu dengan perlahan. Rampok itu semakin cepat menggoyangkan pinggulnya di hadapan wajah Rafasya, setelah puas, ia langsung mencoba menyerang bibir Rafasya yang satu lagi yang berada di selangkangan.

    Diarahkannya rudal itu ke lobang kenikmatan. Agak sedikit susah karena lubang tersebut masih virgin, Tetapi akhirnya berhasil diterobos juga, penis hitam dan besar itu akhirnya berhasil keluar masuk di vagina Rafasya.

    Pertama-tama gerakannya perlahan tetapi lama kelamaan semakin cepat dan brutal, ia tidak mempunyai rasa kasihan kepada Rafasya yang berteriak kesakitan karena dimasuki oleh penis yang begitu besar.

    ” Ah..Ah..ah..euh..eanaak..ayo neng..teruss..enaak..Wuuh..!” gumam sang rampok sembari memompa vagina Rafasya.

    Sementara kedua tangan rampok bersandar di payudara Rafasya. Sembari sesekali dipilin-pilinnya pentil Rafasya seperti sedang mencari gelombang radio saja. Sungguh pemandangan yang mengundang hawa nafsu, seorang gadis cantik berkulit putih bersih dan telanjang bulat berada di posisi bawah ditindih seorang preman yang bertato.

    Mendapat perlakuan itu Rafasya hanya bisa menggeliat menahan geli dan rangsangan yang begitu hebat.Tetapi ia mencoba bertahan untuk tidak orgasme, walau dipompa sedemikian rupa oleh penis sang rampok.

    20 menit kemudian, sang rampok tidak tahan lagi, akhirnya ia memuntahkan air maninya didalam vagina Rafasya.
    “Euuh..euuhh..sstt..aah..gua ngecrot .aah..enaak..”

    Gumam sang rampok sembari penisnya memuntahkan lahar putihnya itu. Tubuh sang rampok terlihat berkelejotan saat berejakulasi..

    Nampak benar-benar nikmat sekali orgasme sang rampok Rampok itu masih terdiam di atas tubuh Rafasya dan membiarkan penisnya tetap berada di dalam vagina Rafasya untuk beberapa saat, Ia membiarkan sisa-sisa spermanya untuk keluar sampai tetes sperma terakhir.

    Lalu ia mulai menarik keluar penisnya dari vagina Rafasya, tampak penisnya yang sudah mengecil itu masih basah karena semprotan air maninya sendiri dan cairan vagina Rafasya.

    Lalu ia memberikan kesempatan kepada teman-temannya yang lain. Rekan rampok yang lain bergerak maju, kali ini ia menyerang Rafasya dari belakang. Diserangnya anus Rafasya dengan gencar. Posisi Rafasya sekarang seperti anjing yang sedang kawin..

    Rampok itu dengan kasar memasukkan penisnya ke lubang anus Rafasya. Rafasya hanya bisa mengerang kesakitan. Tubuhnya bergerak-gerak akibat hentakan sang rampok sampai-sampai payudaranya pun terbanting-banting akibat goyangan sang rampok..

    Rampok tersebut memegangi kedua belah pantat Rafasya agar tetap terarah sesekali ia tampar pantat Rafasya seperti layaknya memecut pantat kuda. Goyangan sang rampok semakin cepat, lalu tangan kirinya menjambak rambut Rafasya ke arah belakang.

    Lalu ditariknya tubuh Rafasya sampai punggung Rafasya telah menempel di dada sang rampok. Sang rampok segera menggerayangi payudara Rafasya dari belakang sambil ia menciumi leher Rafasya yang sexy. Kumis sang rampok yang tebal mencucuki leher Rafasya, sehingga ia merasa geli.

    Rafasya hanya bisa memejamkan mata menahan derita itu sambil sesekali merintih, dan mendesah sehingga desahannya semakin merangsang semua rampok yang ada dikamar tersebut.

    “Euuh..aahh..periih..aduuhh..ampuunn..paak..”rintih Rafasya.
    “AaaAhh..dikit lagi neengg..ayoo..sstt.aahh..Oohh..”

    Teriak sang rampok sembari goyangannya dipercepat, rupanya ia akan segera klimaks, tak lama kemudian ia akhirnya menyemburkan air maninya didalam lubang anus Rafasya. Air maninya sangat banyak sampai menetes keluar menyelusuri anus dan paha Rafasya.

    Rampok itu tersenyum puas akhirnya ia bisa merasakan tubuh seorang gadis cantik yang sangat sexy bahkan anusnya lah yang pertama kali menembusnya.

    Setelah itu kembali giliran rampok yang lain, kali ini ia memaksa Rafasya untuk berlutut dan melayani penisnya dengan mulutnya. Penis rampok yang berikut ini sungguh besar dan sudah berdiri tegang. Rafasya tak ada pilihan lain untuk melayani kemauan rampok itu. Dengan ganas rampok itu menggoyang-goyangkan penisnya dimulut Rafasya.

    “Ayoo.sedoott.. yang kencaang.. ayoo!!”

    Bentaknya sembari memegangi kepala Rafasya dan mengarahkannya maju mundur. Hentakannya sangat cepat sampai-sampai buah zakarnya memukul-mukul dagu Rafasya.

    Tak sampai 10 menit ia pun tidak tahan lagi, sentuhan lidah dan bibir Rafasya membuat penisnya mabuk berat. Ia pun segera memuntahkan air maninya yang banyak di dalam mulut Rafasya,

    “Aaahh..enaak..aahh..aahh..Ouhh..Oouhh..sstt..”
    Erangnya sambil menahan kepala natalina agar tidak lepas saat ia berejakulasi dan seluruh air maninya tumpah ruah di dalam mulut Rafasya.

    Rafasya terpaksa menelain air mani itu sampai habis. Setelah itu para rampok yang lain tidak sabar lagi, mereka maju bersamaan rupanya Rafasya akan diperkosa rame-rame.

    Seorang mengambil posisi untuk menyerang dari belakang, tubuh natalina ditaruh diatasnya dengan posisi memunggungi rampok tersebut.

    Lalu yang lain menyerang vagina Rafasya, sementara seorang mengambil posisi di dada Rafasya, ia meletakkan penisnya dan bergerak maju mundur diantara payudara Rafasya yang didempetkan sehingga menjepit penisnya, seorang lagi mengangkangi kepala Rafasya dan memasukkan rudalnya ke mulut Rafasya, sementara seorang rampok yang lain mengambil tangan kanan Rafasya dan membuatnya mengocok penis nya.

    Rasanya sungguh nikmat dikocok oleh tangan mungil Rafasya. Mereka terus mengerjai Rafasya dengan mantap di posisinya masing-masing mereka terus bergiliran berotasi mencicipi anus, vagina, payudara, mulut dan tangan Rafasya.

    Beberapa saat kemudian Rafasya tidak tahan lagi, ia pun akhirnya hancur juga pertahanannya, akhirnya Rafasya ejakulasi dengan deras, cairan natalina keluar sangat banyak karena ia sedari tadi menahan rangsangan yang ia terima.

    Peristiwa itu disambut para perampok dengan teriakan-teriakan tertawa membahana, bahkan tanpa rasa jijik seorang dari mereka menjilat cairan vagina Rafasya.

    “Sluurrpp..sluurrpp..hmm..nikmaat..rasanya air mani pertama gadis perawan..hahaha..”
    Rafasya dikeroyok selama 1/2 jam tidak lama kemudian satu persatu nyaris bersamaan para perampok itu orgasme di tempat proyeknya masing-masing. Tubuh Rafasya yang sexy itu sudah penuh oleh sperma.

    Para perampok tertawa puas, Rafasya berpikir mimpi buruknya telah berakhir, ternyata ia salah, 3 orang rampok yang pertama rupanya belum puas, mereka merangsek maju lagi dan memperkosa Rafasya untu kedua kalinya.

    Bahkan salah seorang dari mereka mengambil obeng yang mereka pakai untuk membuka pintu dan memasukkan gagang obeng besar itu ke vagina Rafasya. Dikocok-kocoknya vagina Rafasya dengan gagang obeng itu, Rafasya menggeliat kesakitan dan kenikmatan. Ia memang merasakan perih di lubangnya tapi juga merasakan kenikmatan tiada tara.

    Rafasya menggeliat dan membanting tubuhnya ke kiri dan kekanan membuat rampok itu semakin cepat mengocok vagina Rafasya dengan obeng.

    Cerita Sex Hikmah Dibalik Musibah

    Akhirnya Rafasya kembali ejakulasi untuk kedua kalinya. Sang rampok begitu senang melihat cairan mengalir deras dari vagina Rafasya, lalu kembali ia menggarap tubuh Rafasya sampai puas. Kedua rekan yang lain dengan sabar menanti giliran.

    Akhirnya Rafasya digilir oleh masing-masing rampok itu 2x. Setelah puas menggarap Rafasya, para rampok itu segera beranjak pergi sambil membawa barang jarahannya meninggalkan Rafasya yang masih bugil terkulai lemas di ranjangnya yang penuh dengan bercak sperma dan darahnya.

    Dia hanya bisa menangis sesegukan meratapi nasibnya.. Oh..mimpi buruk apa aku..isaknya..Kasihan sekali Rafasya.. What a nightmare on otista street..

  • The Wild Wolves

    The Wild Wolves

    Warning!!! Khusus Dewasa 21++

    Cerita ini hanya fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahakan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.

    Novel The Wild Wolves – Hujan badai yang sangat deras sudah 10 menit berselang. Dari balik jendela, Frans menatap motor-motor yang menepi ke pinggiran-pinggiran rumah di gang sempit.

    “Di mana dia?”, tanyanya dalam benaknya.

    Frans bersender dengan nyaman di tralis jendela apartemennya. Bir yang dingin, ia teguk sedikit sembari memberikan sensasi yang menenangkan sekedar untuk melupakan kekhawatirannya. Frans menoleh, melihat ke ruang utama apartemennya di mana keempat temannya sedang asyik bersenda-gurau.

    Ardan, di tengah gelak tawanya, tetap dengan mahirnya memainkan tombol joystick di genggamannya. Dari satu kombinasi ke kombinasi tombol yang lain ia mainkan dengan sangat mahir membentuk suatu kombo yang membuat lawannya berkutik tak berdaya.

    Novel The Wild Wolves
    Novel Dewasa The Wild Wolves

    Ngocoks Danu, sang lawan, walaupun masih memainkan tombol di joysticknya, sudah terlihat tak begitu tertarik dengan apa yang karakternya lakukan dan lebih banyak tertawa melihat sang jagoan menjadi bulan-bulanan Ardan. Bagas dan Elang pun ikut menertawakan Danu yang kalah telak dibantai oleh Ardan.

    “Ah, gimana sih lu Nu? Bisa main kagak?!”, ledek Elang.

    “Iya nih, makanya lu kalo main, pilih karakternya yang gampang-gampang aja. Milihnya cewek seksi sih lu, mikirnya pake titit.”, tambah Bagas.

    Lili, karakter yang dipilih oleh Danu, memang terlihat sangat seksi. Costume default dari Lili memang sudah seksi dengan model school girl Jepang berwarna putih. Balutan ornamen renda-renda menambah kesan dress Eropa , di mana gadis petarung ini berasal.

    Namun, kostum yang sekarang Lili gunakan berbeda, di mana seragam school girlnya semakin mini dan ketat. Kemeja sekolahnya dimodelkan sebagai korset pink dengan bagian dadanya membentuk 2 cup berwarna putih yang hanya menutup setengah bawah bagian dari payudaranya yang montok.

    Rok pendeknya semakin pendek, hanya sebatas pantatnya saja, dibalut dengan pink yang sama dengan korset yang ia kenakan. Kakinya terlihat jenjang dan sangat indah. Keputihan dan kemontokan pahanya, ditambah dengan kesemokan pantatnya, membuat Danu tidak fokus bermain untuk mengalahkan Ardan.

    Ia memang lebih sibuk membuat gerakan tendangan tinggi yang sebenarnya tidak efektif untuk melawan Ardan, namun lebih menunjukkan kemolekan kaki Lili yang sepenuhnya karena rok pendeknya terangkat lebih tinggi.

    Ardan, menyadari hal itu dan dengan sigap menyesuaikan alur mainnya dengan memberikan serangan-serangan bawah yang lebih efektif untuk mengurangi darah Lili. Apalagi serangan rendah adalah spesialisasi karakter yang Ardan pilih.

    Karakter yang Ardan gunakan tidaklah kalah seksi. Christie Monteiro namanya, si capoera cantik dari Brazil. Christie memiliki perawakan khas gadis Brazil yang terkenal dengan kemolekan tubuhnya. Ia memiliki lekuk tubuh yang sangat indah dan payudara dan pantat yang besar yang membuat semua wanita pasti iri melihatnya.

    Kulit gelap eksotisnya pun tak kalah beradu dengan keputihan dan kebersihan kulit khas Eropa milik Lili. Christie hanya dibalut dengan atasan sport bra silang membentuk huruf X yang hanya menutup bagian tengah dari payudaranya, sedangkan bagian bawah dan atasnya terlihat bulat tidak tertutup.

    Jika ini adalah suatu pertarungan di dunia nyata, sudah pasti bra Christie akan terlepas dan menunjukkan puting payudaranya yang terlihat gelap namun pastinya manis. Sayangnya ini hanyalah sebuah permainan video game.

    Dengan teknik Capoeranya, sebenarnya Christie adalah karakter yang sangat susah dimainkan, namun karena Ardan memang pemain yang sudah jago, sangat mudah bagi Ardan untuk memenangkan pertarungan ini.

    “Dari tadi kerjaannya angkat kaki nunjukkin paha ama pantat doang, mana menang lawan gw.”, timpal Ardan.

    “Lah elu daritadi mukulin memek karakter gw terus”, bela Danu yang sudah mulai kehabisan kata.

    “Ya iyalah lu ngangkang mulu sih. Gw kalo liat cewek pake baju seksi nan montok kayak begitu ngangkang, bawaannya pengen jebolin memek terus, cok. Apalagi pake titit gw hahahaha. “, canda Ardan.

    Keempat orang yang lain pun tertawa terbahak-bahak, termasuk Frans. Frans pun lalu menimpali, “Alah lu Dan, cewek di video game aja ga bisa urus, apalagi cewek beneran. Pantes lu jomblo.”

    Makin riuh lah tawa dari kelima pemuda itu. Danu pun hanya santai tertawa mendapati dirinya menjadi bahan tawaan. Tawa dan bir menemani hangout mereka malam itu.

    “Ada apaan nih seru amat gw denger dari luar? Nimbrung dong”, ujar Ray yang kembali memasuki ruangan apartemen.

    Frans yang sesaat terlupa akan hujan badai di luar karena canda tawa dengan temannya, kembali melihat keluar. Pikiraannya kembali ke wanita itu, Naomi. Naomi adalah pacar dari Ray, namun Frans diam-diam memiliki perasaan kepadanya.

    Frans sendiri sebenarnya sudah memiliki seorang pacar, Nadila. Namun itu tidak menghentikannya untuk menyimpan rasa dan berfantasi tentang Naomi. Entah apa yang sebenarnya ia rasakan: apakah itu cinta atau apakah itu hanya nafsu belaka, tapi perasaan Frans untuk Naomi sungguhlah kuat.

    Bahkan pernah saat ia bercinta dengan Nadila, ia berfantasi bahwa yang bermain dengannya saat itu bukanlah Nadila, melainkan Naomi. Frans merasakan suatu hawa nafsu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya ketika ia membayangkan Naomi, ia bermain lebih beringas daripada biasanya.

    Ia ciumi Nadila dengan penuh gairah. Penisnya yang sudah berdiri tegak, menyodok keluar masuk liang vagina Nadila dengan sangat cepat, membuat Nadila awalnya merintih kesakitan namun berangsur menikmati permainan dari Frans.

    Nadila terlihat sangat menikmatinya terdengar dari erangan dan desahan keras Nadila malam itu.Nafas Nadila menjadi tidak karuan. Nadila membalas ciuman Frans dengan sama liarnya, tanpa tahu bahwa bukan ialah yang ada di benak Frans malam itu.

    Frans memejamkan matanya menggerayangi tubuh Naomi yang ada dibenaknya. Frans memeluknya dengan erat saat ia sudah merasakan gejolak di penisnya yang terasa semakin keras dan sedikit terhentak, menandakan ia akan mengeluarkan air maninya.

    Nadila pun merasakan pelukan erat Frans dan ikut memeluk Frans dengan erat. membayangkan Frans orgasme saat mencumbui tubuhnya membuat Nadila merasakan getaran di seluruh tubuhnya seperti suatu gelombang yang sudah tak tahan ingin ia lepaskan. Nadila tak tahu jika yang Frans peluk saat itu bukanlah dia, namun bayang-bayang Naomi.

    Nadila mencapai orgasme terlebih dahulu, ia peluk erat Frans semakin erat, kedua kakinya semakin erat dia himpitkan ke badan Frans yang sedang mempenetrasinya. Gelombang di dalam diri Nadila sudah tak bisa ditahan lagi.

    Dengan tiap gerakan penis Frans memasuki liang vaginanya, setiap itu pula gelombang itu terlepas dari tubuhnya. Setiap hempasan gelombang tersebut memberikan sensasi ekstatik ke tubuh Nadila membuat Nadila mengerang tidak karuan mengekspresikan kenikmatan yang kini ia rasakan.

    Frans merasakan hangatnya liang vagina yang menghimpit penisnya. Dalam benaknya, yang ia bayangkan adalah orgasme dari Naomi. Ia merasakan hangatnya liang vagina Naomi dan begitu beruntungnya ketika penisnya lah yang ada di dalam vagina itu.

    Frans semakin mendekati orgasmenya. Ia ingin sekali menteriakkan nama Naomi namun ia pun masih tersadar bahwa bukan lah Naomi yang sedang ia gagahi. Ia cium Nadila seakan ia mencium Naomi supaya mulutnya terjaga tetap diam.

    Penisnya bergejolak hebat di antara kedua liang vagina yang menghimpitnya, gejolak yang mendorong cairan kenikmatan yang hangatnya menambah kehangatan dinding vagina yang dimasukinya. Di dalam hatinya, Frans meneriakkan nama Naomi.

    Jika bukan karena bibir Nadila yang manahan bibirnya, mungkin Frans sudah meneriakkan namanya keras-keras seperti saat ia masturbasi ke foto-foto seksi Naomi di Instagram.

    “Naomi! Naomi! Naomi!”

    “Frans! Frans! Woy Frans! Bengong aja lu!”, sahut Ray membuat Frans kaget.

    “Bengong aja, kesambet lu nanti. Repot nih kalo hujan-hujan tuan rumah kesambet hahaha.”, gurau Ray.

    “Hahaha, sorry Ray. Liatin hujan di luar. Si Naomi gimana? Hujan badai begini. Katanya dia mau nyusul lu ke sini?”, ujar Frans.

    “Iya, dia otw kok. Tadi baru turun MRT dan udah naik ojek ke sini.”, Ujar Ray.

    “Hah, hujan badai gini naik ojek? Basah kuyup lah”, balas Frans.

    “Mau gimana lagi? Daripada kelamaan nunggu malem-malem sendirian di luar stasiun terus digodain mas-mas. Dia mau terobos aja. Yah mobil gw juga baru kelar dikerjain temen lu kan malem banget nanti. Masih lama banget ya?”, Ungkap Ray sambil membuka sekaleng bir dingin yang langsung ia teguk.

    “Yah, iya soalnya emang kemarin nungguin onderdilnya dulu sampe di bengkelnya. Gw juga gak tau kalau lo butuh mobilnya besok.”, kata Frans.

    “Iya mendadak banget besok gw harus anterin si Naomi ke Bandung. Dia mendadak harus perform soalnya.”, jawab Ray. “Yaudah deh, gw udah berterima kasih banget ama temen lu bro mau kerjain cepet kayak gini. Kalo ga dibenerin tuh karborator, udah pasti ga bisa jalan mobil gw, apalagi buat ke luar kota.”, ujar Ray.

    “Santai, temen gw mah cincai bro. Btw, lo ga tawarin jemput aja si Naomi? Kan kita pada ada motor di sini? Lo jemput kek basah-basahan juga hahaha. Parah lu biarin cewek lu kayak gitu.”, canda Frans yang sedikit gusar juga di dalam hatinya.

    Bagaimana mungkin laki-laki seberuntung Ray sebegitu cueknya kepada Naomi untuk berbasahan sendirian menerjang hujan badai menaiki ojek. Jika Naomi adalah pacarnya, dia pasti sudah akan menyusul Naomi di stasiun MRT.

    “Gw udah tawarin bro, Naominya yang ga mau. Padahal gw juga udah mau minjem motor salah satu dari lu terus nyusul ke stasiun.”, jelas Ray.

    “Oh, yaudah, kalo dia butuh mandi di sini, boleh aja. Gw ada beberapa handuk bersih sama Naomi bisa minjem bajunya Nadila juga. Nadila pasti ngerti lah. Lagian kan Naomi deket juga sama Nadila.”, usul Frans.

    “Waduuuuh, udah nyaman banget kayaknya Nadila di sini. Udah pindah bareng bro? Biar bisa ngewe tiap malem ya? Hahahaha”, ledek Danu.

    “Ya iyalah, emang elu mblo? Gw mah pulang ada yang ngangetin titit gw. Daripada lo, pake tangan sendiri terus”, balas Frans meledek.

    Frans dan kawan-kawan memang sudah sangat akrab dan terbuka satu sama lain. Persahabatan mereka dimulai sedari SMP, hingga saat ini pun, ketika mereka menginjak bangku perkuliahan, mereka masih sangat dekat satu sama lain.

    Sudah hal yang lumrah dan bukan rahasia lagi jika keenam pemuda ini tahu perempuan mana saja yang masing-masing dari mereka sudah pernah gagahi. Mereka pun tidak canggung sama sekali bertukar candaan-candaan yang berbau mesum dan nakal walaupun dengan menjadikan kekasih mereka sendiri sebagai objeknya.

    “Hahahahaha parah lu, overkill damage! Kasian amat lu Dan Dan, udah main game kalah, dibully lagi lo ama temen lo sendiri.”, timpal Ardan yang sudah telak memenangi game melawan Danu.

    “Bodo amat, gw coli juga pake foto cewek-cewek lo pada. Kemarin gw coli pake fotonya Nadila yang baru di IG pake tanktop item sama kemeja tipis. Enak banget cok. Gw kalo jadi lo, Frans, gw bakal minta quickie deh di kampus.

    Gampang tuh kayaknya kalo mau quickie. Tinggal lepas kemeja sama angkat tanktop sama bra, turunin celana, kenyot toket sama genjot.”, ledek Danu.

    “Anjing lu mblo, congor lu ama moral udah ancur hahaha.”, Frans dengan santai menanggapi candaan sahabatnya itu.

    Ia tau baju mana yang Danu maksud. Memang Nadila terlihat sangat seksi mengenakan setelan tersebut. Memang favorit Nadila untuk mengenakan tanktop ketat ditutupi kemeja yang ia biarkan terbuka seperti jaket.

    Alhasil, bentuk payudara Nadila yang bulat, besar dan kenyal pun terlihat sangat jelas, membuat semua pria yang melihatnya bernafsu ingin menggerayanginya.

    Frans pun sebenarnya pernah meminta quickie dengan Nadila di kampus saat ia mengenakan baju tersebut, dan benar kata Danu, baju tersebut termasuk praktis untuk digunakan saat quickie.

    Di ruangan yang sepi di pojok kampus yang jarang dilewati orang, Nadila dan Frans yang sudah sangat nafsu melihat tubuh Nadila yang montok dibalik tanktop seksinya tersebut, melakukan aksinya di jeda antara kelas.

    “Wah kalah lu ama Frans, Ray. Masa dia lebih perhatian sama cewek lu? Ati-ati ketikung. Cewek lu seksi bohay begitu, kalah perhatian dikit, bisa-bisa melipir tuh sama yang lebih perhatian.”, canda Elang.

    Frans dalam hati hanya bisa memendam bahwa memang dia memiliki perhatian yang lebih ke Naomi karena perasaan dalam dirinya. Dalam dirinya dia bertanya, apakah aku suatu hari akan menikung sahabatku sendiri? Pertanyaan yang membuat dirinya berkecamuk.

    Nada dering di handphone Ray membuyarkan suasana. Di layar handphone Ray terpampang nama “Sayang”, sebutan dari Ray untuk Naomi dan disimpan sebagai nama kontaknya.

    “Eh gw angkat dulu ya, si Naomi nih. Kayaknya dia udah di bawah.”, izin Ray.

    “Sekalian lu bawa kartu akses juga bro, nih.”, usul Frans yang disanggupi Ray dengan mengambil kartu akses apartemen yang sudah disodorkan tangan Frans.

    10 menit berselang, pintu dibuka oleh Ray yang memasuki ruangan apartemen disusul oleh Naomi yang sudah basah kuyup akibat menerjang badai di luar.

    Semua lelaki di ruangan tersebut langsung terperangah melihat Naomi. Bagaimana tidak, Naomi basah kuyup sampai-sampai kaos putih yang dikenakannya menceplak di tubuhnya. Dan, karena kaosnya putih, tentunya jika basah akan menjadi sedikit transparan menunjukkan warna yang seharusnya tertutupi oleh kaos tersebut.

    Kaos yang Naomi kenakan memang tidak terlalu ketat, namun masih cukup minim sehingga ketika basah, sulit untuk Naomi menarik kaos tersebut agar tidak menunjukkan warna dan lekuk tubuhnya.

    Lengan kaosnya hanya sependek ketiaknya sehingga menunjukkan sepanjang lengannya yang putih bersih dan juga ketiaknya yang mulus tanpa ada noda bekas cukur.

    Naomi menggenakan celana olahraga pendek setengah paha yang merupakan pilihan baju yang cukup berani untuk seorang wanita yang menaiki MRT dan ojek sendirian di malam hari. Dari balik kaosnya, keenam pemuda tersebut dapat melihat warna perut Naomi yang seputih lengan dan mukanya.

    Terlihat pula pusarnya yang terceplak akibat basahnya kaos yang ia kenakan. Yang paling mencengangkan adalah branya yang terlihat menyembul dari ceplakan kaos. Bra berwarna merah darah yang sangat seksi terlihat jelas seperti tidak ada kaos yang menghalanginya.

    Frans dan kawan-kawan dapat melihat begitu rendahnya batas bra yang menutupi payudara Naomi. Pasti tidak terlalu jauh di bawah garis tersebut terdapat puting payudara Naomi yang indah.

    Kelima sahabat Ray terbengong-bengong memandangi tubuh indah Naomi di depannya. Alangkah beruntungnya mereka dapat melihat Naomi dalam kondisi seperti ini. Ray, yang menyadari hal ini langsung memecah kesunyian.

    “Frans, Naomi bisa pake kamar mandi lo buat mandi? Basah kuyup nih dia kehujanan.”, kata Ray memecahkan kesunyian.

    “Eh, hmm, iya Ray. Naomi, lo mandi aja. Lo nanti juga bisa pake bajunya Nadila. Dia ada beberapa baju kok di sini. Gw juga ada handuk bersih.”, saut Frans sedikit gugup, belum siap menanggapi Ray yang tiba-tiba mengajaknya bicara selagi menikmati pemandangan body seksi Naomi. Ia harap penisnya tidak terlalu ereksi sampai-sampai terlihat dari balik celananya.

    “Wah bener Frans? Ngerepotin ga? Nadila ga apa-apa bajunya gw pake?”, tanya Naomi yang sedikit tidak enak atas tawaran baik Frans.

    “Ga apa-apalah. Nadila juga paling ngerti. Lo juga kok bisa sih sampe basah kuyup gini? Lo ga ada jaket atau jas hujan apa? Lo naik ojol tadi? Si Bapak ga sediain?”, tanya Frans.

    “Ga nih, tadi gw kelupaan ga bawa jaket. Sialnya malah hujan. Tadi si bapak ojolnya ga bawa extra. Nawarin gw sih buat pake jas hujan yang lagi dia pake, tapi gw tolak, soalnya kasian si bapak kalo harus lanjut narik tapi bajunya basah. Kalo gw kan langsung masuk ke dalem.”, jawab Naomi.

    Frans dan kawan-kawan pun kagum atas jawaban Naomi yang menunjukkan sifat kepeduliannya walaupun di saat dia masih kesusahan. Di satu sisi, mereka pun bersyukur, jika bukan karena itu, tidak mungkin mereka bisa melihat Naomi dengan keadaan seperti ini.

    Ray pun langsung menuntun Naomi ke kamar mandi lalu kembali ke ruangan tengah bersama teman-temannya. Tanpa basa-basi Danu langsung nyeletuk, “Cok, seksi tenan betina mu. Koe langsung ngewe ama dia malem nanti, yakin aku.”

    “Halah, otak mu ngeres mulu Nu, tapi kok ya cuman kamu yang belum pernah ngerasain badan cewek.”, balas Ray.

    “Anjir, tapi bener sih bro. Seksi bener lah. Ngiri gw ama lu.”, ujar Ardan yang sebenarnya sudah memiliki banyak pengalaman meniduri perempuan yang berbeda-beda.

    “Manteb bener, lo ga apa-apa kan kita puji-puji Naomi kayak gini? Jujur sih seksi banget gw liat Naomi keliatan behanya gitu.”, ungkap Elang.

    “Si Naomi seksinya kayak begitu, tapi adeknya juga kagak kalah loh, si Sinka. Lo bayangin deh si Naomi basah-basahan keliatan beha kayak tadi terus ada adeknya juga kayak begitu. Ga kuat broooo.”, tambah Danu.

    “Gw sangkain lo bakal ikut mandi sama doi. Kok lo langsung balik sini sih? kalo gw sih udah crot . Kagak kuat!”, ledek Bagas.

    “Baru kali ini keliatan bener lekuk body seksinya dia. Beda lah sama di ig walaupun pernah keliatan pake bikini juga, kalo liat langsung tuh ga ada tandingannya”, puji Frans menimpali yang lain dalam mengagumi Naomi.

    Di saat Naomi mandi, mereka berenam pun lanjut menikmati bir yang mereka minum sambil mengucapkan kalimat-kalimat dan candaan-candaan seksual yang mengobjekkan Naomi. Mereka semua terlihat sangat horny setelah melihat kesemokan Naomi yang basah kuyup sehabis kehujanan.

    Ray menyadari hal ini tapi karena dia sudah mengerti sahabat-sahabatnya, ia pun dengan santai menanggapi. Namanya juga lelaki, pasti ada saja nafsu yang tidak bisa dibendung. Terkadang dia pasti memiliki fikiran yang kotor juga mengenai perempuan lain, termasuk pacar-pacar dari keempat sahabatnya yang lain.

    Nafsu mereka ditambah dengan pengaruh alkohol yang mereka minum membuat obrolan mereka pun berlanjut lebih vulgar.

    “Gila men, gw bayangin cewek lu rasanya pengen gw langsung tidurin basah-basah gitu di atas sofa ini, terus gw robek bajunya dan langsung gw entot.” ,Ujar Bagas menunjukkan fantasi liarnya tanpa memikirkan perasaan Ray.

    “Kalo gw jadi lu ya, gw langsung masuk tuh sekarang juga ke kamar mandi. Langsung gw garap si Naomi”, ujar Ardan kembali .

    “Pas lu lagi entot di sofa, gw langsung buka celana terus sodorin titit gw buat diemut dia sih”, sambung Elang ke ucapan Bagas sebelumnya.

    “wah gabung dong, masa berdua aja lu nikmatinnya.”, Danu ikut menimpali.

    “Lubang cuman dua goblok, lu ngantri. Bener-bener buta cewek lu ya”, Ucap Ardan yang masih belum puas meledeki Danu.

    “Lobang pantat lah hahaha, gimana sih? Kan muat tuh bertiga.”, Balas Danu tidak mau kalah.

    “Anjir lah hahaha. Udah nafsu banget lu ya pada ampe Naomi digangbang semua lubang kayak begitu. Main lobang pantat juga lagi. Ini cowoknya lagi diem-diem aja.”, “Sambung Elang yang sedikit memerhatikan apakah Ray masih ok dengan candaan teman-temannya.

    “Si Ray mah nonton aja, kan dia udah sering”, ledek Danu.

    “Anjir udah ngegangbang cewek orang, pacarnya suruh nonton doang lagi. Parah lu.”, balas Bagas.

    “Sorry bro, emang kagak diayak kalo ngomong si Danu”, lanjut Elang.

    “Hahaha santai, gw kan udah kenal lu semua dari lama. Gw tau kali gimana kalian bercanda.”, Timpal Ray menenangkan. “gw juga bangga punya cewek seksi yang bikin cowok-cowok kayak kalian ngiri dan tergila-gila.”, lanjut Ray.

    Frans mulai mendapatkan ide di otaknya. Dia pun menanyakan kepada Ray, “Lu emang gimana kalo misalnya liat si Naomi digangbang di depan lo?”

    “Hahaha gila sih kalo kejadian. Walaupun kalo emang kejadian nih, gw sih santai aja. Dia mau ngentot ama banyak cowok, gw juga bisa ngentot ama banyak cewek. Gw mah gak akan tumbang gara-gara satu cewek. Gw masih bisa dapetin banyak yang lain.”, ujar Ray dengan gengsinya ingin menunjukkan kejantanannya. Ray kembali menegak birnya sampai habis.

    Sambil membuka kaleng berikutnya, Ray melanjutkan, “Apalagi kalau gw pergokin, gw pake juga lah rame-rame. Masa gw nonton doang. Habis itu gw tinggalin aja cari cewek yang lain.”

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7
  • Freya Jayawardana JKT48

    Freya Jayawardana JKT48

    Kisah ini hanya fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahakan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.

    Warning!!!

    • INI ADALAH CERITA FIKSI MENGENAI TOKOH FIKSI
    • KESAMAAN NAMA, TEMPAT DAN WAKTU ADALAH KEBETULAN
    • SEPENUHNYA MERUPAKAN IMAJINASI PENULIS TANPA DENGAN SENGAJA MENYAMAKAN DENGAN KEHIDUPAN TOKOH YANG SEBENARNYA DAN TIDAK MENCERMINKAN PERILAKU PADA TOKOH YANG SEBENARNYA
    • SEMUA TOKOH ADALAH TOKOH FIKSI. KESAMAAN DENGAN TOKOH ASLI ADALAH KEBETULAN BELAKA
      MENGANDUNG MATERI DEWASA YANG TIDAK COCOK UNTUK SEMUA KALANGAN.
    • LANJUT MEMBACA BERARTI MELEPASKAN PENULIS DARI SEMUA TANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG DITIMBULKAN KEMUDIAN.
    • HANYA UNTUK PEMBACA YANG BISA MEMBEDAKAN BEDA DARI FIKSI DAN IMAJINASI DENGAN KEHIDUPAN NYATA. MOHON MENERUSKAN MEMBACA DENGAN BIJAK.
    • DILARANG KERAS MENYEBARLUASKAN KARYA FIKSI INI TANPA SEIJIN PENULIS. PENULIS TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG TERJADI AKIBAT KARYA FIKSI YANG DISEBARLUASKAN TANPA IJIN.
    Cerita Sex Freya Jayawardana JKT48
    Cerita Sex Freya Jayawardana JKT48

    Ngocoks Cerita Sex Freya Jayawardana JKT48 Kaki jenjang Freya turun dari mobil pribadinya menapakkan jalan mulus yang ada di depan sebuah komplek besar itu. Tembok tinggi yang berwarna Orange berdiri mengelilingi sebuah komplek besar yang ada di belakangnya menutupi mata para pejalan kaki yang lewat di depan komplek besar itu.

    Sebuah pintu besar yang berhiaskan ornamen tradisional berdiri di depan Freya sebelum seseorang membuka pintu itu sebelumnya Freya sempat mengetuknya atau membukanya dari luar.

    Rok pendek yang dikenakan Freya bergerak tertiup angin saat gadis cantik itu melangkahkan kakinya untuk masuk melewati pintu yang dibuka lebar itu.

    Beberapa orang terlihat lalu lalang dengan sedikit tergesa saat hari mulai beranjak sore itu dengan cepat berubah menjadi gelap karena awan mendung sudah menggantung dari tadi. Sesekali terdengar suara guruh yang menderu dari kejauhan saat angin dingin membuat pohon pohon yang ada di lapangan tempat Freya berdiri setelah ia melangkah masuk itu berbunyi gemerisik saat daun daunnya ditiup angin.

    Mata Freya mencari cari di pada orang orang yang lalu lalang di sekitarnya sambil sesekali terlihat membungkuk pada gadis itu. Freya hanya bisa membalas dengan senyuman tipis sebelum gadis itu melangkah menyeberang halaman yang luas itu menjual bangunan besar yang ada di seberang tempat ia berdiri tadi.

    “Mama?” Tangan Freya menghentikan seorang wanita muda yang melewatinya.

    Gadis muda itu membungkuk sebelum menjawab : Ada di balairung Ndoro!” Langkah tergesa gadis itu hanya bisa ditatap oleh reya saat gadis itu melanjutkan langkahnya membelok dan menyusuri lorong lorong yang ada di bangunan utama itu.

    Sosok pria yang berusia lanjut terlihat keluar dari sebuah ruangan yang besar. Freya tersenyum dan menunduk hormat saat ia mengenali pria yang baru keluar dari ruangan yang ia tuju itu.

    “Wah sudah datang kamu Nak!” Pria itu mengulurkan tangannya untuk dicium dengan hormat oleh Freya. Tangan pria itu merangkul pinggang Freya sebelum gadis itu sempat menjauh darinya dan melangkah masuk ke ruangan yang ada di samping mereka.

    “Mama kamu lagi di dalam sama Pakde Delvin!” Kita ngobrol disini dulu aja!”Pakde mau denger cerita soal kamu setelah lama gak ketemu!

    Freya menuruti kemauan pria itu dan duduk di samping pria yang sekarang merangkul pundaknya sambil merasakan kehangatan tubuh pria yang nafasnya sedikit terengah saat Freya pertama kali melihatnya keluar dari ruangan yang ia tuju itu.

    “Wah Besok ulang tahun ya kamu! Udah makin dewasa ya keponakan pakde sekarang!” pria itu membelai dagu Freya sambil menatapnya dalam dalam. Wajahnya terlihat bersinar menatap gadis yang ada di sebelahnya itu.

    Freya hanya bisa tersenyum dan mengangguk tanpa bisa berkata apapun karena tubuhnya terus bergerak tidak nyaman merasakan belaian tangan pria yang memeluknya sambil duduk di atas kursi itu.

    “Kamu sudah siap buat ritual malam nanti kan?” tangan pria itu membelai pinggang Freya yang kali ini menggeliat resah saat nafas pria itu terdengar jelas di telinganya.

    “Kalau kamu gak siap! Kasian Mama kamu kayaknya sudah kewalahan gantiin kamu yang baru bisa datang buat jalanin ritual yang mustinya dilakukan kamu dulu!”

    “Mau ketemu Mama dulu Pakde Delvin!” Freya mencoba melepaskan diri dari pelukan pria itu sambil menggeliat bangun dari duduknya.

    Pria yang bernama Delvin itu membiarkan Freya bangkit dan membuka kunci yang ada di pintu yang tadi baru saja ia tutup itu.

    Delvin menarik nafas panjang saat ia sempat melihat paha Freya ketika rok yang dikenakan gadis itu tersingkap waktu Freya berusaha bangkit dan menjauh darinya.

    Bayangan paha Freya yang mulus itu membuat wajah Delvin terlihat tidak sabar ketika ia melangkah menjauh dari ruangan yang disebut balairung tadi.

    Suasana sepi di sekitar ruangan itu kembali terasa setelah Freya masuk ke dalamnya. Beberapa orang yang sejak tadi lalu lalang tadi lebih memilih mengambil jalan lain agar mereka tidak perlu melewati ruangan itu.

    Bagian dalam ruangan itu terasa suram dan remang remang. Hanya ada beberapa lampu kuning yang tergantung di langit langit ruangan itu. Suara penyejuk udara terdengar bersuara lirih menyejukan ruangan yang didalamnya berisi sebuah ranjang besar yang ada di tengah tengah ruangan.

    Sebuah kamar mandi dengan shower terlihat ada di salah satu pojok ruangan itu. Kamar mandi yang tidak tertutup dan hanya dikelilingi tembok yang berdiri setinggi dada orang dewasa itu berada dalam kegelapan di salah satu sudut ruangan itu.

    Telinga Freya mendengar suara erangan dan desahan dari balik kelambu yang menutupi ranjang besar dan mewah yang ada di tengah ruangan itu. Matanya berusaha mengalihkan pandangannya dari gerakan gerakan yang terlihat kabur tertutup kelambu yang menutupi ranjang itu.

    Telinga gadis itu mengenali suara rintihan serta erangan wanita yang ada di atas ranjang itu bersama seorang pria lain yang dipanggil Freya dengan sebutan Pakde Delvin itu.

    Suara ranjang yang bergoyang ketika Delvin membalik tubuh seorang wanita yang ada di pelukannya terdengar oleh Freya, Mata gadis itu melihat kelambu yang menutupi ranjang itu tersibak oleh tarikan tangan wanita yang suaranya ia kenali itu.

    Freya terus berdiri tak bergerak sedikitpun di balik bayangan berharap tidak ada seorangpun yang melihat kehadirannya di ruangan yang agak remang remang itu.

    Tapi Kedua orang yang ada di atas ranjang it tidak punya waktu untuk mengenali sosok Freya yang berdiri gugup di salah satu pojok karena mereka sudah bergerak lagi dengan cepat dan liar tanpa peduli pada keadaan sekitar mereka.

    Wanita yang bernama Paramita, dan bisa disebut Mama Mita oleh Freya itu menggeliat liar di bawah tindihan pria bernama Delvin yang sedang menghentak keras pinggulnya di antara kedua kaki Mita.

    “Mas! Mass! Nyah! Masss! Ahk! Mashk! Masshk! Nnggghhhk!” Mita mengejang di bawah Delvin yang menindihnya sambil menghujamkan pinggulnya ke selangkangan Mita. Kaki Mitapun yang panjang dan jenjang sudah terangkat dan saling mengait di atas pantat Delvin ketika Mita menikmati orgasmenya yang kesekian kalinya hari itu.

    Mata Delvin menatap pojok gelap yang tidak jauh dari ranjang itu. Matanya menangkap sosok Freya yang berdiri gugup melihat dirinya sedang berada di atas tubuh ibunya.

    Mata gadis itu terus berusaha mengalihkan pandangannya dari persetubuhan antar Delvin dan ibunya itu tapi telinganya tidak bisa menolak suara suara mesum penuh gairah yang terdengar dari mulut ibunya itu.

    “Aduh! Aduuh! Aku hampir! Aku hampirr! Gak bisa nahan terus! Aku hampir! Aduduh AsduhAduuuhhh! Mas! Mas! Gak bisa Mas! Gak bisa Mas! Aku gak bisa mas!” MIta terus mengerang binal penuh nafsu tanpa sadar semua perkataan dan gerakan tubuhnya yang memeluk dan mencakari punggung Delvin itu sedang dilihat oleh mata Freya anak sulungnya.

    “Tahan dulu! Tahan dulu! Aku masih belom selesai sama kamu!” Delvin tak peduli pada permohonan Mita yang ingin agar dirinya segera mengakhiri persetubuhan itu. Mata pria itu menatap tajam Freya yang sudah sadar kalau pria itu sudah mengetahui keberadaan dirinya di ruangan itu.

    “Udahin dulu mas! Tadi udah lama sekali sama mas Delvin!” Mita merintih sambil menggelengkan kepalanya Wanita itu menggeliat saat Delvin tidak juga mengurangi kecepatan hentakan serta sodokan penisnya ke dalam tubuh wanita itu.

    “Udahlah MIta! Gak malu kamu sama anak kamu itu? Kerjaannya dari tadi ngeluh melulu! Ini semua kan sudah jadi kewajiban kamu yang sudah kamu sepakati dengan kami semua! Dan selama ini kami semua sudah menjalankan perjanjian yang harus kami kerjakan buat kamu dan anak kamu itu!” Jadi sampai saatnya perjanjian itu selesai!

    Ya kamu gak usah banyak protes dan banyak nawar!” Delvin terengah sambil mengatupkan mulutnya. Ia terlihat sudah tidak sabar untuk menuntaskan persetubuhan itu karena gejolak ejakulasi yang ada di selangkangannya terus mendesak keluar dari penis pria itu.

    Mita mendongak dan terpekik saat ia melihat Freya yang saat itu sudah keluar dari bayang bayang kegelapan tempat ia berdiri tadi. Wajah gadis itu berubah menjadi serba salah saat ia melihat ibunya begitu terkejut melihat kehadirannya.

    “Freya! Keluar Nak! Jangan berdiri disitu Nak! Jangan disini Nak! Keluar Freya! Keluar Freya! Jangan lihat! Jangan lihat!” Tuuh Mita meronta. Ia memutar tubuhnya membelakangi Delvin dan berusaha turun dari ranjang, Tapi tangan Delvin lebih cepat menangkap pinggangnya dan menahannya tidak bisa menjauh dari pria itu.

    Mata Mita melotot saat penis Delvin yang tadi keluar dari vaginanya terasa mengisi lagi vaginanya dalam posisi doggie yang membuat Freya bisa melihat buah dada Ibunya yang membulat besar itu menggantung di dada ibunya itu sebelum tangan Delvin meremas dan memainkan puting susu ibunya itu.

    “Udah! Freya udah cukup umur buat belajar! Jadi Kamu gak usah keluar Nak! Toh sebentar lagi ini akan jadi tugas kamu!” Delvin mendesis sambil terus bergerak maju mundur di belakang Mita yang sedang bertumpu pada lutut dan kedua tangannya. Tubuh wanita itu menggeliat berusaha menggapai Freya yang terus menatap persetubuhannya dengan Delvin tu.

    “Jangan Mas! Jangan MAS! AKU GAK MAU DIA NONTON GINI! AKU MOHON JANGAN GINI mas! Aku gak bisa kalo musti gini Akuwhhhnnnnn! Owwwhhhnnn! Awwwwwhhhnnn! Awwwwhhhnnn!” Potes Mita terputus saat tubuhnya tidak bisa bertahan lagi. “ Freya Janangannnhhhgghh! Jangfaaannghhhhhhh! Liiiiiihhhaaaddddddddggghhhh! Hhhhhgghhhhhh! Aaaawwwwgggghhhhhhhh!”

    “Keluarin manahk?! DImanahk! Mithah!! Kluarin Managgghh!” Delvin mengerang ketika ia tak kuasa lagi menahan orgasmenya.

    Mita menggelengkan kepala “Jangan sekarang Mas! plis mas! Plis Mas Ada Freya! Jangan!”

    “Kluarin manahk! Jawab ! Jawab! Jawab!” Delvin tak peduli pada protes Mita dan terus menggeram bertanya pada Mita. Ia hampir kehilangan kendali pada penisnya yang hampir meledak.

    “Dalem mas. Dalem Mas…” Mita mengigit bibirnya menjawab lirih

    “Yanghk Kerash! Yang kerashhhk! Yag kerash Ngggghhhkk!” Delvin melotot sambil terus menghujamkan penisnya ke dalam vagina Mita.

    “KELUARIN DI DALEM MAS! KLUARIN DI DALEM!” Mita berteriak dengan putus asa menuruti perintah Delvin. Matanya yang menatap Freya dengan putus asa melebar ketika tubuhnya merasakan Delvin mengejang menyemburkan Sperma ke dalam vagina Mita.

    Wajah Mita memerah saat ia berusaha menahan rasa kecewa dan malunya saat ia menyadari ia telah menyerah dalam kenikmatan dan membiarkan Freya menonton tubuhnya dibuahi oleh Delvin yang saat itu bersimpuh terengah membiarkan Mita berguling terletang di atas ranjang.

    Tanpa merasa terganggu pada kehadiran Freya Delvin bangkit dari duduknya dan melangkah ke atas tubuh Mita yang hanya bisa pasrah menerima kedatangan Delvin ke atas tubuhnya itu.

    Mata freya menatap tanpa berkedip saat ia melihat penis Delvin yang menggantung lemas di selangkangan Delvin diturunkan ke mulut Mita yang langsung menerima kejantanan pria itu dengan mengulum dan menjilatinya di dalam mulut ibu Freya itu.

    “Kamu pelajari baik baik Nak!” Delvin menatap Freya dengan tatapan tajam saat ia mendesah nikmat membiarkan lidah dan mulut MIta bergerak gerak di seluruh bagian penisya, sebelum pria itu merasa puas dan menarik keluar penisnya dan mulut Mita yang masih terbaring tak bergerak di atas ranjang.

    Delvin meraih sarung yang tergeletak di atas lantai dan memakainya sebelum menuju pintu ruangan itu. Tangan pria itu membelai pipi Freya dengan lembut saat pria itu melewati Freya yang masih berdiri tak bergerak.

    Mata Mita terilhat sayu kelelahan Nafasnya tersengal saat Freya melangkah ragu mendekati ibunya yang terus terbaring tak bergerak di atas ranjang itu. Kaki Mita yang terbuka lebar membuat Freya bisa melihat selangkangan ibunya yang ditumbuhi bulu kemaluan itu berlumuran cairan putih yang saat itu masih meleleh keluar dari belahan vaginanya.

    Mulut Mita yang masih menyisakan bekas cairan yang ia bersihkan dari penis Delvin tersenyum tipis saat wanita itu mengulurkan tangannya untuk memeluk Freya yang langsung membenamkan wajahnya di dada ibunya itu.

    “Maafkan Mama kamu musti lihat semuanya itu ya Freya!” Mita berkata lirih sambil memeluk leher Freya lebih erat saat tangannya membelai rambut pendek di kepala anak sulungnya itu.

    “Maafin Freya yang selama ini sudah egois dan bikin Mama jadi kayak gini!” Freya membalas dengan suara yang lebih lirih ketika hatinya dipenuhi rasa penyesalan karena telah membuat ibunya harus mengalami apa yang telah ia lihat tadi dengan kedua matanya sendiri.

    “Sssshhhh Mama gak pernah mikir gitu Freya! Semuanya Mama lakukan supaya kamu gak bisa raih mim…” Perkataan Mita terputus saat pintu ruangan itu terbuka lagi dan tertutup segera diikuti oleh langkah tergesa dari balik kegelapan.

    Dua sosok pemuda terlihat tidak sabar mendekati ranjang tempat Mita sedang memeluk Freya itu.

    “Udah selesai ya Bude!” Aku sama Tarmin sampe ngantuk nunggu di pendopo tadi!”

    “Eh ada Kak Freya!” pemuda yang disebut Tarmin itu menurunkan sarung yang ia kenakan mengikuti apa yang dilakukan pemuda satunya.

    Tubuh telanjang dua pemuda itu langsung menaiki ranjang dan mendekati tubuh Mita yang langsung mendorong Freya untuk menjauh darinya.

    “Sabar dulu Nak! Pelan pelan! Bulik baru selesai sama ayah kalian! Kasih bude waktu buat istirahat dulu!” Mita berkata dengan nada panik saat merasakan tangan tangan pemuda itu mulai menggerayangi paha dan perutnya diikuti dengan remasan di kedua buah dadanya.

    “Kamu keluar saja Freya! Nanti Mama cari kamu! Jangan disini! Keluar Freya!”

    “Idih belepotan nih punya Bulik! Pasti gara gara Ayah!” Pemuda yang pertama mengernyit melihat sperma Delvin yang berlumuran di vagina Mita. Ia mengangkat wajahnya. ” Min! Sarmin!” Kamu duluan aja! Biar aku yang maenin Bulik!”

    Pemuda yang berama Sarmin mendengus sebelum berpindah duduk di antara kedua kaki Mita yang terus menggeliat mencoba menolak perbuatan kedua eponakannya itu. Tangan Sarmin menahan lutut Mita dan menekannya agar wanita itu berhenti bergerak.

    “Pelan Sarmin! Bulik masih cape! Pelan Pelan Nak!” Minta merintih saat melihat penis Sarmin sudah mengacung mengarah ke vaginanya.

    Freya yang bergegas menjauh dari ranjang itu mendengar erangan mita sebelum gadis itu keluar dan menutup pintu ruangan itu di belakangnya.

    “Awwhhhnnnnnn! AwwwwhhhhnnnOwwwwhhhnnnnnnn! minta mengerang ketika mulut Tarmin dengan penuh nafsu mengulum dan menyedot puting susunya diikuti oleh masuknya penis Sarmin ke dalam vaginanya.

    Freya menutup pintu yang ada di depasnnya perlahan. Pikirannya melayang entah kemana saat gadis itu merasa menyesal telah meninggalkan ibunya sendiri menghadapi kedua sepupu Frey yang tampak sudah begitu bernafsu pada ibunya itu. Tangan gadis itu sedikit gemetar saat ia memutar kunci untuk mengunci pintu tadi.

    “Loh klo kamu malah keluar Nak? Gak di dalem temenin mama kamu sama Tarmin dan Sarmin? Suara pria tua yang tiba tiba sudah ada di belakang Freya mengagetkan gadis itu.

    “Tad, Tadi disuruh Mama keluar Eyang!” Suara Freya terbata saat tubuh pria tua itu begitu dekat dengan dirinya. Suara pintu yang tadi dikunci oleh Freya terdengar diputar lagi dan pintu di belakang Freya kembali terbuka.

    Cerita Sex Polisi Ramah

    “Udah gak usah keluar! Di dalem aja sama Eyang!” Tangan pria tua itu meremas pundak Freya sambil membawanya kembali masuk ke dalam ruangan itu. Suara desahan dan erangan Mitas kembali terdengar di telinga Freya saat gadis itu menuruti perintah pria tua itu untuk kembali masuk ke dalam ruangan itu.

    Tangan pria itu kembali merangkul pinggang Freya setelah ia mengunci pintu tadi dari dalam sebelum membawa Freya masuk mendekati ranjang tempat Mita dan kedua koponakan yang sedang mencumbu wanita itu berada di atasnya.

  • Anugerah atau Malapetaka

    Anugerah atau Malapetaka

    Cerita Sex Anugerah atau Malapetaka – Sejak kecil sampai tumbuh dewasa aku hidup di lingkungan keluarga berada. Orang tuaku memiliki harta yang berlimpah. Aku dan adik-adikku dimanja dengan materi. Aku pria yang biasa-biasa saja kulitku agak gelap, meski belum bisa dibilang hitam. Meski aku tidak putih, tetapi tubuhku proporsional, muka bersih tanpa jerawat. Tinggiku rata-rata saja sekitar 175 cm.

    Satu hal yang mungkin kurang diperhatikan dari kedua orang tuaku. Kami anak-anaknya kurang diperhatikan pendidikannya. Aku lebih suka kelayapan bersama-sama teman dan berganti-ganti pacar. Sejak SMP aku sudah mengenal hubungan sex.

    Mungkin karena tubuhku bongsor, sehingga aku tampil lebih dewasa dari umurku. Seingatku, aku melepas perjakaanku di kelas 2 SMP, aku dibujuk atau tepatnya digoda terus oleh salah satu saudara perempuanku.

    Dia lebih tua 5 tahun dan hubungan family sebagai kakak sepupu. Waktu itu dia tinggal di rumah menumpang untuk melanjutkan kuliah. Anaknya lumayan cantik dan bahenol.

    Cerita Sex Anugerah atau Malapetaka
    Cerita Sex Anugerah atau Malapetaka

    Ngocoks Di umur yang masih sangat muda, aku tentu belum berani agresif, Winny demikian nama kakak sepupuku yang terus berusaha mendekatiku dan akhirnya kami sampai melakukan hubungan badan. Semua dia yang mengajarkan, aku seperti kerbau dicucuk hidungnya menuruti ajakan nikmatnya.

    Orang tua kami berpandangan modern dan bebas, sehingga mereka mengabaikan saja, meski tahu aku sering tidur sekamar dengan Winny.

    Pengalaman ku bersama Winny yang membawa diriku menjadi ahli dalam pergulatan tubuh, membuat aku menjadi lebih berani dan aktif terhadap cewek-cewek di sekitarku. Kuakui Winny memiliki nafsu yang besar, dan seingatku sejak pertama hubungan dengan ku dia sudah lihai mempermainkan penisku. Mungkin dia sudah tidak virgin lagi pada waktu itu.

    Dia pula yang mengajariku berbagai trik dan tips untuk memuaskan pasangan wanita. Darinya aku tahu bahwa wanita memiliki puncak kepuasan yang disebut orgasme. Bahkan dia menuntunku sampai dia mencapai orgasme yang paling puncak yaitu orgasme G Spot.

    Di usia 15 tahun aku sudah sangat paham cara memuaskan wanita. Karena badanku yang bongsor, maka onderdilku juga tegap dan lumayan panjang. Untuk ukuran orang Indonesia penisku yang 17 cm termasuk gede dan lingkarnya gemuk, sehingga tampilannya sangat proporsional.

    Winny mengajariku, sehingga dia pun ketagihan pada kemampuanku. Dia bahkan berterus terang, berhubungan dengan pacarnya yang kemudian menjadi suaminya, kurang memuaskan. Sehingga jika dia habis main dengan pacarnya di luar, pulangnya dia minta jatah untuk aku puaskan.

    Dia bertahan, bahkan sampai menuju perkawinan karena keluarga cowoknya kaya dan katanya cowoknya sangat pengertian. Kehidupanku yang malang melintang menindih berbagai macam cewek, dari mulai abg sampai tante-tante.

    Sejak umurku 15 tahun aku sudah memiliki mobil sendiri, dan uang jajan yang diatas rata-rata teman sebayaku. Urusan sekolah akhirnya aku abaikan sehingga aku drop out di kelas 3 SMA. Aku tidak peduli, karena uangku berlimpah, dan kawanku banyak.

    Cerita kemewahan berakhir pelan-pelan sejak ayahku meninggal. Praktis keluarga kami tidak lagi memiliki penghasilan. Ibuku yang sakit-sakitan setahun kemudian juga mengikuti ayahku menuju alam baka.

    Aku mendapat warisan yang lumayan, karena harta orang tuaku hanya dibagi berdua dengan adikku.

    Kelihatannya milyaran rupiah dan harta property yang demikian banyak kumiliki cukup untuk menunjang hidupku. Namun nyatanya itu semua hanya bertahan 5 tahun.

    Di akhir kehidupan mewahku, aku menjual mobilku dan kost di tempat yang tidak terlalu mahal. Dari kendaraan sport mewah di masa lalu, kini aku pasrah memiliki motor bebek yang kubeli dari teman dengan harga miring.

    Mungkin karena tampilanku yang agak macholah maka aku tidak dijauhi para wanita. Teman-temanku dulu malah sering mengajakku berburu cewek. Aku yang diumpan agar cewek tertarik. Kelihaianku mengolah kata dan penampilanku yang simpatik, sulit ditolak oleh cewek mana pun yang kami dekati.

    Aku memiliki teman-teman yang sama hobinya, yaitu ngewek kemana-mana. Kami bertiga bahkan sering menggarap seorang cewek. Semua biaya yang menanggung adalah Doni, karena dialah yang paling berduit.

    Diantara sekitar 5 orang cewek yang sering kami jadikan obyek party sex, ada yang paling menggairahkan, dia adalah Winda. Bodynya paling bagus, mainnya paling oke, dan wajahnya cakep. Dia paling gampang diajak kerjasama, sampai sampai anus dan vaginanya kami pakai bersamaan, dia sih oke-oke saja.

    Kelihatannya dia naksir aku. Itu kuketahui, dia sering diam-diam mengajakku kencan dan kami menyewa motel, dia yang membiayainya. Wajar saja, tampangku paling oke diantara teman-teman dan kemampuan sex ku juga diatas mereka semua.

    Malapetaka atau anugerah, aku tidak tahu. Tapi yang jelas, Winda hamil dan dia menuduhku sebagai orang yang menghamilinya. Aku sudah berusaha berkilah, tapi Winda tetap bersikeras menuduhku yang menghamilinya.

    Dia dan keluarganya meminta aku bertanggung jawab. Aku tidak sampai hati membeberkan kebiasaan kami yang sering party dengan Winda kepada orang tuanya..

    Singkat cerita akhirnya aku menikah dengan Winda di usia kehamilannya 4 bulan. Keluarganya cukup berada, sehingga sebagai hadiah perkawinan, kami mendapat rumah kecil agak di pinggir kota lengkap dengan isinya.

    Anakku kemudian lahir laki-laki dan ternyata ada kemiripannya dengan ku. Agak tenang juga hatiku, karena meyakini bahwa darah dagingku lah yang ada di Dimas demikian nama anakku.

    Meski sudah memiliki anak, aku belum memiliki pekerjaan tetap. Pendapatanku hanya tergantung dari menjadi pialang orang mencari tanah atau rumah atau mobil. Syukurlah, Winda adalah wanita yang tangkas. Apa saja dikerjakan mulai menjual baju, tas atau apa saja.

    Hasilnya lumayan juga buat menunjang kehidupan kami sehari-hari. Pendapatanku tidak menentu, kadang-kadang dapat duit banyak, tapi lama kemudian tidak pegang duit sama sekali.

    Pergaulan Winda yang luas dengan ibu-ibu menyebabkan rumah kami sering didatangi pelanggan Winda. Ada saja yang diobyekkan Winda, sehingga bisnisnya tidak pernah putus.

    Diantara ibu-ibu pelanggannya ada saja yang sering melirikku dengan pandangan penuh arti. Aku paham dengan pandangan seperti itu, tetapi karena mereka adalah relasi istriku, maka aku tidak berani macam-macam.

    Suatu malam Winda menggamitku di tempat tidur. “ Pah aku mau ngomong serius, tapi papa janji jangan marah ya kalau tidak setuju,” katanya.

    “Ngomong aja kok pakai janji segala, aku janji deh nggak bakalan marah, lagian mau ngomong apa sih,” tanya ku penasaran.

    “Gini lho, papa tau enggak ibu Mira, janda yang sering beli barang-barangku. Dia kelihatannya tertarik ama papa. Aku iseng aja sebenarnya nawari, mau enggak jalan ama suami ku, Eh dia ternyata menanggapi serius. Dia malah mau kasi aku duit besar kalau dia bisa jalan sama papa,” kata Winda.

    Jantungku berdetak kencang, karena terkejut, tetapi aku pendam sebisa mungkin agar nggak terlihat istriku. “Terus,” tanyaku.

    “Ya itulah, papa mau nggak jalan sama dia, “ tanya istriku serius sambil meremas-remas batangku yang sudah makin keras.

    “Lha mama gimana, apa nggak keberatan,” tanyaku pura-pura bloon.

    “Nggak apa apa sih, yang penting papa mau, apalagi dia mau kasih duit gede, katanya,” kata istriku sambil mengelus-elus dadaku.

    “Bener nih ma, nggak apa apa mama,”

    “Ye orang gua yang nawarin, kok, ya nggak lah,” katanya.

    Akhirnya kami berdua menyepakati untuk aku bersedia jalan sama Bu Mira.

    Sekitar jam 11, ketika aku sedang santai di rumah dan istriku sudah jalan berbisnis, telepon masuk ke HP ku. “ Pa bu Mira sudah siap dia menunggu di hotel Cemerlang kamar 405, papa bisa enggak sampai di sana sekitar jam 12,” kata istriku dengan suara agak tergopoh-gopoh.

    Hotel Cemerlang tidak jauh dari tempat tinggalku, sekitar 15 menit dengan sepeda motor, bisalah sampai di sana. Aku segera mandi dan mengenakan baju kaos ketat di padu dengan jeans. Penampilanku di usia 28 tahun terlihat kekar.

    Kuketuk kamar 405 tepat jam 12 siang. Jantungku agak berdebar-debar. Bu Mira usianya sekitar 35 tahun, wajahnya ayu, dan tampilannya memang seperti ibu-ibu tajir. Dia mondar-mandir selalu nyetir sendiri Toyota Altis hitam. Aku sudah kenal dengan dia, tetapi tidak terlalu akrab,karena memang dia kolega istriku.

    Tidak lama kemudian pintu terbuka, dan muncul wajah manis Bu Mira yang manis, “Eh dik, masuk-masuk, katanya menyilakan. Semerbak parfum menyergap penciumanku . Suasananya agak kaku, aku harus mengambil inisiatif untuk mencairkan suasana.

    Kuulurkan tanganku dan dengan gerakan yang tidak diduga kutarik badannya sehingga aku langsung mencium pipi kiri dan kanannya. Kesan akrab kuusahakan menghancurkan kecanggungan. Mulanya Bu Mira agak terkejut, tetapi dia melemaskan badannya dan pasrah ke dalam pelukanku lalu merelakan kedua pipinya yang wangi untuk ku kecup.

    Dengan merangkul pundaknya aku membimbingnya duduk di tempat tidur. Bu Mira wajahnya memerah, mugkin dia masih malu. “ Bu santai aja, kita kan sudah dewasa, dan pertemuan kita kan sudah disepakati, jadi nggak usah merasa canggung,” kataku.

    Dia menatapku sejenak lalu mencubit, pahaku, “ Ah mas Dicky ini bisa aja, biar gimana saya kan perempuan, “ katanya masih dengan roman muka malu.

    “Mau minum apa mbak,” aku menawarkan minuman sambil berdiri menuju lemari pendingin di bawah televisi kamar hotel. “Eh enggak usah dik, eh aqua aja lah, yang digelas .Aku mengambil segelas kecil aqua dan aku sendiri, mengambil sekaleng bir.

    Aku memilih minum bir bukan mau sok-sok ke barat-baratan, tetapi aroma bir membuat bau mulut jadi agak menggairahkan. Siapa tahu aku nanti mengecup bibirnya, mulutku baunya jadi sensual.

    “Gimana mbak bisnisnya, lancar,” tanyaku memecah keheningan sejenak. Bu Mira, seorang bisnis woman yang cekatan. Dia memiliki sebuah apotik dan satu minimarket. “ Yah biasa aja dik, ada naik turunnya,” katanya mencoba merendah.

    “Mbak tiap hari sibuk dong ngontrol nya,” kataku sekenanya.

    “ Ya itulah, kadang-kadang jalan macet yang bikin kesel, jadi rasanya badan cepet cape,” katanya. Tanpa menunggu komando kuraih kedua pundaknya lalu aku lancarkan pijatan ringan. Siapa pun akan merasa nyaman jika pundaknya dipijat, asal jangan terlalu keras.

    Merasa pundaknya aku pijat dia mengubah duduknya sehingga posisinya membelakangiku. Aku terus melancarkan pijatan sampai ke punggungnya. Mbak Mira terlihat menikmati pijatanku sampai dia menggeliat-geliat. “Eh ternyata Mas Dicky pintar juga mijat,” pujinya.

    “Kalau mbak mau saya pijetin deh seluruh tubuhnya,” kataku menawarkan.

    “Mau dong, enak kok pijetannya nggak sakit,” katanya.

    Aku lalu menyarankan agar dirinya mengganti baju dengan kimono yang tersedia di lemari hotel. Mbak Mira bangkit meraih kimono lalu masuk ke kamar mandi. Aku melepas celana jeansku , sehingga tinggal celana boxer dengan kaus ketat.

    “Mbak tidur telungkup deh, biar bagian belakangnya dulu yang aku pijat,” kataku memberi arahan.

    Mbak Mira tidur telungkup sambil menjaga kimononya agar tidak tersingkap. Inilah perempuan. Meski tujuannya dia mau memakaiku, tetapi rasa malunya tidak bisa dia hilangkan. Aku maklum, memang begitulah perempuan, pembawaannya di awal selalu munafik.

    Setelah berbaring telungkup aku memperbaiki posisi kimononya agar menutup tubuhnya maksimal. Dia membantu dengan mengangkat sebagian tubuhnya sehingga kimononya bisa lebih banyak menutup bagian bawahnya. Kedua tangannya menjulur kebawah.

    Aku mulai memijat bagian telapak kakinya sambil menyesuaikan tekanan pijatan yang dia rasa nikmat. Mbak Mira tubuhnya ternyata mampu menerima pijatan yang agak keras. Kedua kakinya aku garap sampai batas lutut. Badannya mulai melemas dan pasrah oleh olah pijatku. Namun karena tidak ada cream maka pijatanku kurang maksimal.

    Aku meraih tube cream body lotion yang memang tersedia di kamar hotel lalu kubalurkan ke bagian betisnya. Mbak Mira menggeliat-geliat menikmati pijatanku antara nikmat dan sedikit rasa sakit. Dari tekanan pijatanku terasa di beberapa tempat uratnya mengeras. Itu menandakan pimiliknya jarang dipijat dan terlalu banyak jalan.

    Ketika kutanyakan hal itu, dibenarkan mbak Mira. “ enggak nyangka lho kalau dik Dicky pintar mijet, tahu gitu saya udah dari dulu minta dipijat dik Dicky,” ujarnya. Pijatanku mulai naik ke bagian paha, dengan menelusupkan tanganku dibawah kimononya. Aku menjaga tak sampai dekat dengan selangkangannya.

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Mencoba Hal Baru

    Mencoba Hal Baru

    Cerita Sex Mencoba Hal Baru – Eksibisionisme atau eksibisionis (sebutan bagi pelakunya) itu adalah perilaku kelainan seksual dimana seseorang doyan/hobi/gemar/demen/suka untuk memamerkan organ pribadi kepada lawan jenis dengan tujuan mendapatkan kepuasaan pribadi.

    Apa sih organ pribadi yang biasa dipamerkan? Biasanya, jika eksibisionis tersebut seorang pria, dia akan memamerkan penisnya, walau tak munutup kemungkinan jika ia juga bakal memamerkan organ tubuh lainnya. Dan jika eksibisionis nya seorang wanita, dia akan memamerkan payudara, pantat, kaki, celana dalam dan vaginanya.

    Okelah, siapa pun mungkin memiliki sifat suka pamer seperti ini. Tapi bagaimana jadinya jika sifat suka memamerkan ini sedikit lebih parah? Seperti suka memamerkan pasangannya kepada orang lain?  Atau ingin melihat orang lain manatap pasangannya ketika pasangannya sedang bertelanjang badan?

    Mungkin ini hanyalah sekedar pertanyaan yang sangat simple. Namun bukan berarti, dari pertanyaan simple, jawabannya juga bakal sesimple itu.

    Cerita Sex Mencoba Hal Baru
    Cerita Sex Mencoba Hal Baru

    Ngocoks “Makasih ya Mi… kamu udah bisa ngabulin semua permintaan anehku ini…” ujar Rudi, mantan pacarku dulu. Dengan peluh yang masih bercucuran, Rudi kemudian mencabut batang penisnya keluar dari lubang pantatku.

    “PLOP”.

    Suara cabutan batang penisnya dari lubang anusku yang kemudian disertai dengan gumpalan lendir panas berwarna putih keruh, langsung turut keluar dan mengalir ke arah paha dalamku.

    YUP. Lubang pantatku.

    Sebenarnya, sebelum acara persetubuhan anal pagi ini, Rudi sudah berulang kali meminta padaku untuk dapat melakukan seks anal. Namun, walau aku sudah sering melakukan seks anal, aku tak langsung mengabulkan permintaan anehnya itu.

    Aku hanya ingin tahu, sejauh mana pengorbanan yang bakal ia lakukan demi mendapatkan persetujuanku supaya bisa bermain anal.  Dan, ternyata ia benar-benar mampu berkorban lebih. Terbukti dari adanya kalung yang melingkar manis dengan inisial “MIA” di leherku.

    Limbung, lemas, tak bertenaga. Rudi yang walau memiliki badan ekstra besar, tak mampu juga mempertahankan posisi doggynya. Dia jatuh terlentang tak berdaya di samping tubuhku yang masih dalam posisi nungging. Dengan mata sayu, dan senyum mengembang di wajah, ia hanya bisa terdiam sambil terus membayangkan kenikmatan yang baru saja ia rasakan dariku.

    Seperti orang yang baru terkena tenung, sihir, hipnortis, atau entah apapun itu namanya. Ia hanya menatap diam kelangit-langit kamar hotel ini.

    Aku beranjak dari posisi nunggingku, berjalan kearah meja kecil di samping tempat tidurku dan mengambil beberapa lembar tissue. Kubersihkan vagina dan lubang anusku dari sperma hangatnya yang masih saja mengalir keluar.

    “Maenmu kali ini gak seperti biasanya say… seperti kesetanan…” kataku sambil melempar gumpalan-gumpalan tissue bekas yang basah oleh sperma itu kearahnya.
    “ENAAAAAK…” jawab Rudi singkat sambil masih menatap langit-langit kamar hotel.
    “Makasieee…”

    Setelah vagina dan anusku terbebas dari segala macam lendir, kulangkahkan kaki jenjangku ke arah dapur. Dan dengan masih dalam keadaan telanjang bulat, aku berjalan kearah kulkas lalu mengambil sekotak susu kegemaranku.

    Tak lama, kubuka korden dan pintu balkon, lalu kulangkahkan kakiku berjalan keteras kembali ke arah balkon. Hembusan angin sejuk langsung menerpa wajah dan tubuh telanjangku, seolah membebaskan penat di dada.

    Kutarik kursi balkon mendekat kearah pagar, dan langsung kuhempaskan tubuhku diatasnya. Kulihat jam yang masih melingkar di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 09.30 pagi.

    “Yah… terpaksa membolos sekolah lagi nih ceritanya… dan sepertinya, ini bakal jadi hari yang melelahkan…” ucapku dalam hati sambil menyeruput cairan manis berwarna coklat dari kemasan kotak yang aku ambil tadi. Ngocoks.com

    ***

    “Sayang… aku pengen deh ngelihat kamu dipake orang laen…” ujarny santai.

    DEG…

    Mendengar kalimat mantan pacarku itu, jantungku serasa berhenti.
    “Maksud kamu…..?” tanyaku heran.
    “Iya… aku pengen ngeliat kamu dientotin ama cowok laen…”

    “Apaan sih…? Kok kamu mintanya aneh-aneh gitu…?”
    “Nggak tahu Mia… darimana datangnya ide aneh seperti itu…. Yang jelas, setiap kali ada cowok yang melirik kearahmu dengan pandangan nafsu, kontolku mendadak mengeras Mia…”

    “Lalu…?”
    “Ya gitu Mia… aku jadi penasaran, gimana sensasinya ketika melihat kamu sedang dientot ama cowok laen…”
    “Gila kamu say… Kamu bener-bener gila…”

    ***

    Hari demi hari telah berlalu. Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan.

    “Janji ya…? Kalo Mia turutin semua permintaan anehmu, Mia dapet semua yang Mia mau…?” tanyaku sambil menggelayut manja di dekapan Rudi.
    “Suer Mia… kamu bisa percaya ama aku…”

    Sebenarnya, aku sama sekali tak pernah memimpikan hal seperti ini, namun karena rasa penasaran yang setiap kali Rudi mengajukan ide melihatku disetubuhi orang lain, entah kenapa ada perasaan aneh yang juga sangat menggebu, hingga  pada akhirnya aku berpikir “Apa salahnya sih buat mencoba hal baru… selama tak ada yang saling dirugikan…”

    Terlebih lagi setelah aku pikir-pikir, kapan lagi aku bisa bersetubuh dengan orang asing di depan pasanganku. Dan singkat cerita, kami berdua setuju untuk mencoba petualangan aneh ini .

    ***

    Di suatu weekend yang cukup cerah, Rudi mengajakku menginap di sebuah hotel di luar kota. Kami berdua sengaja memilih cottage, karena disana memiliki privasi yang cukup tinggi dan jauh dari orang yang kami kenal. Selain itu, alasan kenapa kami lebih memilih hotel, adalah supaya Rudi dapat mengeksplor keinginan anehnya itu padaku lebih jauh lagi.

    Setelah beberapa kali mensurvey lokasi, kami berdua memilih sebuah hotel yang memiliki parkir mobil di dalam area hotel. Lebih tepatnya, di halaman kamar, tempat kami tidur.

    Kami memilih kamar hotel yang memiliki jendela super besar yang menghadap tepat ke arah parkiran kendaraan. Tujuan kami memilih kamar dengan jendela lebar, adalah supaya kami bisa dengan bebas melihat siapa saja orang yang ada halaman parkir ataupun orang yang ada di kamar seberang.

    Setelah kami selesai melakukan checkin, kami segera saja melakukan rencana yang telah Rudi persiapkan semenjak beberapa waktu lalu.

    Begitu kami selesai meletakkan barang bawaan di dalam lemari, Rudi buru-buru menarik tirai hingga terbuka lebar, dan sambil menyeringai dia membuka tas bawaannya dan mengeluarkan sebuah lingerie transparan lalu memberikannya padaku

    “Sayang… aku punya sebuah hadiah yang bisa membuatmu tampak lebih sexy…. Coba pakai donk …”
    “Hahaha… Astaga….” Aku tertawa, “Baju tidur ini sepertinya tak akan mampu menutup seluruh aurat tubuhku… Transparan banget sayang….”

    “Khan memang itu tujuannya Mia… memamerkan tubuhmu kepada orang lain…” senyum Rudi sambil sesekali menaik-naikkan alis tebalnya

    “Sumpah… hal ini kok sepertinya makin ga bener ini…hahaha ”
    “Dan yang pasti… akan menjadi kejadian yang amat sangat seksi,” tawa Rudi sambil sesekali melongok kearah luar jendela untuk melihat apakah ada orang sekitar kamar kami.

    Memang sih, baju tidur pilihan Rudi membuat tubuhku terlihat sangat seksi, dan meskipun aku berkata jika apa yang kami akan lakukan saat itu adalah hal yang kurang benar, aku sama sekali tidak memiliki keraguan sama sekali. Bahkan sekilas, ada niatan dalam hati untuk semakin melangkah dalam kegilaan bersama Rudi lebih jauh lagi.

    “Ayo buruan dipake kadoku donk sayang….” Pinta Rudi ga sabaran.
    “Tunggu bentar ya…” jawabku sambil membawa baju tidur transparan itu ke kamar mandi.
    “Hei… kamu mau kemana Mia…?”
    “Lah.. tadi kamu minta mia pake baju ini…”

    “Buat apa ke kamar mandi…? Lebih seru kalo kamu ganti disini aja…” tambah Rudi sambil kembali membuka tirai penutup jendela kamar kami lebar-lebar.
    “Haaaa….. ganti baju disini… dengan korden terbuka gitu….?”

    Memang sih, Rudi sudah sering melihatku telanjang di depan matanya, tapi khan saat ini, aku berdiri tepat di samping jendela besar yang juga menghadap ke parkiran. Area umum yang jika aku ganti baju disini, orang dari luar kamar bisa melihat tubuhku dengan jelas.

    “Yup… khan memang itu tujuan kita kesini…? Aku pengen  memamerkan kemolekan tubuhmu… hehehe” tawa Rudi licik.
    “Hhhhhhh….. tapi inget loh janjinya….” Jawabku mengiyakan permintaan aneh mantan pacarku itu.

    Takut, khawatir sekaligus penasaran. Tanganku mendadak gemetar ketika mulai melepaskan pakaian yang melekat ditubuhku.

    Merinding, itu kesan pertama ketika aku membuka blouse yang kukenakan saat itu. Aku tak mengira, dinginnya hembusan AC ditambah sensasi striptease di dekat jendela kamar membuat bulu kudukku mendadak berdiri.

    Jantungku pun merasakan was-was, karena setiap kali ada suara yang terdengar, denyutnya semakin cepat, mengantar setiap getaran aneh yang ada di setiap mili darahku ke sekujur tubuh.

    “KREK…” tiba-tiba terdengar suara dari arah luar kamar. Dengan buru-buru aku menengok lalu  mencari darimana arah suara itu berasal.

    “Ga ada orang kok sayang…” suara Rudi menenangkanku.
    “Hal ini bisa membuatku gila… jantungku benar-benar berdebar kencang…” kataku ke Rudi.
    “Tapi kamu seneng khan kalo ada orang yang bisa lihat ketelanjanganmu… Hayo jujur….”

    Aku sama sekali tak menjawab pertanyaan mantan pacarku itu, yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum malu sambil beberapa kali menganggukkan kepalaku.

    Selanjutnya kuturunkan ritsleting rokku dan membiarkannya jatuh ke lantai. Kali ini, apa yang aku kenakan saat itu hanyalah tingga bra dan celana dalam.

    Aku menatap jendela yang terbuka lebar dan melihat keluar di seluruh area parkir di luar. “Oh Sayang,” desahku sensual ke Rudi, “aku pikir… aku bakal mati karena malu kali tiba-tiba ada seseorang yang lewat depan jendela ini…”

    “Hehehe… kenapa harus malu…? Toh kamu punya badan yang bagus khan…?” rayunya. “Ayo… sekarang buruan lepas bra dan celana dalam kamu…”

    Untuk kesekian kalinya, aku kembali menatap kearah jendela kamar kami. Walau aku berharap tak ada seorangpun yang mendekat, tapi entah kenapa aku menginginkan ada mata yang melotot menatap ketelanjanganku.

    Kulepas kait bra yang ada di belakang punggungku dan kembali aku biarkan mangkok bra yang menampung gumpalan daging didepan dadaku jatuh kebawah. Dan seiring dengan lepasnya bra dari tubuhku, payudaraku seolah langsung ikut loncat, terjun bebas menggelantung dan memamerkan putting coklat mudaku dengan riangnya.

    Lagi-lagi, merinding itu aku rasakan. Namun bedanya, kali ini yang berdiri tak hanya bulu kudukku, melainkan putting payudaraku yang sudah mengeras dan menjulang tinggi.

    “Sayang… tahu nggak? Apa yang membuatku selalu tergila-gila denganmu?”
    “Apa…?”
    “Tetek besarmu itu loh…. Tetek itu yang selalu membuatku bangga bisa memiliki dirimu seutuhnya… dan karena tetek itu pula, aku pengen membuat banyak lelaki iri padaku….”

    Walau kalimat yang baru saja Rudi ucapkan sudah terlalu sering aku dengar, tapi entah kenapa, aku selalu melayang dibuatnya.

    “Sekarang… ayo tinggal satu pakaian lagi… lepas celana dalammu…” Seru Rudi.

    “Saatnya pertunjukkan utama…” batinku sambil kembali melihat kea rah jendela, khawatir jika saat itu benar-benar ada orang yang melihat kea rah kamar kami.

    Kupilin tepi celana dalamku dan segera kuturunkan lepas. Lagi-lagi, udara dingin AC langsung menyerbu bongkahan pantat bulatku dan langsung membuatku merinding.

    “Bagus sekali tubuhmu sayang…” desah Rudi sambil memeluk tubuhku dari belakang.
    “Sekarang kamu pakai ya baju tidur ini….”

    Satu hal yang aku suka dari mantanku ini adalah, ia selalu memakaikan segala macam pakaianku seperti seorang ayah memakaikan baju kepada anak perempuan kecilnya. Pertama ia menyerahkan lubang lengan dress sebelah kanan ke tangan kananku, dan begitu tangan kananku sudah masuk, ia membantuku memasukkan lubang lengan dress sebelah kiri ke tangan kiriku.

    Begitupun dengan ketika memasangkan celana dalamku. Ia berjongkok di depan lututku supaya aku bisa berpegangan pada bahunya. Kemudian, Rudi memintaku mengangkat kaki kanan dan kiriku secara bergantian supaya ia dapat memakaikan celana dalamku di selangkangan.

    Benar-benar seperti seorang ayah.

    Namun ketika Rudi sedang keasyikan memakaikan celana transparan itu pada pada tubuhku, Ia mendadak heran akan sesuatu yang terjadi pada vaginaku. Ceritasex.site

    “Mia… kok memek kamu udah basah…?” Aku kaget dan buru-buru aku meraba bibir vaginaku.

    “Kamu pasti sange ya…. Hayooo… ngaku….” Goda Rudi sambil mengusap-usap celah kemaluanku dengan jari tengahnya.
    “Ahhh… enggak kok…. “bohongku.

    Bersambung…

    1 2 3
  • Tukang Ojek Komplek

    Tukang Ojek Komplek

    Cerita Sex Tukang Ojek Komplek – Dengan jemari lentiknya, Dian menyimpulkan tali jubah mandinya sembari berjalan masuk ke kamar mandi. Sore itu, ia berencana melepaskan segala macam kepenatan pikirannya dengan mandi sambil berendam di bathup. Yup, itu semua karena pekerjaan di kantor barunya benar-benar menyita seluruh tenaga dan konsentrasinya.

    Air segera mengucur deras dengan seketika begitu Dian memutar tuas keran air yang ada dibagian bawah bathup. Sesekali, ia kecipakkan tangan putih mulusnya ke air guna merasakan tingkat kepanasan air.
    “Moga-moga, mandi berendam ini dapat menjernihkan pikiranku…” ucapnya pelan.

    Butuh beberapa waktu guna memenuhi bak bathup itu dengan air. Oleh karenanya, selagi menunggu bathup penuh, Dian menuju dapur yang ada di lantai dasar untuk membuat segelas jus melon kegemarannya. Jus melon, olahan minuman dari buah yang bagi Dian adalah teman setia ketika menemaninya berendam.

    “Cobalah oh sayang hatiku pasti jadi milikmu | Bila kau tunjukkan kasih sayang padaku
    Sepenuh hati dengan cintamu | Sayangi aku selayaknya aku kekasihmu
    Aku wanita yang butuh cinta | Bukan hanya perzinahan | Yang dapat kau lalui lalu kau pergi “

    Cerita Sex Tukang Ojek Komplek
    Cerita Sex Tukang Ojek Komplek

    Ngocoks Tak sadar, dari semenjak keluar kamar hingga dapur, bibir tipis Dian melantun sebait lagu yang semakin lama semakin keras. Dan dengan diiringi gerakan tarian manja, Dian menyanyikan keseluruhan tembang yang dibawakan oleh grup band lawas tersebut. Hingga ketika melewati ruang tengah, Dian dikagetkan oleh sesuatu.

    “Eh Mitha… kamu kok sudah pulang…?” Tanya Dian dengan nada kaget akan keberadaan putri semata wayangnya di sudut kursi ruang tengah.
    “I…iya mi… hari ini lesnya libur… khan sekarang hari jumat….” Jawab Mitha yang juga terkejut akan kehadirannya Dian yang tiba-tiba.

    “Haloo… halooo…. Mith…? Mitha…?” panggil seorang pria yang ada di ujung telephon
    “Eh iya… Ga kenapa-napa kok, cuma ada mami…” sambung Mitha

    “Hayoooo… kamu sedang telepon ama siapa sayang?” Tanya Dian menggoda anak perempuan satu-satunya.

    Didekatkannya telinga Dian pada gagang telephon yang berada pada genggaman Mitha, seolah ia ingin nguping. Namun karena malu, Mitha segera menghindarkan gagang telephon itu jauh-jauh dari jangkauan maminya.

    “Ahhhh… Mami kepo banget deh.… Cuma temen kok Mi…” Jawab Mitha malu-malu.
    “Hahaha… Dasar anak kecil…” tawa Dian yang akhirnya menyerah untuk menginvestigasi putrinya itu.
    “Udah sana, mami mandi gih… Tuh denger… Suara aer bathupnya dah penuh…”
    “Iyadeh… Yang masih ABG…” Canda Dian genit.

    “Halloohh…iya…………” kembali Mitha melanjutkan perbincangan serunya seolah barusan tak ada apa-apa.

    Sambil tersenyum, Dian pun ikut-ikutan tak menggubris Mitha yang sedang telepon. Dia segera menuju dapur untuk membuat jus melonnya.

    Dari dapur, suara berat Mitha masih sedikit terdengar. Dian sebenarnya berusaha untuk tak menghiraukan percakapan antara putri dan temannya itu, namun entah kenapa, jika melihat dari gelagat Mitha ketika menelpon, dia terlihat seperti sesosok mata-mata yang sedang membocorkan rahasia. Duduk disudut ruangan, bergelap-gelapan dengan pandangan mata yang selalu siaga mengawasi kondisi sekitar.

    Mau tak mau, Dian pun menjadi penasaran. Segera saja, ia mematikan mesin blender yang sedang menggiling daging buah melon itu, lalu ia pertajam indra pendengarannya. Dan mendadak, Dian lupa akan tujuan awalnya membuat jus melon sebagai teman mandi berendamnya.

    “Hihihi… iya bener.. rasanya bikin deg-degan gimana gitu….” Ucap Mitha lirih sambil sesekali ia tertawa kecil.
    “Bener-bener… bentuknya ga sama seperti gambar yang ada di buku… beda banget…”
    “Gedhe dan panjang…”
    “Iya.. Mitha juga pengen…”

    “Aduh… kapan ya bisa seperti kemaren lagi…?” Kembali Mitha celingukan, menengok kearah dapur dimana mamanya berada. Ia berjaga-jaga supaya tak ada seseorangpun yang mendengar percakapannya.
    “Mitha juga merindukan sodokan batang panjangmu sayang… hihihi…” kembali Mitha tertawa kecil.

    “Merindukan sodokan batang panjangmu…?” Tanya Dian dalam hati
    “Batang apakah yang sedang dibicarakan antara Mitha dan teman prianya ini?”

    Mendadak muka Dian menjadi merah, dan detak jantungnya berdebar begitu kencang. Apakah mungkin, Mitha sedang membahas tentang batang kelamin teman lelakinya? Mitha khan baru masuk kelas 2 SMP baru 15 tahun. Belum sepantasnya ia mendiskusikan tentang hal itu dengan teman lelakinya.

    Dian mencoba mengingat tentang kejadian beberapa waktu lalu. Ada beberapa kejanggalan mengenai putrinya yang susah untuk dijelaskan.

    Pulang larut malam, cupangan di leher bawah serta dadanya, dan yang paling mengejutkan adalah adanya plastic kondom di laci kamarnya. Hal itulah yang membuat pikiran Dian menjadi gelisah. Ada apa gerangan yang terjadi pada kelakuan putri satu-satunya itu.

    “Ah.. Kamu jangan gitu ahh… Mitha juga pengen….”

    Kembali Dian membuang semua pikiran aneh itu dan lebih memilih untuk mendengarkan percakapan putrinya dari jauh. Hingga, sebuah kalimat yang membuat detak jantungnya seolah berhenti.

    “Mitha juga pengen ngejilatin kontolmu Mas… pengen banget minum pejuhmu lagi..”

    DEG..

    Dian seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Walau terdengar begitu samar, namun Dian yakin, jika barusan ia mendengar putrinya ingin meminum sperma lelaki teman bicaranya.

    “Mitha ga sabar nunggu mami pergi keluar kota lagi, jadi khan kita bisa nerusin rencana mas Udin yang sempat tertunda kemaren..”

    “Udin….?” Tanya Dian dalam hati.

    Mendengar pembicaraan mereka yang mulai tak senonoh, Dian berjingkat pelan. Mendekat kearah Mitha dari arah belakang punggung Mitha dan…
    “Kamu sedang ngobrol dengan Udin si tukang ojek itu ya…?

    Mitha menengok kearah datangnya suara itu dan langsung berdiri dari tempat duduknya. “Sialan… udah dulu ya sayang, ada mami… ”

    Sebelum Mitha meletakkan gagang telephon itu ke badan telephon, Dian langsung menyerbu kearah Mitha sambil berteriak lantang.

    “Berikan telepon itu…” bentak Dian sembari menyambar gagang telephon itu dari tangan putrinya.
    “Dengar ya Din… Jika gue ngelihat lo dekatan dengan anak gue lagi, gue ga akan segan-segan untuk ngelaporin lo ke Polisi. Mengerti lo?” Bentak Dian sambil menutup telepon.

    Seperti mendengar gemuruh geluduk di siang bolong, Mitha yang mendengar lelaki tercintanya diancam seperti itu, menjadi tak terima “Miiii, apa yang mami lakuin sih? Emang Mas udin salah apa miiiih..??”

    “Mami ga suka kamu menjalin hubungan dengan lelaki tanpa masa depan seperti itu..”
    “Tapi miii, aku mencintainya…”

    “Buka matamu sayang… tukang ojek seperti dia tuh tidak cocok buatmu…”
    “Mitha tak peduli dengan apa kerjaan dia, yang jelas Mas Udin cinta ama Mitha…”
    “Jadi kamu menentang pendapat mami?”
    “Mami Jahat…Mitha benci Mami…”

    “Udah-udah… Kamu dihukum…. Weekend ini kamu tak boleh keluar rumah… sana masuk kamar..”
    “Aku benci mami… Aku benar-benar benci mami…!” Tangis Mitha histeris. Ia berlari masuk kamar lalu membanting pintu kamarnya keras-keras.

    Tiba-tiba, rasa bersalah muncul dalam hati Dian. Apakah dia salah atau terlalu keras dalam mendidik Mitha, sehingga Mitha bisa berteman dengan lelaki busuk semacam Udin. Apakah Dian kurang dalam memberikan perhatian dan kasih sayangnya, sehingga Mitha bisa menjalin hubungan special dengan lelaki tak terurus seperti Udin.

    Udin, lelaki yang dalam pandangan matanya benar-benar jauh dari ganteng, putih atau bermasa depan. Lelaki yang selalu menggunakan pakaian hitam belel, celana jean sobek dan berbau asem. Belum lagi reputasinya sebagai pengedar narkoba yang entah itu benar atau salah, semakin membuat citra Udin mejadi begitu buruk dimata Dian.

    Dian kembali teringat beberapa waktu lalu, ketika masa awal-awal perkenalannya dengan Udin. Udin adalah tukang ojek ujung komplek yang membantu mengantarkan Dian berangkat interview karena mobilnya entah kenapa susah untuk dinyalakan.

    Dan ternyata, semenjak kejadian itu, Udin menjadi tumpuan harapan bagi Dian dalam hal trasportasi. Baik sebagai sarana antar jemput atau untuk minta tolong segala macam kebutuhan Dian.

    Yah dengan kata lainnya, Udin dapat diandalkan sebagai tangan tambahan ketika Dian tak mampu dalam mengerjakan sebuah tugas.

    Ramah, baik dan tak perhitungan. Itulah yang membuat Dian percaya untuk menggunakan jasa Udin. Namun ada satu hal yang Dian kurang suka dengan tukang ojek itu. Udin memiliki sifat mesum. Apalagi semenjak putri semata wayang Dian juga mulai sering menggunakan jasa ojek Udin, sifat mesum Udin menjadi semakin menjadi-jadi.

    Hingga pernah, Dian beberapa kali memergokin Udin yang sering memphoto dirinya ataupun Mitha ketika mereka sedang mengenakan rok pendek atau baju dengan atasan berbelahan dada rendah. Dan yang paling parah, Dian sempat mendapati adanya sperma di kamar mandi, setelah kamar mandi itu digunakan Udin.

    Yup, Udin beronani dikamar mandi.

    Memang sih, Udin tak pernah mau mengaku melakukan hal itu, tapi Dian benar-benar yakin jika lelehan sperma di dinding dan lantai kamar mandi itu berasal dari batang penisnya.

    Udin juga sepertinya membawa dampak buruk kepada Mitha. Karena semenjak kenal Udin, Mitha menjadi sangat susah diatur, suka melawan, dan mulai menggunakan gaya berpakaiannya yang berbeda.

    Dulu, putri satu-satunya itu selalu malu jika diminta untuk mengenakan baju seksi, namun sekarang, tak disuruh pun Mitha dengan pedenya berani mengenakan jins ketat atau jeans super pendek, berkaos kecil, yang kesemuanya menonjolkan lekuk tubuhnya

    “Huuuhhh…. “ desah Dian lirih. Kali ini, pikirannya semakin kacau.
    “Mas Loddy…Apa yang harus Dian lakukan…?” Tanya Dian dalam hati. Diraihnya gagang telephon yang ada di atas meja ruang tengah, dan mulai menekan beberapa tombol.

    Dian berharap suami tercintanya yang sedang tugas keluar kota mampu memberikan masukan tentang masalah yang ia hadapi saat ini. Namun tiba-tiba Dian memilih meletakkan gagang telepon, dan tak jadi menghubungi suaminya. Ia tak mau mengganggu pikiran suaminya dengan masalah lagi. untuk sementara, ia pendam saja dulu masalah ini.

    Dian kembali kearah dapur, mengambil gelas jus melon favoritnya dan bergegas ke kamar mandi di lantai atas. Ia menutup pintu kamar mandi, meletakkan gelas jus disamping bathup dan mulai melucuti jubah mandinya. Dian berjalan ke cermin dan membiarkan jubahnya jatuh ke lantai. Itu adalah kebiasaan sehari-hari untuk memeriksa tubuhnya sendiri sebelum mandi.

    Dengan jeli, mata bulat Dian memeriksa sekujur tubuhnya. Terkadang, Dian merasa bangga akan tubuh yang ia dapati. Masih berusia 34 tahun namun sudah memiliki seorang putri cantik berumur 15 tahun. Hal itu pun terkadang membuatnya sedikit besar kepala, karena ketika mereka jalan berdua, tak jarang banyak orang yang salah mengira jika mereka kakak adik.

    Rambut hitam yang lurus panjang, menjuntai hingga punggung. Tubuh yang dibalut kulit berwarna kuning langsat, tinggi 165 cm dan berat tak lebih dari 50 kg itu pun sering membuat mata lelaki susah untuk tidak melihat kesintalan tubuh ibu satu anak itu. Belum lagi dengan tonjolan buah dada 34C dan bongkahan bokongnya yang membulat indah, membuat Dian benar-benar seperti bidadari.

    “Waktunya berendam…” bisik Dian dalam hati.

    Segera saja, Dian meluncurkan kaki jenjangnya kedalam bathup. Mencoba beradaptasi sejenak hingga tubuhnya menjadi terbiasa dengan panasnya air yang menggenang di bathup. Lalu tak lama kemudian, sekujur tubuhnya sudah masuk semua kedalam bathup itu.

    “Oooouuuhh… nyaman sekali rasanya…” desahnya lirih.

    Diusapnya pangkal luar lengannya yang mulus, pundak, payudara, perut, paha hingga kedua betis butir padinya. Dengan perlahan ia menyeka semua daerah itu sembari memeriksa kulit mulusnya. Dian memejamkan mata, dan menenggelamkan seluruh tubuhnya.

    ***

    Tak terasa, sudah hampir sejam Dian tertidur di bathup. Karena begitu sadar dari lelap, jemari tangannya sudah terlihat keriput, dan air yang memenuhi bathup itu sudah tak lagi hangat.
    Segera saja Dian beranjak dari bathup dan mulai membilas tubuh langsingnya. Dian mengambil sabun aroma melati dan membilas bahu serta lengannya sebelum pindah ke dadanya.

    Mendadak, Dian tersentak kaget saat sabun dan buih-buihnya meluncur di sekitar putting payudaranya. Puting berwarna merah muda itu selalu sensitif, bukan sensitive lagi, melainkan super sensitif . Sentuhan sepelan apapun, selalu dapat mengirimkan getaran kejang ke sekujur tubuhnya.

    Puting payudaranya selalu mencuat keras dan begitu menjulang jauh kedepan, sehingga terkadang putting itu terasa begitu ngilu jika terhimpit oleh kain branya. Dan saat ini, kedua putting payudara itu benar-benar sensitive, keras dan sakit.

    Dian menggosok sabun di sekitar bawah payudaranya sebelum meluncur di atas perutnya yang rata. Terakhir dia menyabuni selangkangannya dan meluncur ke tungkai pahanya. Dia tergoda untuk membiarkan tangannya berlama-lama di antara kakinya, daerah intim wanita yang selalu membuatnya merasa geli barcampur nikmat ketika digosok.

    “Andai kamu ada disini mas….” Sambil terus mengusap selangkangannya, kembali Dian membayangkan kehadiran suaminya.

    Rasa licin dan lembutnya sabun yang berada di sekitar puting payudaranya membuat dia terangsang. Ingin sekali rasanya bercinta saat itu juga, namun Loddy, suami Dian masih dinas diluar kota. Dan masih ada waktu sekitar seminggu lagi hingga suaminya bisa pulang dan menyetubuhinya.

    Lagi-lagi. Dian harus menahan birahi yang memuncak itu. Dian ingin ketika suaminya pulang, ia akan mendapatkan kebinalan dirinya secara penuh.

    Setelah kurang lebih lima menit membilas tubuh, Dian akhirnya menyudahi mandi sorenya.
    Ditariknya karet penyumbat bathup itu dan ia segera beranjak keluar kamar mandi. Dikeringkannya tubuh basah itu dengan handuk putih tebal lalu menggosokkan baby oil ke seluruh kulit tubuhnya.

    Mendadak, Dian merasa begitu lapar.

    Mandi berendam di sore hari seperti ini memang sangat menguras stamina. Walau sama sekali tak melakukan aktifitas apapun, tubuh seperti baru saja melakukan renang melewati dua pulau.

    Dengan rambut yang masih digelung kain handuk, Dian keluar dari kamarnya dan menuju kedapur. Suasana rumah kembali terasa sepi, karena si Mitha sedang menjalani hukumannya di dalam kamarnya.

    Namun, ketika Dian melewati kamar Mitha, sayup-sayup terdengar suara cekikikan yang sangat ia kenal.

    Dengan cepat, Dian membuka pintu kamar putrinya dan melihat kesekeliling ruangan. Mitha yang semula sedang tertawa-tawa, langsung menyembunyikan handphone yang ia genggam kebelakang punggungnya begitu maminya masuk.

    “Kesinikan handphonemu…” pinta Dian
    “Buat apa mi…?” Tanya Mitha
    “Kesiniin….!!!” Ucap Dian lagi dengan nada sedikit keras.

    Dengan berat hati, Mitha melempar handphone itu ke sudut kasur, dekat dengan posisi Dian berdiri.

    “Mitha smsan ama Rezy mii…. Bener kok…”
    “Yuk kita lihat…”

    Merasa pernah muda, Dian tak bisa dibohongi anak semata wayangnya begitu saja. Ditekannya tombol hijau di telpon Mitha, menelpon teman putrinya yang bernama Rezy.

    “Baru juga sms-an bentar, sayang Mitha udah kangen ama kontol abang udin ya? Sampe nelpon-nelpon segala…” ujar lelaki dari ujung telephon,
    “BANGSAT lo Din… JAUHI Mitha…!!!” bentak Dian seketika dan mengakhiri pembicaraan.

    “Mitha… mami kecewa denganmu… mami tak mengira kamu masih berhubungan dengan lelaki mesum itu..”
    “Biarin… Mitha cinta bang udin… dan Mitha tak akan tinggal diam melihat mami menghalang-halangi hubungan kami…”

    “Berani kamu ya…?” Emosi Dian meningkat. “Ayo ikut mami… mami tak akan membiarkanmu seperti ini”
    “Mitha ga mau ikut…” Tolak Mitha sengit sambil cemberut dan menyilangkan lengan didepan dadanya.
    “Ikut…!” bentak Dian sambil mencengkeram pergelangan tangan Mitha.

    Diseretnya putri semata wayangnya itu kearah kamar tidurnya.

    “Kali ini kita tukeran kamar tidur… “ ujar Dian sambil mendorong Mitha secara paksa memasuki kamar tidurnya. “Kali ini, kamu akan merasakan, apa itu rasanya dikurung…” tambah Dian lagi sambil mengunci pintu kamar tidurnya.

    “Mitha benci mami… Mitha ga mau punya mami jahat seperti mami…” histeris Mitha dari dalam kamar Dian.

    Sebenarnya, Dian merasa menyesal akan apa yang telah ia lakukan pada Mitha barusan. Akan tetapi ia sama sekali tak memiliki jalan keluar tentang apa yang harus dilakukan guna memisahkan putri satu-satunya dengan ojek kampung itu.

    Dian merasa begitu frustasi, dan berpikir untuk segera menelpon Lody. Namun, kembali, ia mengurungkan niatnya. Ia tak ingin membuat suaminya itu khawatir akan apa yang terjadi kepada putri satu-satunya tersebut.

    Dengan langkah gontai dan pikiran kalut, Dian berjalan kearah dapur dan membuat makan malam. Dua porsi besar spageti bakso dan dua gelas orange jus, satu untuk dirinya, dan satu untuk Mitha.

    Sejahat-jahatnya ibu, Dian tak tega juga melihat putrinya hanya meringkuk di sudut tempat tidurnya.
    “Mitha… nih makan malamnya udah mami siapin.. yuk kita makan malam bareng.…”

    Tak ada jawaban sedikitpun dari Mitha. Rupanya saat itu Mitha masih benar-benar sebal akan hukuman dari Dian.

    Walau sedang menghukum putri semata wayangnya, Dian juga tak tega melihat putrinya itu kelaparan. Oleh karena itu, ia sengaja meletakkan makan malam itu di dalam kamar tidurnya, lalu kembali keluar dan mengunci kamarnya lagi.

    “Aku mami yang sadis….” Ujar Mitha dalam hati.

    Malam semakin larut, rasa kantuk karena makan malam pun mulai menyergap. Dan karena kamar tidur Dian malam ini ditempatin oleh Mitha, mau tak mau Dian harus tidur dikamar Mitha.

    “Sudah lama juga aku tak pernah berkunjung ke kamar yang mungil ini..” Sejenak, Dian mengamati sekeliling kamar putrinya. Laptop, TV, audio set, lemari, rak buku dan tempat tidur dengan sprei dan selimut berwarna pink. Dinding berwarna hijau muda yang ditempeli beberapa poster idola, AC dan dua buah jendela yang ada disamping-samping tempat tidur. Tak ada yang special dari kamar itu, sama seperti remaja cewe pada umumnya.

    Dian kembali berkeliling kamar mungil itu. Di atas meja belajarnya terdapat beberapa photo Mitha mengenakan bikini seksi bersama teman-temannya ketika berenang di pantai beberapa tahun lalu. Melihat tubuh putrinya mengenakan bikini, Dian benar-benar bersyukur karena telah memiliki putri yang cantik seperti Mitha.

    Perhatian Dian mendadak tertuju pada laptop Mitha. Laptop itu masih aktif karena lampu indicator masih menyala. Penasaran akan apa yang ada dalam laptop Mitha, Dian segera membuka laptop itu.

    Tak ada sesuatu yang disembunyikan di laptop itu, hanya berisi tugas-tugas sekolah, photo dan beberapa game. Namun, ketika sedang asyik-asyiknya ‘menggeledah’ isi laptop Mitha, Dian menyadari ada sebuah folder yang sangat mengganggu. Folder berisikan gambar-gambar Mitha yang menurutnya kurang sesuai dengan gambaran anak berusia 15 tahun.

    Folder itu berisikan photo-photo dari catatan sex Mitha semenjak dia berkenalan dengan Udin. Mitha sepertinya sengaja mendokumentasikan segala macam coretan tangannya dengan cara memphotonya dan menyimpannya di dalam laptop.

    Corat-coretan vulgar yang menggambarkan kapan Udin mencium Mitha.
    Corat-coretan vulgar yang menggambarkan gimana rasanya putting ketika dijilat.
    Corat-coretan vulgar yang menggambarkan apa rasa pejuh ketika masuk mulut.

    Corat-coretan vulgar yang menggambarkan sketsa kelamin pria yang sama sekali tak proporsional dengan postur tubuhnya dengan tulisan “Kontol Bang Udin Tersayang” dan gambar kecupan bibir di sekujur gambarnya.

    Dan yang paling parah, Mitha memiliki beberapa photo penis Udin kampung itu. Mulai dari kondisi lemas, setengah ereksi, ereksi sempurna, blowjob, hingga photo penis yang sudah memuncratkan pejuhnya di mulut Mitha.

    “Ya ampun… sudah sejauh inikah hubungan mereka?”

    Tak tahan dengan pikiran yang mendadak menghantui, Dian segera mematikan laptop putrinya dan duduk di tempat tidur. Dengan nafas yang masih menderu-deru, Dian mencoba menenangkan diri.

    Satu hal yang dipikirkan Dian semenjak ia melihat photo-photo catatan Mitha.

    “Udin harus sesegera mungkin dijauhkan dari kehidupan Mitha… ya.. itulah satu-satunya cara untuk membuat Mitha kembali nurut seperti dulu lagi” batin Dian sembari menenggak seluruh jus orange sisa makan malam itu hingga tak tersisa.

    Mendadak, kepala Dian pusing. pandangan matanya kabur, dan kelopak matanya menjadi sangat berat.

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Tumbal Pesugihan

    Tumbal Pesugihan

    Khusus Dewasa 21+

    Bagaiamana rasanya memakan bakso persugihan lendir dari hubungan intim? pasti enak sekali bagi yang pernah memakannya tanpa tahu bakso yang di makan mengunakan persugihan Lendir hubungan intim bercampur dengan Spe*ma pria.

    Salah satu cara yang di lakukan oleh Herman dan Lala untuk bisa kaya dan tidak perlu capek kerja. keduanya menumbalkan Narnia sebagai persugihan lendir untuk perlaris bakso.

    Setiap malam, Narnia harus mengalami malam yang panjang bersama para pria satu demi satu tanpa mengetahui dirinya telah di setubuhi secara paksa. untuk menguras lendir di tubuhnya.

    Novel Dewasa Tumbal Pesugihan
    Novel Dewasa Tumbal Pesugihan

    Ngocoks Tumbal Pesugihan Ping… Sebuah pesan whatsapp masuk ke ponsel salah satu gadis cantik yang kini duduk di kelas 2 Sma di salah satu sekolah di bandung. Gadis itu sedang rebahan di atas Kasur kontrakan yang berukuran single dengan ruangan bernuasa pink hello kitty yang merupakan kesukaanya. Serta berapa boneka hello kitty menghiasi atas ranjang tersebut.

    Gadis cantik dengan rambut panjang sepinggang itu bernama Narnia. Narnia mengambil ponsel di samping tubuhnya, untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan untuknya.

    Tombol kunci di layar ponsel di buka dan ia menekan tombil hijau whatsapp untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan untuknya.

    Pesan yang masuk, merupakan pesan dari ibu sambungnya yang meminta Narnia untuk tinggal di Jakarta dan menetap bersama dengannya.

    Narnia agak ragu untuk memberikan jawaban atas permintaan sang ibu sambung. karena ia masih betah tinggal di bandung. Di salah satu kontrakkan sederhana yang dekat sekolah dan selain itu, ia tidak enak sama keluarga baru ibunya yang sudah mempunyai anak dan suami. Sekarang posisinya adalah, ia adalah orang luar dan tidak berhubungan apapun dengan mereka.

    “Haruskah aku tinggal bersama mereka?” batin Narnia.

    Keraguan menyusup di hati Narnia, ia menolak secara halus tawaran ibu sambungnya. Karena tidak enak hati dan takut-takut seperti cerita di sinetron yang keberadaannya tidak di anggap sama sekali dan di siksa oleh pihak keluarga ibu sambungnya.

    Sang ibu sambung yag melihat pesan Lala langsung mendengus kesal, ia tidak terima atas kegagalan ini dan niat jahatnya masih tetap tidak berubah sama sekali.

    “Kurang ajar,” gumam ibu sambung.

    Sang ibu sambung tidak menyerah begitu saja, ia kembali membujuk Narnia dengan iming-iming kuliah di Jakarta karena permintaan terakhir ayah Narnia. Pesan selanjutnya membuat Narnia bimbang.

    Benarkah, ayahnya menginginkan ia kuliah setelah selesai kuliah. Banyak pertanyaan di hati Narnia. Di sertai dengan keraguan dan kecurigaan terhadap ibu sambungnya.

    Ping…

    Pesan whatsapp masuk ke sekian kalinya, dengan isi semua biaya kuliah sudah di persiapkan jauh-jauh hari oleh sang Ayah. Sehingga Narnia tidak perlu cemas dengan segala pengeluaran dan biaya bulanan.

    Narnia masih bimbang untuk membalas pesan tersebut, sehingga ia meminta waktu untuk berpikir lagi.

    Melihat jawaban Narnia yang masih ada keraguan, Lala berdecak kesal.

    “Keras kepala sekali anak ini.”

    “Biarkan dia berpikir dulu,” saran Herman.

    “Di biarkan sampai kapan, bisa-bisanya kita kehilanga tumbal persugihan selanjutnya!” ucap Lala mengingatkan.

    Herman memangut-mangutkan kepala.

    “Waktu kita tidak banyak lagi, tumbal ini sudah tidak berguna lagi!” ucap Lala yang masih sibuk mengingatkan Herman atas tujuan persugihan makanan yang mereka kelola yang mulai menyusut banyak.

    “AKu tau, coba kau minta dia liburan sehari atau dua hari di sini! Untuk menarik perhatiannya, dengan mengajak ia keliling Jakarta dan ke sekolah Ardi dan Adam. Siapa tau dia berminat pindah sekolah.” Jelas Herman dengan usulnya kali ini.

    Lala yang mendengar usul Herman, langsung setuju dengan ide tersebut. Berhubungan sabtu tanggal merah dan senin masih tanggal merah. Maka Lala langsung mengirimkan pesan kepada Narnia untuk membujuknya ke Jakarta dengan memfasilitaskan apa yang di inginkan Narnia dengan alasan ia sudah kangen.

    Sekaligus mengajak Narnia untuk berziarah ke makan orang tua Narnia. Bagaimanapun ia adalah ibu sambungnya. Masih ada kewajiban mengingatkan Narnia.

    Narnia menghela nafas panjang, ia lupa bagian ini dan akhirnya ia setuju dengan apa yang di tawarkan oleh ibu sambungnya. Bahwa ia akan pergi ke Jakarta pada hari jumat siang.

    Lala dan Herman saling melihat satu sama lain, mereka tertawa terbahak-bahak, rencana mereka akhirnya berhasil menarik simpati Narnia.

    “Dengan begitu, sebelum tumbal persugihan dari wanita yang d kencani oleh Adam tidak berguna lagi. Kita harus secepatnya mejadikan Narnia sebagai peganti wanita persugihan yang lama!” ujar Lala yang di anggukkan oleh Herman.

    “Dengan begitu, kita tidak akan mati kelaparan dan di pandang rendah orang lain!” balas Herman yang yakin dengan keputusan yang mereka berdua ambil kali ini.

    Lala dan Herman saling melihat satu sama lain, hal ini hanya di ketahui oleh mereka bertiga tanpa melibatkan Ardi.

    Adam yang sibuk dengan para wanita yang ia kuras lendirnya, selalu mendapatkan apa yang di inginkan dan sekaligus menjadi artis pendatang baru di dunia interment. Tujuan Adam tak lain hanya menjual tampang dan meniduri para wanita yang masih bersih untuk mendapatkan kenikmatan. Sekaligus lendir untuk persugihan yang akan di gunakan untuk membuat kuah bakso yang di jual oleh ayah dan ibu tirinya.

    Dengan begitu, penghasilan yang ia dapat berlipat-lipat untuk memenuhi gaya hidup mewahnya di Jakarta dan sekaligus menjadi orang berstatus.

    “Apa!?” ucap Adam terkaget dengan perkataan ibu tirinya, bahwa ada saudara lain yang akan menginap berapa hari di kediaman mereka. Sehingga Adam di minta keluar dari rumah sebelum waktu di tetapkannya persugihan untuk menguras lendir Narnia.

    “Ini semua demi keselamatan kita bersama-sama dank au juga yang akan mendapatkan malam pertama Narnia. Aku rasa ini penukaran yang setimpal, bukan?” balas Lala yang berusaha membujuk Adam.

    “Kau bisa menyentuhnya setiap kali yang kau mau, untuk sementara mengalah dulu! Keandaan kita seperti ini sungguh mencemaskan dan para wanita yang lendirnya yang sudah di kuras olehmu, banyak yang tidak bermanfaat sama sekali. Sehingga penjualan kita banyak surut,” timpal Herman yang membela Lala.

    Adam terdiam dan berpikir, apa yang di katakan oleh ayahnya. Karena ia juga sering main ke tempat usaha ayahnya dan hari demi hari semakin sepi. Tidak seramai dahulu, sehingga apa yang di katakan oleh ayahnya masih masuk akal. Semua demi keselamatan bersama-sama dan ia hanya perlu bersabar berapa hari.

    “Baiklah, aku akan mencari wanita lain untuk di kuras lendirnya dulu! Demi ke langsungan usaha kalian. Jika sampai kalian bangkrut, maka aku juga akan kena dampak susahnya. Aku tidak mau hidup melarat sama sekali dengan usaha yang bangkrut,” ujar Adam yang setuju dengan memberikan kamarnya kepada Ardi dan Ardi memberikan kamarnya kepada Narnia. Yang akan di gunakan oleh Narnia berapa hari selama di Jakarta.

    Awalnya Ardi tidak setuju, walau ia tidak terlibat dalam persugihan makanan yang di lakukan keluarganya. Karena ia tidak suka kamarnya di berikan kepada orang lain dan akan menyusahkannya untuk pulang malam secara diam-diam.

    “Ardi, ini demi keselamatan kita! Kamu pasti tidak mau kan hidup di kolong jembatan dan selalu di hina orang,” ujar Herman yang membujuk Ardi yang masih keras kepala saat ini.

    Ardi mendengus kesal.

    “Berapa lama?” tanya Ardi.

    Ketiganya saling melihat satu sama lain.

    “Mungkin berapa hari atau berapa tahun, sampai ia tidak bisa di gunakan lagi untuk persugihan ini,” jelas Herman.

    Wajah Ardi menghitam.

    “Aku saja ikhlas dengan menyerahkan kamarku yang mewah kepadamu! Kenapa kau tidak ikhlas dengan menyerahkan kamarmu untuk Narnia. Padahal kamarmu itu tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan punyaku,” cibir Adam secara sinis.

    Ardi menoleh ke arah Adam dan melototinnya dengan tatapan yang tajam.

    “Baiklah,” ucap Ardi yang akhirnya mengalah.

    Karena bagaimana juga ia merupakan pihak yang mesti selalu mengalah demi semuanya. Di pertahankan juga tiada gunanya. Pasti ujung-ujungnya di minta mengalah oleh ketiga orang yang terkibat persugihan dengan dukun bernama Joko.

    Wajah ketiganya berseri-seri, Adam memilih mengemas barang-barangnya untuk pindah ke apertemen mewah yang ia beli dari hasil menguras lendir para wanita yang ia jebol tiap malam. Sedangkan Ardi mengemas barangnya untuk pindah ke kamar Adam yang kini kosong omplong. Hanya sisa peralatan di dalam.

    “Ck ck ck ck… kenapa aku harus selalu memakai kamar bekasmu?” cibir Ardi dengan nada tidak sukanya kepada Adam yang di nilai lebih baik darinya dan selalu di bela oleh orang tuanya secara mati-matian.

    Seolah-olah dirinya ini tidak ada harganya sama sekali di mata kedua orang tuanya yang selalu membanggakan Adam.

    “Lihat saja, suatu saat aku akan melebihmu!” ucap Ardi yang melemparkan semua bajunya tanpa di susun ke dalam lemari pakaian.

    Sedangkan Herman dan Lala, bergegas mengubah kamar Ardi menjadi kamar anak gadis yang akan di tempati oleh Narnia besok siang. Segala sprai di ganti dengan yang baru dan lantai di gepel hingga bersih.

    Termasuk dinding di tempelin stiker pink dan di hiasi oleh Hello kitty. Berapa boneka sengaja di beli dan peralatan mandi untuk wanita juga di persiapkan oleh keduanya untuk menarik perhatian Narnia yang akan menghuni kamar tersebut. Tidak lupa, model lampu kamar langsung di ganti menjadi lampu gantung untuk memperindah suasana kamar.

    “Semuanya sudah beres,” ucap Herman menyekat keringatnya.

    “Semoga dia suka dengan dekor kamar ini,” balas Lala yang menghela nafas panjang karena kelelahan.

    Sebenarnya, bisa saja mereka meminta pelayan melakukannya. Tapi keduanya tidak ingin pelayan curiga sama sekali. Bahwa kamar Ardi ada salah satu jendela yang bisa di masuki dari luar dengan cara khusus. Sehingga akan menyusahkan mereka berdua pada akhirnya.

    Jumat pagi, Narnia masih di sekolah. Ia mengikuti berapa pelajaran sampai siang hari. Jam menunjukkan jam 1 siang, ia pun bergegas mandi dan memilih baju kadar apanya untuk di bawa ke Jakarta.

    Lala yang tidak sabaran, berapa kali mengirimkan Narnia pesan untuk memastikan Narnia benar-benar akan datang atau tidak. Karena ia tidak ingin usahanya gagal total.

    “Jadi kok, Bu!” balas Narnia yang kini berjalan memasuki dalam pesawat di bandung menuju ke Jakarta.

    “Hati-hati di jalan, ibu sudah di bandara menunggu kedatangamu!” balas Lala dengan suara super bahagianya.

    “Iya,” balas Narnia yang mengakhiri pembicaraan. Ketika ia akan memasukkan kopernya ke atas bagasi di atas kepalanya.

    Karena Narnia agak pendek, sehingga susah untuk mencapai bagasi tersebut. Seorang pria dengan wajah masam dan menggunakan kacamata. Langsung membantu Narnia memasukkan koper tersebut dan di balik kacamatanya, ia sempat melirik kedua dada Narnia yang dapat terlihat dari balik kaos yang kerahnya berpotongan lebar.

    Seketika, bagian bawahnya terasa mengeras untuk memasuki liang Narnia yang berterima kasih padanya tanpa menyadari apa yang ia rasakan saat ini.

    “Sama-sama,” balas pria itu dengan suara dinginnya dan berjalan ke arah belakang.

    “Ck, cakep-cakep tapi judes!” batin Narnia yang langsung duduk di kursi dekat jendela sambil melihat majalah di depannya.

    30 menit kemudian, pesawat mendarat di bandara internasional Sukarno-Hatta. Lala yang berdiri di bagian kedatangan. Berapa kali melihat setiap penumpang pesawat yang keluar dari pintu.

    Hatinya benar-benar tidak tenang, sebelum ia memastikan Lala sudah sampai ke Jakarta. Bukan karena mencemaskan keselamatan Lala, melainkan mencemaskan bisnis persugihan yang ia kelola bersama Herman yang kini menumbalkan Narnia dalam tumbal selanjutnya. Setelah para wanita terdahulu sudah tidak berguna lagi.

    Narnia berjalan keluar dan ia melihat ibu sambungnya berdiri dengan perasaan geli. Ia langsung menghampirinya dan memeluknya.

    “Ibu,” panggil Narnia dengan suara manjanya.

    “Syukurlah, akhirnya ibu bisa tenang!” ucap Lala dengan nada cemas yang di buat-buat untuk menghindari kecurigaan Narnia.

    “Apa aku bilang, Narnia pasti keluar. Kamu saja yang terlalu cemas berlebih-lebihan,” timpal Herman yang juga bermain sandiwara sebagai ayah tiri yang baik untuk anak sambungnya dari istri kedua.

    Narnia tersenyum lembut menatapi Herman dan kemudian menatapi ke arah wajah ibu sambungnya yang memakai riasan make up tebal.

    “Mau makan dulu atau langsung pulang?” tawar Herman kepada Narnia yang saat ini bermanja-manja dengan Lala.

    “Lebih baik makan dulu! Ibu yakin, kamu pasti belum makan sama sekali?” timpal Lala dengan acting yang masih di buat-buat olehnya.

    Narnia menganggukkan kepala, ia setuju untuk makan bersama dengan ibu sambung dan ayah tirinya.

    Ketiganya berjalan memasuki pakiran mobil, Herman membawa keduanya ke mall grand city untuk mencari makanan. Karena di dalam mall tersebut banyak kafe dengan segala jenis makanan yang ada. Sehingga memudahkan Narnia untuk memilih apa yang mau di makan. Sepanjang perjalanan, Narnia melihat sekelilingnya dan tanpa sengaja ia menabrak seorang pria yang sedang memegang ice cream.

    “Maaf aku tidak sengaja,”ucap Narnia lirih.

    Pria itu tersenyum melihat siapa yang menabraknya dan juga merupakan target untuk di kuras lendirnya.

    “Tidak apa-apa, aku yang salah! Jakan tidak lihat-lihat,” alasan Adam. Karena sejak awal, ia sudah ingin melihat seperti apa tampang Narnia. Sehingga tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Adam mengikuti mereka dari belakang dan hasilnya tidak mengecewakan sama sekali. Pantas saja, dukun Joko mengatakan Narnia memang cocok untuk ikut persugihan ini dan bakal laris manis.

    Narnia masih meminta maaf dan mengeluarkan tisu untuk membantu Adam membersihkan noda ice cream coklat di kemeja putihnya.

    “Lo Adam, kamu di sini?” tanya Herman yang kaget sekaligus curiga.

    “Iya, aku kan tinggal dekat sini!” alasan Adam.

    Narnia melihat ke arah Herman dan ke arah Adam secara bergantian.

    “Nar, kenalin. Ini Adam, anak ayah dengan istri pertama!” ucap Herman yang memperkenalkan Adam kepada Narnia.

    “Salam kenar, jadi kamu yang namanya Narnia? Cantic seperti cerita ibu dan senang berkenalan denganmu, semoga kita bisa jadi teman yang baik!” ucap Adam yang mengulurkan tanganya kepada Narnia.

    Wajah Narnia memerah dengan tersipu malu menerima uluran tangan Adam yang sungguh kebetulan menjadi saudara tirinya.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
  • Meluluhkan Hati Ibu

    Meluluhkan Hati Ibu

    Cerita Sex Meluluhkan Hati Ibu – Saya Rizwan usia 18 tahun kelas 3 SMA 1 Cinangka, anak pertama dari satu bersaudara yaitu adikku Puput 7 tahun masih sekolah SD. Yahya ayahku berusia 49 dan Maemunah dikampung saya biasa disebut Bu Mae usia masih lumayan muda 38 tahun.

    Dalam kisah ini saya ingin khusus menceritakan hubunganku dengan ibuku, Maemunah adalah seorang guru SD dikampung cipeju yang paling bahenol disekolah itu.

    Tubuhnya yang berisi juga payudaranya yang lumayan besar, belum lagi pantatnya yang lebar dan besar selalu menjadi fantasiku kalau lagi coli.

    Pertama kali ibuku menjadi fantasiku ketika waktu itu aku masih SMP, aku mendengar rintihan ibuku ngentot dengan ayahku dan karena penasaran aku pun mengintip celah lobang pintu.

    Cerita Sex Meluluhkan Hati Ibu
    Cerita Sex Meluluhkan Hati Ibu

    Ngocoks Aku sampai terbelalak melihat ibu mengangkang dikasur dengan posisi ayahku menindih ibu sambil menggenjotnya berkali-kali sehingga ayahku terus-menerus mengerang, kulihat ibuku memeluk ayahku dan meremas pantat ayah.

    Lalu tiba-tiba ayah mengejang dan menghentakkan pantatnya kebawah merapatkan tubuhnya dengan ibuku

    “Aahhh Bu enak sekali memek ibu ayah puas sekali…Aaahh….”

    “Baru Lima menitan pak kok udah selesai.. ibu belum keluar pak…”

    “Abis mau gimana lagi bapak udah muncrat duluan, kontol bapak juga udah lemes Bu.. ya sudah bapak capek mau tidur…”

    Ayah turun dari tubuh ibu lalu tidur membelakanginya, ibuku melamun meremasi bantalnya sambil melihat ke arahku, ibuku tidak tahu bahwa anaknya telah melihat tubuh mulusnya yang menjadi awal fantasi coli ku. Sejak saat itu aku sering coli sambil menyebut-nyebut ibu,

    “Ohh Maemunah memekmu pasti enak sekali.. Aahhhh!!” Sampai aku muncrat dan kontolku masih saja tegak dengan angkuhnya, aku belum mendapatkan kepuasan walaupun sudah kukeluarkan spermaku, yang dipikiranku selalu ada ibu dan suatu saat nanti aku ingin sekali ngentot dengan ibuku, aku akan berjuang meluluhkan hati ibuku.

    Tiga tahun sudah berlalu bayangan ibu selalu memenuhi pikiranku dan sekarang aku sudah berusia 18 tahun nafsu seks-ku semakin menjadi-jadi ingin menikmati tubuh bahenol ibuku.

    Tapi tetap disekolah aku berusaha belajar serius, sampai di semester akhir ini aku aku pernah ranking pertama walaupun sekarang menurun diperingkat dua dan tiga.

    Meskipun ibu menjadi bahan fantasi coliku, aku berusaha untuk tak terlalu membebani ibu. Disekolah selalu belajar serius, dirumah aku membantu pekerjaan rumah ibu dan bahkan membantu ibuku menyelesaikan tugas murid-muridnya yang dibawa kerumah untuk diperiksa.

    “Nak, ibu bangga mempunyai anak seperti kamu. Selain pintar, kamu juga sangat memperhatikan keadaan ibu.”

    “Itu karena Rizwan sayang ibu, gak tega rasanya ku biarkan ibu merasakan lelahnya disekolah mengajar, lalu ditambah dirumah juga membawa tugas-tugas sekolah.

    Jika ada apa-apa Rizwan siap membantu ibu..”

    “Sini sayang ibu ingin meluk kamu nak” ku hampiri ibuku lalu dipeluknya aku sambil berkata

    “kamu sudah besar ternyata nak, malah tinggian kamu sekarang, makasih yaa sayang.. ibu benar-benar merasa terbantu dengan adanya kamu..”

    “Aku senang bisa meringankan beban ibu, Rizwan sayang ibu..”

    “Iyaa sayang ibu juga sayang kamu, ya sudah ibu mau ngerjain tugas anak-anak dulu yaa sayang tinggal sedikit lagi..”

    “Baik Bu, kalau ada apa-apa bilang Rizwan ya Bu?”

    “Iyaa iyaa ihh putra ibu selaluuu aja bikin senang ibu..hihihi”

    Sebenarnya ibu memelukku jika tak ada ayah aja, dia merasa canggung memeluk anaknya didepan suaminya.

    Meskipun sebenarnya ayah biasa-biasa saja tak merasa risih atau aneh, malah pernah ibu memelukku didepan ayah dan ayah malah bilang

    “wah-wah! Anak dan ibu akur banget ayah senang lihatnya. Beda dengan anak tetangga setiap hari ribut-ribut terus.”

    “Iyaa pak, putra kita yang satu ini selain pintar sayang sama orang tua, selalu nurut kepada ibu dan membantu pekerjaan ibu.”

    “Owh.. siapa lagi dong bapaknya iya kan nak?” Kata ayah kepadaku.

    “Iyaa yah kan Rizwan putra ayah..”

    “Yeee Rizwan juga putra ibu, siapa yang mengandung? Siapa yang menyusui? Siapa coba yang melahirkan? Ibu lho pak.. bapak kan cuman modal flashdisk doang Weeee..” kata ibu sambil menjulurkan lidah kepada ayah, tapi tangannya masih memelukku.

    “Hahahaha! iyaa iyaa terserah ibu lah! Ayah mengalah saja daripada piring melayang..”

    Aku merasa senang keluarga ini terlihat selalu tersenyum bahagia, tapi terkadang aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan ibu dan aku sendiri sedang mencari tahu apa sebenarnya yang disembunyikan ibu kepadaku.. Ketika ayah sedang ada dirumah, aku sering mendengar ayah mengerang tatkala suasana rumah sunyi.

    Kira-kira jam 10 malam aku tidak begitu memperdulikan suara itu karena saking seringnya aku mengintip, paling hanya sepuluh menitan suara erangan itu lenyap dan kebiasaan ayahku pastinya langsung tidur lelap karena kecapean setelah ejakulasi.

    Didapur aku menyeduh teh manis untuk menenangkan pikiran kotorku, biasanya aku membawanya kekamarku supaya lebih santai.

    Ketika sedang asik menyeduh teh manis ibuku kedapur dan agak kaget ternyata ada aku didapur, sedangkan ibu hanya memakai kain sarung yang menutupi tubuhnya.

    Untuk mengalihkan perhatian ibu yang melihatnya dalam keadaan acak-acakan, aku pura-pura tak menyadari dan menyapa ibuku.

    “Ibu? mau kemana Bu?”

    “Ke kamar mandi sayang bersih-bersih dulu, kirain gak ada kamu didapur ibu kaget tadi..”

    “Abis ibu dari kamar mandi kita minum teh dulu Bu ya?”

    “Hmmm… Boleh, lagian ibu juga belum ngantuk betul..”

    Ibuku pergi ke kamar mandi dan aku mendengar jelas suara air kencingnya yang begitu merdu, mungkin ibu sedang membersihkan memeknya dan mencuci mukanya.

    Datanglah ibu keluar dari kamar mandi lalu duduk di sampingku, ku sediakan secangkir teh manis hangat untuk ibuku dan duduk disamping ibu.

    “Makasih sayang, kamu itu pandai banget ngambil hati ibu… Aaahh… Teh manis buatan kamu memang pas”

    “Gak kemanisan kan Bu? Kalau kurang manis liat aku aja Bu hehee..”

    “Dasar ya kamu malam-malam udah gombalin ibu.. kamu belum ngantuk sayang?”

    “Belum Bu, tadi abis baca buku.. Rizwan merasa haus makanya kedapur bikin teh manis.. maaf Bu, sebelumnya Rizwan minta maaf ada yang ingin Rizwan tanyakan sama ibu..”

    “Nanya apa sayang?”

    “Emmm.. sudah lama sebenarnya Rizwan memperhatikan ibu seperti masih ada beban yang ibu pendam selama ini.. ibu jangan malu untuk ceritakan uneg-uneg ibu, Rizwan pasti mendengarkan keluh kesah ibu..”

    “Itulah nak seperti yang barusan kamu katakan, ibu malu mengatakannya.. entah ibu harus bagaimana? Dan dari mana mengatakannya.”

    Ku genggam telapak tangan ibu dengan kedua tanganku, aku berusaha menguatkan mentalnya agar ibu mau mengatakannya.

    “Bu, percayalah.. Rizwan akan menjaga rahasia ibu asalkan ibu percaya sama Rizwan, aku ingin ibu membagi perasaan ibu kepadaku Bu, karena Rizwan menyayangi ibu..”

    Mata ibu mulai berkaca-kaca lalu menangis dipelukanku, suara tangisan ibu agak ditahannya agar tidak terdengar ayah.

    Sekitar tiga menit ibu menumpahkan tangisannya dipelukanku, lalu ibu menenangkan diri dan mulai ingin berbagi rasa denganku.

    “Nak, ibu punya rahasia yang ibu pendam.. bahkan ayahmu sendiri tidak mengetahuinya. Bertahun-tahun sejak ibu melahirkan kamu, ibu belum pernah merasakan kenikmatan hubungan badan dengan ayahmu. Batin ibu terasa sangat tersiksa menahan beban batin yang ibu pendam bertahun-tahun.

    Tapi.. ibu berusaha menampakkan ekspresi bahagia karena ibu tak ingin membuat ayahmu kecewa.

    Akhirnya ibu lega sekarang sayang, perasaan ibu yang memendam beban batin itu sekarang sedikit terobati dengan bercerita sama kamu sayang. Makasih yaa sayang… Ibu merasa beruntung melahirkan kamu, ibu juga sayang kamu..”

    “Iyaa Bu Rizwan juga sangat menyayangi ibu, Rizwan senang ibu mempercayai Rizwan Bu.. nanti kapan-kapan kita curhat lagi ya Bu? Makasih bu sudah mengeluarkan uneg-unegnya, Rizwan akan berusaha membahagiakan ibu..”

    “Ya sudah makasih sudah mau mendengarkan curhatan ibu ya sayang, ibu mau kekamar dulu nanti ayah kamu nyari ibu walaupun tak mungkin minta lagi..”

    Ibu bangkit berdiri dari kursi, aku pun berdiri dan kupeluk ibuku dari depan, ibuku sedikit terkejut dengan pelukanku yang tiba-tiba itu, tapi tak melarangku atau memprotesnya malah ibuku memelukku juga sehingga kami saling berpelukan.

    Ibu merasakan ketenangan sedangkan aku merasakan kehangatan tubuhnya ibu. Aahh.. sungguh aku merasakan nyaman sekali memeluk tubuh ibuku ini.

    Saat ini aku sedang bersikap dewasa, ibuku ku elus kepala belakangnya sambil berpelukan. Ibu merasakan kedamaian, perlindungan dan merasa diperhatikan. Batinnya yang bertahun-tahun terasa gersang, kini seakan ada hujan yang menyirami jiwanya.

    Kami saling berpandangan dan entah siapa yang memulai aku dan ibu saling berciuman, aku merasa birahi didalam dadaku mengalir deras merambat keseluruh tubuhku, kontolku sampai menegang hebat didalam celanaku:adek:.

    Aku terus menciumi bibir ibuku dan ku rasakan desahan nafas ibu terasa panas berhembus menerpa hidungku. Ibu tak berusaha menghentikannya sedangkan aku berusaha menyerangnya.

    Aku ingin sekali ngentot ibuku malam ini, tapi aku tak yakin ibuku mau dientot anak kandungnya sendiri. Meskipun tubuhku merapat dengan tubuh ibuku, bahkan kontolku sampai menyundul memek ibu walaupun masih terhalang celanaku dan kain sarung ibu.

    Entah ibu sadar atau tidak dengan perbuatan yang sangat menantang ini, bagaimana jika ayah bangun? Bisa kiamat rumah tangga ibu.

    Aku hentikan ciumanku kemulut ibu, kami saling bertatapan.

    “Bu, kekamar Rizwan yuk?”

    “Tapi sayang bagaimana jika ayahmu bangun nak?”

    “Percaya Bu ayah pasti tak akan bangun, biasanya lelap sekali tidurnya..”

    Akhirnya ibu pun mau kuajak kekamarku, seharusnya ibu bisa saja menolakku dan pergi meninggalkanku. Batin ibu seperti Padang gurun yang gersang bertahun-tahun yang merindukan hujan, akhirnya ibu sudah berada di kamarku dan aku kunci pintunya.

    Nafas ibu masih terasa berat dan ngos-ngosan, tubuhnya mulai berkeringat dan terlihat bergetar disebabkan nafsu yang tertunda.

    Kupeluk lagi ibuku kami pun berciuman kembali, segala resiko sudah tidak kami perdulikan bilamana ayah terbangun dari tidurnya. Sembari menikmati bibir ibu kulepaskan kain sarung yang menutupi tubuhnya ibu sampai terjatuh kain itu kebawah kakinya, kini ibu sudah telanjang bulat. Tanpa malu sedikitpun ibu membalas ciumanku, aku mulai melepaskan celana boxerku beserta celana dalamnya.

    Ujung kontolku kini sudah bersentuhan langsung dengan memek ibu, aku merasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya dengan hanya menempelkan saja kontolku dengan memek ibu sudah terasa nikmatnya.

    Tidak hanya aku sendiri, ibu pun merasakan sensasi seks yang berbeda dari biasanya, ada perasaan gairah yang menggebu-gebu didalam dirinya, ibuku tahu bahwa ini sudah tidak benar! Tapi didalam jiwanya yang terdalam sangat menginginkan aku menyirami jiwanya yang kering.

    Sudah kepalang tanggung, aku buka saja bajuku sehingga kami sama-sama sudah tak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuh kami berdua. Ku rebahkan tubuh bahenol ibu dikasur dan kulebarkan kedua kakinya selebar mungkin sampai terlihat memek ibuku yang gundul tanpa bulu yang menghiasi memeknya.

    Masih terlihat lelehan mungkin sperma ayah bercampur lendir ibu, tapi aku yang nafsuku sudah berada di ubun-ubun kujilati memeknya bertubi-tubi membiarkan lidahku menari-nari dan mengorek lobang vaginanya beserta clitorisnya.

    Ibu sebenarnya ingin berteriak merasakan kenikmatan yang luar biasa ini, tapi ibu takut terdengar suaminya yang tertidur pulas.

    Aku tak menyangka malam ini aku menjilati memek ibuku sendiri dengan begitu ganasnya, tangan ibu tak bisa diam meremas kasur, terpaksa kupegang kedua paha ibu dan kuhisap memeknya sambil kumasukkan ujung lidahku mengorek-ngorek lobang memeknya.

    Tiba-tiba ibuku mengejang dan sesuatu yang putih kental mengalir keluar dari dalam memek ibu disertai erangan yang ditahannya sekuat tenaga, beberapa saat kemudian ibu kembali lemas tak berdaya lalu melihatku begitu lahapnya menelan cairan kenikmatannya.

    Ibuku tersenyum, ia tak menyangka anak kandungnya menelan semua lendirnya yang tak pernah dilakukan suaminya. Sampai didalam lubuk hati ibu merasa bangga dan merasa dihargai dirinya oleh putra kesayangannya.

    Ibu pasrah terserah mau diapakan tubuhnya ini, dia melihat ketulusan dari diriku yang selalu membuatnya bahagia dan merasakan kenikmatan yang diharapkannya.

    Tanpa menunggu lama ku ludahi kepala kontolku dan ku lumuri batangnya, ku posisikan tubuhku tepat diantara kedua selangkangannya yang mengangkang lebar.

    Lalu ku dekatkan kepala kontolku dicelah memeknya Ooohhh… Hangat dan licinnya memek ibuku ini, aku sungguh sudah tidak kuat lagi ingin segera menyatukan tubuhku dengan tubuh ibu dengan memasukan kontolku kedalam memek ibu.

    Panjang kontolku yang 16 cm dengan diameter 5.5 inchi siap menerobos pertahanan lipatan-lipatan otot memem ibu. Kutatap ibuku meminta ijinnya dan dengan pelan ibu menganggukkan kepalanya pertanda aku boleh memasukkannya.

    Kepala kontolku sudah masuk dan terasa denyutan mulut memeknya meremas agar lebih dalam. Dengan penuh keyakinan bahwa ibu meridhoinya kutekan pelan tapi pasti batang kontolku menyeruak mulut memeknya dan terus menerobos JLEB! Aaaahhh!! Aku dan ibu mendesah berbarengan.

    Kulihat batang kontolku masuk semuanya tak kusisakan sedikitpun kecuali biji pelerku merapat dengan pantat ibu. Aku merasakan denyutan dan remasan yang kuat mencengkeram batang kontolku, rona muka ibu terlihat memerah oleh birahi yang telah menguasainya.

    Dulu aku dilahirkan dari sini dan sekarang aku malah sedang mengentot ibuku, batinku mengatakan ini sebuah kesalahan yang besar tapi denyutan memek ibu membuyarkanku untuk terus melanjutkannya.

    Akhirnya aku tarik pelan-pelan sampai terlihat monyong lobang memek ibu mengikuti tarikan kontolku kusisakan kepala kontolku saja didalam memeknya, ku lihat lendir bening sudah menyelimuti seluruh batang kontolku yang berasal dari dalam memek ibu, ku hentakkan kembali kedalam pelan-pelan sampai mulut memek ibu pun ikut masuk kedalam.

    Setelah aku merasa memek ibu sudah beradaptasi dengan kontolku, mulai ku genjot ibuku menghujamkan seluruh batang kontolku agar lebih masuk kedalam jurang yang penuh dengan kenikmatan itu sambil kutindih ibuku.

    Kuciumi bibir ibu, leher juga kedua payudaranya. Sambil berbisik di telingaku ibuku berkata,

    “sayang… Aaahhh… Ibu bahhhagia.. sekali… Ssaayyaanngg..” aku tidak begitu memperdulikan kata-kata ibu, aku sudah tak sanggup membalasnya karena pikiranku merasakan setiap gesekan dan hantapan selangkangan saling beradu merdu.

    Sudah 20 menit aku ngentot ibuku, dan ibu bilang “sayang ibu… Mmaauu.. kellluaarrr..Aahhh…” “Aku.. juga Bu mau kelluarr… Kelluarin dimana Bu?” “Didalam… Ajjaahhh..” setelah mendapat ijin ibuku, aku semakin bersemangat dan semakin ganas menghujamkan dan terus menghajar memek ibu secara brutal!.

    Ibu sangat menyukainya seakan seperti sedang diperkosa anaknya,

    “Aahhhh…Aaaahhh….Aaaahhh… Ssaayyaanngg..kelllluuuaaarrrhhhh…

    ” Aku merasakan denyutan yang berkali-kali memijiti dan terasa menyedot kontolku semakin dalam, sampai akhirnya ku hujamkan kontolku sedalam-dalamnya mengisi setiap lorong memek ibu sambil ku muncratkan seluruh spermaku memenuhi rongga memeknya CROOTTT… CRRROOOTTT….CCRROOOTTT…

    “AAaaahhh.. memek ibu enak banget Aahhh…” “Penis kamu juga enak banget sayang.. ibu suka… Akhirnya keinginan ibu harapan ibu terkabul juga sayang…”

    “Bu jangan bilang penis, bilang kontol Bu biar panas sensasinya… Cobalah Bu..”

    “Iyaa kontol kamu enak sayang ibu suka banget…Ohhh .. iyaa sayang ibu merasa nyaman seperti hilang beban ibu nyebut kontol…”

    Ku hentak-hentakkan mengeluarkan sisa-sisa sperma yang masih ada dibatang kontolku.

    Sebenarnya aku masih kuat kontolku masih tegang keras, tapi melihat situasi yang kurang bersahabat terpaksa kucabut kontolku dari memek ibu.

    Ibu tahu anaknya masih ingin ngentot dengannya dan menyadari kontol anaknya masih tegak berdiri tapi ia kagum meskipun sedang diburu nafsu, anaknya lebih mementingkan keselamatan rumah tangganya.

    “Bu, aku tak bisa lama-lama ngentotin ibu.. jika ibu berkenan boleh kan Rizwan ngentotin ibu lagi?”

    “Gimana nanti aja sayang, ibu pikir-pikir dulu.. jujur ibu puas banget sayang.. ibu lupa berapa kali orgasme sampai kasur kamu terlihat becek penuh lendir.. ibu kekamar dulu ya, untung ayah kamu gak bangun… Nekat juga kamu..”

    “Ibu gak nyesel kan Bu? Gak marah kan?”

    “Nggak sayang… Tapi kita sudah melakukan hubungan terlarang sayang, anak ngentotin ibu kandung sendiri itu tabu nak… Tapi sudah terlanjur kita ternyata sama-sama menikmatinya… Ibu pergi dulu yaa..”

    “Iyaa Bu hati-hati..”

    “Iyaa sayang..”

    Ibu pergi ke kamarnya menemani ayah tidur, sementara aku hanya bisa terbaring dikasur masih dalam keadaan telanjang bulat menatap langit-langit kamar juga kasurku yang menjadi saksi bisu hubungan incest antara ibu dan anak.

    Ku raba kontolku masih terasa lendirnya belum kering, aku heran kenapa ibu tadi pas pergi tak membersihkan memeknya yang berlumuran spermaku? Ibu oh ibu bagaimana kalo ayah bangun minta lagi? Sedangkan memekmu lagi basah kuyup oleh muntahan kontolku.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6
  • Akses Menakjubkan

    Akses Menakjubkan

    Cerita Sex Akses Menakjubkan – Seorang temanku yang punya jabatan cukup tinggi, mengeluh bahwa nafsu sexnya tidak terlampiaskan oleh seorang istrinya. Padahal menurut dia istrinya cukup mampu mengimbangi permintaannya. Namun jika sedang halangan, dia tidak bisa mendapat layanan tempat tidur.

    Dia mengaku tidak berani main dengan perempuan bayaran. Aku bisa mengerti, karena dia adalah termasuk petinggi partai yang berbasis agama. Dulu sebelum dia menjadi apa-apa, kami sering jalan ke panti pijat, bahkan dia juga punya langganan di panti pijat yang mempunyai service body massage, atau dipijat oleh tubuh cewek.

    Sikapnya berubah total sejak dia terdeteksi mengidap kanker. Meskipun baru stadium awal, dia takut setengah mati. Berobatlah dia ke Singapura selama 6 bulan bolak balik, yang akhirnya sembuh dan dinyatakan bersih dari penyakit kanker. Penyakit itu dianggapnya sebagai teguran agar dia meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat.

    Setelah setahun stop sama sekali berhubungan dengan perempuan selain istrinya, muncullah keluhannya soal nafsu sexnya yang terasa terlalu tinggi. Meskipun umurnya sudah mendekati 50 tahun. Dia berfikir untuk punya istri satu lagi. Istri kedua yang dikawini sah secara agama, tetapi tidak dicatatkan ke catatan sipil. Istri itu pun tentunya akan disembunyikan dari istri pertamanya.

    Cerita Sex Akses Menakjubkan
    Cerita Sex Akses Menakjubkan

    Ngocoks Dia resah mencari sosok yang pantas dijadikan istri. Yang dijumpai selalu perempuan yang hanya ingin harta saja. Aku dimintai bantuan untuk mencarikan perempuan yang ideal dijadikan istri kedua. Aku sanggupi saja dengan menjanjikan akan membantunya.

    Padahal pada saat itu, tidak terbayang seorang pun perempuan yang layak disodorkan untuk temanku. Mungkin sudah jalannya, sehingga aku kemudian menemukan akses yang aku sebut akses menakjubkan. Ini juga bukan direncanakan. Perjumpaan secara kebetulan dengan kawan lama, itulah yang kemudian memberi akses.

    Aku kebetulan saja berpapasan dengan dia ketika sedang jalan di Plaza Senayan. Kami lalu berbual-bual mengenai banyak hal sampai berhenti pada satu topik yang menarik. Dia menawariku untuk kawin kontrak. Dia mengaku punya 1 istri yang dikontrak. Kawinnya secara agama adalah sah, karena disebut kawin siri, tapi tidak tercatat di catatan sipil.

    Seketika itu juga rasanya aku ingin menelepon temanku yang kebelet punya istri lagi. Tapi aku tahan, karena aku harus membuktikan kebenaran informasi dari teman lamaku ini. Banyak kabar lebih indah dari rupa.

    Temanku yang sebutlah namanya Harris, mengatakan ada satu daerah di dekat Sukabumi, yang sudah lazim menerima kawin kontrak. Di daerah itu banyak sekali wanita-wanita cantik. Dia lalu menyebut salah satu nama artis penyanyi yang berasal dari Sukabumi. “ Kalau yang model kayak gitu banyak,” katanya.

    Aku mengorek semua informasi mengenai kawin kontrak itu. Sebelumnya aku sudah mengetahui soal kawin kontrak oleh turis-turis Arab di Puncak. Tapi aku survey, ceweknya kurang memenuhi syarat, alias banyak yang kurang cantik.

    Menurut Harris, sangat mudah kawin kontrak di Sukabumi, Tinggal kunjungi daerah itu, lalu pilih perempuan mana yang cocok bayar biaya perkawinannya termasuk maharnya Rp 20 juta. Setelah itu setiap bulan memberi uang belanja 5 juta.

    Perempuannya boleh di bawa ke Jakarta, atau tetap tinggal di kampungnya. Masa kontrak biasanya 1 tahun. Jika perempuannya sudah pernah kawin atau janda biaya maharnya hanya 10 juta. Meskipun janda, tetapi mereka umumnya masih muda, kata Harris.

    Untuk membuktikan kebenaran bualan Harris itu aku lalu membuat janji bersama-sama ke Sukabumi. Pada hari yang dijanjikan Aku dan Harris pagi-pagi sekali hari Sabtu sudah memacu kendaraan ke arah Sukabumi.

    Harris menjadi penunjuk jalan. Dari jalan raya, mobil kami masuk ke kampung yang letaknya sekitar 3 km ke dalam. Tidak ada yang istimewa tampaknya, biasa seperti kampung-kampung yang lain.

    Harris berhenti di salah satu rumah, yang rupanya itu adalah rumah salah satu istri mudanya. Dia disambut hangat, bahkan istrinya mencium tangannya. Aku sempat shock juga melihat istri muda Harris, cantiknya diluar dugaanku, masih muda, putih pula.

    Tidak lama kami ngopi datang seorang pria paruh baya. Dia memperkenalkan dirinya, Asep, umurnya sekitar 50 tahun. Haris kemarin ternyata sudah mengontak Kang Asep untuk mencarikan perempuan yang layak dijadikan istri.

    Tanpa rikuh Asep menunjukkan foto-foto yang tersimpan di HP nya kepada Harris. Si Asep menjelaskan profil satu persatu foto-foto itu. Aku ikut nimbrung nonton foto-foto di HP nya Asep. Ada yang janda, ada yang masih perawan. Kelihatannya Asep sangat menguasai informasi koleksinya.

    Aku yang semula tidak berfikir soal kawin kontrak tergoda juga setelah melihat foto-foto itu. Aku lalu berfikir, sekali seminggu ke Sukabumi rasanya tidak terlalu berat. Apalagi biaya rumah tangganya hanya Rp 5 juta per bulan.

    Aku kepincut dengan salah satu foto yang disebut Asep statusnya janda dari kawin siri. Jika dilihat dari fotonya cewek pilihanku itu cantik banget, kayak bintang film. Aku ingin melihat fisiknya sebelum nanti memutuskan melakukan kawin kontrak.

    Asep lalu mengontak cewek yang namanya Ning. Tidak sampai 1 jam muncul sebuah motor bebek dengan pengendaranya seorang cewek. Dia datang sendiri dan masuk tidak lupa mengucapkan salam. Tangan kami masing-masing diciumnya, seperti kami ini Kyai.

    Bodynya lumayan montok, wajahnya cantik, umurnya baru 20 tahun, statusnya janda sudah setengah tahun. Pilihanku sudah mantap dan aku putuskan akan mengawininya. Persoalannya adalah aku tidak membawa uang cash 10 juta.

    Kampung ini jauh pula dari ATM. Si Ning rupanya menangkap kesulitanku, dia menawarkan E-banking aja, karena dia juga punya rekening yang sudah di set E-banking.

    Tidak kusangka dan tidak kuduga, bahwa di pelosok kampung ini penduduknya sudah mengenal E-banking. Aku mentransfer dengan melebihkan 2 juta, jadi aku mentransfer 17 juta. Tidak lama kemudian HP si Ning berbunyi dan dia mengatakan transferanku sudah masuk.

    Tidak pakai basa-basi si Ning, lalu dia mengajakku di bonceng pulang ke rumahnya. Rumahnya tidak terlalu mentereng, tetapi lumayan rapi dan bersih. Halaman di depannya tidak terlalu luas. Aku diperkenalkan dengan ayah dan ibunya. Dia anak tertua, adiknya ada 2 orang.

    Sesungguhnya aku agak canggung, karena baru kenal. Aku pikir apakah mungkin aku ngamar setelah proses akad nikah nanti. Ah pasrah saja, aku berbasa-basi dengan kedua orang tuanya.. Ning berganti pakaian dengan pakaian berjilbab.

    Setelah itu ayahnya menanyakan kepadaku apakah aku siap, aku katakan siap. Tidak lama muncul seorang bapak, yang dikenalkan sebagai uwak si Ning. Dia akan menjadi saksi. Tanpa proses macam-macam, ritual nikah pun dimulai.

    Aku dipinjami peci. Ayahnya menjabat tanganku, lalu mengatakan “ Aku nikahkan anakku…………” aku langsung menjawab saya terima nikahnya dengan maskawin 10 juta rupiah. “ Sah” kata si uwak.

    Selesai sudah, aku resmi menjadi suami si Ning. Aku kontak si Harris, menceritakan bahwa aku sudah punya istri baru, dia tertawa, lalu berjanjikan pulang sehabis maghrib saja, sebab jalanan agak kosong.

    Tidak ada pesta tidak makan yang istimewa. Aku di ajak makan dengan lauk, ikan mas goreng, sambal, lalapan dan sayur asem serta tahu tempe goreng. Aku memang lapar jadi rasanya nikmat sekali.

    Aku menjelaskan bahwa untuk sementara si Ning tinggal saja di sini. Apakah nanti akan aku boyong ke Jakarta atau bagaimana, keputusannya menyusul. Ayahnya tidak keberatan. Perut kenyang , kopi secangkir lagi sudah habis, dan mata mulai mengantuk.

    Gejala itu ditangkap oleh ayah si Ning. “ Mari silakan istrirahat dulu. Aku bingung mau istriahat dimana, Ning menarikku ke arah salah satu kamar, yang ternyata adalah kamarnya.

    Sebuah kamar yang tidak terlalu besar, tetapi ada spring bed ukuran mungkin 160 cm, ada TV LCD meski ukurannya kecil, ada perangkat meja solek dan sebuah kursi. Kami berdua duduk di bed. Si Ning menawarkan apakah aku mau buang air kecil dulu, karena kamar mandinya di belakang rumah. Aku setuju, karena rasanya agak sesak kencing juga.

    Sekembali ke kamar, si Ning sudah berganti dengan daster. Kamarnya tidak ada AC, tetapi karena udara di kampung ini sejuk jadi tidak terasa gerah. Ning membuka pakaian ku satu persatu dan menggantungnya di balik pintu. Tinggal celana dalam, itu pun dilepasnya.

    Penisku belum ngaceng sempurna, karena masih grogi dengan perubahan hidupku yang demikian drastis. Si Ning juga menelanjangi dirinya dan menghidupkan TV dengan suara agak keras. Dia menarikku untuk berbaring.

    Rasanya sulit untuk menyia-nyiakan hidangan yang siap saji di depan mata. Aku memeluk tubuh Ning. Teteknya masih sangat kenyal dan belum terlihat sedikitpun turun. Pentilnya kecil, belum berkembang, menandakan dia belum pernah hamil. Jembutnya jarang, bahkan nyaris gundul. Tangan Ning menggenggam penisku dan dikocok-kocoknya pelan.

    Aku bangkit dan menciumi lehernya, lalu turun menjilati dan mengigit pelan kedua pentil teteknya bergantian. Sementara itu tanganku merabai bukit pukinya yang lumayan mentul. Jari tengah mengorek belahan memeknya. Aku menguit-nguit itilnya sampai kemudian celah memeknya mulai berlendir.

    Setelah puas menciumi tetek, aku beralih, ke arah memeknya, Aku menciumi memeknya. Si Ning menahanku dan berusaha menarik tubuhku ke atas, Malu, katanya .

    Aku tetap bertahan dan lidahku langsung menjilati belahan memeknya dan Ning menggelinjang. Dia tetap berusaha menarikku keatas. Tetapi tenaganya mulai melemah setelah lidahku menemukan itilnya. Pinggulnya bergerak-gerak gak karuan, katanya geli, tapi dia mendesis juga.

    Aku tetap bertahan menjilati itilnya yang terasa sudah mulai menonjol. Jika tadi tangannya berusaha menarik kepalaku menjauh dari memeknya sekarang malah menjambaki dan menekan kepalaku agar lebih lekat dengan memeknya.

    Ning mengerang dan entah apa yang diucapkan dalam bahasa Sunda. Mungkin sekitar 10 menit dia lalu mencapai orgasmenya dengan oral di memeknya. Si Ning berteriak lirih sambil terus mengerang juga sampai orgasmenya selesai.

    Dioral merupakan pengalaman pertama baginya. Suaminya yang dulu sudah tua, tidak pernah mengoralnya. Penisku yang telah tegak sempurna kuarahkan memasuki gerbang kenikmatan. Perlahan-lahan penisku menerobos celah memek yang sudah setengah tahun tidak pernah diterobos, jadi rasanya sempit juga.

    Ning mengeluh memeknya agak sakit, aku dimintanya pelan-pelan. Aku turuti sampai penisku ambles semuanya. Setelah mentok maka aku memompa perlahan-lahan. Si Ning mendesis-desis. Dia hanya menggelengkan kepala ketika kutanya apakah masih sakit.

    Aku tidak mampu bertahan lama sekitar 10 menit sudah tepancut spermaku masuk di dalam memeknya. Nikmat sekali rasanya menjadi pengantin baru. Ning dengan sabar membersihkan bekas sperma di batang penisku dan dia pun membersihkan lelehan sperma di memeknya dengan tissu.

    Aku berbaring kelelahan. Ning mendampingiku. Aku tertidur, karena sejak sehabis makan siang tadi aku sudah agak ngantuk. Mungkin sekitar satu jam tertidur, aku dibangunkan oleh kocokan tangan si Ning di penisku. Dia lalu mengoral penisku sampai jadi tegang kembali.

    Ning berinisiatif menaiki tubuhku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Sambil jongkok digenjotnya penisku. Capek jongkok dia bersimpuh dan bergerak maju mundur. Nikmat sekali dan kami main cukup lama. Ning sempat mendapat orgasme sekali baru aku menyusul.

    Aku benar-benar lelah. Setelah istirahat sebentar, Ning mengajakku ke kamar mandi. Aku dikasinya sarung dan atasannya aku mengenakan kaus oblong yang kupakai tadi. Sementara itu Ning hanya berkemben handuk yang menutupi sebagian tetek montoknya dan sedikit di bawah memeknya.

    Aku agak canggung juga keluar dengan Ning yang hanya mengenakan handuk, tetapi karena ini rumah dia, maka mungkin kebiasaan disini memang begitu. Aku digandengnya ke kamar mandi di belakang lalu berdua kami mandi.

    Airnya dingin sekali. Sesungguhnya aku hampir-hampir tidak kuat, tetapi gengsi juga karena si Ning malah mandi junub dan keramas rambutnya. Aku pun mengikuti mandi junub dengan air yang dinginnya luar biasa. Tapi lama-lama airnya terasa hangat.

    Setelah selesai Ning kembali mengenakan kemben handuk dan aku juga kembali bersarung masuk kekamarnya. Aku berpakaian kembali dan Ning mengenakan celana jeans dan kaus tank top merah. Secangkir kopi dan singkong dan pisang goreng sudah tersedia di meja.

    Jujur saja aku kikuk ngobrol dengan mertuaku yang laki dan yang perempuan. Tapi mereka terlihat wajar-wajar saja sehingga aku pun jadi akrab. Si Ning duduk di sampingku sambil terus-terusan ngelendot. Ini sebenarnya membuatku risih karena rasanya kurang sopan bergelendot di depan orang tuanya.

    Tapi mungkin di sini sudah jamak yang aku ikuti saja adat mereka. Hari mulai gelap dan tidak lama kemudian Harris sudah meneleponku. Aku kembali diantar Ning dengan sepeda motor ke rumah istri Harris. Di sana ada pak Asep. Kami ngobrol lagi.

    Tidak lama kemudian Ning pamit pulang. Aku membujuk Pak Asep untuk mentransfer koleksi foto-foto cewek-cewek yang siap dinikahi. Dia dengan senang hati mentransfer melalui fasilitas bluetooth, bahkan dia berjanji mengirim foto-foto lainnya jika ada yang baru.

    Dalam perjalanan pulang aku berdua Harris hanya senyum senyum saja. Dia berencana menambah istri kalau proyeknya kelak goal. Temanku yang sedang galau ingin punya istri muda, kukontak.

    Aku mengatakan, ada informasi A-1. Dia tertawa terbahak-bahak, kayak intelijen saja pakai istilah A-1. Kami lalu janjian ketemu di satu cafe setelah jam kerja. Sampai pertemuan itu, aku tidak menyebut bocoran soal yang aku sebut A-1.

    Dia masih under-estimate mengenai A-1 yang kumaksud. Setelah kami tenang duduk berdua dan kopi sudah terhidang, baru aku sebutkan bahwa aku tahu suatu tempat untuk mencari istri muda. Aku sebutkan bahwa para calon istri muda itu rata-rata cantik-cantik dan bersedia diajak kawin sebagai istri muda, bahkan mau dikawin kontrak. “Ah serius nih, aman gak,” katanya.

    Temanku sangat bergairah dan ingin cepat-cepat menuju tempat yang kumaksud. Dia membatalkan semua acara yang seharusnya ada tugas keluar kota pada hari Sabtu, tetapi dia memilih pergi denganku. Saking semangatnya dia sudah pula menyiapkan uang tunai sekitar 30 juta di tasnya.

    Di rumah dia pamit tugas keluar kota. Dari foto-foto yang ada di HP ku dia memang naksir sekitar 2-3 orang. Namun yang membuat aku risih, adalah pertanyaannya. Dia mencari istri yang jembutnya lebat.

    Sejak kami sering plesir bersama, idaman dia adalah wanita yang berjembut lebat dan tidak memiliki tato, sedangkan aku sebaliknya, cari kalau bisa yang masih gundul. Karena selera kami berlawanan maka kami tidak pernah menaksir cewe yang sama.

    Kami menggunakan kendaraanku, langsung menuju kediaman istri mudaku, Ning. Di sana sudah ada Pak Asep sang mediator. Aku disambut cium tangan oleh istriku dan salam dari segenap keluarga besarnya. “ Gila istri lu cakep banget, gua naksir juga,” katanya berbisik.

    Pak Asep menginformasikan bahwa pilihan temanku itu sudah keduluan diambil orang, tapi masih ada yang baru, tapi masih gadis usianya baru 17 tahun. Temanku agak tertarik, tetapi dia kurang minat karena ceweknya terlalu muda dan masih perawan pula. Dia cari yang usianya sudah sekitar 25 tahun.

    Dalam koleksi gambar koleksi gambar Pak Asep, tidak ada stok yang berusia segitu, yang banyak adalah yang lebih muda dari itu. Pak Asep lalu berpikir sebentar, lalu dia mengontak seseorang, kayaknya sesama Kibus (kaki busuk, atau perantara).

    Info yang didapat Pak Asep ada 2 orang, tapi umurnya gak sampai 25, yang pertama namanya Desi usianya 23 baru sekali kawin, dan bukan kawin kontrak, belum punya anak. Yang satu lagi Sufti umurnya 24, juga janda belum punya anak. Keduanya kata temen Pak Asep, cantik-cantik. Temanku belum yakin sebelum melihat fotonya.

    Sedang kami sibuk mencari calon istri untuk temanku, Si Ning nyeletuk bahwa dia ada tetehnya, kakak sepupu tapi belum pernah kawin. Si Ning belum yakin jika tetehnya mau dikawin, karena dia baru lulus perguruan tinggi di Sukabumi.

    Kebetulan rumahnya tidak jauh. Dia lalu menyuruh adiknya untuk memanggil si teteh itu. Tidak sampai setengah jam muncul suara salam dari luar suara yang halus. Kami semua menoleh ke pintu. Si Ning berdiri dan berteriak eh teteh, masuk teteh.

    Aku berdua temanku sempat nganga. Teteh si Ning tubuhnya tinggi, bodynya proporsional, mukanya itu lho cantik sekali dan pakai jilbab. Kami berdua diperkenalkan, tapi salaman nya tidak menyentuh, jarak jauh aja.

    Dia memperkenalkan namanya Nabila. Kami tidak sempat ngobrol, karena dia langsung masuk ke dalam. Temanku langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Aku menggoda temanku, “Perlu ditanya gak jembutnya tebal.” Temanku menyikut pelan. “Gua tutup mata aja langsung oke kalau memang dia mau.”

    Ning ikut masuk dan agak lama mereka ngobrol di dalam. Ning keluar dan langsung duduk disebelahku. Menurut Ning, tetehnya mau jadi istri muda temanku, tapi dia tidak mau tinggal dikampung di rumah orang tuanya kalau sudah menikah, boleh di Sukabumi, boleh juga di Jakarta.

    Syarat berikutnya adalah dia ingin mengirim biaya ke orang tuanya setiap bulan 5 juta, untuk membantu biaya sekolah 3 adiknya dan bagi keperluan rumah tangga orang tuanya. Itu saja syaratnya.

    Temanku langsung buru-buru setuju. Namun aku mencegah dia terburu-buru. Aku minta temanku dan calon istrinya itu untuk berbicara 4 mata dulu di dalam. paling tidak untuk saling mengenal lebih jauh, Ning setuju usulanku, Aku dan Ning mengantar temanku masuk ke dalam. Mereka berdua duduk di kursi meja makan, dan kami semua kembali kedepan.

    Sekitar satu jam mereka berkomunikasi, kami tidak bisa mendengar, karena ruangan ke belakang dihalangi oleh korden. Nampaknya telah terjadi kesepakatan, Temanku keluar bergandengan tangan dengan calon istrinya. Nabila malah tampak manja mengelendot temanku.

    Aku heran, melihat sedemikian cepat negosiasi mereka sampai mencapai kesepakatan. Kursi disediakan untuk mereka duduk berdua berdampingan. Sempat ngobrol sebentar sambil menyeruput sisa kopi. Nabila lalu memberi tahu bahwa mereka akan melakukan akad di rumahnya, kami diminta bersama-sama kerumah dia.

    Dengan berjalan kaki seperti rombongan lenong, kami menuju rumah Nabila. Rumahnya sangat sederhana, tidak seimbang dengan kecantikan Nabila. Ayahnya sudah tua dan ibunya juga. Memang menurutku tidak pantas temanku menginap dirumah ini, karena pasti Nabila tidak punya kamar pribadi.

    Meja kursi langsung di siapkan. Pertama temanku minta izin ke orang tuanya untuk memperistri Nabila. Orang tuanya tidak banyak bicara hanya berkata setuju saja. Setelah itu dimulailah ritual akad nikah. Yang menikahkan adalah ayah Nabila sendiri dan saksinya adalah mertuaku lakiku dan aku.

    “Aku terima nikahnya dengan mas kawin 25 juta rupiah,” kata temanku menjawab perkataan ayah mertuanya. Aku langsung menyambut Barakallah, sah.

    Resmilah keduanya menjadi suami istri. Setelah minum kopi lagi dan makan pisang goreng, sementara si Nabila berkemas, aku dan Ning serta rombongan kembali kerumah awal. Si Nabila langsung diboyong ke Jakarta. Aku pun oleh temanku menyarankan memboyong istri mudaku ke Jakarta sekalian.

    Gila prosesnya terlalu cepat, karena semua proses tadi hanya berlangsung sekitar 3 jam. Kami berempat sudah kembali berada di mobil menuju Jakarta. Temanku menunjuk satu hotel yang katanya sudah dia book melalui telepon. Aku sempat menanya ulang tujuan hotel yang dipesan temanku itu, karena hotel itu hotel bintang 5. Dia malah membayariku kamar untuk 2 malam.

    Sebulan kemudian aku baru bertemu lagi temanku si pejabat itu. Dia menyewa apartemen yang dekat dengan kantornya. Dia bercerita tentang Nabila, menurut temanku dia tidak salah pilih, karena Nabila, budi pekertinya baik, orangnya cantik dan berpendidikan.

    Kelihatan sekali temanku ini sangat kesengsem sama bini barunya. Aku ingatkan dia agar jangan mengumbar hartanya, untuk menyenangkan bini mudanya. Jalani saja hidup bersama dia dengan cara yang tidak berlebihan, karena dengan demikian urusan jadi tidak terlalu merepotkan.

    Setelah setahun aku pun menarik si Ning tinggal di Jakarta, karena aku bosan mondar-mandir Jakarta-Sukabumi. Dia kutempatkan di apartemen studio dengan ukuran yang agak luas di pusat kota.

    ***

    Baru 3 bulan tinggal di Apartemen, Ning sudah mengeluh tidak kerasan. Dia kesepian jika aku tinggal sendirian. Aku memang jarang nginap di apartemen. Memang konsekuensi ini sudah aku kemukakan sebelumnya.

    Ning minta ditemani. Dia mengusulkan aku menambah seorang istri lagi dan dia akan tinggal bersama di apartemen. Aku sempat terhenyak sebentar. Usul itu sangat menarik. Setelah aku kalkulasi aku masih sanggup membiayainya.

    Aku minta jaminan ke Ning apakah dia tidak akan cemburu, jika aku mempunyai seorang istri lagi. Dia berjanji tidak akan cemburu, malah akan berusaha akur. Anehnya Ning malah menyodorkan salah seorang saudaranya.

    Kata dia sudah kontak-kontakan dengan orang tua anak itu dan sudah pula berbicara dengan anaknya. Namanya Sofia, umurnya sekitar 24 tahun, lulus S-1. Menurut Ning anaknya sudah mau dan orang tuanya juga setuju. Aku melihat beberapa fotonya di HP si Ning, anaknya lumayan cantik dan imut, kulitnya putih.

    Menurut Ning anaknya baik, sopan dan tidak rewel. Mungkin karena aku sungkan, ya aku setuju saja. Rencana aku menambah istri kukabarkan ke temanku. Dia lalu buru-buru mengundang ke apartemennya. Jam 7 malam aku datang bersama Ning.

    Ah aku lupa memperkenalkan kepada pembaca Ngocoksers nama temanku ini. Aku biasa memanggilnya Bud, karena namanya Budi. Aku jadi ada hubungan famili dengan Budi karena istri muda kami bersaudara.

    Bersambung…

    1 2
  • Hikmah Dibalik Musibah

    Hikmah Dibalik Musibah

    Cerita Sex Hikmah Dibalik Musibah – Hari ini adalah hari pertamaku tinggal kembali di rumah kedua orangtuaku setelah memutuskan untuk bercerai dengan mantan suamiku setahun yang lalu. Namun, hari yang seharusnya menjadi waktu untuk menenangkan diri dari segala masalah yang akhir-akhir ini aku hadapi, menjadi hari yang tak terduga.

    Oh ya, perkenalkan namaku Asih, umurku 32 tahun. Aku memiliki tinggi tubuh 165 cm, dengan kulit kuning langsat, payudara yang indah dan berukuran cukup besar. Orang bilang aku termasuk wanita yang beruntung, karena memiliki wajah yang cantik, dan tubuh yang masih aduhai seksi di usiaku saat ini.

    Dari pernikahanku terdahulu, aku belum dikaruniai anak. Saat ini aku sedang pindahan ke rumah orangtuaku di suatu daerah sejuk di Kota B. Hari sudah beranjak sore ketika aku selesai merapikan barang-barang bawaanku.

    Kebetulan orangtuaku sedang pergi menghadiri resepsi pernikahan salah satu keluarga di luar kota dengan ditemani sopir pribadi keluarga. Jadi mungkin mereka akan menginap barang semalam di sana.

    Cerita Sex Hikmah Dibalik Musibah
    Cerita Sex Hikmah Dibalik Musibah

    Ngocoks Kini aku hanya ditemani dengan tukang kebun dan pembantu saja. Pembantuku namanya Bik Inah, orangnya ramah dan sudah berumur, mungkin sudah menginjak 60 tahun. Meskipun beliau bekerja di rumah orangtuaku, tapi beliau setiap menjelang malam selalu pulang ke rumahnya yang terletak tak jauh dari rumah orangtuaku ini.

    Tinggalah kini aku hanya bersama dengan tukang kebun keluarga kami, namanya Pak Mahfud. Orangnya sudah cukup berumur juga, mungkin sekitar 50 an umurnya. Beliau dulu bekerja sebagai buruh tani ketika keluargaku masih memiliki sawah, ketika sawahnya dijual akhirnya beliau sekarang dipekerjakan sebagai tukang kebun.

    Beliau duda sudah 5 tahun, istrinya meninggal karena sakit, sedang kedua anaknya telah memiliki keluarga sendiri di suatu provinsi. Walaupun umurnya yang sudah lumayan sepuh, wajah beliau masih kelihatan segar, menampakkan sisa-sisa ketampanannya.

    Rambutnya cepak, dan sudah beruban di sana-sini. Kumisnya yang tebal menambah tegas aura kebapak-bapakannya, juga sudah banyak di selipi uban. Tubuhnya masih sangat bagus, mungkin berkat kerja keras sebagai petani dulu.

    Kulitnya sawo matang, dengan perut yang masih bagus, dan dada yang masih kekar dan kokoh serta ditumbuhi bulu lebat yang berbaris hingga selangkangannya. Kadang aku juga sering membayangkan hal-hal jorok ketika melihat beliau bekerja sambil telanjang dada.

    Tubuhnya yang bagus membuatku berdesir membayangkan bersetubuh dengannya, apalagi pentungan sakti yang tersembunyi di celananya yang selalu membuat penasaran.

    Saat itu kira-kira jam 8 malam, tiba-tiba listrik mati. Akupun kaget dan ketakutan karena sedang menonton film horor di ruang tamu.

    Aku panggili Pak Mahfud,

    “Pak, Pak Mahfud, Bapak dimana? tolonggg bawakaan lampu senterrr!” Teriakku dengan sedikit panik.

    Beliau tidak segera menjawab, akhirnya aku beranikan diri melangkah ke belakang, ke kamar beliau dengan bermodal nyala dari layar HP. Aku sangat terkejut melihat kejadian di depanku.

    Pak Mahfud kelihatan tidak sadarkan diri dengan tangan dan pinggang yang terikat dengan tali. Akupun segera mendekati beliau, sambil terus bertanya-tanya sebenarnya apa yang terjadi.

    “Pak, pak, bangun pak,” aku goncang-goncang tubuhnya dengan panik.

    Tiba-tiba dari belakang ada bayangan dan langsung memukulku dengan keras dibagian tengkuk, akupun tidak ingat apa-apa setelah itu. Beberapa jam kemudian setelah aku bangun aku baru sadar bahwa yang memukul dan membuat aku dan tukang kebunku tak sadarkan diri adalah perampok.

    Kutaksir mungkin berjumlah dua orang, dari pembicaraan yang masih sempat kudengar setelah mereka memukulku. Mereka sengaja mematikan lampu untuk memuluskan aksinya. Akupun berharap mereka sudah pergi sekarang, karena situasinya kurasakan sangat sepi, dan lampunya telah kembali dinyalakan.

    Arrrghh, sial aku mendapati tubuhku sekarang terikat berhadapan dengan Pak Mahfud. Kami terikat dengan seutas tali dan tangan belakang kamipun terikat.

    Bukan itu saja, para perampok itu rupanya mengikat tubuh Pak Mahfud ke salah satu tiang rumah. Jadilah kami sekarang terikat dengan tubuh berdiri, tak bisa berpindah kemanapun, meskipun kaki kami cukup bebas karena tidak terikat.

    Aku segera membangunkan Pak Mahfud yang masih tidak sadarkan diri. Sekilas aku merasakan geli di bagian payudaraku yang malam itu hanya mengenakan daster tipis, tanpa memakai BH. Ternyata benar, kegelian itu disebabkan oleh bulu-bulu dada Pak Mahfud yang membelukar tanpa tertutupi. Rupanya beliau saat itu sedang telanjang dada, dan hanya mengenakan celana kolor.

    Aduh, aku jadi serba salah, pikirku. Mau aku bangunkan tapi inilah saat yang langka pikirku. Namun, pikiran jernihku masih bekerja. Akhirnya aku membangunkan beliau. Namun usahaku dengan memanggil manggil namanya tak berhasil, dengan mengguncang-guncang tubuhkupun tak membuahkan hasil.

    Akhirnya aku putuskan cara yang sedikit berbeda. Aku putuskan untuk sedikit memukul-mukulkan lututku agar mengenai benda yang berada di selangkangan beliau. Cara ini akhirnya berhasil, akhirnya beliau lambat laun sadar. Mungkin karena rasa nyeri di selangkangannya karena ku permainkan dengan lututku tadi.

    “Haah, mbak asih kenapa kita terikat begini, apa yang terjadi..?” tanyanya dengan raut kebingungan. Akhirnya aku jelaskan semuanya kepada beliau.

    “Jadi Pak, apa yang harus kita lakukan sekarang? Mau ambil pisau untuk memotong tapi tidak bisa, tangan terikat, kita pun tidak bisa berpindah tempat..” Ucapku dengan setengah bingung.

    “Anu mbak Asih, begini saja, Bapak punya ide..” Sambil matanya terus memandangiku dengan tatapan berbinar.

    “Wah, bagus, apa pak?, cepat pak, yang penting kita bisa lepas dari tali ini”, Balasku dengan sedikit tergesa.

    “Begini mbak, tali yang mengikat pinggang kita ini kan cuma satu tali, artinya tidak diikatkan kemana-mana selain pinggang kita berdua..” aku mengangguk pelan.

    Beliau meneruskan, “jadi dengan sifat tali pramuka yang elastis ini kita bisa melepaskan ikatannya…” “Caranya bagaimana Pak?” Sambungku dengan cepat.

    “Begini, caranya adalah dengan menggerak-gerakkan tubuh kita, agar ikatannya bisa sedikit longgar, dan talinya nanti lolos melewati pinggul, akhirnya bisa jatuh ke bawah. Bapak rasa dengan cara itu kita bisa lolos..”

    “Wah, bagus Pak, mari kita coba..” Akupun segera menggoyang goyangkan tubuhku. Namun beliau langsung menyela. “Begini mbak asih, karena Bapak tidak bisa bergerak dan terkunci di tiang ini. Jadi mbak Asih lah yang harus mengoyangkan tubuh, ke atas dan ke bawah, hingga nantinya talinya sedikit demi sedikit dapat turun ke bawah”.

    “Hmm, baik Pak, akan saya lakukan.” Dengan daster yang pendek sampai di atas lutut itupun aku semakin mudah menjejakkan kakiku ke lantai dan kemudian melompat ke atas.

    Setelah lumayan lama, “Hah, huh, hah, aku capek Pak”, ucapku pada Pak Mahfud yang dari tadi hanya diam dan memperhatikanku dengan tatapan aneh.

    “Isstirahat dulu Mbak, sudah agak renggang rasanya sekarang. Tubuh Bapak sudah mulai bisa bergerak..” ucap beliau dengan sedikit kaget dengan ucapan mendadakku tadi.

    Aku jadi sadar, dengan tubuh yang berkeringat seperti ini membuat dasterku menjadi agak basah dan memperlihatkan bagian tubuhku yang tercetak cukup jelas dari luar.

    Apalagi dengan belahan dada rendah dengan keadaan daster yang sudah acak-acakan karena gerakan melonjak-lonjakku, Pak Mahfud menjadi lebih leluasa mengintip payudaraku, putingku pun tercetak dengan jelas, tegas menantang.

    Pantas, pikirku, Pak Mahfud dari tadi hanya diam tak berkata dan seringkali menelan air liur. Rupanya beliau memperhatikan payudaraku ini dari tadi, huuh sialan, batinku. Aku tebak dengan hawa dingin yang mulai menyerang dan situasi berdempetan seperti ini.

    Pak Mahfud pun mulai membayangkan yang tidak-tidak. Akupun mulai lagi menaik turunkan tubuhku, agar bisa cepat cepat keluar dari situasi yang kurang mengenakkan ini. Tiba-tiba aku berhenti, dan merasakan sesuatu yang mengganjal dengan keras mengenai pahaku,

    “Pak, bapak terangsang ya? Kok keras sekali di bawah sana?” Tanyaku dengan sedikit menghardik beliau.. “Mmmaaf mbak Asih, mmaaf sekali, Bapak tak kuat melihat aktivitas mbak asih yang naik turun, hingga membuat dada mbak berguncang naik turun mengenai puting susu Bapak..”

    “Tapi pak, sekarang kan kita sedang dalam saat yang tidak tepat, kita harus segera melapaskan tali ini Pak..” sanggahku.

    Benar saja ketika aku lihat, tubuhku sekarang begitu berkeringat, dan basah pada bagian dada, menyebabkan payudaraku sangat jelas tercetak, dengan puting susu yang begitu tegang. Memberikan ruang lebih lebar bagi Pak Mahfud untuk mengintipnya dari belahan dadaku.

    “Mohon maaf mbak, Bapak diluar kendali, Bapak rasa ini sifat alamiah bagi seorang laki-laki normal seperti Bapak, ya meskipun sekarang Bapak sudah cukup berumur..” penjelasan beliau yang kelihatan jujur dan masuk akal itupun meredakan rasa dongkolku.

    Aku kembali berpikir bahwa beliau tidak salah, akulah yang sebenarnya salah telah memancing birahinya dengan memakai pakaian seperti ini, tidak pakai BH dan celana dalam lagi. Ngocoks.com

    “Huuffffttt,” aku menghembuskan nafasku dengan sesak.

    “Baiklah pak, tidak apa-apa, maafkan tadi sudah membentak Bapak.”

    “Tidak apa-apa kok Mbak Asih, Bapak juga minta maaf tidak bisa menahan diri.” Jawabnya dengan pandangan yang merunduk dan sesekali menoleh pada belahan dadaku yang sudah keringetan ini.

    Tak ada pilihan lain, akupun harus meneruskan gerakan naik turunku, agar tali sialan ini segera lepas. Ahirnya talinya kini sedikit kendor, dan mungkin tidak beberapa lama lagi akan bisa lepas, pikirku. Namun tiba-tiba..

    Astaga, tanpa aku sadari ternyata celana kolor Pak Mahfud telah melorot turun dan teronggok ke lantai. Mungkin karena terkena gerakan naik turunku tadi sehingga membuat celana beliau menjadi melorot hingga terlepas. Dan sekarang Pak Mahfud telah telanjang bulat di depanku.

    Sempat kupandangi beliau yang juga tidak bisa berkata apapun kecuali hanya merunduk malu. Kini aku dan Pak Mahfud hanya terdiam mengamati apa yang sedang terjadi. Daster bawahku bagian depanpun tersingkap karena tertopang oleh pangkal penis Pak Mahfud yang telah sangat menegang ke arah atas.

    Dan kini kurasakan, karena tidak memakai celana dalam, mulut vaginaku sekarang telah bersentuhan langsung dengan ujung penis Pak Mahfud yang sedikit menyeruak ke dalam.

    “Pakk..” bisikku lirih.

    “Mbak Asih, maafkan bapak, jangan laporkan ini pada Bapak mbak Asih ya, Bapak takut di pecat..” Ucapnya dengan khawatir..

    “Bapak tidak sengaja dan tidak bermaksud melakukannya..” Tambahnya.

    Aku pikir beliau juga telah sama-sama merasakan, bahwa gerakan naik turun yang telah aku lakukan ternyata membuat penisnya kini menyentuh bibir kemaluanku, dan dengan sekali sentak, kemungkinan besar akan membuatnya masuk lebih dalam lagi..

    “Pak, asih juga minta maaf, ini semua tidak sengaja, dan Asih tidak mungkin lah melaporkan Bapak karena kejadian kecelakaan seperti ini”, hiburku kepada beliau.

    “Pakkk……” ucapku setengah berbisik..

    Bersambung…

    1 2