Blog

  • Suami Pinjaman

    Suami Pinjaman

    Suami Pinjaman – Peluang sering kali hampir tidak terlihat, ia bisa muncul tiba-tiba dan menghilang jika tidak teramati. Bentuk peluang juga seingkali tidak jelas, artinya pangkal dan ekornya jauh berbeda.

    Mengapa tulisan ini saya buka dengan kalimat seperti itu, karena cerita saya berikut ini sangat berkaitan dengan kalimat pertama di tulisan ini.

    Saya tidak ingat hari dan tanggalnya, tetapi saya ingat bahwa hari itu saya melintasi jalan Iskandar Muda, atau lebih dikenal dengan sebutan Arteri Pondok Indah, Jakata. Pagi itu lalulintasnya lebih macet dari hari-hari biasa. Saya merasa begitu, karena setiap hari ini adalah rute menuju kantor saya.

    Kira 30 meter di sebelah kiri depan saya terlihat orang berkerumun, Saya duga ada pengendara sepeda motor mengalami kecelakaan. Namun tidak terlihat di sekitar situ ada sepeda motor yang tergeletak atau bekas tertabrak.

    Suami Pinjaman
    Suami Pinjaman

    Ngocoks Karena arus maju perlahan, kemudian saya melihat seorang laki-laki duduk tersandar, wajahnya pucat dan sedang dikipasi. Melihat itu saya langsung meminggirkan mobil dan memarkir di tempat lega. Segera saya datangi orang yang tersandar pucat tadi. Saya menduga dia terkena serangan jantung.

    “Mas taruh pil ini di bawah lidah, jangan ditelan, dan bernafas agak panjang. “ kata saya.

    Dia menuruti perintah saya, dan 5 menit kemudian kelihatannya dia agak pulih, lalu duduk sambil bersila. Keringatnya deras bercucuran. Nafasnya masih terengah-engah.

    “Mas kondisi begini, tidak boleh mengendarai motor dulu, “ kata saya sambil membantu dia menitipkan sepeda motor di salah satu toko. Oleh pemiliknya dia mau dititipi motor sementara. Saya tak lupa menanyakan nama dan no teleponnya lalu saya masukkan ke HP saya.

    “Mas mari saya bantu untuk ke rumah sakit terdekat, si mas ini dalam bahaya besar, bisa-bisa game kalau tidak mendapat pertolongan segera.” kata saya.

    “Mau dibawa ke rumah sakit mana pak,” kata seorang wanita yang dari tadi tidak terperhatikan saya.

    “Mbak ini siapa,” tanya saya.

    “Saya istrinya Pak,” katanya.

    Sial saya belum terlalu tua malah mungkin sebaya dengan suaminya udah dipanggil pak, mungkin karena pakaian kantoran saya yang rapi dilengkapi dengan jas, jadi dia panggil saya pak mungkin sebagai penghormatan.

    “Kebetulan ini mbak bisa dampingi suami ke rumah sakit,” kata saya.

    Si mas korban serangan jantung tadi duduk di depan dan istrinya duduk di belakang. Wajahnya masih pucat, kendaraaan aku arahkan ke rumahsakit terdekat. Aku langsung membawanya ke instalasi gawat darurat.

    Istrinya kuminta menunggu. Kepada dokter di situ aku jelaskan bahwa pasien ini kemungkian terkena serangan jantung. Perawat langsung memasang masker oksigen.

    Setelah aku memarkir mobil, Istrinya langsung menyambutku dan dia mengajakku menemui dokter. Menurut dokter pasien terkena serangan jantung, diduga ada penyempitan atau penyumbatan di jantungnya.

    Dia menyarankan agar pasien jangan pulang, tetapi perlu diperiksa lebih teliti dengan berbagai peralatan. Kami dirujuk ke dokter spesialis jantung. Tidak lama menunggu aku ikut masuk ke ruang praktek.

    Kesimpulan sementara dokter jantung, si pasien perlu penanganan serius, dan sebaiknya langsung rawat inap, karena kondisinya cukup kritis.

    Aku langsung menyetujui dia dirawat inap dan menjalani beberapa pemeriksaan untuk memastikan sumber gangguan di jantungnya. Dokter jantung untuk sementara melihat kemungkinan pasien perlu dipasang ring di pembuluh jantungnya. Iseng saja aku tanya, berapa biaya pemasangan satu ring. Kata doter menyebut satu angka yang jumlahnya ratusan juta rupiah.

    Mendengar itu istrinya tercengang, gantian dia pula yang wajahnya pucat. Aku tenang saja.

    Suster mendorong kursi roda yang diduduki si mas tadi menuju kamar kelas 1, karena memang hanya itu yang ada.

    Setelah dia dibaringkan dan dipasang selang oksigen, dan suster keluar kamar, baru aku berkenalan. Orang yang kutolong itu sambil berterima kasih memperkenalkan namanya Rama, dan dia memperkenalkan istrinya Vera. Ah baru kusadari, ternyata istrnya cantik juga.

    “Pak kami gak sanggup bayar biaya rumah sakit ini, kenapa bapak langsung setuju saja suami saya di rawat di sini, duit dari mana,” kata istrinya langsung menyerangku.

    Aku senyum saja, “ Emang si mas gak punya asuransi,”

    “Ah boro-boro asuransi pak, hidup aja pas-pasan,” kata Vera.

    “Ya sudah, tenang sajalah, nanti saya carikan bantuan, untuk sementara saya sudah gesek kartu kredit untuk jaminan deposit,” kataku.

    “Terus pak kalau memang harus dipasang ring kata dokter tadi, mana mungkin kami punya duit segitu banyak, biayanya kok mahal banget ya pak,” kata istrinya sambil matanya berkaca-kaca.

    “Ah itu belum tentu, dokter tadi kan hanya mengira-ngira berdasarkan pengalaman dia praktek, tapi setelah pemeriksaan nanti, belum tentu harus pasang ring.

    Tapi kalau pun perlu pasang ring, saya punya kenalan dokter ahli jantung dan pembuluh darah yang banyak menolong orang yang akan operasi jantung, akhirnya tidak perlu dioperasi.” kata ku menenangkan.

    “Sudahlah mas Rama istirahat dulu, kalau mbak Vera bisa menemani, ya temani dulu, tapi kalau mau ditinggal menyelesaikan urusan, silakan saja. Nanti sore saya kembali, ini kartu nama saja,” kataku.

    Aku agak kesiangan tiba di kantor. Aku memang tidak memiliki jam kerja, karena perusahaan itu memang milikku sendiri.

    Setiba di kantor aku langsung memanggil rapat kepala-kepala bagian, untuk mengupdate proyek-proyek. Sekitar setengah jam meeting selesai dan aku pun tenggelam pada berbagai penyelesaian pekerjaan.

    HP ku bergetar, no nya tidak aku kenal. “Pak, bapak jadi ke rumah sakit, jam berapa bapak datang, kata suara merdu di seberang sana,” ah ini pasti suara Vera istri Rama yang tadi pagi aku tolong.

    “Sekitar jam lima nanti saya mampir mbak, gimana keadaan suami mbak” tanyaku.

    Dia menjawab, “ dia tidur pak, kelihatannya sih gak apa-apa.”

    “Mungkin si mas Rama perlu tinggal di rumah sakit sampai 3 hari untuk menyelesaikan berbegai pemeriksaan, yah sabar aja mbak, dan gak usah mikirin biaya, ada aja kok yang bantu,” kata saya.

    Wajah Rama masih agak pucat ketika aku kunjungi, kami ngobrol sebentar dan aku meredakan kekuatirannya, baik kuatir mengenai penyakit, maupun kuatir mengenai biaya.

    Hari ketiga aku bertemu dengan dokter yang merawat Rama sebelum menjenguk ke kamar perawatan Rama. Menurut dokter, kondisi jantung rama kurang baik, sehingga memang benar perlu dipasang satu ring, selain itu dia menderita hipertensi atau darah tinggi dan gula darahnya cukup tinggi.

    Aku minta pasien bisa dirawat jalan, sehingga hari ini bisa meninggalkan rumah sakit. Di kamar kudapati Rama didampingi istrinya. Wajah istrinya agak murung dan Rama sendiri matanya menerawang kosong. “Sudahlah, jangan dibawa sedih, semua ada jalannya kalau kita berusaha.

    Saya sudah bicara dengan dokter, dan hari ini boleh pulang. Kedua wajah mereka langsung gembira. Gimana tadi kata dokter tentang penyakit saya, Pak,” tanya Rama penuh antusias.

    “Ya keadaannya kesehatan bapak kurang baik, gula darah cukup tinggi, tekanan darah juga tinggi dan menurut dokter, jantungnya perlu dipasang ring,” kataku tenang.

    “Tidak perlu risau saya sudah cari bantuan dan mudah-mudahan bisa dapat, saya pikir, jangan terlalu kuatir soal biaya, yang perlu ada semangat untuk kembali sehat” kataku.

    Cerita dipersingkat aku akhirnya diundang ke rumah mereka, yang letaknya lumayan jauh dipinggiran jakarta. Wilayahnya sudah bukan jakarta lagi, tetapi sudah Provinsi Banten. Rumah mereka sederhana dan rapi saya duga ukurannya sekitar 36m2.

    Mereka hidup hanya berdua, karena diusia 35 Rama dan 26 tahun Vera mereka sudah 5 tahun berumah tangga belum dikaruniai momongan.

    Kami akhirnya akrab, dan saya sudah menemukan dokter yang bisa menerapi Rama tanpa perlu pasang ring, semua biaya aku tanggung. Aku sebenarnya tidak punya pamrih apa-apa, kecuali murni hanya menolong saja. Bagiku biaya bantuan yang dikeluarkan untuk mereka tidak terlalu mengganggu cash flow pribadiku, enteng-enteng saja.

    Gula darahnya mulai agak terkontrol, meski masih cenderung tinggi, tekanan darahnya juga sudah normal, tetapi semua kebiasaan lama, seperti olah raga bulu tangkis di lingkungannya, lari pagi, aku suruh stop sama sekali. Olahraga hanya jalan pagi saja setengah jam.

    Kami sudah seperti saudara, sampai akhirnya dia kurekrut menjadi pegawaiku. Nah lama-lama istri si Rama kelihatan makin cantik. Pintar juga Rama dulu cari istri bisa dapat yang cantik begitu, mana nurut banget sama suaminya.

    Namun aku bertanya dalam hati, apa Rama bisa memenuhi kebutuhan sex istrinya, karena diumur yang relatif muda dia sudah terkena diabetes. Setahuku orang terkena diabetes kemampuan sexnya lemah, kalaupun bisa berhubungan ketegangan penisnya tidak sempurna. Persoalan berikutnya adalah apakah karena itu, mereka belum juga mendapat anak.

    Meski Vera istri Rama cantik, tetapi aku tidak berani menggoda atau bersikap macam-macam. Apalagi dia sudah menjadi pegawaiku.

    Suatu hari aku diundang mereka berdua, katanya merayakan ulang tahun perkawinan yang ke enam. Mereka mengundangku di sebuah restoran di hotel yang cukup terkenal.

    Aku pikir mereka mengundang banyak kolega, tetapi ternyata setelah beberapa lama kami duduk bertiga, tidak ada yang datang lagi. “ kami memang tidak mengundang siapa-siapa kecuali bapak,” kata Rama.

    “Pak ada yang ingin kami sampaikan, selain ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya yang menyelamatkan nyawa saya,” kata Rama.

    “Begini pak, kami berdua sudah lama menginginkan anak, tetapi setelah 6 tahun ini usaha kami tidak membuahkan hasil, karena menurut pemeriksaan dokter, sperma saya ternyata lemah Pak,” kata Rama.

    Saya lalu menyarankan adopsi, karena biasanya keluarga yang gagal mempunyai anak kandung, masih bisa mendapat anak adopsi.

    “Itu sudah kami pikirkan, tetapi kami merasa anak itu, tidak atau bukan darah daging dari saya atau istri saya,” kata Rama.

    “O kalian mau ikut program bayi tabung toh”

    “Tidak bisa pak, kami sudah konsultasi ke dokter, sperma saya terlalu lemah,” kata Rama.

    “Terus rencana kalian bagaimana,” tanyaku penuh tanda tanya.

    “Itulah pak kami ingin konsultasi dengan bapak, kami sebenarnya tidak enak dan kesan saya agak kurang ajar, tetapi setelah kami berdua berembug, akhirnya kami terpaksa akan sampaikan kepada bapak, apa pun risikonya kami sudah siap pak, Bapak kami anggap sudah seperti saudara. Mudah-mudahan kami bisa ditolong,” kata Rama.

    Aku terus terang tidak bisa menduga kemana arah permohonan mereka, sehingga aku jadi makin penasaran.

    “Bagaimana saya bisa membantu, “ tanyaku.

    “ Kami mengharapkan benih dari bapak untuk dibuahi oleh indung telur istri saya,” kata Rama terus terang.

    “Maksudnya, program bayi tabung dengan mempertemukan sperma saya dengan telur Vera,” tanya saya makin penasaran.

    “Bukan Pak,” kata Vera kali ini angkat bicara.

    Aku terdiam sejenak dan langsung membayangkan aku melakukan hubungan badan dengan vera untuk dia mendapatkan anak.

    “Jadi maksud kalian bagaimana,” tanyaku penasaran.

    “Maaf pak, saya sudah bersepakat dengan Vera, dan kalau Bapak tidak keberatan, saya sebagai suami Vera ikhlas mengijin istri saya dibuahi oleh bapak secara langsung.” kata Rama

    Vera tidak berani menatap mataku, dia tertunduk.

    “Apa benar begitu, vera, “tanyaku menegaskan,

    Vera hanya menangguk.

    Aku terhenyak dan menyandarkan badanku ke sandaran kursi.

    “Mengapa, kalian memlih saya,” tanyaku.

    “ Pertama, bapak orangnya sangat baik dan suka menolong tanpa pamrih, kedua bapak hidup membujang sampai usia 40 tahun, sehingga bagi kami tidak merasa merebut atau merusak rumah tangga lain, dan ketiga, jika berhasil kami mempunyai anak yang masih darah daging dari Vera” kata Rama tanpa ragu menyampaikan kata per kata.

    Kelihatan rencana mereka itu sudah matang sekali mereka rembukkan.

    “Pak tanpa mengurangi rasa hormat apakah bapak bersedia menolong, kami lagi,” kata Rama.

    Selain mata Rama memandangku, Vera juga menatapku.

    Sulit dan malu aku begitu saja langsung menerima, tetapi aku berbohong pada diriku sendiri, jika tidak tertarik pada Vera. Dia adalah wanita yang ideal, meski payudaranya tidak tergolong toge, tetapi cukup monjol, dia juga memiliki pinggang yang ramping, bokong yang rada menonjol dan yang aku paling suka selain mukanya ayu, putih, rambutnya lurus sebahu.

    “Selanjutnya bagaimana rencana kalian,” kataku tanpa menyatakan menerima dan akan membantu mereka.

    “Kami sudah pesan kamar dihotel ini, kalau bapak tidak keberatan dan mau menolong kami, kita bertiga naik ke kamar, besok kan hari libur.

    “Kalian ini memang keluarga yang aneh, dan kau Rama, kau adalah laki-laki yang paling aneh karena memperbolehkan istrimu ditiduri laki-laki lain,” kataku.

    “Bapak juga laki-laki aneh, sudah cukup mapan, tetapi kenapa tidak berumah tangga juga, apalagi yang kurang pak, semua Bapak sudah punya, kecuali pendamping hidup,” kata Vera.

    Batinku berkecamuk, antara mau menerima tawaran dengan rasa gengsi yang cenderung menolak. Jika aku menerima begitu saja, kayaknya kok keliatan banget nafsu rendahku, tetapi kalau aku tolak bisa jadi dia akan mencari laki-laki lain. Ah sayang juga kesempatan ini disia-siakan.

    “Apakah kalian sudah benar-benar mantap dengan keputusan itu, dan kalau boleh tau ada berapa calon yang sudah dinominasikan untuk menjalankan tugas seperti yang kalian tawarkan ?” tanyaku mengulur waktu untuk berpikir. Ngocoks.com

    “Terus terang Pak calonnya yang kami bicarakan berdua hanya bapak, kami tidak berpikir mencari calon lain,” kata si Rama.

    “Sepertinya tawaran kalian itu menarik juga, tetapi kalau kelak tidak terjadi pembuahan bagaimana,” tanyaku.

    “ yah itu risiko sudah kami pikirkan dan kami juga berharap bapak legowo jika nanti Vera melahirkan, maka anak itu adalah anak kami, Bapak boleh saja bertemu dan dekat dengan anak itu nanti, tetapi statusnya tetap anak kandung kami, apa bapak keberatan,” kata Rama.

    Hal ini malah belum terpikirkan, karena otakku hanya membayangkan rasa nikmat menggumuli Vera. Aku pikir permintaan mereka wajar, dan bagiku tidak ada masalah. Lucu juga aku belum menikah tetapi punya anak kandung yang dalam pengasuhanku.

    “Baiklah persyaratan itu bisa saya terima,” kataku.

    “Oke Pak kita naik keatas, saya sudah buka kamar,” kata Rama.

    Kami bertiga naik keatas, suasana di dalam lift terasa canggung, kami diam saja sampai pintu lift terbuka. Aku masih belum tahu skenario apa yang mereka persiapkan. Sejaun ini aku pasrah saja, dan penasaran melihat penampilan Vera yang pasti mengundang minat lelaki mana pun.

    Rama memesan kamar suite, sehingga terasa lega, karena ada ruang tamu dan ruang tidur yang terpisah. Kami bertiga duduk di sofa ruang tamu.

    “Pak mohon maaf, saya tinggal bapak dengan Vera,” kata Rama lalu bangkit menuju pintu dan keluar begitu saja. Pasti berkecamuk juga dalam hatinya mendapati kenyataan istrinya ditiduri oleh laki-laki lain.

    Itu makanya dia berusaha cepat berlalu. Aku sempat berdiri sebentar, tetapi tidak sempat mengejar Rama, karena dia sudah keburu menutup pintu.

    Bersambung…

    1 2
  • Aktivitas Swinger

    Aktivitas Swinger

    Mengenal Cerita Aktivitas Swinger – Suatu hari pak Beni mengajak ke 2 balitanya berlibur kerumah neneknya diluar kota untuk beberapa hari. aku tidak diajak. Tahu bahwa abangnya tidak mengajak aku ikut berlibur, mas Budi senyum2 saja kepadaku, “Nes, ada kesempatan nih. Mas Beni pergi dengan anak2 dan kamu gak ikut. Kita juga liburan yuk”, ajaknya.

    “Mau kemana mas”, tanyaku. “Temenku, Adi, ngajak ke villanya. Dia mau ajak ceweknya, Santi. Kamu ikut ya. Kita have fun lah disana. Mau kan”, katanya sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum dan mengganggukkan kepala.

    Sorenya, mas Adi datang menjemput. Aku diperkenalkan ke mas mas Adi dan dia memperkenalkan Santi ke mas Budi dan aku. Mas mas Adi ganteng juga. Santi, montok banget. Masih abg banget, kayanya lebih muda dari aku.

    Manis juga anaknya, mengenakan jeans ketat dan tank top yang juga ketat sehingga menonjolkan lekuk liku badannya yang merangsang. Tangannya berbulu panjang dan terlihat ada kumis tipis diatas bibir cewek itu.

    Mengenal Aktivitas Swinger
    Aktivitas Swinger

    Ngocoks Pasti jembutnya lebat sekali dan cewek yang kaya begini yang disukai cowok2. Aku mengenakan blus dan rok mini. mas Adi tampak mengagumi keseksianku walaupun ada cewek yang gak kalah montok disebelahnya. Memang aku mengenakan blus yang belahan dadanya rendah sehingga belahan toketku menyembul keluar.

    “Berangkat yuk”, kata mas mas Adi. “Nes, mas Adi dari tadi ngeliatin kamu terus tuh” kata mas Budi berbisik.

    “Ah.. Masa sih” jawabku tertawa. “Iya tuh.. Lihat aja di kaca spion”. Memang terkadang mas Adi melirik kaca untuk melihatku yang duduk di kursi belakang bersama mas Budi.Villanya tidak terlalu jauh. Karena sudah malem, kita mengisi perut dulu.

    Mas Adi membawa juga makanan dan minuman untuk camilan di vila. Sesampai di vila, hari sudah gelap. Langsung berbagi kamar, masing2 dengan pasangannya. Setelah memasukkan barang bawaan ke kamar masing2, kita ngobrol ber 4 di ruang tamu. Mas Budi kayanya udah horny berat.

    Dia memelukku, mengelus2 rambutku dan pahaku yang tidak tertutup rok miniku yang tersingkap. Dia berbisik ngajak aku masuk kamar. Aku ngikuti aja. “Duluan ya”, kata mas Budi kepada temannya.

    Di kamar, dengan ganas mas Budi segera memelukku dan mencium bibirku dan menjilati leherku. Belahan toketku diusap2nya, blusku dibukanya, sehingga aku hanya mengenakan bra yang tipis. Pentilku tampak menonjol, sudah mengeras.

    Perlahan dia menciumi toketku. Aku mulai mendesah perlahan ketika pentilku dihisapnya dari balik braku. Setelah puas menikmati toketku, dia menciumku kembali.

    “Kamu gantian dong, hisap kontolku” katanya lagi. Kubuka retsleting celananya sekaligus dengan CDnya, sehingga kontolnya yang sudah tegang membengkak mencuat keluar. Kontolnya mulai kukocok-kocok perlahan.

    Dia mendorong kepalaku ke arah kontolnya. “Isep Nes”, desahnya ketika mulutku mulai mengulum kepala kontolnya. Kontolnya kukocok2 perlahan. “Nikmat Nes” erangnya. Dia menyibakkan rambut yang menutupi wajahku.

    “Terus Nes, enak banget, ” katanya lagi. Akupun mengeluarkan kontolnya dari mulut dan mulai menjilatinya. Kemudian kontolnya kujejalkan dalam mulutku.

    Dia mengelus-elus rambutku, ketika mulutku memompa kontolnya. Dia sudah sangat bernapsu sekali. Rok dan cd ku dilepasnya sehiongga aku telah bertelanjang bulat. Dia duduk dikursi dan aku disuruhnya duduk di atas pangkuannya sambil menghadap memunggunginya. Dia melepaskani baju yang tersisa. Dia menciumi pundakku, dan mengarahkan kontolnya yang sudah berdiri tegak ke nonokku.

    “Ohhmas, besarnya. Enak, ahh, entotin Ines mas”, desahku. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku, gerakannya terbatas karena aku ada pangkuannya. Toketku yang berayun-ayun seirama enjotannya diremasnya.

    “Ohh, Mas, Enak Mas, Enjot terus mas” kataku sambil melingkarkan tanganku ke belakang merengkuh kepalanya. Dia menciumku bibirku sebentar dan kemudian menghisap toketku sambil terus mengenjot nonokku.

    “Ohh mas, enak banget, besar banget” eranganku semakin menjmas Adi, dan tak lama aku pun menjerit. Tubuhku menggelinjang-gelinjang dalam dekapannya. Tak lama, diapun mengerang nikmat ketika ngecret dalam nonokku. Kamipun melepas lelah sejenak sambil berciuman kembali. “Enak ya Mas” kataku.

    Aku masuk kekamar mandi yang menjadi satu dengan kamar tidur. Selang beberapa saat aku keluar lagi hanya mengenakan lilitan handuk dibadanku tanpa pakaian lainnya lagi. “Udah siap lagi ya Nes”, mas Budi menggangguku.

    “Iyalah mas, kan kita kesini untuk ngentot. Kata mas mau ngentotin Ines sampe 4 kali”, jawabku. Belahan dadaku sedikit tersembul dibalik handuk yang menutup dada serta pahaku. Melihat itu sepertinya dia napsu lagi.

    Luar biasa juga staminanya, gak puas2nya dia ngentoti aku. Kontolnya sudah berdiri tegang. Dia berbaring di ranjang. “Mas, ngelihatnya kok begitu amat sih ?” kataku.

    “Nes, sudah malam nih, kita tidur saja” katanya.”Mau tidur atau nidurin Ines mas”, godaku. “Tidur setelah nidurin kamu lagi dong”, jawabnya. Aku berbaring disebelahnya, segera lilitan handukku dilepaskannya sehingga telanjang bulatlah aku. Toketku dielus2nya.

    “Nes, kamu seksi sekali, mana binal lagi kalo lagi dientot. Kalo mas Beni dan anak2 pergi melulu, aku bisa ngentotin kamu tiap malem”, katanya merayu. Aku hanya tersenyum, tidak menjawab rayuannya. Elusan tangannya di toketku berubah menjadi remasan remasan halus.

    “Mas “, aku memeluknya. Dia memelukku juga serta mencium bibirku. Dia begitu menggebu gebu melumat bibirku, kujulurkan lidahku kedalam mulutnya. Nafasku menjadi cepat serta tidak beraturan. Setelah beberapa saat kami berciuman, aku menggeser badanku sehingga sekarang sudah berada di atas badannya. Dia semakin ganas saja dalam berciuman. Dia memeluk badanku rapat2 sambil menciumiku.

    Kemudian aku menciumi lehernya dan terus turun kearah dadanya. Dia berdesis “Nes, sshh”. Aku terus menciumi badannya, turun ke bawah dan ketika sampai disekitar pusarnya, kucium sambil menjilatinya sehingga terasa sekali kontolnya kian menegang.

    “Nes, aduuh” dan aku secara perlahan terus turun dan ketika sampai disekitar kontolnya, kucium dan kuhisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya. “Sshh, Nes” katanya lagi.

    Kontolnya sudah ngaceng keras sekali, mengacung ke atas. Kupegang kontolnya dan kukocok pelan pelan. Kontolnya kumasukkan kemulutku. “Aahh”, teriaknya keenakan. Aku segera menaik turunkan mulutku pelan2 dan sesekali kusedot dengan keras.

    “Nes, enaak. Ayo dong Nes. Sini, aku juga kepingin” , katanya sambil menarik badanku. Aku mengerti kemauannya dan kuputar badanku tanpa melepas kontolnya dari mulutku.

    Posisi nya sekarang 69 dan aku berada diatas badannya. Nonokku yang dipenuhi jembut yang lebat dijilatinya. Aku menggelinjang setiap kali bibir nonokku dihisapnya. Dengan mulut yang masih tersumpal kontolnya aku bergumam.

    Dia membuka belahan nonokku pelan2 dan dijulurkannya lidahnya untuk menjilati dan menghisap hisap seluruh bagian dalam nonokku.

    Kulepas kontolnya dari mulutku sambil mengerang, “mas, ooh”, sambil berusaha menggerak gerakkan pantatku naik turun sehingga sepertinya mulut dan hidungnya masuk semuanya kedalam nonokku. “Maas, terus maas” Apalagi ketika itilku dihisap, aku mengerang lebih keras “maas, teeruuss”.

    Itilku terus dihisap hisapnya dan sesekali lidahnya dijulurkan masuk kedalam nonokku. Gerakan pantatku semakin menggila dan cepat, semakin cepat dan akhirnya Mas, aku nyampee”, sambil menekan pantatku kuat sekali kewajahnya. Aku terengah engah. Perlahan lahan dia menggeser badanku kesamping sehingga aku tergeletak di tempat tidur. Dengan masih terengah2 aku memanggilnya,

    “Mas peluk Ines, maas” dan segera saja dia memutar posisi badannya lalu memelukku dan mencium bibirku. Mulutnya masih basah oleh cairan nonokku.

    “Maas”,kataku dengan nafas nya sudah mulai agak teratur. “Apa Nes”sahutnya sambil mencium pipiku. “Maas, nikmat banget ya dengan mas, baru dijilat saja Ines sudah nyampe”, kataku manja. “Nes sekarang boleh gak aku… “, sahutnya sambil meregangkan kedua kakiku.

    Mas Budi mengambil ancang2 diatasku sambil memegang kontolnya yang dipaskan pada belahan nonokku. Perlahan terasa kepala kontolnya menerobos masuk nonokku. Dia mengulum bibirku sambil menjulurkan lidahnya kedalam mulutku.

    Aku menghisap dan mempermainkan lidahnya, sementara dia mulai menekan pantatnya pelan2 sehinggga kontolnya makin dalam memasuki nonokku dan blees, kontolnya sudah masuk setengahnya kedalam nonokku. Aku berteriak pelan “aahh maass”sambil mencengkeram kuat di punggungnya.

    Kedua kakiku segera kulingkarkan ke punggungnya, sehingga kontolnya sekarang masuk seluruhnya kedalam nonokku. Dia belum menggerakkan kontolnya karena aku sedang mempermainkan otot2 nonokku sehingga dia merasa kontolnya seperti dihisap hisap dengan agak kuat.

    “Nes, terus.Nes, enaak sekalii, Nes”, katanya sambil menggerakkan kontolnya naik turun secara pelan dan teratur. Aku secara perlahan juga mulai memutar mutar pinggulku. Setiap kali kontolnya ditekan masuk kedalam nonokku, aku melenguh “sshh maass”, karena kurasakan kontolnya menyentuh bagian nonokku yang paling dalam.

    Karena lenguhanku, dia semakin terangsang dan gerakan kontolnya keluar masuk nonokku semakin cepat. Aku semakin keras berteriak2, serta gerakan pinggulku semakin cepat juga. Dia semakin mempercepat gerakan kontolnya keluar masuk nonokku.

    Aku melepaskan jepitan kakiku di pinggangnya dan mengangkatnya lebar2, dan posisi ini mempermudah gerakan kontolnya keluar masuk nonokku dan terasa kontolnya masuk lebih dalam lagi.

    Tidak lama kemudian kurasakan rasa nikmat yang menggebu2, kupeluk dia semakin kencang dan akhirnya “ayo mass, Ines mau keluar maas”. “Tunggu Nes, kita sama sama”, sahutnya sambil mempercepat lagi gerakan kontolnya.

    “Aduhh maas, Ines nggak tahaan, maaas, ayoo sekarang”, sambil melingkarkan kembali kakiku di punggungnya kuat2.

    “Nes, aku jugaa”, dan terasa creeeeeeet…creeeeeet… crrreeettt..pejunya muncrat keluar dari kontolnya dan tumpah didalam nonokku. Terasa dia menekan kuat2 kontolnya ke nonokku.

    Dengan nafas yang terengah engah dan badannya penuh dengan keringat, dia terkapar diatasku dengan kontolnya masih tetap ada didalam nonokku. Setelah nafasku agak teratur, kukatakan didekat telinganya “Mas, terima kasih ya. Ines puas banget barusan,” sambil kukecup telinganya.

    Dia tidak menjawab atau berkata apapun dan hanya menciumi wajahku. Setelah diam beberapa lama lalu aku diajaknya membersihkan badan di kamar mandi dan terus tidur sambil berpelukan.

    Paginya aku terbangun kesiangan. Mungkin karena cape dientot aku tidur dengan pulas. Ketika terbangun dia sudah tidak ada disebelahku. Aku ke kemar mandi, membasuh muka dan sikat gigi, kemudian dengan bertelanjang bulat aku keluar kamar. Mas Budi sedang ngobrol dengan mas Adi dan Santi.

    Aku segera masuk ke kamar lagi, walaupun mas Adi sempat ternganga melihat kemolekan badanku yang telanjang. Aku mengenakan kimono punya mas Budi, sehingga kebesaran. Aku bergabung dengan mereka dimeja makan. Aku mengambil roti dan membuat kopi, yang lainnya kelihatannya sudah selesai sarapan.

    Mereka menemaniku sarapan sambil ngobrol santai. Kayanya Santi centil banget ngobrolnya dengan mas Budi. Setelah aku selesai sarapan, mas Adi mengajak berenang. Segera aku mengenakan daleman bikiniku. Mas Adi makin menganga melihat jembutku yang nongol dari balik CD minimku. “Nes, jembutnya lebat sekali”, katanya.

    “Suka kan mas ngeliatnya”, jawabku. “Jembut Santi juga pasti lebat, lebih lebat dari jembutku”. Santi sudah memakai bikininya juga. toketnya yang montok tidak tertutup oleh bra bikininya yang kekecilan, dan jembutnya benar lebih lebat dari jembutku, nongol dari samping dan atas CD bikininya yang sangat minim, lebih minim dari CDku.

    Mas Budi kayanya napsu banget lihat bodinya Santi. Aku mengerti sekarang skenarionya, kayanya mas Budi mau ngentot dengan Santi dan aku akan dientot mas Adi. Kulihat mas Adi menelan ludahnya memandangi bodiku.

    Mas Budi hanya memakai celana pendek dan kelihatan sekali kontol besarnya sudah ngaceng dengan keras. Mas Adi melepaskan pakaiannya sehingga hanya mengenakan CD saja. kontolnya juga sudah ngaceng, kelihatannya besar juga walaupun tidak sebesar kontol mas Budi.

    Kami menuju ke kolam renang di kebun belakang. Ada 2 dipan, dan letaknya berjauhan, di masing2 sisi kolam. Aku memilih salah satu dipan.

    Mas Budi sudah mulai menggeluti Santi di dipan satunya. mas Adi duduk disebelahku yang sudah berbaring di dipan. Dia mulai mengelus2 pundakku. Aku tau, dia pasti sudah napsu sekali. Segera saja kuelus2 kontol mas Adi dari luar CDnya, kemudian kuremas perlahan.

    “Kontol mas besar juga ya”, kataku sambil makin keras meremas kontolnya. Tanganku menyusup kedalam CDnya dan langsung mengocok2 kontolnya. ngacengnya sudah keras banget.

    “Aku lepas ya CD nya”, kataku sambil memelorotkan CDnya. Kontolnya yang lumayan besar langsung ngacung keatas. Aku udah gak sabar pengen merasakan kontolnya keluar masuk nonokku. Aku duduk dan memeluknya serta mencium bibirnya.

    Mas Adi langsung memelukku kembali, bibirnya pun menghisap2 bibirku sedang tangannya mulai meremas2 toketku yang sudah mengeras. Tangannya nyelip kedalam bra ku dan memlintir pentilku yang juga sudah mengeras. “Nes sudah napsu ya, pentilnya sudah keras.

    Nonoknya pasti udah basah ya Nes”, katanya lagi. Sepertinya dia sudah pengalaman juga dalam urusan perngentotan. Aku mulai menyentuh dan mengelus kontolnya “ya, pegang Nes” desisnya. Mas Adi sekarang yang berbaring sedang aku menelungkup diatasnya. Kontolnya mulai kujilat, kukocok sambil meremas biji pelernya.

    Bersambung…

    1 2
  • Gadis Bandung

    Gadis Bandung

    Cerita Gadis Bandung – Kisah ini bermula waktu umurku masih 23 tahun. Aku duduk di tingkat akhir suatu perguruan tinggi teknik di kota Bandung. Wajahku ganteng. Badanku tinggi dan tegap, mungkin karena aku selalu berolahraga seminggu tiga kali.

    Teman-temanku bilang, kalau aku bermobil pasti banyak cewek cantik sexy yang dengan sukahati menempel padaku. Aku sendiri sudah punya pacar. Kami pacaran secara serius. Baik orang tuaku maupun orang tuanya sudah setuju kami nanti menikah.

    Tempat kos-ku dan tempat kos-nya hanya berjarak sekitar 700 m. Aku sendiri sudah dipegangi kunci kamar kosnya. Walaupun demikian bukan berarti aku sudah berpacaran tanpa batas dengannya.

    Dalam masalah pacaran, kami sudah saling cium-ciuman, gumul-gumulan, dan remas-remasan. Namun semua itu kami lakukan dengan masih berpakaian. Toh walaupun hanya begitu, kalau “voltase’-ku sudah amat tinggi, aku dapat ‘muntah” juga.

    Cerita Gadis Bandung
    Cerita Gadis Bandung

    Ngocoks Dia adalah seorang yang menjaga keperawanan sampai dengan menikah, karena itu dia tidak mau berhubungan sex sebelum menikah. Aku menghargai prinsipnya tersebut. Karena aku belum pernah pacaran sebelumnya, maka sampai saat itu aku belum pernah merasakan memek perempuan.

    Pacarku seorang anak bungsu. Kecuali kolokan, dia juga seorang penakut, sehingga sampai jam 10 malam minta ditemani. Sehabis mandi sore, aku pergi ke kosnya.

    Sampai dia berangkat tidur. aku belajar atau menulis tugas akhir dan dia belajar atau mengerjakan tugas-tugas kuliahnya di ruang tamu. Kamar kos-nya sendiri berukuran cukup besar, yakni 3mX6m.

    Kamar sebesar itu disekat dengan triplex menjadi ruang tamu dengan ukuran 3mX2.5m dan ruang tidur dengan ukuran 3mX3.5m. Lobang pintu di antara kedua ruang itu hanya ditutup dengan kain korden.

    lbu kost-nya mempunyai empat anak, semua perempuan. Semua manis-manis sebagaimana kebanyakan perempuan Sunda. Anak yang pertama sudah menikah, anak yang kedua duduk di kelas 3 SMA, anak ketiga kelas I SMA, dan anak bungsu masih di SMP.

    Menurut desas-desus yang sampai di telingaku, menikahnya anak pertama adalah karena hamil duluan. Kemudian anak yang kedua pun sudah mempunyai prestasi. Nama panggilannya Ika.

    Dia dikabarkan sudah pernah hamil dengan pacarya, namun digugurkan. Menurut penilaianku, Ika seorang playgirl.

    Walaupun sudah punya pacar, pacarnya kuliah di suatu politeknik, namun dia suka mejeng dan menggoda laki-laki lain yang kelihatan keren. Kalau aku datang ke kos pacarku, dia pun suka mejeng dan bersikap genit dalam menyapaku.

    lka memang mojang Sunda yang amat aduhai. Usianya akan 18 tahun. Tingginya 160 cm. Kulitnya berwarna kuning langsat dan kelihatan licin. Badannya kenyal dan berisi. Pinggangnya ramping.

    Buah dadanya padat dan besar membusung. Pinggulnya besar, kecuali melebar dengan indahnya juga pantatnya membusung dengan montoknya.

    Untuk gadis seusia dia, mungkin payudara dan pinggul yang sudah terbentuk sedemikian indahnya karena terbiasa dinaiki dan digumuli oleh pacarnya. Paha dan betisnya bagus dan mulus. Lehernya jenjang.

    Matanya bagus. Hidungnya mungil dan sedikit mancung. Bibirnya mempunyai garis yang sexy dan sensual, sehingga kalau memakai lipstik tidak perlu membuat garis baru, tinggal mengikuti batas bibir yang sudah ada. Rambutnya lebat yang dipotong bob dengan indahnya.

    Sore itu sehabis mandi aku ke kos pacarku seperti biasanya. Di teras rumah tampak Ika sedang mengobrol dengan dua orang adiknya. Ika mengenakan baju atas ‘you can see’ dan rok span yang pendek dan ketat sehingga lengan, paha dan betisnya yang mulus itu dipertontonkan dengan jelasnya.

    “Mas Bob, ngapel ke Mbak Dina? Wah… sedang nggak ada tuh. Tadi pergi sama dua temannya. Katanya mau bikin tugas,” sapa Ika dengan centilnya.

    “He… masa?” balasku.

    “Iya… Sudah, ngapelin Ika sajalah Mas Bob,” kata Ika dengan senyum menggoda. Edan! Cewek Sunda satu ini benar-benar menggoda hasrat. Kalau mau mengajak beneran aku tidak menolak nih, he-he-he…

    “Ah, neng Ika macam-macam saja…,” tanggapanku sok menjaga wibawa. “Kak Dai belum datang?”

    Pacar Ika namanya Daniel, namun Ika memanggilnya Kak Dai. Mungkin Dai adalah panggilan akrab atau panggilan masa kecil si Daniel. Daniel berasal dan Bogor. Dia ngapeli anak yang masih SMA macam minum obat saja.

    Dan pulang kuliah sampai malam hari. Lebih hebat dan aku, dan selama ngapel waktu dia habiskan untuk ngobrol. Atau kalau setelah waktu isya, dia masuk ke kamar Ika. Kapan dia punya kesempatan belajar?

    “Wah… dua bulan ini saya menjadi singgel lagi. Kak Dai lagi kerja praktek di Riau. Makanya carikan teman Mas Bob buat menemani Ika dong, biar Ika tidak kesepian… Tapi yang keren lho,” kata Ika dengan suara yang amat manja.

    Edan si playgirl Sunda mi. Dia bukan tipe orang yang ngomong begitu bukan sekedar bercanda, namun tipe orang yang suka nyerempet-nyerempet hat yang berbahaya.

    “Neng Ika ini… Nanti Kak Dainya ngamuk dong.”

    “Kak Dai kan tidak akan tahu…”

    Aku kembali memaki dalam hati. Perempuan Sunda macam Ika ini memang enak ditiduri. Enak digenjot dan dinikmati kekenyalan bagian-bagian tubuhnya.

    Aku mengeluarkan kunci dan membuka pintu kamar kos Dina. Di atas meja pendek di ruang tamu ada sehelai memo dari Dina. Sambil membuka jendela ruang depan dan ruang tidur, kubaca isi memo tadi.

    Mas Bobby, gue ngerjain tugas kelompok bersama Niken dan Wiwin. Tugasnya banyak, jadi gue malam ini tidak pulang. Gue tidur di rumah Wiwin. Di kulkas ada jeruk, ambil saja. Soen sayang, Dina’

    Aku mengambil bukuku yang sehari-harinya kutinggal di tempat kos Di. Sambil menyetel radio dengan suara perlahan, aku mulai membaca buku itu. Biarlah aku belajar di situ sampai jam sepuluh malam.

    Sedang asyik belajar, sekitar jam setengah sembilan malam pintu diketok dan luar. Tok-tok-tok…

    Kusingkapkan korden jendela ruang tamu yang telah kututup pada jam delapan malam tadi, sesuai dengan kebiasaan pacarku. Sepertinya Ika yang berdiri di depan pintu.

    “Mbak Di… Mbak Dina…,” terdengar suara Ika memanggil-manggil dan luar. Aku membuka pintu.

    “Mbak Dina sudah pulang?” tanya Ika.

    “Belum. Hari ini Dina tidak pulang. Tidur di rumah temannya karena banyak tugas. Ada apa?”

    “Mau pinjam kalkulator, mas Bob. Sebentar saja. Buat bikin pe-er.”

    “Ng… bolehlah. Pakai kalkulatorku saja, asal cepat kembali.”

    “Beres deh mas Bob. Ika berjanji,” kata Ika dengan genit. Bibirnya tersenyum manis, dan pandang matanya menggoda menggemaskan.

    Kuberikan kalkulatorku pada Ika. Ketika berbalik, kutatap tajam-tajam tubuhnya yang aduhai. Pinggulnya yang melebar dan montok itu menggial ke kiri-kanan, seolah menantang diriku untuk meremas*-remasnya. Sialan! Kontholku jadi berdiri. Si ‘boy-ku ini responsif sekali kalau ada cewek cakep yang enak digenjot.

    Sepeninggal Ika, sesaat aku tidak dapat berkonsentrasi. Namun kemudian kuusir pikiran yang tidak-tidak itu. Kuteruskan kembali membaca textbook yang menunjang penulisan tugas sarjana itu.

    Tok-tok-tok! Baru sekitar limabelas menit pintu kembali diketok.

    “Mas Bob… Mas Bob…,” terdengar Ika memanggil lirih.

    Pintu kubuka. Mendadak kontholku mengeras lagi. Di depan pintu berdiri Ika dengan senyum genitnya. Bajunya bukan atasan ‘you can see’ yang dipakai sebelumnya. Dia menggunakan baju yang hanya setinggi separuh dada dengan ikatan tali ke pundaknya.

    Baju tersebut berwarna kuning muda dan berbahan mengkilat. Dadanya tampak membusung dengan gagahnya, yang ujungnya menonjol dengan tajam dan batik bajunya.

    Sepertinya dia tidak memakai BH. Juga, bau harum sekarang terpancar dan tubuhnya. Tadi, bau parfum harum semacam ini tidak tercium sama sekali, berarti datang yang kali ini si Ika menyempatkan diri memakai parfum. Kali ini bibirnya pun dipolesi lipstik pink.

    “Ini kalkulatornya, Mas Bob,” kata Ika manja, membuyarkan keterpanaanku.

    “Sudah selesai. Neng Ika?” tanyaku basa-basi.

    “Sudah Mas Bob, namun boleh Ika minta diajari Matematika?”

    “0, boleh saja kalau sekiranya bisa.”

    Tanpa kupersilakan Ika menyelonong masuk dan membuka buku matematika di atas meja tamu yang rendah. Ruang tamu kamar kos pacarku itu tanpa kursi.

    Hanya digelari karpet tebal dan sebuah meja pendek dengan di salah satu sisinya terpasang rak buku. Aku pun duduk di hadapannya, sementara pintu masuk tertutup dengan sendirinya dengan perlahan. Memang pintu kamar kos pacarku kalau mau disengaja terbuka harus diganjal potongan kayu kecil.

    “Ini mas Bob, Ika ada soal tentang bunga majemuk yang tidak tahu cara penyelesaiannya.” Ika mencari-cari halaman buku yang akan ditanyakannya.

    Menunggu halaman itu ditemukan, mataku mencari kesempatan melihat ke dadanya. Amboi! Benar, Ika tidak memakai bra. Dalam posisi agak menunduk, kedua gundukan payudaranya kelihatan sangat jelas. Sungguh padat, mulus, dan indah. Kontholku terasa mengeras dan sedikit berdenyut-denyut.

    Halaman yang dicari ketemu. Ika dengan centilnya membaca soal tersebut. Soalnya cukup mudah. Aku menerangkan sedikit dan memberitahu rumusnya, kemudian Ika menghitungnya. Sambil menunggu Ika menghitung, mataku mencuri pandang ke buah dada Ika. Uhhh… ranum dan segarnya.

    “Kok sepi? Mamah, Ema, dan Nur sudah tidur?” tanyaku sambil menelan ludah. Kalau bapaknya tidak aku tanyakan karena dia bekerja di Cirebon yang pulangnya setiap akhir pekan.

    “Sudah. Mamah sudah tidur jam setengah delapan tadi. Kemudian Erna dan Nur berangkat tidur waktu Ika bermain-main kalkulator tadi,” jawab Ika dengan tatapan mata yang menggoda.

    Hasratku mulai naik. Kenapa tidak kusetubuhi saja si Ika. Mumpung sepi. Orang-orang di rumahnya sudah tidur. Kamar kos sebelah sudah sepi dan sudah mati lampunya. Berarti penghuninya juga sudah tidur.

    Kalau kupaksa dia meladeni hasratku, tenaganya tidak akan berarti dalam melawanku. Tetapi mengapa dia akan melawanku? jangan-jangan dia ke sini justru ingin bersetubuh denganku. Soal tanya Matematika, itu hanya sebagai atasan saja.

    Bukankah dia menyempatkan ganti baju, dari atasan you can see ke atasan yang memamerkan separuh payudaranya? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan tidak memakai bra? Bukankah dia datang lagi dengan menyempatkan memakai parfum dan lipstik? Apa lagi artinya kalau tidak menyodorkan din?

    Tiba-tiba Ika bangkit dan duduk di sebelah kananku.

    “Mas Bob… ini benar nggak?” tanya Ika.

    Ada kekeliruan di tengah jalan saat Ika menghitung. Antara konsentrasi dan menahan nafsu yang tengah berkecamuk, aku mengambil pensil dan menjelaskan kekeliruannya.

    Tiba-tiba Ika lebih mendekat ke arahku, seolah mau memperhatikan hal yang kujelaskan dan jarak yang lebih dekat. Akibatnya… gumpalan daging yang membusung di dadanya itu menekan lengan tangan kananku. Terasa hangat dan lunak, namun ketika dia lebih menekanku terasa lebih kenyal.

    Dengan sengaja lenganku kutekankan ke payudaranya.

    “Ih… Mas Bob nakal deh tangannya,” katanya sambil merengut manja. Dia pura-pura menjauh.

    “Lho, yang salah kan Neng Ika duluan. Buah dadanya menyodok-nyodok lenganku,” jawabku.

    lka cemberut. Dia mengambil buku dan kembali duduk di hadapanku. Dia terlihat kembali membetulkan yang kesalahan, namun menurut perasaanku itu hanya berpura-pura saja. Aku merasa semakin ditantang.

    Kenapa aku tidak berani? Memangnya aku impoten? Dia sudah berani datang ke sini malam-malam sendirian. Dia menyempatkan pakai parfum. Dia sengaja memakai baju atasan yang memamerkan gundukan payudara.

    Dia sengaja tidak pakai bra. Artinya, dia sudah mempersilakan diriku untuk menikmati kemolekan tubuhnya. Tinggal aku yang jadi penentunya, mau menyia-siakan kesempatan yang dia berikan atau memanfaatkannya. Kalau aku menyia-siakan berarti aku band!

    Aku pun bangkit. Aku berdiri di atas lutut dan mendekatinya dari belakang. Aku pura-pura mengawasi dia dalam mengerjakan soal. Padahal mataku mengawasi tubuhnya dari belakang. Ngocoks.com

    Kulit punggung dan lengannya benar-benar mulus, tanpa goresan sedikitpun. Karena padat tubuhnya, kulit yang kuning langsat itu tampak licin mengkilap walaupun ditumbuhi oleh bulu-bulu rambut yang halus.

    Kemudian aku menempelkan kontholku yang menegang ke punggungnya. Ika sedikit terkejut ketika merasa ada yang menempel punggungnya.

    “Ih… Mas Bob jangan begitu dong…,” kata Ika manja.

    “Sudah… udah-udah… Aku sekedar mengawasi pekerjaan Neng Ika,” jawabku.

    lka cemberut. Namun dengan cemberut begitu, bibir yang sensual itu malah tampak menggemaskan. Sungguh sedap sekali bila dikulum-kulum dan dilumat-lumat. Ika berpura-pura meneruskan pekerjaannya.

    Aku semakin berani. Kontholku kutekankan ke punggungnya yang kenyal. Ika menggelinjang. Tidak tahan lagi. tubuh Ika kurengkuh dan kurebahkan di atas karpet. Bibirnya kulumat-lumat, sementara kulit punggungnya kuremas-remas.

    Bibir Ika mengadakan perlawanan, mengimbangi kuluman-*kuluman bibirku yang diselingi dengan permainan lidahnya. Terlihat bahkan dalam masalah ciuman Ika yang masih kelas tiga SMA sudah sangat mahir. Bahkan mengalahkan kemahiranku.

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Masa Ujian Semester

    Masa Ujian Semester

    Cerita Masa Ujian Semester – Perempuan yang sudah lama kusukai bernama Tania, ia adalah teman kuliahku. Orangnya ramah, sangat enerjik, dan bisa dibilang tomboy. Ia adalah salah satu di antara empat orang teman dekatku di kampus, yang lain adalah Galih (si anak orang kaya), Rian (si gendut), dan Santi (teman akrab Tania yang kemana-mana selalu bersama).

    Sementara namaku adalah Adi, seorang lelaki 20 tahun biasa-biasa saja, yang paling pemalu di antara kami berlima. Pada malam ini, kami berempat janjian untuk bertemu di sebuah kafe di tengah kota untuk merayakan selesainya masa ujian semester dan tibanya masa liburan.

    Aku datang ke kafe bersama dengan Gilang, menumpang di mobilnya. Bukan berarti aku tidak mau mengeluarkan uang untuk ongkos, hanya saja Gilang menawari aku untuk pergi bersamanya, jadi aku tak bisa menolak.

    Cerita Sex Masa Ujian Semester
    Cerita Masa Ujian Semester

    Ngocoks Tiba di kafe, Rian sudah memesan tempat. Ia duduk di salah satu sofa di pojok ruangan yang memang sudah disetting untuk empat orang. Mata Rian tak henti menatap monitor laptop di hadapannya, sehingga ia tak sadar kalau kami sudah ada di belakangnya.

    “Hey!” Galih menepuk pundak Rian, membuat pria gemuk itu terhenyak kaget.

    “Baru sendirian?” tanyaku sambil duduk.

    “Iya nih. Parah dah, cuma gue aja yang nggak ngaret,” jawab Rian.

    “Lah, Si Tania sama Santi belom dateng?” tanya Galih yang kemudian duduk di sebelah Rian, lalu melongok ke arah monitor laptop.

    “Mana gue tau? Biasalah, cewek-cewek itu. Padahal tempat kost mereka paling deket dari sini,” jawab Rian.

    Di samping laptop, terdapat sepiring roti bakar isi coklat keju yang tampak masih hangat. Tanpa minta izin, Galih segera mengambil sepotong roti dan melahapnya.

    Rian menatap Galih sambil menyindir, tapi Galih hanya membalasnya dengan menaikkan alis. Selama setengah jam, kami mengobrol hal-hal ringan seperti film yang sedang diputar di bioskop dan game-game baru.

    Saat kami masih asyik mengobrol, Tania dan Santi tiba di kafe. Tania datang mengenakan kaos lengan pendek berwarna putih dengan logo The Rolling Stones di bagian dadanya. Untuk sekilas, perhatianku terhenti pada bagian itu.

    Tidak, dia bukan wanita berdada besar seperti yang banyak dipikirkan lelaki hidung belang. Dadanya relatif kecil, namun tonjolan mungil dan menggemaskan itu terlihat samar-samar dari balik kaosnya, membuatku tak henti merasa penasaran.

    Begitu pula dengan bokongnya. Bahkan pada saat ia memakai celana jeans ketat seperti sekarang pun, pantatnya cenderung rata. Ia memang kurus, tapi kakinya jenjang dan pinggangnya membentuk kurva yang menarik. Selain tentu saja, wajah dan senyumnya yang sangat manis.

    “Guys, sori…, sori, tadi gue ada urusan sebentar,” ujar Tania sambil merapikan rambutnya yang lurus dan panjang sebahu.

    “Iya, lagian tadi angkotnya ngetem lama banget,” tambah Santi. Santi memiliki wajah yang kurang menarik, badannya juga pendek dan agak gendut, tapi ia adalah orang yang sangat setia kawan, terutama pada Tania.

    “Yaudah, duduk dulu. Nanti habis ini baru kita nonton,” ujar Galih.

    Santi duduk di sebelah Galih, sementara Tania duduk tepat di sebelahku. Sudah tiga bulan ini aku merasakan gelora yang luar biasa terhadap Tania. Aku sendiri pun tidak mengerti, kenapa baru belakangan ini aku jatuh cinta kepadanya, padahal kami sudah saling kenal selama dua tahun lebih.

    Tania meletakkan tas kecilnya di atas pangkuan sambil menyikut lenganku, lalu ia tersenyum manis. Gaya sapaannya yang seperti itu malah membuat jantungku berdetak semakin kencang.

    “Rapi banget lo. Mau nonton apa kondangan?” sindir Tania sambil menunjuk kemeja formal yang kukenakan, lalu tertawa. Sebenarnya aku memakai kemeja ini karena pakaianku yang lain masih di laundry.

    Kami berlima menghabiskan waktu di kafe sambil minum kopi dan makan kue-kue ringan. Banyak orang yang menjuluki kami sebagai Power Rangers, karena komposisi geng kami yang terdiri dari tiga pria dan dua wanita.

    Bagiku, kalau memang itu benar, maka Galih adalah ranger merah, Rian adalah ranger hitam (karena kulitnya hitam), Santi adalah ranger kuning, Tania adalah ranger pink, sementara aku adalah ranger biru (karena seingatku ranger biru biasanya yang paling kalem dan pemalu).

    Setelah selesai di kafe, kami pun segera beranjak ke bioskop yang letaknya tak jauh dari situ. Tiket sudah dibeli sebelumnya, sehingga kami tak perlu khawatir kehabisan tempat. Kebetulan saat kami datang filmnya sudah hampir diputar, sehingga kami segera masuk ke dalam studio tanpa menunggu lagi.

    Tiket yang kubeli kemarin memiliki nomor 26, 27, 28, 29, dan 30; letaknya di pojok sebelah atas. Dan entah kenapa, mungkin ini memang sudah takdir, aku duduk bersebelahan dengan Tania. Aku duduk di kursi paling pojok, di sebelah kananku Tania, dan Santi di sebelahnya lagi.

    “Anjrit, iklannya lama banget! Tau gini tadi mending gue beli popcorn dulu!” ujar Tania kesal.

    “Lah, bukannya tadi kita bawa kacang atom ya?” ucap Santi sambil membuka restleting tasnya.

    “Oiya, lupa gue!” Tania akhirnya menemukan sebungkus kacang atom dari tas Santi.

    Tania langsung membuka bungkus kacang, meraup segenggam, lalu memasukkannya sekaligus ke dalam mulut.

    “Di, mau?” ucap Tania padaku, mulutnya masih penuh dan terus mengunyah. Kupikir-pikir, cewek yang tidak anggun ini sepertinya tak pantas jadi ranger pink.

    “Nanti aja deh, filmnya juga belum mulai,” ucapku.

    “Yaudah, ntar kalau mau, bilang ya,” ucapnya.

    Tak lama kemudian, film langsung dimulai dan lampu dimatikan. Film yang kami tonton adalah sebuah film misteri yang berjudul Fog Hill. Ceritanya tentang sekelompok orang yang tersesat di bukit misterius yang aneh. Selama setengah jam kami serius menonton dan tak banyak bicara, kecuali Tania dan Santi yang sesekali bergumam.

    “Masih ada nggak kacangnya?” tanyaku pada Tania.

    “Oh iya, masih ada nih, dikit lagi. Hehe,” ucap Tania sambil nyengir dan menyerahkan bungkusan kacang. Gila, kayanya dia lagi kelaparan, cepat amat makannya.

    Aku mengambil segenggam kacang dan memasukkannya ke dalam mulut ketika adegan film yang menegangkan dimulai. Tokoh utama di film itu sedang dikejar-kejar oleh pembunuh kejam, dan ia harus bersembunyi demi keselamatan nyawanya.

    Aku menyodorkan bungkus kacang ke arah Tania tanpa menolehkan wajahku dari film. Tania tidak langsung mengambil bungkus kacang itu, mungkin ia tidak ngeh karena gelap. Lalu aku majukan sedikit lagi tanganku dengan tujuan agar lebih dekat ke mukanya.

    Namun tanpa sengaja, punggung tanganku malah menyentuh sesuatu yang aneh, sesuatu yang empuk dan agak kenyal. Entah karena sedang terfokus pada film atau apa, aku tidak langsung menarik tanganku dan malah menekan-nekan benda empuk itu dengan tangan yang sedang memegang bungkus kacang.

    Baru beberapa detik kemudian aku sadar dan menoleh, dan pada saat itulah aku baru tahu kalau tanganku sedang menyentuh buah dada Tania yang mungil itu, meskipun terhalang kaos.

    Nafasku tertahan dan rasa takut sekaligus malu memenuhi kepalaku. Di antara kegelapan bioskop, aku mencoba melihat ekspresi wajah Tania.

    Ia sedang menatapku dengan tatapan yang canggung dan tampak seperti sedang menahan nafas. Oh tidak! Aku langsung menarik tanganku secara terburu-buru, akibatnya bungkus kacang itu malah jatuh dan menumpahkan sebagian isinya. Beberapa butir kacang berserakan di kolong kursi.

    “Aduh! Maaf, maaf! Nggak sengaja!” ujarku panik. Entah aku minta maaf untuk kesalahan yang mana.

    “Gapapa, santai aja kali, cuma dikit kok,” jawab Tania dengan kalimat yang kurasa agak ambigu. Ia mengucapkannya dengan senyum yang tampak dipaksakan. Mudah-mudahan ia tidak marah.

    Setelah itu, sepanjang sisa film aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi. Pikiranku selalu tertuju pada benda empuk yang baru saja kusentuh tanpa sengaja. Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya aku menyentuh buah dada perempuan dengan sefrontal itu. Yah, aku memang cowok yang agak kuper, jadi maklumi saja.

    Dan sekarang penisku jadi sedikit tegang, membayangkan kalau seandainya aku bisa meremasnya tadi. Tapi di sisi lain, aku juga takut kalau Tania marah padaku, bisa saja ia mengira aku sengaja melakukannya.

    Setelah selesai nonton, aku dan Tania tidak banyak bicara. Aku juga tidak berani mengajak bicara lebih dulu, karena aku sendiri masih merasa malu. Kami pulang dengan menumpang mobilnya Galih, aku duduk di sebelah depan, sementara Tania, Santi, dan Rian di kursi belakang.

    Sesampainya di rumah, aku segera mengirim SMS ke ponsel Tania. Aku memang tidak berani meminta maaf secara langsung, dan aku juga tidak mau hubungan persahabatan kami jadi renggang gara-gara masalah kecil.

    “Tan, sori ya yg tadi. Sumpah, gue ga sengaja,” ucapku dalam SMS.

    Tak lama kemudian, ia membalas SMS-ku.

    “Iya, gue tau kok. Cuma tadi gue speechless aja, kaget gue. Geli. :p “

    Entah karena kalimat yang mana, penisku menjadi tegang lagi. Karena di rumah sendiri, aku tidak ragu-ragu untuk melakukan onani sambil memandangi foto Tania. Wajahnya, senyumnya, tubuhnya, rambutnya. Seandainya saja aku bisa mengulang kejadian tadi seratus kali. Oh, seandainya saja aku bisa bercinta dengannya.

    ***

    Esok paginya, untuk memastikan bahwa hubunganku dengan Tania baik-baik saja, aku memberanikan diri mampir ke tempat kost Tania, dengan alasan ingin mengembalikan buku yang pernah kupinjam.

    Aku mengetuk pintu kamarnya, lalu tak lama kemudian ia pun membuka pintu. Selama beberapa detik, kami bertatapan tanpa suara. Wajah manisnya tampak begitu alami karena ia tidak mengenakan make up. Ia memakai kaos putih polos dan celana legging warna hitam. Sepertinya ia sedang bermalas-malasan di kamar.

    “Eh, Di? Kok nggak bilang mau kesini?” tanyanya sambil tersenyum. Jantungku berdetak sedikit lebih cepat.

    “Iya, gue kebetulan lewat sini dan inget mau ngembaliin buku,” ucapku canggung.

    “Oh iya, yuk masuk dulu. Sori agak berantakan,” ucapnya sambil mempersilakan aku masuk ke dalam kamar.

    Aku mengeluarkan buku dari dalam tas dan masuk ke dalam kamarnya. Meskipun ia bilang berantakan, tapi bagiku kamarnya tampak rapi. Ada boneka kucing cukup besar di sudut kamar, yang menandakan bahwa ia tidak setomboy yang orang pikir.

    Tania mengambil buku yang aku berikan, lalu menyimpannya di dalam lemari. Ketika ia sedang menyimpan buku dan membelakangiku, timbul suatu keinginan yang amat besar untuk memeluknya dari belakang, lalu mencium lehernya, dan meremas buah dadanya.

    Tapi tentu saja aku tidak berani melakukan hal itu. Aku sangat menghargai dia sebagai temanku, terlebih lagi aku menyukainya sebagai perempuan yang menyenangkan.

    “Adi, lain kali lo kalau nonton di bioskop deket gue, hati-hati dong. Mentang-mentang gelap, lo seenaknya aja grepe-grepe gue. Pelecehan tau!”

    Dadaku serasa tertusuk mendengar ucapannya yang tiba-tiba itu. Tapi kemudian ia menoleh ke arahku dan tertawa lepas.

    “Haha. Becanda ih. Muka lo pucat banget sih?”

    “Iya. Abisnya gue keasyikan nonton film, lagi seru-serunya. Murni kecelakan kok, Tan,” jawabku membela diri.

    “Baru pertama kalinya ‘itu’ gue dipegang cowo. Kanget banget gue waktu itu,” ucapnya sambil tersenyum. Kok rasanya pembicaraan ini jadi agak gimana gitu.

    Aku tahu, di luar sifatnya yang suka seenaknya, Tania adalah gadis yang baik-baik. Setidaknya ia bukan penganut pergaulan bebas seperti perempuan perkotaan yang lain. Tapi tetap saja, dia adalah perempuan dewasa yang tidak naif lagi.

    “Apalagi gue, Tan,” ucapku menimpali.

    Setelah itu kami berdua saling bertatapan, cukup lama, sampai akhirnya aku berpikir untuk segera pulang saja. Namun belum sempat aku pamit, Tania membuka mulutnya dan berbicara.

    “ehm, Di….”

    “Ya?” tanyaku.

    “Ngg… gimana ya bilangnya… bingung,” Tania tersipu.

    “Apaan sih?” ucapku, berlagak santai.

    “Hmm… boleh nggak? Ngg…, tapi jangan bilang siapa-siapa, yah?”

    “Maksudnya?”

    “Lo janji dulu, jangan bilang siapa-siapa. Please…,” ucap Tania dengan senyum malu-malu.

    “Iya, gue janji kok. Ada apa?”

    Tania menunduk, kedua tangannya bertautan di belakang punggung, “Lo…, lo mau nggak megang ini gue lagi? Sejak semalem gue penasaran banget, pengen ngerasain. Bagian yang lo sentuh kemarin rasanya jadi gatel terus, gimana gitu.”

    “Tan, lo nggak lagi ngerjain gue kan?” nafasku serasa berhenti selama beberapa detik, sementara penisku perlahan-lahan menegang.

    “Terserah elo mau nganggepnya gimana. Gue malu banget sebenernya, tapi gue percaya sama lo,” ucap Tania sambil terus menunduk.

    Aku mencubit pipiku, meyakinkan diriku sendiri bahwa ini bukan sekedar mimpi basah di tengah malam. Ini sungguhan. Terdengar konyol dan kekanak-kanakan memang, tapi aku kenal Tania, dia bisa saja seperti itu.

    Mungkin ini hanyalah nafsu sesaatnya. Mungkin ia tak punya perasaan apa-apa padaku, dan dia, di luar dugaanku, mungkin memang agak naif dalam urusan semacam ini.

    “Yaudah, gue cuma bercanda kok! Nggak juga nggak apa-apa. Tapi lo udah janji ya nggak akan bilang siapa-siapa,” ucap Tania tiba-tiba, sambil tertawa yang dipaksakan, tapi ada sorot kecewa dari matanya.

    Aku tak tahan lagi, aku tak mau bersikap munafik. Aku langsung melangkah maju dan memeluk tubuh Tania. Tubuhnya yang langsing dan tinggi sekarang berada di dalam dekapanku.

    Aku dapat merasakan kehangatannya, kelembutan dan kerapuhannya, begitu juga dengan wangi rambutnya yang membuatku melayang. Lalu kutatap matanya, dan kukecup bibirnya dengan lembut. Kecupan itu berubah jadi lumatan, lalu hisapan, bahkan sesekali ia memainkan lidahnya.

    “Mmmhh…”

    Hanya suara lenguhan pelan yang terdengar di antara kami. Bibirnya terasa manis dan lembut, seperti mengirimkan sensasi luar biasa di seluruh mulutku. Tak lama kemudian, ia memaksaku melepaskan ciuman.

    “Bego dasar! Gue nggak minta dicium, tapi gue minta lo remesin toket gue!” ucapnya sambil menahan tawa.

    Lalu kami berdua tertawa terbahak-bahak. Kedengaran seperti lelucon yang sangat konyol.

    Aku duduk di atas kasurnya, “Tania, sini duduk, gue pangku.”

    Tania melangkah sambil tersenyum malu-malu, lalu duduk di pangkuanku dengan posisi menghadap belakang. Aku dapat merasakan pinggul dan pahanya yang hanya dibalut legging tipis. Dan aku menduga ia juga bisa merasakan tonjolan penisku di pantatnya, tapi ia tak bilang apa-apa.

    “Oh iya, Di. Lo jangan macem-macem ya. Kita masih tetep temenan, jadi lo jangan ngelakuin hal yang lebih ya,” ucap Tania.

    “Iya, gue ngerti kok. Gue nggak akan ngelakuin yang nggak lo minta,”

    Aku melingkarkan tanganku di pinggang Tania, lalu mulai meraba perutnya yang rata dari luar kaos.

    “Perut lo six pack ya?” tanyaku, bercanda. Ia hanya tertawa.

    Lalu rabaan kedua tanganku naik ke atas, ke arah dua tonjolan di dadanya, namun sebelum menyentuh bagian itu, segera kubelokkan ke arah ketiak.

    “Duuh Adi… Please dong. Lo lebih suka megang ketek daripada toket ya?” Tania meledek.

    “Haha. Iya, iya.”

    Kugunakan jari-jemariku untuk menyentuh buah dada Tania, kutelusuri permukaanya, lalu kutekan-tekan sedikit. Rasanya lembut dan kenyal, jauh lebih intens dari yang aku rasakan waktu di bioskop. Dan ternyata ia tidak memakai bra, mungkin karena tadi sedang bersantai di kamar.

    “Mmmh…,” Tania melenguh pelan, seperti ditahan.

    Lalu kupijat lembut kedua payudaranya dari luar kaos. Kuremas-remas pelan. Ternyata ukurannya tidak sekecil yang terlihat dari luar kaos, bahkan gunungnya masih cukup memenuhi telapak tanganku.

    Selain itu, bentuknya juga bulat dan kencang, sama sekali tidak kendor atau menggantung. Semakin lama pijatanku semakin kuat, kuremas dari bagian pangkal hingga ke putingnya. Samar-samar aku dapat merasakan putingnya yang sudah sangat keras. Langsung saja kuelus-elus menggunakan jari.

    “Haaaah… Di, pelan-pelan dong,” ucap Tania dengan nafas yang penuh desahan.

    Mendengar suara desahannya, penisku menjadi tegang dengan sempurna, mendesak ke arah pantat Tania.

    “Gue nggak ngerti nih, rasanya gue udah gila deh. Bisa-bisanya sekarang toket gue diremes-remes sama sahabat gue sendiri…, dan sekarang, tongkol sahabat gue itu ngaceng di pantat gue,” ujar Tania di sela desahan nafasnya, dan berusaha untuk tertawa.

    “Gue juga ngerasa ini bener-bener aneh,” ucapku sambil terus meremas buah dadanya.

    “Iya, aneh. Tapi enak. Ahhh…,” Tania mendesah panjang ketika kuremas bagian putingnya.

    Perlahan-lahan, Tania menggerakkan pinggulnya, memberikan gesekan pada penisku.

    “Uhhh… gila, enak rasanya,” ujarku.

    “Gue kasih bonus tuh dikit, hihi,” ucap Tania.

    “Mau gue isep pake mulut ga?” tanyaku padanya. Sekarang rasa malu dan canggungku kepadanya sudah hilang entah kemana. Mungkin tenggelam di lautan nafsu.

    “Mmmmh… Iyah… mau,” ucap Tania. Kemudian ia langsung berdiri dan membalikkan badan. Lalu ia duduk lagi di pangkuanku, kali ini saling berhadapan.

    “Kaosnya buka dulu dong,” ucapku sambil menunjuk kaos putihnya yang sudah lecek di bagian dada.

    “Nggak ah…! Nggak mau!” tolaknya sigap.

    “Lah, katanya mau diisep?” tanyaku.

    “Ya lo isep dari luar kaos aja, gimana?”

    “Susah dong….”

    “Pokoknya gue nggak mau buka baju, gue takut kebablasan ntar. Bahaya Di, kita kan cuma temenan. Lagian gue masih perawan gitu lho.” ceritasex.site

    Dasar aneh, gumamku dalam hati. Namun aku tetap menghargainya, bisa begini saja sudah merupakan mukjizat bagiku. Langsung kudekatkan kepalaku ke arah dadanya, lalu kuciumi buah dadanya dari luar kaos. Kucoba untuk menghisapnya. Rasanya pahit, kaos ini rasanya tidak enak.

    “Yaudah, gue kasih bonus lagi,” ucap Tania sambil menggoyangkan pinggulnya lagi. Kali ini penisku bergesek-gesekan dengan vaginanya secara tidak langsung. Rasanya membuatku kembali bergairah. Kugigit-gigit buah dadanya yang kanan, sementara yang kiri aku remas-remas.

    “Mmmmhh… Di… this is… our dirty little secret,” ucap Tania.

    Tiba-tiba saja ponsel Tania berdering. Merasa terganggu, aku menghentikan aktivitasku. Tania menoleh ke arah ponselnya, lalu segera meraihnya sambil tetap duduk di pangkuanku.

    “Cuma SMS,” kata Tania.

    “Siapa?” tanyaku.

    “Dari Santi. Dia bilang… dia lagi di jalan mau ke sini, lima belas menit lagi sampe,” jawab Tania sambi mengerutkan dahi.

    “Wah gawat, berarti kita harus udahan nih,” ucapku. Aku mulai panik, akan jadi bencana kalau sampai salah satu dari rangers lain mengetahui perbuatan kami.

    “Sebentar, jangan dulu,” ucap Tania.

    “Tapi sebentar lagi Santi mau kesini kan? Lo nggak mau kan kalau Santi sampe tau atau curiga?” tanyaku.

    “Iya, gue ngerti kok. Tapi masih ada lima belas menit. Please,”

    Tiba-tiba Tania menyentuh penisku dari luar celana, lalu membuka restletingnya. Ia menatapku dan tersenyum, “gue kocokin deh, yah?”

    Aku tak sanggup menolak.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7 8 9
  • Hello world!

    Welcome to WordPress. This is your first post. Edit or delete it, then start writing!

  • Pemain Kartu

    Pemain Kartu

    News Online Itil

    Cerita Sex Pemain Kartu – “Apa maksud elu?” aku bertanya balik kepada Rony. Waktu itu kami sedang bermain kartu di rumahku (seperti yang biasa kami lakukan beberapa kali dalam setahun) saat Rony menuduh aku sedang mencoba memamerkan istriku, Lisa.

    Memang benar aku bangga akan penampilan istriku. Dan memang aku menyuruhnya untuk mengenakan pakaian yang menarik lantaran beberapa teman akan datang berkunjung. Namun Rony mengintepretasikan semua itu dengan berlebihan.

    Menurutku sendiri, lebih baik Lisa tidak ada di rumah sama sekali karena malam ini seharusnya malam khusus para pria. Akan tetapi Lisa benar-benar tidak dapat pergi kemana-mana lagi jadi aku menyuruhnya untuk tetap tinggal dan menyiapkan makanan untuk kami.

    “Ayolah, ngaku saja, Bud. Apa dia selalu memakai rok pendek seperti itu di dalam rumah malam-malam begini?” tanya Rony setelah Lisa kembali ke dapur untuk mengambil minuman. “Yah, engga juga.

    Cerita Sex Pemain Kartu
    Cerita Sex Pemain Kartu

    Ngocoks Begini deh, berapa kali elu-elu datang ke rumah gue? Setiap kali gue ada tamu, gue mau semuanya terlihat baik. Kalau begitu kenapa elu enggak tuduh gue memamerkan lantai rumah gue yang mengkilap?”

    “Jangan bohong deh, Bud! Tiap kali kita datang ke mari pasti dia ada di rumah, dan lagi pakaiannya selalu seperti begitu!” Mario menambahkan. “Malah gue rasa kali ini dia enggak pakai BH. Bagaimana elu bisa bilang itu ga pamer?”

    Saat Lisa masuk kembali ke ruangan akhirnya mereka berhenti merongrongku. Ia baru saja hendak kembali ke dapur untuk menonton TV di sana ketika Rony mengajaknya untuk ikut bermain bersama kami.

    “Lagipula kamu ada di sini, jadi sekalian saja main bersama kami?” ajaknya. “Tapi kamu harus pakai uang kamu sendiri, engga boleh bergabung dengan suamimu!” tambah Mario.

    Lisa melihat ke arahku untuk meminta persetujuan dan aku hanya mengangkat kedua bahuku. Lisa selalu begitu, mengecek terlebih dahulu dengan keputusanku.

    Terkadang ia dicemooh dengan melakukan semua yang kukatakan, tapi aku sungguh menghargai sikap kesetiaan para istri pada jaman dulu. Itu salah satu alasan aku menikahinya.

    Ia duduk dan mulai bermain bersama kami. Sebenarnya aku tidak keberatan istriku bermain bersama kami tapi aku masih ingin membahas oborlan laki-laki bersama teman-temanku ini. Rony seharusnya bercerita tentang Maria sepupunya.

    Dia adalah satu-satunya selingkuhanku. Aku melakukan One Night Stand dengannya sekitar seminggu yang lalu ketika kami semua pergi ke klab malam dan saat itu aku mabuk berat. Pernikahanku bisa hancur kalau Lisa tahu tentang perselingkuhanku jadi aku belum menghubungi Maria sejak saat itu.

    Kami bermain sekitar satu jam ketika Lisa pergi ke dapur setelah kusuruh mengambilkan minuman lagi. “Pasti enak yah punya robot yang mengerjakan apa yang elu bilang,” kata Ron.

    “Pakai ini, ambil itu, lakukan ini,” tambah Mario. Ini cemoohan yang biasa Lisa dan aku terima. “Ayolah, brur. Elu-elu cuma iri. Siapa sih yang enggak mau perempuan seperti itu?” aku balik bertanya.

    “Elu bener, Bud. Gue juga mau punya istri yang mengerjakan apa yang gue suruh,” jawab Rony. “Gue juga mau. Mana remote controlnya? Boleh ga gue yang kontrol untuk puteran berikutnya?” tanya Karel.

    Aku masih menunggu Lisa kembali ke ruangan ketika Mario (yang sudah mabuk) berkata, “Hey bagaimana kalau pemenang dalam satu putaran berhak memegang remote control ini dan bisa mengontrol dia. Gue bakal pencet tombol ‘mute’ supaya dia enggak usah banyak omong, hahaha…”

    “Dia bukan robot. Dia engga melakukan semua yang gue suruh kok!” terusik oleh tuduhan itu aku mulai menaikkan suaraku.

    Rony kemudian berkata, “Kalau begitu, kita coba saja?”

    Mereka benar-benar gila. “Coba apanya?” tanyaku. “Pemenang dalam satu putaran dapat mengontrol dia? Elu-elu gila! Dia enggak akan pernah menuruti perintah elu-elu dan lagipula gue enggak bakalan menyuruhnya untuk ikut bermain permainan edan seperti ini. Lupakan saja!”

    “Jadi kalau elu bilang ke dia bahwa si pemenang boleh mengontrol dirinya, seperti yang setiap hari elu lakukan terhadap dia, istri elu enggak bakal menurut? Ha? Lisa itu engga punya pendirian sendiri deh dan pasti dia menurut,” kata Rony.

    Aku jadi tambah panas. “Dia melakukan apa yang gue bilang karena dia cinta gue, bukan karena dia enggak punya pendiriannya sendiri. Dia enggak bakal melakukan apa yang elu bilang tadi.” Ini mulai menjadi tidak karuan dan aku hendak menyudahi malam itu.

    Ron berdiri untuk melihat apakah Lisa masih berada di dapur lalu berbungkuk ke tengah-tengah kami lalu berkata, “Suruh saja dia untuk melakukannya dan kita lihat apa benar dia itu robot atau bukan. Elu bisa buktikan saat itu juga. Bagaimana?”

    “Enggak! Elu sama gilanya seperti si Mario. Jangan takabur deh!” teriakku.

    Karel lalu berkata, “Lalu apa yang elu khawatirkan? Elu khawatir kalau dia akan menuruti perintah kita-kita? Lagipula elu kan tahu kalau dia cinta elu dan enggak bakalan menuruti kita-kita karena dia punya pendiriannya sendiri. Kita lihat saja.”

    Lisa berseru dari dapur bahwa ia akan segera keluar membawa minuman. “Bud, elu cuma perlu minta sama dia untuk melakukan ini semua dan biar dia yang menentukan berikutnya. Atau elu mau gue ungkit-ungkit kejadian elu dan Maria?”

    Itil V3

    Sebelum aku dapat memberi jawaban Lisa masuk dan membagikan minuman lalu duduk. Rony menatapku seakan menunggu jawaban dariku. Aku membalas dengan pandangan tak senang untuk menunjukkan bahwa aku tidak akan melakukannya. Kami melanjutkan permainan kartu kami.

    “Oh iya, Bud, kemarin gue ngobrol-ngobrol sama sepupu gue Maria,” Rony memulai percakapan.

    Aku tidak menyangka Rony menyebut nama Maria saat itu dan dia benar-benar serius. Ini bisa menghancurkan pernikahanku jadi aku harus melakukan sesuatu. Akhirnya aku menyerah dan menginterupsi, “Permainan ini jadi membosankan nih. Mungkin kita perlu melakukan hal-hal konyol supaya jadi menyenangkan.”

    “Hal konyol seperti bagaimana?” Karel seakan mengejekku.

    “Lisa, bagaimana kalau elu berhenti main dan cuma menemani kita-kita saja? Toh uang elu juga sudah hampir habis,” kataku.

    “Ok, aku sudah capek juga lagipula,” katanya menyetujui.

    “Tapi untuk membuat taruhannya jadi menarik, elu harus menemani pemenang selama satu putaran,” tambahku menjelaskan.

    “Boleh, terserah saja,” jawab Lisa.

    Rony melafalkan nama Maria dengan mulutnya tanpa bersuara kepadaku sehingga aku dengan enggan melanjutkan, “Jadi elu harus menuruti perintah siapa pun pemenang di putaran itu, Lisa.”

    “Jadi kalau kamu tidak menang, berarti tidak ada yang mengambili minuman untukmu lagi,” Lisa bercanda.

    Ron lalu pura-pura bertanya, “Jadi kalau gue menang, dia harus menuruti perintah gue seperti dia menurut perintah elu?”

    “Iya!” jawabku.

    “Hanya untuk satu putaran,” tambah Karel. “Setelah itu pemenang putaran berikutnya yang akan memegang remote.”

    Mario berpikir menggunakan remote TV sebagai simbol merupakan ide yang cemerlang lalu ia meraih remote TV dari meja dan berkata, “Siapapun yang pegang remote ini bisa mengontrol dia.”

    Mendengar semua ini jelas-jelas membuat Lisa tersinggung. Ia marah. Bahkan terhadapku juga. Aku masih dapat memperbaiki ini semua tapi aku tidak dapat memperbaiki keadaan jika ia tahu tentang Maria.

    Oleh karena itulah aku harus berlagak seakan-akan aku menginginkan ia melakukan ini semua. “Apa bagaimana menurut elu, sayang?” tanyaku kepadanya.

    Ia memandangiku menunggu isyarat bahwa aku menyetujui hal ini. Ron bersandar ke arah belakang Lisa sehingga ia tidak dapat melihatnya.

    Lalu ia melafalkan nama Maria tanpa bersuara dengan mulutnya sambil mengangkat kedua bahunya. Terlihat jelas ia ingin aku juga mengangkat bahuku untuk menunjukkan sikap setuju. Akhirnya aku mengangkat kedua bahuku.

    “Oke, aku setuju.”

    Mario menaruh remote di tengah-tengah meja tempat chip-chip taruhan diletakkan dan kami mulai permainan itu. Kami bermain beberapa set dalam satu putaran, jadi dibutuhkan waktu kurang lebih 15 menit sampai ada pemenang untuk satu putaran. Dan pemenang putaran pertama adalah Karel. Ia meraih remote itu.

    Ia menyuruh Lisa mengambilkan minuman untuknya seperti yang biasa kuperintahkan kepada dia. Lisa baru saja hendak berdiri meninggalkan ruangan ketika Karel menyatakan bahwa ia hanya bercanda.

    Ia lebih memilih menyuruhnya duduk di samping menemaninya untuk membawa keberuntungan di set berikutnya. Lisa berdiri dan berjalan menghampiri Karel lalu berdiri di sampingnya. Menit berikutnya Karel berkata, “Kamu boleh duduk di sini, Lisa.” Ia mengeluarkan pahanya.

    Lisa tidak akan melakukannya. Aku tahu ia akan segera membantah dan Rony dapat menelan semua kata-katanya tentang Lisa tidak memiliki pendiriannya sendiri. Semua ini akan segera berakhir. Lisa terus memandangiku menunggu persetujuan dariku. “Apa kamu benar-benar mau aku melakukan apa yang mereka perintahkan?”

    Kemudian aku melihat Ron memberi isyarat sesuatu tentang Maria lagi dan menyuruhku untuk mengangkat kedua bahuku. Aku kembali mengangkat bahuku lalu Lisa duduk di pangkuan Karel!

    Kemudian Lisa berkata, “Terserah, tapi aku tidak mau membuatmu marah. Jadi kasih tahu aku jika kamu mau aku berhenti, sayang.” Coba saja ia tahu bahwa aku tidak dapat menyuruhnya untuk berhenti namun aku mempercayainya dan tidak mungkin ia terus duduk di pangkuan para pria ini hanya karena aku tidak berkeberatan.

    Aku duduk memperhatikan istriku memandangiku dari seberang meja, duduk di pangkuan pria lain. Setelah beberapa set, satu putaran akhirnya berakhir. Mario kali ini keluar sebagai pemenang dan meraih remote dari tangan Karel.

    “Ah, penyia-nyian saja,” katanya kepada Karel. “Ayo mana remotenya!” Ia berbalik ke istriku dan berkata, “Lisa…”

    “Apa, Mario?” sahutnya.

    “Hei, panggil aku sayang dong. Aku kan yang pegang remotenya, ayo,” Mario mengejek.

    Lisa terdiam beberapa detik lalu berkata, “Apa, sayang?”

    “Tadi sebelumnya kami menduga-duga, apakah kamu memakai BH di balik kaos itu?”

    Lisa terdiam lagi sebentar sebelum akhirnya menjawab, “Tidak.”

    “Berhubung kelihatannya kamu tidak suka mengenakan pakaian dalam, bagaimana kalau kamu melepaskan celana dalammu juga?” Mario berkata sambil berpura-pura menekan tombol di remote TV itu.

    Lisa menatapku lagi selama beberapa detik lalu akhirnya berdiri. Dia mendesah dalam-dalam kemudian menurunkan celana dalamnya dan menanggalkannya.

    Selama dalam proses melepaskan celana dalam itu, Lisa menjaga dengan amat sangat hati-hati agar rok mini yang dipakainya tetap pada tempatnya sehingga menutup tubuhnya setiap saat. Setelah selesai melepaskan celana dalamnya, Lisa duduk di kursinya.

    Beberapa set berikutnya putaran tersebut akan segera berakhir. “Sial, gue udah mulai kalah nih! Lisa duduk di sini seperti yang kamu lakukan ke Karel. Mungkin bisa membawa keberuntungan untuk set yang terakhir ini,” kata Mario.

    Lisa berdiri dan menghampirinya. Kali ini keadaan lebih parah dari yang sebelumnya dan aku yakin Lisa dapat melihat perbedaannya. Kalau Karel masih mengenakan celana panjang, namun Mario hanya mengenakan celana pendek dan sekarang ia tidak mengenakan apa-apa di balik rok mininya itu.

    Mario mengeluarkan lutut kanannya yang tidak tertutup kain celana itu untuk Lisa duduk di atasnya. Dan Lisa dengan perlahan duduk menyamping pada paha Mario. Ngocoks.com

    Aku benar-benar tidak habis pikir! Tidakkah ia menyadari bahwa bagian tubuh pribadinya menyentuh langsung, kulit bertemu kulit, paha temanku yang tidak terlapisi kain itu?! Dan tidakkah ia sadar kalau ini sudah keterlaluan?!

    Akhirnya set itu berakhir dan Mario keluar sebagai pemenang sekali lagi. Setelah beberapa set berlalu ia berkata, “Lisa, kamu ini tidak sopan deh. Ayo, menghadap ke meja.” Lisa memutar kepalanya sedikit.

    “Bukan, maksud aku badan kamu yang menghadap ke meja. Nih kakimu putar ke depan supaya tubuh kamu menghadap ke meja dan dapat mengikuti permainan dengan lebih baik,” perintahnya.

    Lisa tahu apa yang Mario inginkan dan aku merasa lega ia tidak berniat untuk memberikannya kepada Mario. Lisa memindahkan kakinya dari posisi duduk melintang pada paha Mario ke posisi dengan kedua pahanya sejajar dan melewati lutut kanan Mario.

    Namun Lisa tetap mengepit kedua kakinya rapat-rapat. Mario berharap agar Lisa mengangkangi pahanya karena ia sudah tidak mengenakan celana dalam lagi. Akan tetapi aku sungguh bangga karena Lisa masih menjaga dirinya tetap santun dengan tidak membuka kakinya.

    Bersambung…

    Itil Service
    1 2 3 4 5
  • Tatapan Nakal

    Tatapan Nakal

    News Online Itil

    Cerita Sex Tatapan Nakal – Nova adalah sahabat karib Dika, katanya mereka akrab ketika masih sekolah di SMA, setelah berumah tangga mereka secara tidak sengaja bertemu lagi. Jika Dika istri bule yang statusnya tidak jelas.

    Maksudnya apakan nikah resmi, atau tidak resmi atau tidak nikah. Nova adalah istri resmi dari Gubernur salah satu provinsi. Nova tinggal di Jakarta, karena anaknya 2 orang sekolah di Jakarta dan suaminya juga lebih sering berada di Jakarta.

    Suaminya menjabat gubernur untuk masa bakti yang kedua. Nova adalah orang Jawa, tetapi beda dengan Dika, Nova kulitnya putih posturnya agak pendek, sekitar 160. Wajahnya cantik seperti selebrity. Bicara suka ceplas-ceplos. Mungkin pengaruh dari budaya Jawa Timur Surabaya, asalnya Nova.

    Orangnya cantik, masih langsing untuk ukuran wanita di usia 35 tahun. Namun tatapan matanya tidak bisa disembunyikan. Tatapannya nakal, mungkin karena itulah sang Gubernur tertarik. Nova berbeda 15 tahun dengan suaminya.

    Cerita Sex Tatapan Nakal
    Cerita Sex Tatapan Nakal

    Ngocoks Nova tertarik berkonsultasi denganku, karena kekhawatiran hartanya habis disita, kalau-kalau musibah terjadi. Dia sudah kugarap sejak hari pertama konsultasi denganku. Ketika hari pertama konsultasi, dia minta ketemu dulu di coffe shop di hotelku.

    Katanya gak enak kalau langsung masuk kamar, jadi ngobrol-ngobrol dulu di bawah. Aku melihat matanya yang nakal, mendorong keisenganku ngerjain. Sambil ngopi aku menjahilinya dengan pelintiran.

    Duduknya tidak bisa tenang, terus bergerak-gerak rada salah tingkah. Berkali-kali dia menarik nafas panjang, mungkin untuk menetralkan rangsangan yang makin lama, makin menggila.

    Tingkah lakunya seperti cewek kebelet pipis tapi ditahan. Dia hanya geleng-geleng saja ketika aku berpura-pura tanya soal kebelet pipis. “Aduh aku kenapa sih kok jadi begini,” katanya ketika berjalan bersamaku meninggalkan coffee shop menuju lift.

    Sambil berjalan aku terus garap, sehingga jalannya juga rada-rada aneh geraknya. Di dalam lift dia makin parah. Di lift hanya kami berdua. Tapi aku tidak mau berbuat macam-macam, karena ada cctv yang mengawasi.

    Dia berdiri sambil bersandar ke dinding lift dan berkali-kali membungkuk sambil memegangi selangkangannya. Aku cool saja. Setelah lift terbuka dia kelihatan terburu-buru menuju pintu kamar. Begitu pintu terbuka dia langsung masuk ke kamar mandi.

    Di dalam kamar mandi aku mendengar dia mengerang-ngerang sendiri. Sambil menunggu Nova di kamar mandi aku duduk di sofa sambil menyaksikan tayangan TV. Lama juga dia di kamar mandi, sementara itu aku masih terus menggarapnya.

    Aku sempat kaget ketika dia keluar dari kamar mandi sambil berlari lalu menubrukku yang sedang duduk bersandar di sofa. Aku dipeluknya dan langsung menyerbu bibirku yang dia ciumi ganas sekali.

    Aku sempat gelagapan karena tidak siap diserbu tiba-tiba. Aku kemudian mengimbangi keganasannya dan kurebahkan di sofa dan kutindih. Tanganku ditariknya ke dada dan membimbing tanganku meremas-remas teteknya yang lumayan besar juga.

    Dadanya aku remas-remas dari luar bajunya. Sementara itu tangannya membuka kaitan BH nya di belakang dan menarik tanganku agar masuk ke dalam bajunya untuk meremas payudaranya. Aku remas dan memelintir putingnya yang terasa cukup besar dan keras.

    Tangan Nova mencari jalan masuk ke dalam celanaku, dia membuka sabuk dan menarik resleting lalu tangannya langsung masuk dan menggegam penisku. Hanya sebentar dia meremas-remas penisku, lalu dia berdiri berusaha melepas celanaku. Setelah itu dia melepas celana dalamnya.

    Aku ikut berdiri dan aku bopong dia ke kamar tidur lalu kubaringkan di tempat tidur. Aku membuka seluruh pakaianku sampai bugil, semua pakaiannya juga aku lepas. Pemandangan indah segera tersaji di depanku.

    Aku sudah menghentikan pelintiranku. Setelah mencium bibirnya aku beralih menjilati pentil susunya yang sudah tegang menegak. Nova mengerang-ngerang sambil meremas rambutku.

    Tanganku memainkan memeknya yang bulunya tidak terlalu tebal. Belahan memeknya sudah banjir. Gampang saja aku menemukan itilnya yang sudah menegang. Tangannya menjambak-jambak rambutku dan dia mendorong kepalaku agar menuju ke bawah tubuhnya. Aku paham keinginannya, yaitu agar aku mengoralnya.

    Aku perlahan-lahan turun ke bawah lalu menjilati clitorisnya. Baru sebentar dia sudah orgasme. Kepalaku ditekan ke arah memeknya sampai aku sulit bernafas. Setelah orgasmenya tuntas dia menarik tubuhku ke atas . Aku paham dia menginginkan penisku masuk ke dalam memeknya. Mudah saja penisku masuk sampai kandas ke dalam liang vaginanya.

    Aku pompa sebentar lalu kutarik tubuhnya agar dia berada di atas, sambil menjaga penisku tetap berada di dalam memeknya. Di atas tubuhku Nova langsung duduk jongkok dan menggerakkan pinggulnya dengan gerakan penuh nafsu. Posisi aku di bawah membuat aku bisa mengontrol agar tidak buru-buru muncrat.

    Sekitar 5 menit kemudian dia ambruk dengan memeknya berdenyut-denyut. Penisku terasa dipijat-pijat. Aku melanjutkan permainan dengan membalik posisinya, lalu kugenjot dia. Aku sengaja tidak ingin berlama-lama, sehingga aku akhirnya mencapai puncak kepuasan.

    Kami berdua berbaring sambil menatap langit-langit. “Auramu mesum banget sih Rud. Baru ngobrol sebentar aja memekku rasanya kayak dikilik-kilik, makin lama rasanya jadi bikin tambah nafsuin. “katanya.

    “Aneh kenapa bisa gitu ya,” tanyaku belagak bodoh.

    “Seumur-umur aku belum pernah memekku terangsang gitu, dalam keadaan tidak bercumbu,” katanya.

    “Apa akibat obat perangsang ya, eh tapi di coffee shop tadi yang minum cuma kamu ya Rud, gw malah gak minum apa-apa, bagaimana bisa kena obat perangsang, ah gak mungkin deh, sorry Rud gw jadinya nuduh elu,” ujar Nova.

    Itil V3

    “Gw jadi rasanya enak banget tadi mainnya ama kamu, kayak orang lapar dapat makanan enak,” katanya.

    Ngomongnya jadi soal hubungan sex saja sampai-sampai dia ngaku sesekali pakai gigolo, karena kurang puas sama suaminya. Sebab suaminya jarang ngajak hubungan, kalau pun hubungan cuma sebentar, aja. “ngotor-ngotorin memek aja,” istilah Nova ke suaminya.

    Rupanya Dika sudah bercerita soal bagaimana dia dipuaskan bermain denganku. Ini yang membuat Nova penasaran ingin mencoba permainanku. Aku lantas memakai alasan itu yang mungkin menyebabkan Nova terangsang sebelum tersentuh. Dia rada percaya juga, tapi masih tetap merasa kurang masuk akal.

    Kami berdua ngobrol di tempat tidur sambil duduk bersila berhadap-hadapan tentunya dalam keadaan bugil. Aku memberikan konsultasi mengenai bagaimana harta bendanya diamankan dari kemungkinan disita jika kemungkinan terjadi musibah.

    Aku tidak mencatat inventarisasi harta bendanya, karena malas mengambil catatan dan kertas. Namun begitu harta benda yang dia sebutkan lumayan banyak juga. Aku membatin, “gila juga si gubernur ini korupsinya sampai punya harta benda begitu banyak.

    Pada hari kedua konsultasi diminta ditunda sampai pada tanggal yang dia tetapkan. Aku nurut saja. Pada hari yang dijanjikan seperti biasa aku menunggu di coffee shop, setengah jam sudah lewat dari jam yang ditetapkan mereka belum juga muncul.

    Makan aku gak selera karena baru nyikat sop buntut, ngopi sudah habis. Tante Nova belum juga datang, aku mau call dia, tapi rasanya kok gak enak. Aku menyapu pemandangan ke sekitar coofee tshop.

    Mataku terhenti pada pemandangan menarik kira-kira 10 meter dari tempat ku duduk. Seorang wanita mengenakan kaca mata hitam, bodynya sexy banget karena mengenakan kaus ketat, kulitnya putih, lengannya terlihat putih bening.

    Kutaksir umurnya belum 25 tahun, karena bodynya masih belum banyak lemak. Kayaknya ada darah china nya, tapi wajahnya agak Indonesia juga. Rambutnya seperti dicat agak coklat. Dari gayanya duduk dan pandangannya dia seperti menunggu seseorang.

    Wah boleh juga aku isengi. Aku mulai beraksi dengan pelintiran ku. Beberapa saat kemudian mulai terlihat reaksinya. Duduknya gelisah, sebentar-sebentar memegang pahanya yang mengenakan blue jeans stretch.

    Sekitar 10 menit aku siksa lalu aku hampiri dengan berpura-pura pinjam korek api. Kulihat tadi dia merokok. Dia mengizinkan aku duduk semeja. Sementara itu aku masih terus menyiksanya dengan pelintiran clitorisnya secara jarak jauh.

    Dia masih terus gelisah. Aku tanya apakah ada sesuatu, atau kebelet pipis. Dia hanya menggelengkan kepala. Tiba-tiba teleponku bergetar, Tante Nova, dia mengabarkan agak terlambat, dan memohon aku sabar. Aku iya kan saja, she is the boss.

    Sementara aku terima telepon aku menghentikan pelintiran, Kulihat dia baru tenang dan menarik nafas panjang. Kami berkenalan dia menyebut namanya Fina, janjian sama temennya. Aku tidak tanya temen laki apa perempuan.

    Fina mengaku terus terang bahwa yang ditunggu adalah pria. Yang ditunggu itu datang dari Surabaya. Dia katanya sengaja datang sebelum waktu dijanjikan, Ketika baru duduk temannya mengabarkan bahwa pesawatnya delay.

    Mestilah yang ditunggu itu sangat penting bagi dirinya sehingga dia mau mengorbankan waktu begitu banyak. “Bete banget nih nunggu berapa lama gw,” katanya.

    Aku sarankan jalan-jalan saja keliling mall, kan gak terasa waktunya . “Ah males ah, gw lagi gak punya duit, ke mall malah tersiksa,” katanya.

    Nekat aja aku tawarkan istirahat di kamarku. “Eh kamu tamu hotel di sini ya, “ tanyanya sambil membelalakkan mata, kayak takjub gitu.

    ‘Ehmm emang gak apa-apa kalau aku numpang istirahat dikamar kamu Rud,” katanya.

    “ Ah ya gak apa-apa lagian aku juga janjian ama orang, dia datangnya gak tau kapan,” kataku.

    “Boleh deh,” katanya lalu bill nya aku sign.

    Aku menduga dia begitu mudah aku ajak masuk ke kamar, karena pengaruh pelintiranku tadi, sehingga ketika aku dekati dia wellcome aja.

    “Wah kamarnya bagus amat, besar lagi, wah asyik nih,” katanya.

    “Kenapa asyik, “ tanyaku.

    “Ya asyik aja,” katanya senyum-senyum.

    “Eh gw boleh numpang ke kamar mandi ya,” tanyanya.

    “Ya boleh lah, emang tadi belum mandi,” godaku.

    “Enak aja, mau pipis tau,” katanya mencibir.

    Kesempatan dia di dalam kamar mandi aku mengaktifkan lagi pelintiranku. Aku berbaring di tempat tidur sambil menyaksikan tayangan TV.

    “Aduh kumat lagi, aduh,” suara teriakannya terdengar.

    Tidak lama kemudian dia keluar dan mencariku dengan memanggil-manggil namaku. Aku sahut dari kamar tidur.

    Begitu masuk kamar tidur dia langsung menubrukku dan menindih badanku. “Aduh aku kok jadi konak sih, memek gw kayak dikilik-kilik gitu ,” katanya sambil berada di atas tubuhku.

    Bibirnya aku cium lalu disambut dengan ganas. Aku lepas kemudian menyarankan sama – sama buka baju biar gak kusut. Dia setuju saja langsung bangkit dan melepas semua bajunya sendiri lalu dilipat di letakkan di meja kecil di samping tempat tidur.

    Bodynya luar biasa mulus, ramping dan teteknya tidak begitu besar, tetapi lumayan besar untuk diremas-remas. Putingnya masih kecil berwarna merah muda, memeknya tidak berjembut kelihatannya dia cukur gundul jadi bentuknya yang tembem kelihatan menggairahkan.

    Aku yang lebih cepat membuka baju sudah lebih dulu masuk kedalam selimut. Aku menikmati tontonan tubuh cewek yang baru ku kenal, dan sekarang sudah bugil di depanku.

    Dia masuk ke dalam selimut tetapi posisinya menindihku. “Rud kamu bisa jilatin memek kan, “ katanya.

    “Mau,” tanyaku.

    “Banget,” katanya.

    Aku buka selimut dan dia kubaringkan dengan kaki terbuka dan melipat pahanya ke atas. Aku langsung membekap memeknya dengan mulutku.

    Lidahku menemukan tonjolan kecil di ujung atas memeknya dan titik itulah yang aku serang. Fina menggelinjang dan merintih-rintih. Sekitar 5 menit dia sudah kelojotan dengan orgasmenya.

    Bersambung…

    Itil Service
    1 2
  • Liburan Panjang

    Liburan Panjang

    Cerita Sex Liburan Panjang – Berawal dari liburan panjang ke rumah nenek di daerah Garut sekitar pertengahan 2003, waktu itu saya masih SMP kelas 2 di Jakarta. Di Jakarta saya tinggal di daerah Pejaten. Seminggu sebelumnya nenek menelepon saya untuk mengajak liburan ke rumahnya di Garut.

    Singkat cerita hari yang ditunggupun tiba. Saya dan kakak saya (Dewi) menunggu jemputan mang Ujang di koskosan saya. Wah, lama juga neh mang Ujang. Molor 2 jam neh dari jadwal, kak Sinta dah 2 kali nelponin kak Dewi.

    Namun akhirnya mang Ujang datang dengan muka paniknya. den, maap den mang Ujang tersesat dan kejebak macet, yawes mang ok kita go, jemputin mbak Sinta dulu yah.

    Mobil pun melaju tenang ke daerah Jakarta Timur tempat tinggal Kak Sinta. Sebetulnya saya tidak begitu mengenal istri kakak sepupu saya ini Cuma pernah sekali ketemu pas acara akikahan anaknya yang pertama itupun saya tidak terlkalu perhatikan.

    Cerita Sex Liburan Panjang
    Cerita Sex Liburan Panjang

    Ngocoks Singkatnya kamipun tiba di alamat yang dituju. Kak Sinta dan 2 anaknya dah nunggu di depan rumahnya. Setelah kenalan dan mengatur barang2 bawaan doi ngambil duduknya di tengah (atas anjuran saya biar anaknya leluasa bermain).

    Karena kak Dewi lebih senang di depan makanya dia langsung ambil posisi di samping mang Ujang, awalnya Gue nih yang pengen di depan tapi ga papalah di belakang juga oke dan ternyata membawa berkah dan awal seru dari cerita ini.

    Selama perjalanan kamipun ngobrol ngidal-ngidul ketawa-ketiwi dan yang lebih asik lagi doi ternyata GFE bgt orangnya enak ngobrolnya dan suka bercanda. Menjelang sore mang Ujang singgah di pom bensin di daerah tol sekalian beristirahat, kamipun mengisi perut di resto pom bensin tsb, setelah itu lanjut.

    Sebagian sudah terlelap termasuk kak Dewi dan anak pertama nya Doi. Doi sendiri sibuk ngelonin anak bungsunya yang agak rewel karena susu botolnya abis. Iseng gue Tanya. kenapa nih si adee? (sambil gw sandari dagu dijok tengah sebelah kepala Doi. Iya an tadi lupa isi termos, jadi gak bisa bikini susu neh.

    Nahhh sodara agan2 pemandangan berikutnya bikin gue takjub, bin senang bin konak. Tanpa basa-basi doi ngangkat tuh kaos sampai kelihatan branya dan mulai membuka cupnya (gue hanya diam terpaku dg dagu masih bersandar di Jok, Cuma berjarak sekitar 20 cent gan Dari target).

    Busyet kata gue dalam ati, putih n montok bgt pentilnya gak terlalu besar dengan warna coklat muda, beda bgt dengan pacar gw. Maklum anak2 mungkin dah favorit susu botol jd sedikit jual mahal.

    Dibiarin tuh toket ngelewer-ngelewer agak lama baru deh di emut dan langsung tidur. Gue masih sedikit terpaku neh dengan kecuekan Doi dan lagi si Otong dah ngaceng bgt di bawah. wah dah bobo kak., iya, loh kamu dr tadi disitu? Enak neh liat gratis..

    Walopun berusaha ikut tidur, namun keringat dingin membasahi kening karena nafsu yang teramat sangat. Gue gak sanggup gan ngebayangin ngemut tuh toket sambil ngelusin Si Otong. Karena dah sange bgt gue putusin keluarin si Otong (niatnya onani sambil ngebayangin ngemut tuh toket montok) maklum selama ini pacar gw cuma ngasih serpis handjob+grepe2 toket n fk.

    Nah, mulai deh ritual handjob, gue buka tuh resleting perlahan dan keluarin si Otong dan gue elus-elus tuh meriam belanda (heheh), gak puas ngebayangin gue mulai deh nyuri2 nyium rambut doi (hmm ajib, harum bgt), sambil tetep ngocok si Otong makin lama gw makin cepet neh serasa dah mau meledak gan.

    Namun tiba2 mobil terguncang karena ada lobang dan karena dah pulas si Doni ngelepasin tuh toket, gw yang dari tadi hanya nyium2 tuh rambut sedikit kaget bin takjub melihat pemandangan toket ngelewer2 didepan mata gw.

    Tensi kocokanpun sedikit melambat melihat pemandangan tsb. Wah.. pikiran gw semakin liar jadinya, pengen banget remes tuh toket namun sayang gw takut bgt. Tangan gw gemeter bgt awalnya. Satu jari gw sentuhin di pentilnya (serasa basah karena masih ada sisa asi yang keluar. Gw jilatin jari gw hmmm manis juga rasanya).

    Setetes asi ternyata memberikan kekuatan padaku untuk bertindak lebih jauh, kemudian gw pegang lagi tuh toket montok, anget dan gede bgt sampai tangan gw gak cukup tutupin tuh toket, dengan gerakan sedikit meremas terasa kenyal bgt dan lama kelamaan makin keras tuh toket (sepertinya doi terangsang dalam mimpi).

    Tangan kiri gw semakin cepet ngocoknya, sepertinya lahar dah mau meledak dan tangan yang satunya negremes makin dalam kerena sensasi tuh toket yang makin keras ketika diremes (sayup2 doi sedikit melenguh, namun gw cuek aja) dan pas Otong mau meledak sedikt gue peratiin mang Ujang (aman masih konsen nyetir dan ga peratiin tuh spion tengah).

    Gue langsung majuin kepala ke depan ngemut tuh pentil, otomatis asinya keluar deh ngebanjirin mulut gw. Sepet2 manis gan rasanya, dan tak lama Otong-pun memuntahkan laharnya. Banyak bgt sekitar 8 kali tembakan (maklum lama gak dikeluarin ma pacar hehe). Nih mulut masih ngemut toh toket sampai gw sedikit tersadar dan untungnya Doi masih terlelap.

    Gw lepesin tuh mulut dan gw beri sedikit kecupan di pentilnya dalam ati gw bilang mudah2an doi pikir anaknya yang emutin. Gw masukin tuh Otong lagi kesarangnya terus bersihin tuh lahar yang berceceran dilantai mobil kemudian dan berusaha terlelap. Perlahan sekilas kulihat doi terbangun tanpa melihat kea rah gw, doi betulin tuh bra dan posisi si Dino trus lanjut tidur (cihuuuuyyy!!

    Menjelang tengah malam kamipun tiba di rumah nenek. Rumah yang asri dengan suasana sejuk dikelilingi perkebunan teh yang cukup luas. Yah, almarhum kakek adalah seorang pengusaha teh yang cukup terkenal di Garut. Sepeninggalan beliau nenek Cuma dibantu beberapa orang karyawan, makanya nenek agak kesepian tinggal di rumah yang lumayan besar.

    Karena nenek sendiri makanya nenek meminta Kak Dewi menemaninya tidur. Sedang Aku tidur di kamar paman saya dan doi dengan anak2nya tidur di kamar tamu yang cukup besar dan letaknya tepat bersebelahan dengan kamarku.

    Lelah banget piker gw namun entah mengapa mataku sulit terpejam mengingat kejadian di mobil tadi berbagai pikiran kotor mengalir di kepalaku, ingin rasanya meninkmati setiap bagian tubuh kak Sinta, tapi bagaimana caranya yah (sebuah angan2 yang tidak mungkin tercapai).

    Akhirnya untuk menghilangkan pusing di kepala aku bersolo ria dengan si otong. Mulai ku kocok si otong dan membayangkan sedang menyetubuhi kak sinta. Sekitar 30 menit akhirnya kumuntahkan juga lahar kental putih si otong. Gw puas gan malam itu hingga tidurpun terasa lelap hingga pagi menjelang.

    Pagi harinya gw lelep bgt tidurnya tak terasa terdengar gedoran pintu. Wah rupanya mang Ujang.

    Ada apa mang???, Gpp den. Tadi Ndoro putri nyariin aden, mang Ujang bilang sepertinya masih tidur mungkin masih lelah. Semuanya dah pada ke kebun teh Den. y awes mang gw mandi dulu br kesana

    Gw mlas2an krn emang masih lelah bgt krn kejadian semalam. Setelah mandi dan berpakaian santai plus sweeater (dingin gan, maklum suasana puncak kebun teh) gwpun meluncur ke TKP. Lumayan juga jalannya sekitar 200 meteran. Gw lihat nenek ma kak Dewi lagi main2 ma anaknya doi. Lucu juga yahheheh.. Loh kak Sinta mana nek?

    itu sana lagi pengen motret katanya. Terlihat di kejauhan sesosok tubuh indah berada di bukit perkebunan teh. kesana al tadi dicariin ma mbak Sinta kata Kak Dewi, knapa emangnya? kata gw. Dia kan baru beli camdig seri pro, cm belum begitu ahli, makanya gw bilang minta ajar aja ma si Aldi soalnya lo kan jurnalis di kampus sedikit banyak tahulah seluk-beluk fotografi.

    Dengan berjalan santai namun pasti gw panjat tuh bukit. Lumayan jauh juga sekitar 200 meteran dari tempat kak Dewi, nenek dan anak2 doi. Sampe di sana dengan sedikit ngos2an gw bilang: kenapa mbak? wah indah bgt, doi pake baju bali item yang tipis bgt tuh sedikit menerawang tuh bh putihnya, lengkap dengan celana hot pan warna putih (pahanya montok bgt Dan putih gan).

    Mulailah gw menerangkan bagian2 kamera dan cara2 memotret yang benar. Doi amat menikmatinya dan mengikuti penjelasan gw dengan seksama. Sampai nenek dan kak Dewi dah teriak2 manggil kami. ayo pulang!!! Mw ujan kata kak Dewi. Iya ntar lagi kata gw sial ganggu bgt orang lagi asik berdua dg doi (guman gw dalem ati).

    Dan bener juga ujan mulai turun dengan derasnya, tampak nenek, kak Dewi ma anak2 doi berlari masuk ke pekarangan rumah dari kejauhan. Gw pun berlari sambil mebuka sweeter menutupi kepala gw dan doi yang gw rangkul mesra bgt (heheh). Sampai kami melewati rumah2an pondok tempat biasanya para pemetik teh beristirahat.

    berteduh dulu an kata doi. oke mbak. Baju gw basah neh demikian pula doi namun gak sampai kuyup juga seh. Hp Doi bunyi, rupanya kak Dewi menelepon nanyain kabar. iya Din, lagi berteduh sama Aldi di pondok kebun, nuggu ujan reda. Udah gak usah dijemput. Belum selesai nih belajarnya, ntar klo dah reda baru balik.

    Ujannya makin deres aja mbak,

    iya al mana baju basah neh,

    klo basah yah dibuka dong ntar masuk angin loh, canda gw

    enak di elu donghehe. Ayo dong al ajarin lagi

    Gwpun ngambil posisi disampingnya doi, bahu kami merapat. Sekalian buat menghangatkan badan. Lanjut gw neranginnya. Sangking semangatnya nerangin gak sengaja sikut gw nyenggol tuh toge. Empuk banget gan. Namun apa dinyana doi cuek bebek. Gw makin semangat ajah, satu tangan gw mulai agak merangkul ke pinggang doi sambil menerangkan ke doi yang lagi memfokus sebuah objek.

    Bibir gw sedikit gw deketin ke telinga doi hmmm Algi bgt parfumnya. Dan tiba2 doi berbalik dan nih bibir mendarat mulus di pipi doi. Doi sedikit terpana dan gwpun demikian, sedikit tersadar gw: bilang maap mbak. Doi: yah lo al nyantai aja gw yang salah kok sambil doi elus pipi gw. Busyeeet mesra bgt neh pikir gw.

    Doi masih cuek bebek. Doi: wah ribet jg yah dunia fotogfrafi musti banyak belajar lagi neh. Gw: ga juga kok, klo ada keinginan pasti bisa mbak. Doi tiba2 ngankat kedua tangannya untuk merenggangkan otot sambil menguap, keliatan tuh ketek mulus plus toge sebelah kiri dari samping. Hmmmm. Pemandangan yang indah bgt, si Otongpun mulai beraksi gan.

    Tiba2 doi bilang: al minta tolong pijetin pundak mbak neh, pegel bgt hihihi, girang plus tegang langsung aja tangan gw samperin tuh pundak, gw pijet2 lembut dan Nampak doi sangat menikmatinya, pake tutup mata segala dan disertai gumanan2 kecil. Si otong makin keras aja di dalam sangkar. Gw beralih ke sekitar lehernya.

    Tangan doi kemudian kesamping untuk nyimpan kamdignya, kemudian doi pengen garukin punggungnya tanpa sengaja tuh tangan nyenggol si Otong. Doi sedikit terkejut, sambil tertawa kecil doi bilang: tau ujan2 gini, dingin pula terus mijitin cewek lagi. Tiba2 bangun2 aja sesuka hati ya al eheh.. hi gw gelagapan iya mbak.

    Guyonan2 kecil nan nakalpun mengalir waktu itu. Iseng doi Tanya: km dah punya pacar al? . Gw: udah mbak. Doi: Ya wes km kawin ajalah tuh adik kamu dah haus belaian wanita rupanya.. heheh. Gw: Iyah sih mbak pengen bgt rasain tubuh kayak mbak. gak sadar gw gan ngomongnya. Doi: apa al???

    Gw. : eh.. eh maksdunya tubuh wanita. Doi: oooo km klo pacaran ngapai aja?? Gw: pura2 bingung. maksudnya??? Doi: yah ngapain aja, ciuman, petting, ml dsb. Gw: kaget bgt denger pertanyaannya. heheh, cm FK ajah mbak. Doi: ah boong pasti grepe2 jg tangan km… GW: iya seh dikitheheh

    Entah setan apa yang nyembit gw tanpa sadar dan nafsu makin memuncak tiba2 gw peluk doi dari belakang tepat di bawah pangkal togenya. Doi tiba2 berontak. al. al jangan!!! sedikit teriak doi membentak gw sambil ngelepasin pelukan gw. Gw kaget dong. Maap mbak gw kangen pacar. Terus gw mulai nyerang lagi.

    Sambil mengiba plis mbak gw pengen peluk aja. Mungkin karena kasihan dan doi jg butuh kehangatan doi pun bilang: ya udah peluk aja yah jangan macem2. Karena nafsunya sambil pelukin doi bibir gw nyuri2 ciumin tuh leher dan doi kegelian sambil sedikit teriak: alll!! dan tiba2 plakkkk!!!!! Tamparan mendarat dipipiku.

    Gw kaget lg. Muka doi memerah. Gw. : sambil meluk doi dari depan maaf mbak, Aldi mau buat pengakuan. Doi diam saja, nafasnya makin cepat sepertinya emosi memuncak. Mulailah gw ngakuin klo suka bgt dengan doi semenjak kemarin, ntah ini nafsu ataupun masalah hati (sepertinya berat di nafsu gan), apa lagi kemarin di mobil mbak perlihatkan ke Aldi susu mbak, Aldi suka bgt mbak dan nafsu bgt ngelihatnya sampe2 tanpa sepengatuhan orang2 Aldi onani di jok belakang.

    Doi makin nangis aja tuh sambil ngejatuhin wajahnya ke pundak gw. (hmm.. tampaknya mulai nyerahni), gw spik aja pelukin doi sambil ngelus punggung doi. Gw: Iya mbak Aldi salah juga, gak bisa nahan nafsu Aldi. Tangan gw ngelus kepala doi dan gw angkat dagunya, terus gw apusin tuh air mata dengan mesranya.

    Waaaawwwwwwww serasa gw diestrum dengan jutaan kilovolt listrik serasa nikmat dan hangat, makin lama lidah gw mulai masukin ke rongga mulut doi, doi masih diam dan menutup mata. Tiba2 doi ngedorong gw. Doi: udah an jangan di terusin. Gw dah nafsu bgt neh. Gw tarik aja tuh kepala dan gw lumat tuh bibir dengan kasarnya.

    Doi gelagapan sedikit berontak, blbbjhj.. amkhjalnk gh dahhh, gw makin dalem bgt kiss doi, hingga pertahanan doi melemah dan sedikit menikmati ciuman gw. Gw pun sadar dan berhenti. Kami saling berpandangan dan tiba2 mata doi sayu seperti mengharapkan bibirnya disentuh lagi. Perlahan nih bibir maju dan doipun memiringkan kepalanya siap menerima ciuman gw dan.

    Mphhhh.. mphhh. mphhh. kamipun saling melilitkan lidah dengan hangatnya, gw angkat tubuhnya dang w sandarin di dinding sambil tetap saling melumat. Tangan gw mengikuti alur pergumulan, perlahan namun pasti tangan kanan gw menjelajah diluar bajunya tepat di atas bukit kembar nan indah dengan sedikit remasan terasa tuh bukit awalnya terasa lembek namun lama kelamaan keras sekeras batu.

    Gw. : mbak sayang. Aldi pengen nenen. Doi: tersenyum dan Cuma mengangguk pelan. Hujan yang makin keras makin ngedukung aja pergumulan kami. Gw mulai tiduran di pahanya dan doi mengangkat bajunya dan membuka kaitan bra di depanya. Mulai deh gw isep dan lumet th toge sampe2 asinya tumpah di mulut gw.

    Doi: melenguh kenikmatan gimana al rasanya?? . GW: enak mbak, manis. Sambil tersenyum penuh kemenangan. Doi mulai deh sedikit aktif sambil gw nenen doi ngelus Otong dari luar. Doi: gede jg al punya km, doi mulai nurunin celana gw dan mulai mengocok si Otong dengan perlahan. Gw bangkit dari tuh bukit kembar sambil ciumin bibr doi.

    Doi: enak say?? gw cm mengangguk. yah wes mbak kocokin aja yah say. Gw: mbak mau diisepin gw ngerengek sperti bayi. Doi: jangan say, ntar kelihatan tapi gw paksa aja tuh kepala menuju batang perkasaku. Sedikit ragu, doi mulai membuka mulutnya dan memulai kuluman lembut di kepala Otong, sangat telaten.

    Pelan tidak terburu-buru dan yang gw suka, gak kena gigi gan. Doi tersenyum melihat mimik wajahku sampai Nampak Otong dah mau muncrat isepan doi dipercepat dan sepertinya semakin dalam menelan Otongku sayang dan arghhhhhh. Mbak enakhhhh bgt!!! Crotcrotcrot. Otong sukses CIM nya. Doi sdikit gelagapan karena kepalanya gw tahan.

    Terasa banyak bgt yang masuk kemulut doi. Gw Tanya: spermanya mana mbak, perasan banyak nyemprotnya? sambil perhatiin mulutnya. Doi nyubit aku dasar kamu al, ketelen semua!!!. Tapi kok manis punya kamu an? Punya suami mbak agak asin jadi kadang bikin mual. gw: sambil tersenyum mungkin kemarin karena kebanyakan makan buah2an mbakku sayang

    Masih ujan ajah terpikir gw balesnya gimana neh. Doi masih bersih2hin mukanya pake tisu. Gw bersandar di bahunya. mbak sayang Aldi pengen bales juga muasin mbak. Doi: udah sayang nanti kita dicariin tapi gw paksa aja, gw tarik celana nya sampai selutut dan gw cium2 tuh meki dari luar cdnya baunya khas, namun harum bgt.

    Terakhir gw tahu klo Doi ngerawat bgt daerah kewanitaannya dengan minum jamu2an dan rajin melakukan ratus vagina.

    Doi sedikit melakukan perlawanan sambil mendorong kepala gw. Namun rasa nikmat yang dirasa mendadak mengendurkan perlawanan doi takkala bibir gw melumat klitoris doi. Doi sedikit melenguh, perlahan gw bangkit dan membuka perlahan cd doi, reflex ajah pantat doi diangkat biar gampang lepasnya. Aldi isep yah mbak?

    Doi cuman mengangguk pasrah. Mulailah gue oral tuh meki berdasarkan pengalaman gue nonton bokep, semakin lama semakin basah. Isepan dilengkapi dengan tusukan satu jari gue kedalam meki doi, makin lama makin cepet. Hingga tak lama pertahanannya mulai lemah. allll, mbak mau keluar sayaaaanggg!!!

    dann.. tubuh doi mengejang hebat seperti terkena kejutan listrik berkali-kali sementara itu doi meki doi memancarkan cairan orgasme yang menembus kencang kerongkongan gw. Gw gelagapan, gw lepasin mulut gw dari mekinnya. Nampak cairan tersebut masih menyembur sedikit disertai dengan badan doi mengejang hebat.

    Gw rebahan disamping doi, sambil mengecup mesra keningnya. Makasih yah mbakku sayang. iya al, mbak juga terima kasih dah lama gak ngrasain kayak gini. Thanks yah say sambil doi mengecup mesra bibirku. Nampak Otong bangkit lagi dari peraduan. hihihi al, cepet bgt bangun lagi tuh. mbak pengen rasain lobang yang di bawah.

    udah an. Kita dah lama bgt ntar dicariin lagi. Gw bangkit mulai mencoba memasukkan Otongku sayang. Doi reflex ngepit pahanya menutupi tuh meki. Sedikit memaksa gw buka pahanya dan gw masukin pelan tuh Otong Hangat bgt, dasar mang enak, Otong serasa ada yang pijet, Otot2 mekinya memijit2 Otong dengan lembut.

    Baru aja 5 gerakan maju-mundur. Telepon Doi bunyi. Doi kaget dan kami reflex memakai baju kami siaaaaaaaaallll kentang bgt!!!! Rupanya nenek menelepon katanya si Dino dah rewel pengen bobo. Ahhhh. Dasar Dino gak tau kami lagi asyik ajah. Mang ujangpun diserahin tugas menjemput kami, walopun ujan dah mulai reda, sambil membersihkan diri merapikan pondok biar gak ada yang curiga.

    Di perjalanan pulang Doi cengengesan ajah ngeliat muka gw yang kusyut bgt sambil berbisik nanggung nih yeeehihih. Kami sepayung berdua dan mang ujang ngikutin dari belakang. iyyya neh urgghh bisik gw. kasihan deh cup2.. sayang, nanti deh lanjut lagi janji yah kata gw. Dan doi cuman ngedipin matanya ke gw.

    Malam harinya semua sudah berkumpul di ruang keluaraga, tawa membahana di ruang tersebut membangunkanku dari tidurku yang leleap karena kelelahan. Kulihat doi bersama nenek dan kak Dewi lagi bercengkrama bersama 2 anak doi dan tanpa mempedulikan keberadaanku.

    Nenek bun nyeletuk loh an, bru bangun? dah sana cuci muka n makan dulu, iya nek, mau berendem air anget dulu nih, badan pegel semua, ya wes mandi sana, tapi jangan lama2 ntar masuk angin lho. gw mengangguk dan si doi tetep aja asik bermain dengan anak2nya tanpa sedikitpun melirik ke gw.

    Selesai mandi dan makan kemudian gw keluar ke halaman menikmati bebrapa batang rokok eh mang Ujang datang ngajakin ngobrol ngidal-ngidul hingga tanpa terasa hari dah larut. Dari dalam rumah nenek menyuruhku bangun dan beristirahat krn sudah larut. Sisa kopi terakhir yang dibuatin mang Ujang ku hirup kencang dan sebiji pisang goreng kucomot.

    oke thanks gw istirahat dl, iya den sama2″. Ternyata mang Ujang pandai juga bercandanya. Masuk rumah semua sudah gelap saat melewati kamar doi iseng gw buka handelnya. lho kok?!!! TERKUNCI LAGI.. arghhhhhhh!!!. Gw ke kamar gw berbaring di tempat tidur, udah 1 jam bolak-balik namun mata belum redup juga dan tiba2 si Otong pengen pipis (mungkin kebanyakan ngopi tadi).

    Karena kamar mandinya di ruang keluarga gwpun keluaar dan menuntaskan hasratt kebelet si Jonjon Keluar kulihat di lampu kecil dapur yang remang menyala. Gw pikir mungkin mang ujang, gw ke dapur minta mang Ujang bangunin gw pagi2 eh ternyata doi lagi masak air buat termos susu anaknya. Dengan mengendap2 gw deketin doi yang hanya memakai daster tipis pendek di atas lutut.

    Gw peluk aja doi dari belakang dan tentu saja doi kaget bukan main dan berteriak, namun untung saja tangan gw dah membekap dl mulutnya. maaaff mbak ini Aldiheheh, ah.. an kamu bikin gw kaget ntar ada yang denger terus lihat kita gini gmana? dasar kamu!! Doi kesel bgt. Gw nyengir aja kayak kudaheheh.

    kangen kak kata gw. kangen apa nanggung.. heheh heheh gw nyengir lagi. terus aja gw peluk sambil ngeremes2 toketnya dari belakang yang ternyata tidak ditutupi bra (emang klo mw tidur bra doi dilepas). gimana mbak adek dah tidur? udah ini siapin air di termos, kali aja bangun tengah malem cari susu ow..

    Iseng tangan gw yang satu ke arah mekinya dan mengusapnya dari luar. Doi melenguh. gw angkat dasternya dan memasukkan tanganku ke balik CD doi.. hmm sedikit basah. kak ******* disini yuk bisik gw.. Al!!! jangan nekat ntar ketahuan gimana??! gak kok makanya pelan2″ gw pelorotin aja cd doi sampe lepas dan gw kantongin, gw balikin dan angkat dasternya terus gw isep2 tuh meki, lidah gw tusuk2 di lobangnya dan klitorisnya gw isep lembut.

    Doi cm bisa melenguh pelan dan menggigit bibir bawahnya.. Terasa sudah basah.. Gw balik tubuhnya terus gw suruh menunduk bersandar di atas meja marmer dapur (posisi DS), kolor gw turunin dan coba memasukkan si Jonjon n eh.. eh susah (maklum belum pengalaman apalagi posisi otong yang mendongak ke atas).

    Doi sadar dan mencoba membantu dg menggenggam Otong ke sarangnya dan slleb.. akhhirnya masuk jg Gw diemin dulu dan terasa ada yang memijat2 otot rahim doi ternyata berkontraksi memijat (hmm efek jamu2an P. Madura neh). kemudian gw sodok2 pelan deh. al ah.. ah.. ah, cepetan ntar ketahuan bisik doi sambil mematikan tuh kompor karena air dah mendidih hebat.

    Dikamar doi melihat anak2nya masih pules bgt. Mainnya di bawah aja yah al. Gw mengangguk dan mengambil selimut tebal dan bantal sebagai alas. Doi melepas dasternya dan berbaring di bawah, melihat bukit kembarnya langsung aja gw nenen dan remes2 sampai keras banget. Gw rasa dah cukup gw lebarin pahanya dan mulai memasukkan Otong.

    Dasar amatiran gerakan gw ga teratur bgt, Doi tersenyum pelan2 aja dl say. Km blm pengalaman rupanya, sini biar kakak di atas. Klo km pengen keluar bilang yah? dongkol juga rasanya ditegur gt (tp emang bener sih gw emang blm pengalaman.. heheh).

    Gw rebahan dan doi mulai memposisikan WOT, setelah masuk doi mulai bergerak pelan namun pasti, sengaja doi gesekin mekinya ke bagian kepala hingga sedikit dibawah kepala Otong saja sehingga rangsangan ke Otong gak terlalu hebat namun diselingi dengan sodokan hingga ke pangkal (sensasinya emang nikmat bung!

    gerakan doi teratur dan seirama, uh toket terguncang-guncang seolah menyuruhku untuk meremasnya. Tak lama gw bangkit dan memeluknya akhhh kak.. mw keluar. doi mengelusi punggungku. napas kami ngos2an. udah say km rebahan saja sedikit kocokan meki doi, tiba2 jari doi menjepit pangkal batang si Otong (agak keras jg), posisi Otong masih keras di dalam meki doi.

    Satu jarinya mencubit pinggang gw (agak sakit jg) doi bilang tahan yah biar konsen pengen muncret kamu buyar sambil tersenyum. Setelah merasa cukup, doi mulai beraksi lagi mengulek-ngulek otong. (emang jitu juga tekniknya). Tak lama doi merasa pengen keluar dan arhhhh. doi melenguh pelan dan tubuh doi mengejang hebat ke belakang.

    Gw bangkit dan memeluknya, pijetan otot rahimnya terasa berkedut-kedut. Kemudian doi tersenyum dan mulai bergoyang lagi dengan posisi masih gw peluk, makin lama makin cepet Kaakk maw keluarrr!!, tahan say kita barengan sambil tangannya mencubit pingganggu, otomatis konsen buyar lagi.

    Dan makin lama doi makin cepet aja menguleknya dan arghhhhhhhh rupanya doi orgasm lagi, sambil mendorong tubuh gw tubuh doi mengejang Indah bennner pemandangannya, karena nanggung dan pengen jg cepet dikeluarin tuh lahar gw posisiin MOT, doi masih geleng2 mungkin pengen bilang jangan dulu an masih ngilu tapi gw sosor aja dengan rpm tinggi, ngilu namun nikmat sih.

    Kemudian gw terjatuh ke dalam pelukan doi, Otong masih terbenam di dalam dan keluar dengan sendirinya. Gw berputar dan mengelus punggung dan dadanya yang masih ngos2an. sumber Ngocoks.com

    Kami berpandangan dan tersenyum, kemudian aku kulum tuh bibir dengan lembutnya dan lama. Doi membelai rambut gw dengan mesranya. Tiba2 anaknya yang paling kecil sedikit gelisah, doi tiba2 bangkit dan segera membuat susu terus memakai lagi dasternya dan mulai mengeloni anaknya.

    Gw bangkit dan rebahan di belakangnya sambil memeluk mesra dan membelai rambut doi. Doi tersenyum menikmatinya dg mata tertutup. Sekitar setengah jaman kemudian tangan gw menyusur ke dalam daster meremas-remas toket doi sampai mengejang dan keras tuh pentil, Doi membuka mata dan tersenyum.

    Doi masih membelakangi dan tangannya menyusup ke dalam celana gw meraih Otong dan mengocok-ngocoknya. Gw nikmatin bener kocokannya Gw bangkit dan doi berputar agak kaget karena si Otong sudah kuarahkan ke bibir doi.

    Doi sedikit menggeleng sambil tersenyum, sedikit melirik ke anaknya yang sudah terlelap lagi. Batang si otong di raihnya dan mulai mengarahkan ke mulut doi, kuluman dan isepan membuat rasa ngilu yang hebat..

    arghh telaten sekali oralan doi. kemudian gw tahan kepala doi dan mulai menyodok-nyodokkan penis gw ke mulutnya semakin cepat dan tiba2 doi tahan perut gw dan berlanjut mengulet dan menghisap Penis gw. dan creetttt.. crett, jumlahnya tidak begitu banyak lagi namun masih bisa muncrat sampai ke kerongkongan doi.

    Doi sedikit tersedak, namun penis masih di mulut doi. Sambil menghisap-hisap seperti menghisap sedotan, lava Otong dibersihin sampe abis. Setelah itu gw cabut si otong dan berlutut di lantai disamping tempat tidur. Doi membelai mesra rambutku.

    Udah ya. Gw cuma mengangguk dan mengecup bibir doi. an, dah istirahat dl ke kamar kamu takut ketahuan say, gw tersenyum dan mebelai rambut doi tak lupa kecupan mendarat di bibir doi, sempat juga doi memasukkan lidahnya.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7 8
  • Menabrak Mobil

    Menabrak Mobil

    Cerita Sex Menabrak Mobil – Sesosok wanita menarik perhatianku, ketika aku baru saja selesai memarkir mobil. Sempurna sekali tubuhnya, wajahnya cantik, rambutnya coklat dan kulitnya putih bening.

    Kelihatan dari wajahnya dia keturunan China. Aku berdiri di samping mobilku sambil memperhatikan kemana arah cewek cantik itu. Wah mobilnya bukan sembarangan, Mercedes tipe terbaru.

    Begitu dia masuk mobil aku pun cepat-cepat masuk mobil kembali. Maksudku ingin menguntit. Mobilnya bergerak kearah tempatku parkir. Tiba-tiba muncul ide untuk menabrakkan saja mobilku ke mobilnya. Mobilku Jeep Wrangler parkir posisi maju, sehingga aku harus keluar mundur.

    Ketika mobilnya muncul, segera kumundurkan mobilku sehingga tabrakan belakang mobilku dengan samping sebelah kirinya. Tidak terlalu keras, tetapi cukup dalam juga body samping belakangnya mblesak ke dalam. Sedang mobilku tidak mengalami kerusakan berarti.

    Cerita Sex Menabrak Mobil
    Cerita Sex Menabrak Mobil

    Ngocoks Sosok bidadari yang kuincar tadi langsung keluar dari mobil dan melihat kerusakan. Dia marah-marah menyalahkanku, yang katanya sembarangan saja mundur gak lihat-lihat. Aku segera minta maaf dan berjanji akan memperbaiki semua kerusakannya.

    Padahal aku tahu bahwa mobil semewah ini tidak mungkin tidak ada asuransinya. Jadi aku tidak perlu khawatir keluar duit banyak.

    Dia memelototi aku dengan muka kesal. Wajahnya, ampun cantik banget, apalagi dalam keadaan marah begitu. Aku tawarkan untuk menuju bengkel langgananku.

    Dia tidak mau membawa mobilnya yang kelihatan jelek karena penyok, aku disuruhnya membawa mobil dia sementara dia membawa mobilku. Untung saja mobilku interiornya sedang bersih tidak berantakan seperti biasanya.

    Aku setuju, sekitar 30 menit kami jalan beriringan sampai ke bengkel langgananku. Pemilik bengkel menyambutku dengan akrab. Bengkel ini memang langganan keluargaku, dia juga menerima perbaikan yang ditanggung asuransi. Aku disarankan mengurus asuransinya.

    Cewek yang mobilnya kutabrak tadi belum tahu namanya siapa. Aku terpaksa menanyakan namanya dengan menyalaminya, dia menyebutkan namanya Karina. Dia lalu menelepon perusahaan asuransinya. Urusan asuransi tidak perlu aku uraikan, nanti terlalu nglantur.

    Karina tampangnya masih kesal, dia bilang aku membuat acaranya berantakan. Dia menuntut aku mengantar pulang ke rumahnya. Aku dengan senang hati dan mengorbankan semua acaraku hanya untuk mendapat kesempatan kenal lebih jauh dengan Karina.

    Kami sampai ke kawasan Pondok Indah Jakarta. Rumahnya besar dan sangat mewah. Sampai dirumahnya aku tidak tahu statusnya, jangan-jangan dia istri piaraan konglomerat.

    Aku disuruh ikut masuk rumahnya. Kebetulan ibunya masih di rumah. Segala kekesalannya ditumpahkan ke ibunya mengenai tragedi tadi. Aku hanya terdiam saja duduk di kursi. Paling tidak aku tahu bahwa Karina bukan istri piaraan konglomerat, tapi anak konglomerat.

    Ibunya untung tidak ikut memarahiku, dia malah meminta anaknya sabar, karena musibah tidak bisa dihindarkan. Mamanya masih cantik di kisaran usia 40-an. Dari wajahnya kulihat mamanya seperti bule.

    Dari beberapa pertemuan kemudian ku ketahui bahwa mamanya keturunan Amerika Latin. Mereka bertemu ketika Papanya yang orang China sedang tugas bekerja di New York. Terlihat sekali Karina sangat manja. Kutaksir Karina baru berusia sekitar 20 tahun.

    Kugambarkan sedikit sosok Karina, Tingginya sekitar 170 cm, tidak beda jauh dari tinggiku yang sekitar 175cm. Kulit putih seperti umumnya cewek cina. Tapi aku tidak terlalu khawatir karena kulitku juga tidak hitam, seperti mamaku yang keturunan Lebanon yang kawin dengan papaku, Jawa asli.

    Tubuh Karina nyaris sempurna, teteknya kelihatan cukup tegap dan besar, pantatnya penuh dan pingangnya kecil. Kakinya putih tanpa cacat. Ya iyalah anak orang kaya pasti perawatannya full.

    Ibunya malah mengajakku ngobrol, menanyai keluargaku dan kegiatanku. Kujelaskan bahwa papaku Pati di Angkatan Laut, kini jadi pengusaha setelah pensiun. Ibuku keturunan Lebanon. Aku baru selesai kuliah dan sekarang bekerja di salah satu perusahaan ayahku.

    Ibunya yang memperkenalkan namanya, Margareth. Dari tatapan matanya mengesankan dia menyenangiku. Aku pura-pura culun aja, meski aku bisa membaca bahasa tubuh. Karina yang duduk di samping ibunya, juga sering mencuri-curi pandang ke arahku. Dari sorot matanya aku memastikan bahwa Karina juga tertarik.

    Sekitar 2 jam kami ngobrol di ruang tamu yang mewah sekali. Ibunya dan juga Karina men save no HP ku. Aku pastilah mempunyai semua no HP mereka. Malam ketika aku asyik ngobrol dengan kolega di kafe Kemang,, Hpku bergetar, muncul nama Karina.

    Dia minta aku menjemputnya di rumah besok pagi jam 7 pagi, dia ada janji meeting dikantor clientnya. Ini sebagai hukuman akibat aku menabrak mobilnya. Bagiku ini bukan hukuman tapi kesempatan, ya kesempatan mengenal lebih jauh.

    Setengah jam sebelum jam 7 aku sudah duduk diruang tamu rumah Karina. Rumahku hanya 10 menit dari rumahnya, jadi bisa cepat sampai. Pagi itu aku disambut ibunya yang kemudian mengajakku duduk di meja makan untuk sarapan toast dan milo hangat. Mama Margareth banyak bertanya mengenai diriku. Kayaknya dia penasaran mengenai siapa diriku.

    Keluarga mereka baru sekitar 2 tahun tinggal di Indonesia. Sebelumnya sekitar 10 tahun di New York dan sebelumnya di Caracas, Venezuela. Dari negara itulah mama Margareth berasal. Pantas saja cantik. Cewek Venezuela terkenal cantik, buktinya mereka sering memenangkan Miss World.

    Jam 7 pagi tepat Karina muncul dengan wajah segar dan cantiknya luar biasa, berkat blasteran Cina dengan Latin Amerika. Kami segera pamit dan aku diminta men sun pipi mama Margareth, itu memang kebiasaan mereka. Sambil mensun aku sempat terkena tendangan ujung tetek mama Margareth yang terasa empuk menyundul dadaku.

    Hari ini wajah Karina tidak cemberut seperti kemarin, Dia malah tampil sumringah. Aku mendrop Karina di salah satu gedung di Thamrin, dan aku meneruskan menuju kantorku di daerah Menteng. Karina katanya akan pakai taksi menuju kantornya di kuningan. Tapi bubaran kantor aku diminta menjemputnya.

    Akhirnya aku jadi seperti supir Karina selama mobilnya masih di bengkel. Aku senang-senang saja karena dengan begitu bisa lebih dekat dengan Karina yang sekarang sudah makin jinak. Selain itu aku juga senang cipika-cipiki dengan mama Maragareth yang makin hari rasanya makin mesra, karena aku dipeluknya erat sampai dadanya ngepres ke dadaku.

    Seperti dugaan pembaca Ngocokers, aku nantinya akan dapat mencicipi Karina dan mamanya. Tapi sabar ya. Ceritanya tidak seru kalau lompat-lompat, rasanya jadi kurang nalar.

    Belum sebulan aku sudah diajak Karina masuk ke kamarnya di lantai atas. Kejadian itu ketika aku mengantarnya pulang kerja. Rumah waktu itu sepi. Aku digandeng Karina menaiki tangga dan langsung masuk ke kamarnya.

    Kamarnya khas cewek banget, dimana-mana ada warna pink. Kamarnya lega dan selain sebuah bed yang lebar, terdapat meja kerja dan sofa kecil. Kamar mandi juga ada di dalam.

    Setelah pintu tertutup, Karina langsung memeluk dan menciumiku dengan ganas. Aku membalasnya dengan ganas pula sambil aku gendong dan kubaringkan di tempat tidurnya.

    Hanya 5 menit tanganku diam, setelah itu langsung merambah kedua susunya. Mulai dari meremas dari luar baju sampai akhirnya memelintir kedua putingnya yang masih kecil. Pentilnya kecil dan nyaris terbenam, padahal susunya besar sekali, sampai telapak tanganku tak muat menangkupnya.

    Cumbuan berat sekitar 15 menit, kami berdua sudah bugil. Tubuh Karina putih mulus tanpa cacat dengan jembut hitam lebat. Dia menunjukkan kemahiran menghisap penisku dengan sedotan-sedotan kuat.

    Dengan keahliannya ini sudah bisa di duga bahwa Karina sudah cukup mengenal lelaki dan mungkin sudah lebih dari seorang yang dia cumbui. Tapi peduli amat lah, karena aku pun bukan pejaka lagi sejak umur 15 tahun.

    Karina senang memainkan batang penisku yang katanya tegap dan panjang. Padahal penisku pernah ku ukur panjangnya cuma 15 cm lebih dikit dan lingkarannya 20 cm. Cukup lama dia mengoralku dan cukup lama pula aku menahan diri agar tidak muncrat. Akhirnya dia bosan dan minta aku pula yang mengoralnya.

    Memeknya yang lebat dengan jembut agak merepotkan juga, Kusibak jembutnya dan terlihatlah belahan memeknya. Model memeknya tidak secantik wajah Karina. Bibir dalamnya kelihatan berlebih keluar.

    Sehingga aku bisa menjewernya ke kiri dan ke kanan. Jika dijewer maka terlihatlah lubang magmanya yang merah muda dan diatasnya terdapat tonjolan dengan ujung bulat mengkilat. Aku menyerbu itilnya dengan menangkupkan mulutku ke memeknya bagian atas.

    Lidahku dengan mudah menemukan tonjolan itil yang sudah ngaceng. Karina kelojotan dan menjerit-jerit nikmat ketika itilnya aku serang dengan jilatan lidah. Sambil menjilati itilnya jari tengah tangan kananku masuk ke lubang vaginanya mencari tonjolan Gspotnya.

    G spotnya sudah mengembang dan terasa agak kasar sedikit. Dengan bantuan pelumasan vaginanya yang sudah banjir aku menjilati sambil menggosok gpotnya.

    Karina tidak mampu bertahan dengan seranganku sehingga dalam waktu tidak sampai 5 menit dia sudah orgasme dan memuncratkan ciaran kental dari lubang kencingnya.

    Spreinya basah seperti kena ompol. Karina masih mengejan-ngejan karena gelombang orgasmenya. Setelah itu terkulai lemas seperti orang pingsan. sumber Ngocoks.com

    Aku khawatir juga kalau dia benar-benar pingsan, maka kuciumi mulutnya dan kumainkan lidahku di dalam mulutnya. Ternyata ada reaksi, sehingga aku merasa aman. Penisku yang sudah tegangan penuh aku arahkan memasuki liang vaginanya yang sudah licin.

    Perlahan-lahan aku selundupkan seluruh batangku sampai tenggelam. Nikmat sekali jepitan memeknya. Sesekali ada pula gerakan ototnya mencengkeram batang penisku.

    Mudahnya aku menikamkan penisku ke memeknya maka meyakinkan aku bahwa Karina sudah tidak virgin. Ah aku tidak ambil pusing siapa yang memerawani. Dapat kesempatan sekarang merasai memeknya pun rasanya sudah luar biasa.

    Karina yang masih lemas aku tindih dengan gerakan pelan memompa memeknya. Sekitar 5 menit aku memainkan posisi MOT mulai ada reaksi Karina dia merintih sambil tangannya memeluk badanku.

    Punggungku dicakarnya ketika dia mencapai orgasme. Rasanya agak perih, tapi aku bisa menghiraukan karena aku pun kemudian mencapai orgasmeku. Sperma ku tembakkan ke dalam memeknya, sehingga luber.

    Aku biarkan penisku yang baru muncrat tetap berada di dalam memeknya, sambil kusangga badanku dengan siku sehingga tidak menindih penuh tubuh Karina. Kupandangi wajahnya yang kelihatannya makin cantik. Aku ciumi. Teteknya yang kencang menggembung dan aku remas-remas.

    Kegiatanku itu rupanya memicu penisku bangun lagi. Padahal masih pada posisi tercelup dalam vagina. Merasa makin keras, aku gerakkan maju mundur yang malah jadi makin nikmat dan makin keras.

    Setelah terasa cukup keras aku bekerja lagi mengaduk vagina Karina. Dia mengatakan kewalahan menghadapiku yang bisa main tanpa jeda.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7 8
  • Alas Roban

    Alas Roban

    Cerita Sex Alas Roban – Week end yang menyebalkan, akhir pekan ini aku kembali menjadi supir buat mama, dan yang membuat tambah dongkol adalah membawa serta tante Lia, kakak kandung mama yang cerewetnya luar biasa, kira-kira 2 level di atas mama.

    Ia gak pernah kehabisan kata-kata untuk mengomentari dan mengkritisi apapun dan siapapun, lebih dari seorang komentator sepakbola profesional. Walau ada juga sisi baiknya sih, beliau cukup royal untuk memberiku tambahan uang saku.

    Sabtu ini mama mengajakku ke semarang, menghadiri undangan sepupunya yang akan mantu. Papa berhalangan karena ada perjanjian dengan relasi bisnis. Dan seperti biasa, akulah yang mendapat kehormatan, tepatnya barangkali kutukan, untuk menyupiri mama.

    Dan sepanjang jalan, telingaku mendapat siksaan ocehan tante dan mama. Bahkan suara musik tidak mampu meredam suara mereka. Malam menjelang ketika kami memasuki wilayah alas roban, kawasan hutan yang melegenda dengan keangkerannya. Sialnya, aku termasuk penakut untuk hal-hal yang berkaitan dengan supranatural.

    Cerita Sex Alas Roban
    Cerita Sex Alas Roban

    Ngocoks Aku teringat kisah sebuah bus yang nyasar di tengah hutan ini. Untunglah jalanan cukup ramai. Tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya, wiper kuhidupkan dan mencoba mengikuti sebuah truk di depan. Entah kenapa, aku tak mampu mengejar bayangan lampu truk tersebut, padahal sudah full gas, sampai kemudian aku sadari tinggal kami sendiri di jalan.

    Dan yang membuat aku merinding adalah menyadari kami tak lagi berada di jalanan aspal, tapi jalanan tanah berbatu yang membuat mobil kami berguncang-guncang, suasana di kanan kiri gelap gulita, hanya tampak bayangan batang-batang pohon dan semak belukar. Penderitaan lengkap sudah ketika ban mobil terperosok di tanah yang lunak akibat hujan tadi.

    Dua wanita penumpang setia di dalam jangan ditanya lagi, omelan mereka sama banyaknya dengan butir-butir tetesan air hujan yang begitu deras menghujani bumi, membuat kepanikanku kian bertambah.

    Mama, Tante Lia dan aku mencoba menghubungi kerabat untuk minta bantuan, tapi semua jaringan seluler tidak ada sinyal. Ma, tolong pegang kemudi, Randy mau keluar dorong mobil, dengan masih ngomel mama bertukar posisi di belakang kemudi begitu aku keluar.

    Hujan segera membuatku basah kuyub. Sial, harusnya Hi lux papa yang aku bawa, bukan sedan priyayi ini, gumamku dalam hati. Ban itu begitu dalam terperosok, membuat setiap usahaku sia-sia selain hanya menghasilkan semburan lumpur ke celana pendek dan kausku.

    Tiba-tiba sekelebatan lampu senter menyorot ke arahku. Apa lagi ini, membuat nyaliku kian menciut, tapi masa sih ada setan bawa senter, akal sehatku berkata.

    Dari kegelapan muncul sosok lelaki paruh baya, bertelanjang dada dan memakai caping lebar. Ada yang bisa saya bantu, le? ’, tanyanya dengan suara yang parau namun cukup nyaring terdengar di tengah gemuruh hujan dan guntur.

    Kami kesasar dan mobil kami terperosok pak, jawabku setengah berteriak. Orang tua itu lantas membantuku mendorong agar mobil itu keluar dari jebakan lubang. Namun tetap tak berhasil. Kini bahkan akibat kikisan tanah, seluruh ban mobil itu terperosok. Sebaiknya tunggu besok pagi saja, le… kampung terdekat juga jaraknya 15 kilo lebih.

    Kalau sampeyan mau, malam ini nginap digubuk saya saja, ujarnya dengan datar namun sepertinya tulus, daripada aku tinggal di mobil dan tiba-tiba kaca diketuk kuntilanak atau gendruwo lebih baik aku turuti beliau.

    Namun tentu saja, aku harus minta persetujuan dua makhluk menyebalkan di dalam mobil, setelah terjadi percekcokan, akhirnya mereka mau juga.

    Jalan setapak yang becek di tengah hutan itu membuat mama dan tante berkali-kali terpleset, membuatku berkali-kali harus memapah mereka, tentu saja setelah terlebih dahulu dihadiahi sumpah serapah mereka. Payung yang mereka bawa jadi percuma, tak mampu mencegah mereka menjadi basah kuyub dan terciprat lumpur.

    Ternyata jarak menuju rumah si bapak lumayan jauh juga, kira-kira 15 menit kami berjalan baru nampak temaram cahaya sebuah rumah. monggo, silahkan masuk, ujar si bapak. Rumah itu tampak sederhana, pantas si lelaki misterius itu menyebutnya gubuk.

    Sebuah rumah limas khas jawa dengan empat tiang kayu di bagian tengah, beratap genteng tanpa plafon, berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah.

    Di dalamnya hanya meja kursi tua, dua dipan sederhana dan dua lemari reyot menempel di dinding. Dua lampu teplok yang kacanya telah menghitam menjadi alat penerang rumah tersebut, dan satu-satunya alat hiburan adalah radio transistor tua yang memperdengarkan suara pertunjukan wayang kulit mengiringi gemuruh hujan di luar, menambah suasana magis malam itu.

    Tampak sepasang perempuan di atas dipan tengah tertidur, terdiri dari wanita separuh baya dan satu lagi seorang gadis yang kira-kira seusiaku. ayuh.. dang tangi, ono tamu, dang gawekno wedhang, (ayo cepat bangun, ada tamu, cepat bikinkan minum).

    Ujar si bapak membangunkan isteri dan anaknya, kira-kira begitu menurut perkiraanku, walau tak bisa bahasa jawa tapi sedikit banyak aku bisa memahaminya karena mama kebetulan orang jawa dan sering menggunakan bahasa jawa jika bertemu kerabatnya.

    Dengan segera mereka beranjak bangun meninggalkan dipan yang hanya beralaskan tikar dan selimut kumal itu. Untuk ukuran kota sekalipun, si gadis berwajah cukup manis walau dengan pakaian t shirt dan bersarung batik yang tampak lusuh.

    Sementara ibunya sedikit lebih besar dengan wajah biasa saja, memakai kebaya dan kain yang dililitkan sebatas dada yang sama lusuhnya, namun menampakan belahan dadanya yang kupikir cukup besar, menjadi pemandangan paling baik selama di rumah ini.

    kalian basah kuyub semua, sebaiknya ganti pakaian daripada masuk angin, silahkan ke belakang saja, kalau mau buang air dan bersih-bersih juga ada sumur, ujar si bapak. Aku segera menyambar ransel, tapi mama dan tante Lia saling bertatapan bingung, tentu saja, mereka meninggalkan tas pakaian mereka di bagasi mobil.

    Sial, nampaknya aku lagi yang harus mengambilnya. Namun sebelum perintah mereka keluar, si lelaki itu berkata, kalau mau biar pakai pakaian anak dan isteri saya, maaf kalau kurang berkenan… aku menatap mereka dengan wajah memelas… mereka mengangguk, maaf lho pak kalau ngerepotin, ujar mama.

    Dari dalam lemari reot, si bapak mengeluarkan dua lembar kain dan dua kaus yang walau lusuh tapi terlipat rapi. mama dan tante duluan, ujar mama bergegas sambil menggamit tangan tante lia ke bagian belakang rumah yang dibatasi oleh dinding papan.

    Aku menunggu dengan duduk di kursi tua itu, sang lelaki paruh baya itu juga duduk di hadapanku sambil melinting tembakau dengan kertasnya dan menyalakan rokok. Wajahnya nyaris tanpa ekspresi namun sorotan matanya sangat tajam dan berwibawa.

    Tubuhnya yang bertelanjang dada itu juga tampak kekar menggambarkan isa sebagai lelaki yang ulet. Maaf, kalau boleh tahu, nama bapak siapa?, tanyaku mencoba basa basi. Panggil saja pak Simo, jawabnya sambil menghembuskan asap rokok lintingan yang beraroma aneh itu. enngh… bapak udah lama tinggal di sini?, tanyaku lagi.

    Lebih tiga puluh tahun, jawabnya singkat. ini satu-satunya tanah warisan bapak saya dulu, pekerjaan saya buruh tani dan sesekali ngobati orang, ujarnya lagi seolah-olah sudah tahu pertanyaanku berikutnya, walau aku sedikit tertegun dengan perkataan ngobati orang, tapi untuk tak menyinggung urung aku tanyakan.

    Namun sebelum aku bertanya lebih jauh, mama dan tante sudah kembali ke ruang tengah, agak geli melihat penampilan mereka, dari wanita bergaya modis, kini ala wanita kampung, berkaus kumal yang ada lubang di sana sini dan bersarung kain batik lusuh.

    Mama?, ujarku sambil tersenyum, tapi pandangan ketus keduannya memudarkan senyumanku, namun yang membuatku jengah adalah menyadari bahwa kaus itu terlalu sempit untuk mereka berdua dan… puting payudara keduanya tampak jelas menonjol walaupun di tengah cahaya temaram lampu teplok.

    Kamu jangan ke belakang dulu, ujar mama. Ia kembali ke belakang, dan kembali dengan kaus di lepas… kini kain batiknya diikat sebatas dada menjadi kemben, tante pun menyusul melakukan hal yang sama.

    Aku bersiul dua kali menyaksikan bahu putih keduanya terekspose yang tentu saja berujung dengan dampratan mereka, membuatku bergegas ke belakang.

    Ternyata sebuah dapur sederhana yang cukup besar dengan sebuah dipan dan tungku tanah dengan kayu bakar yang masih menyala, di atasnya sebuah panci hitam.

    Di atas dipan sang ibu dan anak tengah menyiapkan minuman, maaf bu, kamar mandinya di mana? tanyaku, dan mereka menunjuk pada sebuah pintu di bagian belakang dapur tersebut, yang disebut kamar mandi itu hanyalah sebuah sumur tua beratap ilalang yang di pinggirnya berlantaikan batu-batu kali.

    Mama dan tante tengah bercakap-cakap dengan lelaki pemilik rumah ketika aku tiba. Aku segera bergabung. Pak Simo meladeni ocehan mereka dengan datar dan singkat.

    Matanya tajam menatap mama dan tante, membuat mereka tampak rikuh dan mengurangi intensitas omongan mereka. Tak lama kemudian sang isteri dan anak gadisnya tiba mengantarkan minuman dan sepiring singkong rebus di hadapan kami.

    monggo silahkan diminum, maaf cuma ini yang kami punya, ujar pak Simo, sementara isteri dan anaknya kembali ke dipan untuk tidur. Hanya teh tanpa gula yang bisa mereka suguhkan, namun ditambah singkong rebus cukup menghangatkan tubuh kami di tengah rintik hujan yang entah kapan akan reda.

    Malam makin larut ketika mama dan tante Lia pamit untuk tidur, di dipan yang berhadapan dengan dipan di mana isteri pak Simo dan anaknya tidur. kalian gak munkin bisa keluar dari hutan ini, ujar pak Simo mengagetkanku. maksud bapak?, tanyaku penasaran.

    Kamu pasti sadar kan… kendaraan kalian ada di tengah hutan, bukan di atas jalan, jawabnya dengan suara parau dan datar. Aku mulai bergidik. ada kekuatan gaib yang membawa kalian ke sini, makanya saya bilang kalian harus kulonuwun melewati hutan ini, ujarnya lagi membuatku kian memucat.

    terus kami harus bagaimana pak?, tanyaku setengah bergetar. kalian saat ini berada 15 kilo dari jalan, mau lewat jalan kaki pun butuh seharian, itupun kalau kalian tidak kesasar, ujarnya lagi. Terus, kenapa bapak bisa tinggal di sini? ’, tanyaku.

    Hmm… ceritanya panjang, tapi katakanlah ini hal turun temurun yang harus kami lakukan dan katakanlah musuh kami banyak sehingga harus tinggal di sini, jawabnya sambil menghisap lintingan tembakau dalam-dalam. terus bapak bisa bantu kami keluar dari sini? ’, tanyaku setelah terdiam beberapa saat.

    Dengan syarat, jawabnya. itupun jika kamu mau, lanjutnya lagi. mmm… asal gak memberatkan saya mau pak, kami juga bawa uang yang cukup lho pak, ujarku terbata-bata. Kami biasa hidup tanpa uang nak, kami ora butuh uang kalian, ujarnya dengan mimik misterius.

    Terus saya harus bagaimana pak?, tanyaku setengah mengharap. Hmmm… dari tadi saya perhatikan kamu selalu menatap anak saya, ujarnya. Wah, berabe juga kalau aku harus mengawini anaknya walau memang kuakui dia cukup manis dengan potongan tubuh aduhai. sampeyan suka dia?, tanyanya.

    Ya suka sih pak, tapi… saya gak meminta kamu menikahi anak saya jawabnya seolah-olah tahu apa yang aku pikirkan. Terus bagaimana pak?, tanyaku lagi. sampeyan mau meniduri Asih?, tanyanya membuatku seolah terloncat dari kursi reot itu.

    Dalam hati sebenarnya di usia SMA yang sarat hormon ini, aku ingin sekali mencoba merasakan kenikmatan tubuh seorang wanita, tidak hanya sekedar bermasturbasi menyaksikan adegan film porno, atau hanya bisa berliur mendengarkan kisah teman-teman yang telah merasakannya.

    Pacar pun aku belum punya. Pucuk di cinta ulam tiba pikirku, tapi pak, bagaimana dengan mama dan tante saya? Bagaimana kalau mereka tahu?, ujarku. Nah, dua wanita cerewet itu syarat berikutnya, jawabnya tegas. Maksudnya pak?, tanyaku penasaran. Sebagai sesama lelaki… ia menghisap dalam rokoknya lalu menoleh ke arah dipan di mana mama dan tante Lia tidur.

    Mereka cantik dan montok, apakah sampeyan keberatan kalau saya tiduri mereka? ’, pertanyaannya bagaikan guntur yang tengah menyambar-nyambar di luar. aa… ucapanku terpotong, ya kalau sampeyan keberatan, silahkan cari jalan keluar sendiri, ’ tukasnya.

    Aku dihadapkan buah simalakama, walau di dalam hati jujur saja penasaran juga bagaimana tubuh telanjang mama dan tante Lia. sumber Ngocoks.com

    Dan terlepas dari soal kecerewetan, mereka berdua memang wanita matang yang cukup cantik dengan potongan tubuh yang bisa menjadi bahan onani lelaki manapun, tapi mereka adalah keluargaku. Shit… apa yang harus kulakukan? Pak Simo seolah-olah menunjukan siapa yang tengah berkuasa dengan santai terus menghisap rokoknya.

    Setelah pertarungan sisi baik versus sisi buruk, akhirnya aku mengangguk setuju. Dengan syarat, bapak tidak akan menyakiti mama dan tante saya kan?, lanjutku.

    Pak Simo tak berkata apapun tapi langsung bangkit menuju dipan di mana anak dan isterinya tidur dan membangunkan mereka, ayo nyambut gawe, kamu layani mas mu, kowe ngalih, bantu kulo, ujar pak Simo.

    Bersambung…

    1 2 3