Blog

  • Kekuatan Cinta

    Kekuatan Cinta

    Cerita Sex Kekuatan Cinta – Selamat malam sobat Ngocokers. Kekuatan cinta memang susah untuk dimengerti. Hanya karena cinta, manusia mampu melakukan segalanya. Dan begitupun denganku. Namaku Surya, seorang suami yang beberapa kali melakukan kesalahan kepada istriku dalam hal cinta.

    Aku telah selingkuh dengan beberapa orang wanita. Dan semua itu kulakukan hanya berdasarkan emosi sesaat. Namun, semenjak aku mengerti akan betapa pentingnya sosok yang telah mendampingiku selama ini, pada akhirnya aku sadar jika aku sangat ketakutan untuk kehilangan istriku.

    Sarah, wanita yang aku kenal semenjak kuliah, adalah wanita pertama yang menerima cintaku dengan sungguh-sungguh. Wanita bertubuh sintal dengan kulit kuning langsat yang selalu mensupport diriku. Wanita penyabar yang telah mengenalkanku sebuah kenikmatan dunia bernama seks.

    Namun, semenjak perselingkuhan itu terjadi padaku, aku baru sadar, jika aku tak bisa hidup tanpa cintanya. Hingga pada akhirnya, Sarah, wanita tercintaku, membalas semua kelakuan kotorku.

    Cerita Sex Kekuatan Cinta
    Cerita Sex Kekuatan Cinta

    Ngocoks Aku bekerja di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang pertambangan. Dan sebagai manager project lapangan, tanggung jawab pekerjaanku selalu menuntut untuk tak dapat diam hanya di satu lokasi. Tak jarang aku harus meninggalkan istriku untuk mengawasi project luar kota selama 1-3 bulan.

    Bahkan seringkali, karena kesibukanku, aku sampai lupa menanyakan kabar Sarah atau memberitahu kondisi diriku hingga berminggu-minggu. Terlebih, semenjak kenal dengan istriku, aku tahu jika dia adalah wanita mandiri yang selalu bisa mengatasi semua kebutuhan dirinya.

    “Dia pasti akan baik-baik saja…” Batinku dalam hati setiap kali aku memikirkan istriku.
    Berbekal dari semua kemandirian Sarah, aku jadi yakin, jika selama dia aku tinggal tugas keluar kota, aku tak perlu mengkhawatirkan kondisinya.

    Kerja ekstra keras, tak mengenal waktu, lokasi hidup di daerah pedalaman yang sulit, semua kendala pekerjaan dapat dengan mudah aku atasi. Namun, satu-satunya hal yang tak bisa aku tahan dari pekerjaanku ini adalah, nafsu birahi.

    Itu adalah satu-satunya kelemahanku yang hingga saat ini tak bisa aku atasi. Seminggu pertama aku meninggalkan istriku untuk bekerja, hampir setiap hari aku melakukan masturbasi. Dua minggu, tiga minggu, sebulan, dua bulan. Aku mulai tak tahan.

    Aku tak sanggup lagi melampiaskan nafsu birahiku dengan tanganku sendiri. Sampai di suatu saat, aku mulai berpikir nakal. Aku mulai berpikir untuk selingkuh.

    Merasa jauh dari pengawasan istri, sudah banyak wanita dengan macam profesi yang ikut menemani diriku dalam melampiaskan petualangan birahiku. Rekan kerja satu kantor, penjaga toko, SPG, ibu rumah tangga, hingga anak sekolah, kenikmatan tubuh mereka sudah aku rasakan semua.

    Penghasilan besar dari hasil gaji, tunjangan hingga tips vendor, membuatku menjadi mabok kepayang. Tak ada habisnya untuk aku hambur-hamburkan guna merasakan kenikmatan tubuh wanita. Belum lagi jika ada pitching vendor yang selalu menyediakan wanita sebagai upah entertainment dari mereka.

    Ketika berfoya-foya, aku sama sekali tak pernah memikirkan kondisi Sarah. Yang jelas, selama aku sudah mengirimkan duit belanja bulanan, aku merasa telah melaksanakan tugas sebagai seorang suami. Hingga pada akhirnya, aku mendengar kabar dari tetangga, jika sekarang istriku sekarang tinggal bersama teman lelakinya.

    Mendengar kabar mengejutkan seperti itu, aku segera memutuskan untuk pulang dengan pesawat paling pagi keesokan harinya. Dan setelah sampai di rumah, ternyata memang benar. Di tempat tinggalku ada seorang pria yang sama sekali belum pernah aku kenal.

    “Mas… Kenalin, ini mas Markus…. “ ujar istriku mengenalkan teman lelakinya. “Mas Markus adalah teman yoga adek mas… “ jelas istriku lagi.

    “Sekitar sebulan lalu, mas Markus terkena musibah mas… Dia baru saja ditipu rekan bisnisnya hingga bangkrut…mobil, rumah hingga uangnya ludes…” Ucap Sarah menceritakan perihal mengapa Markus berada di rumah kami.

    “Yaudah… karena adek kasihan… Adek ajak aja mas Markus untuk tinggal disini…”

    “Kenapa kamu nggak ngabarin aku dulu dek…?” tanyaku.

    “Khan mas tau, percuma adek ngabarin mas kalo mas sedang berada di proyek… Mas khan nggak bakalan mengangkat telpon tiap kali adek mencoba menghubungi mas…” Ujar Sarah lagi. ” Terlebih… tak jarang adek mendapati beberapa wanita berbeda yang mengangkat telpon adek setiap kali adek telpon mas…”

    “Wanita-wanita sialan…” batinku. “ Pasti perek-perek itu yang menerima telpon istriku…”
    “Adek tahu mas kalo mas sudah selingkuh dibelakang adek…”

    “……….”
    “Dan adek tahu mas… Jika perselingkuhan itu sudah mas lakukan semenjak setahun pernikahan kita… dan selama itu adek hanya bisa diam saja…”

    “…………….”
    “Jadi…. Jangan salahin adek ya mas kalo sekarang adek membalas semua kelakuan busuk mas…”

    Mendengar penjelasan istriku, aku tak bisa marah, aku pun tak boleh dendam. Aku hanya bisa mencoba untuk mengerti istriku ketika selama ini, istriku aku selingkuhi.

    Sarah pasti kesepian. Sarah pasti butuh perhatian. Dan ketika ia mengenal Markus, dia mendapat teman yang cocok. Teman yang selalu ada ketika istriku aku tinggalkan untuk selingkuh keluar kota. Teman yang selalu siap membantu istriku ketika jauh dariku. Teman yang pada akhirnya menggantikan posisiku ketika istriku membutuhkan kehangatan seorang suami.

    “Jadi sekarang kamu selingkuh dengan lelaki pengangguran itu dek…?” tanyaku dengan nada yang aku buat setenang mungkin.
    “Iya…” jawab istriku singkat.

    Dengan terang-terangan, istriku menceritakan padaku tentang ‘perselingkuhan satu-satunya’ dengan Markus. Termasuk tentang persetubuhannya yang sering mereka lakukan dirumah ini. Semuanya Sarah ceritakan guna membalas perselingkuhan yang aku lakukan dengan banyak wanita lain.

    “Jadi sekarang kita impas donk mas… mas selingkuh adek juga selingkuh…. Walau jika diingat selama ini mas sudah selingkuh dengan banyak wanita… jadi seharusnya adek bisa berselingkuh dengan banyak lelaki juga …” kata istriku ketika kami berdebat tentang perselingkuhan dirinya. “Tapi itu mah gampang… Adek bisa melakukannya perselingkuhan dengan lelaki lain kapan saja…”

    ***

    Sudah hampir sebulan aku berada dirumah, dan semenjak kepulanganku, aku memutuskan untuk bekerja dirumah. Mengambil tugas di kantor pusat dan membawanya pulang untuk diselesaikan dirumah. Semua aku lakukan guna meminta maaf pada istriku. Dan juga mencegah supaya Sarah tak berselingkuh dengan Markus lagi.

    Namun semua itu sia-sia. Merasa diawasi olehku, perselingkuhan mereka seolah semakin menjadi-jadi. Dan aku yakin, Sarah bertekad untuk benar-benar membalas semua kelakuan busukku.

    Sering kali aku melihat istriku dan selingkuhannya bercanda, bercengkrama dan berciuman didepanku ketika aku menonton TV. Mereka sengaja duduk tak jauh dari tempatku berada, dan memamerkan kemesraannya kepadaku.

    Tak jarang aku melihat Markus menepuk pantat atau mencubit payudara Sarah ketika mereka bercanda. Begitupun sebaliknya, istriku pun sering meremas pangkal selangkangan Markus ketika bersenda gurau.

    Di ruang makan pun mereka sering suap-suapan, seolah mereka pengantin baru. Di dapur, sering aku melihat istriku menjilat dan mengulum jemari tangan Markus yang belepotan bumbu dapur. Juga Markus yang sengaja menorehkan kecap atau saos ke dada istriku untuk ia jilat.

    Benar-benar membuatku emosi.

    Hingga beberapa waktu lalu, aku mendengar dengan telingaku sendiri. Persetubuhan istriku dan selingkuhannya di teras belakang rumah ketika aku sedang sibuk menyelesaikan tugas kantorku di dalam kamar.
    “Dek…okelah jika kamu berselingkuh dengan Markus… tapi khan bukan berarti, kamu bisa dengan seenaknya bersetubuh di rumah ini …” Ucapku datar, mencoba meminta pengertiannya…

    “Ya itu resikomu mas kalo bekerja dirumah… “ Bela istriku “Kalo mas nggak suka, mending mas balik lagi ke proyek mas aja… Sekalian nerusin perselingkuhan mas dengan wanita-wanita itu… ”

    “Ya bukan begitu dek…”
    “Atau mas mau adek pindah? Adek bisa kok lakukan sekarang juga …” potong Sarah

    “…….” Aku tak bisa berkata apa-apa lagi.
    “Udah berulang kali adek katakan ke mas… Adek minta mas buat ninggalin adek…” ucap Sarah ketus

    “Tapi mas masih sayang kamu dek… Mas nggak mau kehilangan kamu…”
    “Ya sudah kalo begitu… mas harus mulai membiasakan diri untuk melihat dan mendengar perselingkuhan adek…”

    “………….”
    “Mas mas…. Udah punya istri… Siapa juga suruh selingkuh… “ cibir Sarah

    Entah apa yang bisa aku lakukan untuk mengembalikan keutuhan rumah tangga kami, yang walau sebenarnya, rumah tangga kami masih utuh. Kami masih bersama, istriku juga masih melayani semua kebutuhanku, masih mencintai dan menyayangiku seperti sedia kala.

    Bedanya, di bawah atap tempat tinggal kami sekarang, ketambahan sosok lelaki lain yang siap kapan saja memenuhi kebutuhan biologis istriku. Tentu saja, ketika mereka melakukan adegan percintaan itu, mereka tak ingat situasi.

    Mereka melakukannya dimanapun mereka suka. Sampai akhirnya, istriku memintaku, untuk sementara waktu pindah ke kamar tidur tamu supaya mereka bisa bersetubuh dengan leluasa di kamar tidurku.

    Aku tak pernah tahu, hal apa yang membuat Sarah tergila-gila pada selingkuhannya itu. Bagiku, Markus sama sekali tak menarik, tak cakep, tak gagah, tak berpenghasilan, dan tak bermasa depan. Bukannya mau menyombongkan diri, tapi semua aspek positif dari seorang pria tak satupun ada dari diri Markus.

    Satu-satunya yang membuatku iri akan diri Markus adalah, lelaki itu memiliki ukuran penis yang lebih besar dari milikku. Bahkan jauh lebih besar.

    Jika bibandingkan, ukuran pentungan nikmat milik Markus, hampir dua kali lipatnya milikku. Dan karena daging lebih itu, sepertinya istriku mampu terpuaskan olehnya. Amat sangat terpuaskan.

    Markus mampu membuat istriku berubah. Istri yang dulu berucap sopan, sekarang menjadi sering melenguh dan mengembik bak pelacur murahan. Istri yang dulu berkelakuan santun, sekarang mirip pelacur dengan vagina yang meronta-ronta kegatelan.

    Istri yang dulu tak mau melakukan hal aneh, sekarang menjadi pelacur haus sodokan kasar yang siap bercinta dengannya kapan saja dan dimana saja.

    Minggu kemaren, kedua orang tua Sarah meminta kami berkunjung ke kediamannya. Mereka kangen akan putri kesayangannya yang sudah lama tak berkunjung. Mungkin kunjungan terakhir kami adalah ketika lebaran beberapa tahun lalu.

    “Sarah mau banget mah, cuman saat ini dirumah Sarah ada seorang teman special yang sedang berkunjung…” ujar Sarah menjelaskan tentang keadaan yang sedang terjadi di rumah kami
    “Serius mah….? Sarah boleh ajak…?” Tanya Sarah dengan nada girang.
    “Okelah kalo begitu, Sarah bakal datang weekend besok…”

    Dari percakapnnya, aku bisa mengetahui, jika acara berkunjung ke rumah orang tua Sarah besok, bakal ada kejutan buatku.

    “Sayang… Besok kita kerumah Mama ya… Adek kangen banget… Udah lama banget khan kita nggak maen kesana…” pinta istriku sambil tersenyum bahagia.

    “Lalu, si Markus gimana? Ditinggalin di sini aja ya….?” Tanyaku
    “Nggak donk… Adek mau kenalin mas Markus ke Mama Papa…”

    “Apa…?”
    “Kenapa…? Kamu ga mau…? Kamu ga suka…?” Tanya Sarah dengan nada yang mulai sedikit sewot. “Kalo kamu nggak mau juga gapapa… Adek masih bisa kesana berdua aja kok bareng mas Markus…”

    “Enggak… Gapapa kok sayang…” pasrahku.
    “Makasih ya ganteng….” Ujar istriku manja sambil mengecup keningku.

    ***

    Rumah orang tua Sarah berjarak sekitar 6 jam perjalanan, sehingga guna menghindari kemacetan, kami berangkat dari semenjak subuh.

    Seperti biasa, semenjak keberadaan Markus di kehidupan kami, akulah yang selalu menjadi supir. Duduk sendirian di kursi depan, dibelakang roda kemudi. Sementara Sarah dan Markus, selingkuhannya, selalu memilih untuk duduk di kursi tengah.

    Selama perjalanan ke rumah orang tua Sarah, aku hanyalah seperti patung yang tak mereka gubris sama sekali. Hanya menyetir dan konsentrasi ke jalan, sementara istriku dan Markus saling memainkan nafsu birahi mereka dengan leluasa.

    Sarah, dengan atasan tanktop tanpa bra dan rok mini tanpa celana dalam, selalu dapat diakses oleh Markus dengan segala cara. Markus selalu duduk di sebelah kiri istriku karena dengan tangan kanannya, dia dapat dengan mudah mengobel vagina Sarah, menghisap putting Sarah, dan memuaskan birahi istriku dengan lebih leluasa.

    Sedangkan Sarah selalu ada di samping kanannya, supaya dengan mudah melakukan segala permintaan Markus termasuk permintaan untuk mengoral penisnya.

    “Uuughh …sedot terus Mas!” kudengar desis birahi istriku di belakang jok mobilku. Dari kaca spion tengah aku berusaha melihat percumbuan mereka. Sengaja, semenjak beralihnya tugasku dari seorang suami menjadi supir, aku mengganti kaca spion tengah mobil dengan kaca spion cembung berukuran besar. Supaya dapat melihat semua sudut interior mobil dengan jelas.

    Kulihat, Sarah sudah duduk mengkangkang tanpa celana. Memamerkan kobelan jari-jari tangan kiri Markus yang telah keluar masuk ke vagina tak berambutnya sudah membanjir basah. Markus pun sudah tak bercelana, melebarkan kedua pahanya guna membiarkan batang hitam beruratnya untuk dikocok-kocok oleh tangan kiri istriku.

    Pria jahanam itu dengan liarnya mencumbui payudara istriku karena tanktop tipis Sarah sudah terangkat penuh setinggi leher, Markus dengan leluasa melumat habis-habisan kedua payudara montok Sarah. Tak jarang tangan kanannya meremas dan memelintir putting merah muda Sarah hingga ia menjerit kesakitan.

    “Eeemmhhh…enak banget mas!” kudengar rintihan Sarah memanaskan telingaku
    “Enaknya banget dek ngenyot tetek besarmu…Sluuuurrrppp….” desah Markus

    “SREEEEPPP… SLUUURPPP…” suara mulutnya mengisap dan mengempot payudara Sarah.
    Kocokan jari Markus pada vagina Sarah juga makin ganas, terdengar dari suara kecipak yang menandakan Sarah sudah sangat basah karena terangsang berat.

    “Aku mau keluar mas… Aku mau keluar….” Teriak istriku tiba-tiba ketika ia merasakan kenikmatan kocokan jemari tangan kiri Markus.

    Buru-buru, istriku segera beranjak dari tempatnya duduk dan berpindah ke pangkuan Markus. Ia pun segera mengarahkan kepala batang raksasa lelaki pengangguran itu supaya tepat di lubang kenikmatannya. Dan setelah dirasa pas, Sarah segera menurunkan pinggulnya.

    CLEEEPPPP.

    “Ooouuuuugggghhhhh maassssss…..” teriak Sarah begitu ia merasa vagina sempit miliknya sudah terisi penuh oleh batang kejantanan Markus yang ada dibawahnya. “Enak bangeeeet maaaassss….”

    “Goyang dek… goyang….” Pinta Markus.
    “Enaaaak bangeeet maaaasss…. “ Teriak istriku setiap kali ia menurunkan dan menaikkan pinggulnya dari batang penis hitam milik Markus. “Eeeennnnnaaaaakkkk…..”

    “Sempit banget memekmu dek….” Puji Markus.”Rasanya seperti memek perawan…”
    ”OOouuuuggghhhh…..Entotiin aku mas…. Entotin aku….”

    Suasana didalam mobil seketika berubah berisik karena teriakan-teriakan mereka berdua. Sarah dan Markus seolah kehilangan ingatan jika saat itu, mereka sedang bercinta di dalam mobil yang sedang melaju di padatnya lalu lintas.

    Walau kondisi kaca mobil tak sepenuhnya gelap, dan ada kemungkinan jika mereka bisa terlihat dengan jelas dari luar mobil, mereka seolah tetep tak peduli. Yang penting nafsu birahi mereka segera terpuaskan.

    “Sarah pasti sangat menikmati persetubuhan…” batinku dalam hati. Karena dari kaca spion, aku bisa melihat jika walaupun saat itu vagina Sarah terlihat tersiksa karena sodokan penuh batang raksasa Markus, tapi dari suara desahan dan erangan kenikmatan yang ia teriakkan. Aku bisa tahu jika istriku sangat menikmatinya.

    Tubuh ramping Sarah, meliuk-liuk kesana kemari, mengimbangi sodokan-sodokan kasar Markus setiap kali ia menghujamkan batang beruratnya kedalam celah vagina istriku. Membuat mobil ini terasa ikut berayun, menikmati goyangan percintaan mereka.

    Gila. Ini benar-benar gila.

    Aktifitas mesum mereka berkelanjutan selama perjalanan ini. Mereka bahkan tetap meneruskan aktifitas mesum mereka ketika mobil kami berhenti di palang kereta api sembari menunggu kereta yang lewat.

    Alih-alih menghentikan bersetubuhan, mereka malah semakin memperganas aktifitas percintaannya. “Terus mas… terus sodok memek adek….” Pinta istriku sembari mengobel klitorisnya.

    Tubuh istriku terlihat begitu bergoncang setiap kali menerima sodokan tajam Markus. sesekali ia membungkukkan badannya kedepan dan berpegangan pada jok tempatku duduk.

    “Adek sayang kamu mas…. Adek sayang kamu…” ujar istriku tiba-tiba sambil memajukan kepalanya dan mengecup pipi kiriku dari belakang. Ngocoks.com

    Reflek. Akupun mengusap dan menepuk pelan kepala istriku dengan tangan kiriku, sambil melihat persetubuhan mereka melalui ke kaca cembung spion. Muka istriku terlihat begitu merona merah, menandakan jika ia benar-benar terangsang. Tubuhnya membungkuk, matanya nanar, dan payudara besarnya saling menepuk satu dengan lainnya.

    Mendadak terdengar suara siulan keras dari arah samping. Ternyata, suara itu berasal dari sebuah truk yang juga berhenti menunggu di persimpangan kereta.

    Kernet truk itu buru-buru mengeluarkan HPnya dan mulai merekam persetubuhan istriku dan selingkuhannya. Tak lama, supir yang ada disampingnya pun melakukan hal serupa, mengeluarkan HP dan mulai merekam kearah kami.

    Mendengar kegaduhan kernet truk itu, situasi di persimpangan kereta pun mulai memanas. Para pengemudi mobil dan pengendara motor mulai menengok kearah kami.

    “Dek, ada yang liatin tuh!” aku memperingatkan mereka tanpa menoleh ke belakang.
    “So what gitu loh?… Biarin ajah mas….” jawab sekenanya Sarah asal sambil terus menggeliatkan tubuhnya.

    Aku hanya diam saja berpura-pura tidak tahu, membiarkan persetubuhan istriku dan selingkuhan menjadi tontonan mereka seperti orang bego. Aku hanya berharap kereta segera lewat dan pintu persimpangan segera terbuka.

    “Aku mau keluar dek… “ ujar Markus ditengah kehebohan situasi persimpangan kereta.
    “Aku juga mas…. Aku jugaaaa……” teriak istriku sambil terus menggeliat-geliat.” Kita keluar bareng yyyaaaaa maaaassss….”

    “OOOooooooooooggggghhhhhhhhhhhh” teriak istriku lantang. Diikuti dengan hentakan badannya yang tak terkontrol. “Aku keluar mas… aku keluaaarrr….”

    Seiring teriakan orgasme istriku, rangkaian kereta pun melintas. Suara gemuruh roda besi kereta untuk sesaat meredakan suara-suara persetubuhan Sarah dan Markus.

    “CREEET….CREETTT…CREETTT….”

    “Apa ini…?” tanyaku dalam hati, mencari tahu cairan apakah yang membasahi tangan kiriku dan dashboard mobil ini. Kembali aku melihat kearah spion. “ANJRIT…..” umpatku dalam hati “… ini sperma Markus….”

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Pribadi yang Kontradiktif

    Pribadi yang Kontradiktif

    Cerita Sex Pribadi yang Kontradiktif – Ibuku adalah kontradiksi berjalan. Aku baru mengetahuinya setelah aku menginjak puber. Tentu saja untuk dapat mencapai pemahaman mengenai sifat ibuku yang sejati itu, perlu proses yang panjang yang perlu kulewati dalam kehidupan kami sekeluarga. Namun, dengan waktu yang lama dan pemikiran yang dalam, aku dapat mengerti karakter ibuku yang sebenar-benarnya.

    Pribadi ibu penuh dengan kontradiksi. Namun, pribadi semacam inilah yang sangat menarik, bagiku. karena pribadi ibu yang seperti inilah, aku dapat mencapai kebahagiaan yang sangat amat jarang orang lain dapat temukan di dalam kehidupan yang fana ini.

    Dari pribadi ibu yang kontradiksi ini, kisah perjalanan hidupku menjadi sangat menarik, mendebarkan dan memuaskan. Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara, aku dan kakak perempuanku. Namaku Hadiguna, panggil saja Hadi. Kakakku bernama Dian, ibuku bernama Widyawati atau dipanggil ibu Wiwi.

    Ayahku adalah TKI di Hongkong bernama Anwar. Kakakku usianya lebih tua tiga tahun daripadaku. Saat aku SMP kelas satu, aku berusia 13 tahun, kakakku 16 tahun dan ibuku 34 tahun. Ketika aku masih kecil, ibuku sangat menyayangiku.

    Cerita Sex Pribadi yang Kontradiktif
    Cerita Sex Pribadi yang Kontradiktif

    Ngocoks Ibu selalu membelaku bila aku bertengkar dengan Kakakku, bahkan kadang walaupun aku salah, ibu tetap membelaku dan memarahi kakakku itu. Bila aku nakal, ibu akan memarahiku, namun ia tidak pernah memukulku bahkan ibu tidak pernah menghukumku. Ini mungkin yang menyebabkan aku menjadi anak lelaki yang manja.

    Ketika aku masih di Sekolah Dasar, aku bandel sekali sehingga ibuku seringkali dipanggil ke sekolah untuk berbicara dengan guru ataupun kepala sekolah. Ibu akan memarahiku di depan guru-guru dan kepala sekolah dan selalu berkata ia akan menghukumku lebih berat ketika nanti kami sudah di rumah.

    Namun, ketika kami sampai di rumah, Ibu seakan lupa apa yang ia janjikan di depan guru-guru sebelumnya dan tidak menghukumku sama sekali. Lucunya, aku malah mengikuti nasehat ibu dan berusaha agar kenakalanku sebisa mungkin tidak terdeteksi oleh guru.

    Aku tidak mau membuat ibu malu, toh ibuku selalu membelaku tak peduli aku benar atau salah. sehingga, frekuensi ibu mengunjungi sekolah menjadi berkurang drastis setelah itu. Lanjut ke Kelas 4 aku masih anak sekolah bandel dengan kenakalan anak-anak yang lumrah dan biasa saja.

    Barulah ketika kelas 5, teman-teman laki-lakiku mengenalkan aku kepada dunia perlendiran. Waktu itu DVD yang sedang ngetrend, dan hampir semua orang punya DVD di rumah. teman-temanku ini mengenalkan aku kepada DVD bokep dengan variasi yang beragam.

    Ada temanku yang menyukai film jepang, ada yang suka film barat, ada yang suka genre pemerkosaan, ada yang suka genre gangbang dan lain sebagainya. Aku sendiri sangat suka genre MILF. wanita-wanita dewasa di atas 30 an bagiku sangat seksi dan matang sekali.

    Dan karena sering mencari di Glodok namun seringkali tertipu juga (cover dan isi berbeda), maka aku membujuk ayahku untuk memasang internet menggunakan fiber optic di rumah. dan semenjak saat itu, aku dapat secara bebas browsing mencari film porno yang kusuka.

    Waktu kelas 6 aku menemukan inses. Aku ingat saat itu aku mendapatkan klip film (bukan film yang lengkap) mengenai MILF yang dibintangi Jodi West, aktris yang stw namun seksi sekali. berhubung filmnya hanya klip, maka film itu tidak dari awal, melainkan langsung ketika para aktornya berhubungan seks.

    Aku terkejut, dan seharusnya aku merasa mual. tetapi melihat Jodi West yang seksi dan cantik itu sedang digarap anak muda sambil keduanya mengucapkan kata-kata vulgar dicampur dengan panggilan “son” dan “mom” berkali-kali, malah membuat kontolku lebih cepat mengeluarkan sperma! Aku merasa tidak percaya bahwa hubungan terlarang yang digambarkan di film itu tidak membuat aku jijik sama sekali, bahkan membuat aku orgasme!

    Selama beberapa hari aku menengangkan diri dan berusaha mencari jawaban dari apa yang sedang aku alami. Namun, setiap kali aku teringat ucapan anak muda itu… “mom” sambil mengocok-ngocoks kemaluannya di dalam kemaluan perempuan yang dipanggilnya “mom” itu. dan aku selalu menjadi bernafsu membayangkan film vulgar itu lagi.

    Ketika di rumah, aku jadi memperhatikan ibu. apakah ini menunjukkan bahwa secara tidak sadar, aku mengingini ibuku sendiri? Ibuku cukup tinggi badannya, yaitu 172 cm. Dengan kulit coklat terang mengarah ke kuning langsat. pinggul ibu besar dengan perut sedikit cembung yang kelihatan bila memakai baju ketat, di hiasi dua payudara yang cukup besar berukuran 38 B.

    Tubuh ibuku tidak kurus, tetapi terlihat sekal di bagian tangan, paha apalagi pantatnya. wajahnya tidaklah secantik artis terkenal, tetapi bagiku wajah ibu yang paling menarik di seluruh sedunia, karena ibu selalu menyayangiku dan selalu ada bagiku.

    Aku menyukai setiap jengkal wajahnya, dengan hidung yang agak pesek dan mata yang lebar, bibir yang tipis di atas dagu yang kokoh, berhiaskan dua buah lesung pipit bila tersenyum, adalah wajah yang selalu membuatku merasa nyaman dan damai.

    Barulah mataku terbuka akan keindahan ibu kandungku sendiri itu. Saat itu ingin sekali aku melihat tubuh ibu tanpa busana. aku menjadi horni mendadak, sehingga buru-buru aku ke toilet untuk melepaskan birahiku di sana.

    Ketika aku kelas 1 SMP, aku berniat mengintip ibu ketika mandi, namun kami memiliki dua kamar mandi. satu di kamar orangtuaku, satu di lantai bawah yang dipakai aku dan kakakku. Sayang sekali setiap kali ibu mandi, ia selalu mengunci kamar mandinya, sehingga aku rencana itu gagal. Tetapi, aku tidak menyerah begitu saja.

    Bila satu pintu tertutup, carilah pintu lain. Setelah aku memutar otak, maka aku mendapatkan akal bulus lain yang membutuhkan keberanian besar. Butuh waktu yang lama (sekitar sebulan) untuk memunculkan keberanianku dan akhirnya aku pun memutuskan untuk mencobanya sekali.

    Fakta bahwa ibuku sangat menyayangiku bahkan lebih kalau dibandingkan kepada kakakku, yang membuat aku memutuskan untuk melaksanakan recanaku itu.

    Setahun lebih berlalu semenjak aku mengetahui mengenai inses. Setahun lebih aku bergulat untuk memutuskan apakah yang aku lakukan ini benar atau salah.

    Setahun lebih pula akhirnya aku memutuskan untuk membuat rencana yang kuharap nantinya mampu membuat segala impianku tercapai. Dan rencana terakhir ini yang kuanggap yang paling sempurna melihat kondisi rumah saat itu.

    Sore hari ketika pembantu sudah pulang, aku menunggu waktu ibu mandi. Aku masuk ke kamar ibu membawa buku komik dan membaca di kamar. Aku menunggu sekitar sepuluh menit.

    Namun, sepuluh menit itu bagaikan sejam lamanya. Darahku bergolak deras, jantungku berdebar-debar tidak karuan, dan pikiranku ngalor ngidul mencoba menenangkan asaku yang seakan mau padam disiram rasa takut bila ibu memarahiku.

    Ketika pintu kamar mandi terbuka dan ibu keluar hanya dengan handuk yang menutup dada sampai ke atas pahanya, jantungku seakan mau meledak, namun birahiku bergerak naik ke atas sehingga tak lama kelelakianku mengeras dengan maksimal. Ibu agak terkejut melihat aku duduk di tempat tidurnya bersandarkan kepala spring bed dan membaca buku komik.

    Ibu: “Ngapain kamu, Di?”

    Aku: “Panas di kamar, enakan di sini ada ACnya.”

    Ibu lalu dandan di depan meja riasnya. tampaknya tak menghiraukan aku. Namun aku sekali-sekali melirik ibu. Sayang sekali di balik handuk ibu, ibu tidak telanjang. karena dapat kulihat tali BH putihnya.

    Tak lama setelah itu ibu beranjak ke depan lemari pakaiannya yang berada tepat di depan tempat tidur, sehingga ia memunggungiku.

    ia mengambil celana dalam, hatiku bergetar mengharapkan ibu membuka handuknya. alangkah kecewanya aku ketika ibu memakai celana dalamnya dengan handuk masih terpasang.

    Namun, ketika ia akhirnya membuka handuknya, aku dapat melihat punggung telanjang ibu yang berhiaskan Bra putih, dan pantatnya yang bahenol tertutup oleh celana dalam putih.

    Ibu tidak memiliki siluet tubuh model yang ramping, melainkan tubuh seorang perempuan yang sudah memiliki anak, namun tetap berusaha menjaga kondisi tubuhnya itu. hanya sedikit lemak di pinggangnya, dengan betis agak semok, paha yang agak besar, pinggul besar, dan punggung yang berlekuk. Tidak bisa dikatakan gendut, tetapi lebih tepat bila disebut sekal.

    Sayang sekali pertunjukkannya cepat berakhir ketika daster ibu telah terpasang. Ibu menangkap basah aku sedang memperhatikannya memakai dasternya.

    Ibu: “Hadi! Ibu gak suka kamu ngelihatin ibu waktu pakai baju. Risih.”

    Dengan wajah sebal ibu keluar dari kamar. Aku tadi sempat kaget dan takut. tetapi setelah semuanya berlalu, aku sedikit lega karena ibu tidak berlama-lama memarahi aku.

    Ketika aku keluar kamar ibu dan ke dapur di mana ibu sedang memasak untuk makan malam, ibu memperlakukanku seperti biasa. Bila ia marah padaku biasanya ibu tidak akan mengajakku bicara dan wajahnya akan merengut seharian.

    Keesokan harinya aku menunggu lagi ibu di kamarnya ketika ia sedang mandi. Di pikiranku, ada dua kemungkinan. Ibu akan mengusirku atau tidak. ada kemungkinan 5.50. aku memutuskan untuk mencoba keberuntunganku.

    Ketika ibu keluar ibu menatapku dengan mengerutkan dahinya.

    Ibu: “Kamu di sini lagi?”

    Aku: “Masih panas di kamar. beliin AC dong buat Hadi.”

    Ibu hanya menghela nafas lalu duduk di meja rias. Setelah berdandan sebentar (karena ibu hanya di rumah saja, maka make-up nya hanya tipis) maka ibu kembali ke depan lemari dan mengganti celana dalam dengan menggunakan handuk seperti kemarin. Ngocoks.com

    Yang berbeda adalah ibu setelah itu membalikkan badannya, menangkap basahku lagi yang sedang menatap tubuhnya dari belakang.

    Ibu: “Ibu ga suka dilihatin kalau lagi ganti baju.”

    Dengan wajah malu aku membaca komik lagi. di ekor mata kulihat ibu membuka handuk, ketika ku lirik, ibu ternyata masih menatapku namun kini aku dapat melihat tubuh ibu dari depan dengan hanya bertutupkan BH dan celana dalam saja! Buah dada ibu begitu bulat dan besar sehingga tampak BH yang biasa saja itu tak mampu menutup seluruh bagiannya.

    Ibu: “Tuh kan! Ngapain sih ngelihatin ibu ganti baju?”

    Entah kenapa aku terpaku. melihat tubuh ibu setengah telanjang, dengan payudara yang begitu indah, perut yang sedikit sekali membuncit, pinggulnya yang lebar membuat keseluruhan paket terasa komplit. sedikit lemak di tubuh ibu di bagian sana sini bila dipadu dan dipandang keseluruhan menjadi begitu indah, bagaikan simfoni musik yang utuh dan megah.

    Ibu: “Hadi!”

    Suara ibu meninggi. aku baru tersadar dan membaca komik lagi. setelah beberapa saat berlalu, aku lihat ibu mengambil daster dengan ekor mataku. Aku lirik lagi ibu ternyata ia masih menghadapku, hanya saja kepalanya tertutup daster yang sedang ia kenakan. Namun karena gerakan ibu cepat, ibu mendapatiku menatapnya lagi.

    Ibu: “Kamu dibilangin bandel, ya?!”

    Aku terkejut dan melirik komik lagi. Kemudian ibu keluar kamar. Setelah menenangkan diri selama beberapa menit, aku keluar kamar ibu lagi. Ketika aku mendapatkan ibu, ia sedang bersama Kak Dian.

    Aku takut ibu akan dingin kepadaku dan tak mau berbicara, tetapi sore itu ibu berkomunikasi denganku seperti biasa. Barulah aku tahu bahwa ibu penuh kontradiksi. Kejadian tadi di kamar ibu, bila orang lain yang mengalami, mungkin akan berbeda hasil akhirnya.

    Tetapi, ibuku hanya memarahiku di kamar ibu saja, setelah itu bagaikan tidak terjadi apa-apa. Apakah ini artinya? Apakah berarti ibu sebenarnya tidak marah? Aku harus tahu apa yang dipikirkan ibu.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5
  • Tidak Tahu Dihamili Siapa

    Tidak Tahu Dihamili Siapa

    Novel Tidak Tahu Dihamili Siapa – Perlu diingat untuk para pembaca Ngocokers yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahkan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.

    Saya harap para pembaca Ngocokers untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

    Khusus Dewasa!!

    Bayu, seorang anak laki-laki yang tinggal bersama orang tuanya, Haris dan Nia di Jakarta Timur. Haris sibuk dengan pekerjaan dadakan, sedangkan Nia sering digoda oleh bapak-bapak hidung belang. Bayu dijaga ketat oleh orang tuanya dan dianggap kurang pergaulan oleh teman-temannya. Namun, sebagai seorang anak yang mulai penasaran dengan hal-hal seksual.

    Nia hamil tapi tidak tau, anak siapa yang dikandung. Entah itu anak bos suaminya? apa anak mertuanya? Apa anak orang yang menolongnya? Apa anak duda pemilik kos? Apa anak bayu?

    Novel Tidak Tahu Dihamili Siapa
    Novel Tidak Tahu Dihamili Siapa

    Ngocoks Akhir pekan tiba, matahari perlahan memancarkan sinar dari timur, tentu menyenang kan dan bahagia bagi keluarga Haris, terutama Bayu. Dirinya merasa merdeka karena 5 hari terkungkung di dalam rumah, kecuali akhir pekan.

    Namun, akhir pekan ini ia tak gunakan waktunya untuk bermain bersama teman temannya karena dia bersama kedua orang tuanya sepakat untuk rekreasi ke Garut.

    “Ma…. ma…. ma….. mama dimana?” Tanya bayu yang masih kusut usai bangun tdur.

    “Di sini de…” sahut Nia yang tampak dengan perlahan mempersiapkan bekal untuk rekreasi.

    “Mama lagi apa? Kelihatannya sibuk banget pagi pagi begini”.

    “Kamu pasti lupa de. Kan hari ini kita mau jalan jalan ke Garut?!” Sambil menatap bayu yang berada disampingnya.

    “Ohh ya yaaaa!” Sahut bayu kegirangan.

    Langsung ia bergegas mencari ayahnya kesemua sudut ruangan ternyata, sang ayah lagi mengecek kondisi mbil yg digunakan.

    “Yah…ayahh…. yahhh? Ayah dimana? Kita jadi ke Garut kan???”

    “Di sini dek, iya dong.” Jawab sang ayah sambil mengecek kondisi mobilnya

    “Assyiiikkkk jalan jalan jalan jalan jalan”

    Begtu ceritanya wajah bayu hari itu sampai smpai sang ayah ke heran.

    “De, tapi perginya gak sama ayah ya. Sama mama aja. Ayah mendadak harus menengok teman ayah yang semalam kecelakaan.”

    Wajah bayu yang tadi ceria seketika cemberut tercermin kekecewaan yang begitu mendalam.

    “Yah ayah….”, bayu menggerutu.

    “Maaf ya dee ayah gak bisa nemenin.” Jawab ayah bayu sambil memegang pundak anknya.

    “Gak kita tunda aja mas? Kita ubah jadi bareng-bareng nengok teman mas.”

    “Jangan, kasihan bayu. Lagi pula ini udah direncanain jauh jauh hari.”

    “Tapi ayah janji nanti ayah nyusul kalian ke Garut usai nengok teman ayah ya”.

    “Bnran yah?”

    “Nanti gak bisa lagi tahu tahunya”

    “Tahu nih sih ayah, mendadak gak bisa lagi. Lagi pula ayah pakai mobil siapa” timpal Nia.

    ”Iya kali ini ayah janji benerr, tapi gak hari ini juga ya. Tapi besok nyusulnya, ayah nanti berangkat sama atasan ayah, yg jg mau ke Garut.”

    “Yahhhhhhhh.” jawab bersamaan bayu dan ibunya.

    Namun Nia tetap meyakini bayu bahwa ayahnya tetap datang meski tidak berangkat secara bersamaan. Tak lama ayah bayu menyuruh anak dan istri segera siap siap.

    “Yasudah kalian siap-siap gih, makin siang nanti makin kena macet”

    Bayu dan ibunya tampak sudah selesai bersiap-siap. Ayah bayu tersenyum menatap penampilan, Bayu yang cermin kan cara berpakaian anak lelaki pada umumnya jika mau pergi. Tatak menyangka anak nya yang dulu masih bayi sekarang sudah beranjak menuju usia abg.

    “Ganteng banget anak ayah” jawab ayah ayu sambil mengelus rambut anaknya.

    Namun Haris heran dengan penampilan istrinya, yang mengguna kan blus merah agak longgar dengan belahan dada terlihat, bawahan menggunakan jins ketat.

    “Mama, kok pakaian kamu begini sih? Pakai blus belahan dadanya kelihatan. Longgar lagi kalau nunduk, itu payudara kamu diintip orang nanti.”

    Nia mencoba menenangkan suaminya sembari bercanda.

    “Mas Haris gak usah khawatir. Lagi pula aku sama bayu kan naik mobil. Kalo masalah yang ngintip nanti aku tinju masss”

    “Yasudah deh kalian langsung berangkat gih. Barang barang yang mau di bawa udah dimasukin ke mobil kan? Jangan sampai ada yang ketinggalan.”

    “Eh, nia kmu tahu jalan kan? Aku juga khawatir kamu nanti malah kesasar.” Ucap ayah bayu.

    “Tenang mas kan ponselku ada GPS. Aku juga sedikit tahu kok jalur perjalanan ke Garut.” Nia mencoba kembali menenangkan suaminya.

    “Oke yasudah deh. Nanti kalo ada apa-apa hubungin aku yaa. Udah cepetan masuk mobil”.

    Bayu duduk di depan bersama ibu yang menyetir. Mobil grand livina meluncur perlahan tak lupa nia membuka kaca mobil sambil melambaikan tangan ke suaminya. Di sisi lain Bayu sedang asyik dengan ponselnya entah apa yang sedang disibukkan.

    “Bayu ayo dadah sama ayah…dadah”

    Waktu demi waktu terus berjalan hingga siang tiba, nia sibuk mengemudikan mobil. Bayu sibuk dengan ponselnya. Masalah kemudian muncul…

    “Ma… kok mama kayak orang bngung?” Tanya bayu dengan raut muka heran.

    “Iya nih de. Mama bingung jalannya kemana. Ini gara-gara mama sok tahu. Mama gak ngandelin GPS juga. Gak ada jaringan lagi”

    Bayu jadi ikut bingung. Dia bingung ingin berbuat apa. Sedangkan raut wajah Nia, sang ibu, tanda kecemasan begitu terlihat. Dia menengok kiri kanan yang sekitar banyak pepohonan dan beberapa rumah pedesaan, tiba-tiba mobil kehabisan bahan bakar.

    “Ma, ma, kok mobilnya berhenti?” Tnya bayu.

    ”Bahan bakarnya habis dek, karena terlalu senang mama jadi kelupaan isi bahan bakar” jawab Nia melemah

    “Ma terus bagaimana?” Bayu sedikit panik.

    Nia mengajak bayu keluar dari mobil sambil berusaha mencari bantuan.

    “De, kita keluar dulu yuk. Kita cari bantuan. Siapa tahu ada yang bisa bantuin kita”

    Dari kejauhan nia dan bayu yang kebingungan seketika keluar dari mobil diamati seorang bapak berusia 47 tahun. Namanya pak bejo. Kulit yang coklat kehitaman ditambah kumis dan perut yang agak tambun menjadi ciri khasnya.

    Merupakan penduduk sekitar yang bekerja sebagai buruh tani, Istri nya bekerja sebagai tenaga kerja di Malaysia. Sedang kan sang anak bekerja di Bandung, penampilan pak bejo begtu adanya.

    Tak lama kemudian pak bejo mencoba menghampiri ibu dan anak yang sedang kebingungan itu.

    “Maaf yaa bu, kayaknya lagi bingung ada yang bisa saya bantu?” Tanya pak bejo.

    “Ini pak, saya sama anak saya lagi kebingungan. Tadinya mau ke garut. Eh,malah kesasar kesini. Malah bahan bakar habis lagi” jawab nia

    Pak bejo rasanya tak mendengar apa yang dikatakan nia, sibuk memandang tubuh nia yang sintal. Terlebih belahan dada nia terlihat.

    “Weleh weleh yang begini nih bikin si otong gak tahan.” gumam bejo

    Pandangan pak bejo membuat nia sedikit risau. Dia merasa pak bejo ingin menerkamnya.

    “Yasudah bu, ke rumah saya aja dulu. Mobilnya di sini aja. Lagipula rumah saya deket. Tuh rumah saya…” jawab pak bejo sambil menunjuk ke arah rumahnya

    “Yasudah pak kita ke rumah bapak dulu aja”

    “Yuk de kita ke rumah bapak ini dulu supaya kita dapat bantuan”. Jawab nia sambil menenangkan anaknya yang tampak kebingungan.

    “Ma tetap jadi kan ke Garut?” Jawab bayu yg terlintas masih bingung.

    Sedangkan, sambil berjalan mengantarkan ibu dan anak itu, di wajah pak bejo terlintas sebuah senyuman. Entah apa arti senyuman itu.

    Kicauan burung menyambut pagi dan sinar matahari. Pagi itu terdengar suara Nia yang masih mengenakan daster hitam yang sempat dirinya lepaskan semalam.

    “Bayu, bayu, ayo bangun…. kita musti siap-siap berangkat de. Kalau enggak nanti kita kesiangan. Malah nanti papa yang duluan sampai Garut”

    “Aduuuuhhh mamaaaa bayu masih ngantuk…….” gerutu bayu.

    “Bayu ayo bangun de.. jangan malas dong anak mama yang ganteng” nia membujuk sang anak sambil telapak tangannya berulang kali mengelus ubun-ubun bayu.

    Dia mencoba terus membangunkan sang putra kesayangan dengan lembut. Begitu lembut dirinya membangunkan bayu, hingga tak sadar bahwa bayu melihat apa yang dilakukan nia bersama Pak bejo semalam.

    Dalam kantuk dan mata yang ia coba pejamkan kembali, bayu terlintas terpikir apa yang dia lihat semalam. Dia mencoba untuk melupakan, namun rasa penasaran terus menyelimuti pikirannya.

    Dalam benaknya ia terus bertanya-tanya apa yang dilakukan sang mama semalam dengan pak bejo dalam kondisi telanjang.

    Apa pula arti desahan mama yang begitu kencang semalam. Karena terus menghantui pikirannya, bayu lekas bangun. Ia beranggapan lebih baik dirinya bersama sang mama segera pergi dari rumah Pak Bejo.

    “Iya dehhh mama iyaaaaa. Nih bayu bangun.” Ucap bayu sambil membuka selimutnya.

    Bayu lekas bangun, merapikan selimut yang menutupinya. Sementara itu nia membereskan segala barang miliknya yang ada di kamar, menyiapkan pakaian untuk dirinya dan bayu yang akan segera melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian nia mengambil handuk untuk dirinya dan bayu.

    “Langsung mandi aja yuk de, bareng sama mama. Mama juga mau mandi, soalnya kita gak bisa lama-lama di sini. Kalau kita keduluan papa sampai Garut, nanti mama musti bilang apa. Mama kan malu kalau ketahuan nyasar”

    “Iyaaa maaa iyaaaaaa” gerutu bayu kembali menuruti kemauan sang ibu.

    Keduanya kemudian bergegas menuruni tangga menuju kamar mandi. Sambil melangkah, bayu melihat sekeliling. Ia mencari pak bejo. Namun dia tak melihat lelaki yang tak telah memberinya tumpangan. Kemudian kedua ibu dan anak itu memasuki kamar mandi.

    Lagi pintu yang rusak itu belum diperbaiki sehingga pintu kamar mandi kembali tak menutup sempurna. Tak lama setelah pintu tertutup nia melepaskan daster yang ia kenakan semalam. mem nandangi seluruh tubuh nya yang sudah tak tertutupi merasa tubuhnya masih utuh walau semalam disetubuhi pak bejo.

    “Aduuuh anak mama ini lepas pakaian aja lama banget. Yasudah sini mama lepasin. Gitu aja lama banget”

    “Yasudah sekarang Bayu mau mandi sendiri apa dimandiin sama mama?” tanya nia.

    “Mandi sendiri dong mama,.. bayu kan udah bisa mandi sendiri” jawab bayu dengan wajah meyakinkan.

    “Yasudah kalo begitu.” balas sang mama

    “Yasudah kalo begitu.” balas sang mama

    Nia kemudian menyirami seluruh tubuhnya dengan air terlebih dahulu. Air yang dingin membuat siraman tersebut terasa menyejukkan. Tak lupa ia sabuni buah dadanya yang semalam di lumat pak bejo. Begitu juga tak lupa ia sabuni liang persamaannya yang tak sempat ia bersihkan semalam. Setelah selesai, nia melihat bayu yang malah sibuk main air.

    “Aduuuh anak mama malah main air siih. Kita ini musti buru-buru bayu. Kalau enggak nanti kita terlambat.”

    “Yasudah sini mama mandiin deh kamu.” Ucap nia kesal kepada sang anak.

    Lalu ia sirami putra kesayangannya dengan perlahan dan penuh kelembutan. Tak lupa ia sabuni seluruh jengkal tubuh bayu dengan sabar. Sambil menyabuni bayu, terbenak apa yang dilakukannya dengan pak bejo semalam. Nia begitu menyesal telah melakukan perbuatan hina itu. Hatinya resah. Kenikmatan yang dirasakan semalam baginya tidak sebanding dengan keutuhan keluarga yang ia rengkuh bersama suami dan anaknya.

    “Maafkan mamaaa yaa bayu” gumam nia dalam hati.

    Di luar kamar mandi

    “Beres dahhh. Untung deket sini ada yang jual bensin eceran. Memang gak banyak sih. Tapi sanggup mengantar sampai pom bensin terdekat” ucap Pak Bejo puas.

    “Bu nia Bu niaaaa buuuu….mobilnya sudah saya isi bensin yaaa. Tapi jangan lupa isi bensin lagi di tengah jalan kalau gak mobilnya nanti mati lagii buuuu” Teriak pak bejo.

    Pak bejo penasaran mengapa tak ada respon. Lalu ia mencari nia ke kamarnya. Namun ia tak menemukan. Kamar tersebut kosong dan sekarang tampak begitu rapi. Begitu juga bayu, putera nia, ia tidak menemukan anak itu di kamar tersebut. Setelah dirasa benar-benar kosong ia kembali menuruni tangga mendengar suara guyuran air dari kamar mandi di bawah. Lantas ia segera ke sana.

    “Hehehehe mereka berdua lagi mandi to. Untung nih pintu belum gue perbaiki. Intip aahhhh” pak bejo berucap sambil tertawa pelan.

    Ya, pak bejo lagi lagi mengintip. Kini ia melihat nia dalam kondisi bugil bersama bayu. Akibatnya, naluri lelaki itu kembali bergelora. Penisnya kembali menegang. Begitu pula nafsunya bangkit kembali.

    “Aduh si kontol ini lagi-lagi gak bisa diem. Kan lu udah nyobain tuh memek semalem” racau pak bejo dalam hati sambil mengelus kontolnya yang ada di balik celana.

    Pak bejo tak bisa menahan diri karena penisnya sudah mengeras. Perlahan ia lepaskan celananya hingga akhirnya ia dalam kondisi bugil. Dengan langkah pelan kemudian ia geser pintu kamar mandi yang rusak itu.

    “Maa mama pak bejo ngapain masuk ke sini” tanya bayu yang melihat pak bejo lebih dulu.

    Bayu sedikit terkejut, pikiran buruk dan peristiwa yang ia lihat semalam kembali menghantui. Sementara itu Nia yang sedang sibuk menyirami bayu, mendengar ucapan sang putera langsung melihat pak bejo.

    Terlebih, pak bejo masuk secara tiba-tiba. Tentu saja Nia mau tak mau melihat pak bejo. Ia palingkan wajahnya dari lelaki berperut tambun itu. Meskipun begitu, nia sempat melihat penis pak bejo yang sedang mengacung.

    “Apa yang pak bejo lakukan di sini. Bapak gak melihat saya lagi mandi bersama bayu?!” ucap nia dengan nada memarahi.

    “Saya mau mandi juga bu… kan semalem kontol saya ini habis mengaduk-ngaduk memek ibu heheheeeee” Jawab pak bejo.

    “Bapak jangan macem macem yaaa! di sini ada bayu pakkk!” ucap nia kesal

    Pak bejo kemudian mendekati nia dan mengelus lengan nia yang berisi itu. Nia mengelak lekas mengambil handuk dan mengeringkan dirinya dan bayu. Setelah itu nia lilitkan handuk di tubuh bayu kemudian dirinya.

    Lalu ia lekas mengajak bayu keluar dari kamar mandi. Bayu keluar lebih dahulu. Namun, nia ditahan pak bejo. Kedua lengannya dicengkeram kuat-kuat oleh kedua telapak tangan pak bejo yang kasar itu. Bayu yang sudah berada di luar kamar mandi pun kebingungan.

    “Bayu, kamu duluan aja ke atas ya. Nanti mamamu nyusul hehee”, tawa pak bejo terkekeh-kekeh sambil menahan kedua lengan nia yang terus memberontak.

    “Jangan bayu, jangan…Janggan tinggalin mamaaaa dee… lepasin pak bejo lepasin ish”, sahut nia sambil terus mencoba melepaskan kedua lengannya dari tangan pak bejo. Ngocoks.com

    Namun usaha nia itu tampaknya sia-sia. Tangan pak bejo sangat kuat mencengkeramnya. Sedangkan, belum bayu merespon sang mama, Pak bejo langsung menutup pintu yang tak bisa menutup secara sempurna itu.

    Bayu lagi lagi hanya terdiam dan terheran apa yang sebenarnya sedang ia alami. Anak lelaki umur 11 tahun itu lebih memilih melangkah kan kakinya secara perlahan meninggalkan kamar mandi menuju kamarnya di lantai dua.

    Dalam langkah demi langkahnya itu ia mendengar suara mamanya dan pak bejo yang berada dalam kamar mandiii. Namun ia tak peduli atas sesuatu yang tak dipahaminya itu. Ia lebih memilih mengenakan pakaian dan mempersiapkan segala sesuatu nya untuk kembali melanjutkan perjalanan bersama sang mama.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
  • Cinta yang Penuh Nafsu

    Cinta yang Penuh Nafsu

    Cerita Sex Cinta yang Penuh Nafsu – Hanifah dan Sidek tinggal kontrakan di sebuah desa. Sidek, 48 tahun, bekerja sebagai buruh kontrak yang menebang pohon di hutan. Ia sering pergi ke hutan berhari-hari, dan terkadang tidak kembali ke rumah hingga sebulan.

    Sedangkan Hanifah, 41 tahun, adalah seorang ibu rumah tangga penuh yang mengasuh putrinya Shidah yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Putranya Meon, yang sudah tua19 tahun bekerja di bengkel motor yang letaknya antara 2 rumah dari rumahnya.

    Jarak usia antara Meon dan adiknya memang terpaut jauh, bahkan Hanifah dan Sidek sendiri tak menyangka kalau mereka masih bisa bertahan setelah sekian lama mengira Meon adalah anak mereka satu-satunya.

    Pekerjaan Meon sebagai mekanik dimulai setelah ia menyelesaikan sekolah. Karena masalah keuangan keluarganya, ia tidak dapat melanjutkan studinya. Untuk membantu keluarga, Meon bekerja di bengkel milik Abu.

    Cerita Sex Cinta yang Penuh Nafsu
    Cerita Sex Cinta yang Penuh Nafsu

    Ngocoks Berawal dari seorang pesuruh, Meon kini pandai memperbaiki sepeda motor, hasil didikan Abu yang yakin dan yakin dengan kemampuan Meon. Gajinya hanya untuk membantu ibu dan adik perempuannya menghidupi perut mereka karena ayahnya, Sidek, jarang pulang karena bekerja di pedesaan dan jauh dari rumah.

    Hanifah yang seorang ibu rumah tangga, tetap cantik. Wajah putih berseri dengan tahi lalat di dagu sebelah kiri, sering berhijab saat keluar rumah, menyembunyikan rambut pendek sebahu.

    Hanifah juga kerap merasa haus untuk menikmati hubungan suami istri karena kehidupannya yang selalu ditinggalkan suaminya. Tapi apapun yang terjadi, dia tetap tinggal bersama anak-anaknya. Bahkan, Hanifah juga pernah berniat selingkuh dari suaminya demi nafsu yang seringkali sulit dibendung.

    Namun tidak ada seorang pun yang mau mencoret-coretnya karena statusnya sebagai istri seseorang. Hanifah tahu bahwa hanya punggungnya yang besar dan lebar yang menjadi senjatanya; bentuknya benar-benar bengkok dan melengkung. Meski cantik, namun tubuhnya tidak terlalu seksi.

    Hanifah mempunyai badan yang berdaging, buah dada yang agak besar bahkan sedikit terkulai, perut yang agak membuncit, paha dan punggung yang lebar sehingga memberikan kemungkinan bahwa ia tidak menarik dan menyenangkan hati siapapun.

    Hal ini membuat Hanifah hanya menyembunyikan kekeringannya saja. Sejak suaminya memasuki hutan 5 minggu lalu, dia tidak pernah merasakan kenikmatan seksual. Dia juga pernah melakukan masturbasi sendirian, tapi rasanya tidak enak, sehingga sensualitasnya tersembunyi.

    Namun, hendak menjadi sebuah cerita, pada suatu pagi yang indah, Shidah ikut rombongan sekolahnya ke Kuala Lumpur. Dia baru pulang ke rumah keesokan harinya. Tidur di sekolah di KL menurut gurunya. Jadi hanya Hanifah dan Meon yang tinggal di rumah.

    Karena ini hari Minggu, bengkel ditutup. Meon memutuskan untuk bangun kesiangan di pagi yang indah itu. Hanifah yang sendirian menonton acara TV Selamat Pagi Malaysia merasa bosan karena tidak punya teman ngobrol, karena Shidah pergi bersama rombongan. Lalu dia teringat pada Meon yang sedang tidur di kamarnya.

    Hanifah masuk ke kamar Meon, ia melihat putranya masih diselimuti selimut di tempat tidur. Digerakkannya kaki Meon untuk bangun dari tidurnya. Dengan mata berkaca-kaca, Meon membuka matanya. Dia melihat ibunya berdiri di samping tempat tidur mengawasinya.

    “Meon, dah pukul 9.00 pagi ni. Nape tak bangun lagi. Mak membosankan le sorang-sorang”, kata Hanifah.

    “Hmmm…tunggu Meon bangun…”, ucap Meon sambil kembali memejamkan matanya.

    “Bangun lho, sedetik mama datang Meon tak kunjung bangun, mama menyiramku dengan air”, ucap Hanifah sambil tersenyum dan berjalan keluar dari kamar bujangannya.

    Meon yang sudah terbangun kesulitan untuk mencoba memejamkan matanya lagi. Namun dia juga mencoba memejamkan matanya. Sungguh menyedihkan meninggalkan tempat tidur pada Minggu pagi yang dingin itu.

    Kabut yang masih membayangi menyejukkan suasana. Penis Meon yang biasanya keras, setelah bangun tidur, mengangkat selimut yang dikenakannya. Dia perlahan memijat penisnya dari luar selimut. Pikirannya membayangkan Nor, anak Haji Ali yang selalu menjadi modal onaninya.

    Tiba-tiba ibunya muncul kembali. Meon berpura-pura tidur karena takut ibunya memperhatikan tingkah lakunya yang sedang memijat penisnya yang sedang mengangkat selimut.

    “Isy.. isy.. isy… bujang ini masih belum bangun…” bisik hati Hanifah.

    Namun perhatian Hanifah tertuju pada tonjolan yang mengangkat selimut anaknya. Seketika perasaannya berdebar-debar. Naluri nafsu seorang wanita yang haus akan sentuhan nafsu terus meningkat melihat kain yang menutupi anaknya pada batang penis yang masih keras.

    Niat Hanifah untuk mengejutkan Meon langsung pupus. Di sisi lain, yang ada di pikiran Hanifah adalah keinginan melihat penis anaknya yang keras.

    Hanifah yang mengira anaknya masih tidur, perlahan duduk di tepi ranjang. Tangannya serasa memegang Penis yang sedang ereksi. Sudah lama sekali dia tidak bisa memegang kemaluan suaminya.

    Keinginan tersebut membuat Hanifah berani memegang penis Meon. Digenggamnya kemaluan Meon dengan lembut. Kerasnya penis putranya menambah keinginan Hanifah untuk melihatnya lebih dekat.

    Perlahan Hanifah menyibakkan selimut Meon, lalu ditemukanlah jasad Meon yang tertidur tanpa sehelai benang pun di depan matanya. Penis Meon yang tidak tertutup dibelai lembut. Penis Meon lebih besar dan panjang dibandingkan suaminya.

    Hanifah terpana melihat penis anaknya dan terus mengelus penis Meon dengan penuh nafsu. Kerinduannya pada Penis suaminya telah merenggut kewarasannya dan membuatnya lupa bahwa ia sedang bernafsu pada Penis putranya sendiri.

    Meon yang berpura-pura tidur berdenyut-denyut saat merasakan penisnya dipegang oleh ibunya. Ia tidak menyangka ibunya akan berani memegang penisnya.

    Dia ingin membuka matanya, takut ibunya akan memarahinya karena bangun terlambat dan berpura-pura tidur. Maka Meon memutuskan untuk membiarkan ibunya merawat penisnya.

    Sentuhan lembut telapak tangan dan jemari Hanifah pada kemaluan Meon menimbulkan kenikmatan tersendiri bagi Meon. Kemaluannya cukup mengencang dan hal ini memberikan sensasi pada Hanifah untuk memeluknya lebih erat lagi.

    Hanifah melakukan masturbasi pada kemaluan Meon dengan nafasnya yang semakin memburu. Tidak mudah untuk merasakan penis seorang pria, apalagi yang lebih besar dan panjang dari milik suaminya. Jadi peluang ada di hadapan Anda, sekaranglah saatnya.

    Meon yang masih berpura-pura tidur ternyata sangat menikmati rasa penisnya yang sedang di masturbasi oleh ibunya sendiri. Dia membiarkan ibunya melakukan masturbasi penisnya dan dalam benaknya terbayang seolah-olah Nor, anak Haji Ali, sedang melakukan masturbasi padanya.

    Nafsunya akhirnya memuncak dan membuat air maninya muncrat dari kemaluannya yang keras dan sedang di masturbasi oleh ibunya, Hanifah.

    Hanifah yang heboh dengan muncrat demi muncrat air mani anaknya terus melakukan masturbasi pada penis anaknya hingga tidak ada lagi air mani yang keluar.

    Aroma air mani yang sudah lama tidak menembus hidungnya memberinya perasaan yang melambangkan sedikit kepuasan. Air mani anaknya yang lengket di tangannya ia cium dan hirup sedikit demi sedikit dengan penuh nafsu.

    Meon yang terkejut mendengar suara nafasnya, membuka matanya sedikit dan melihat ibunya sedang menjilati air maninya yang dioleskan di tangannya. Perasaan Meon berdebar kencang saat itu. Dia tidak menyangka ibunya bisa bersikap seperti itu.

    Hanifah yang merasa puas merasakan air mani putranya yang lengket di tangannya, bangkit dari tempat tidur dan kembali menyelimuti putranya.

    Dia kemudian meninggalkan kamar Meon dan kembali ke ruang tamu sambil menonton TV. Rasanya sayang sekali baginya untuk mencuci tangan. Aroma air mani pria yang selama ini ia rindukan terasa sayang dan ingin dihilangkan dari tangannya.

    Jika memungkinkan, dia ingin tangannya tetap melekat pada air mani putranya selamanya. Ada sedikit rasa bersalah dalam benaknya, namun baginya tak perlu khawatir karena perbuatannya sama sekali tidak diperhatikan oleh putranya. Dia melakukannya saat putranya sedang tidur.

    Namun lain halnya dengan Meon, ia benar-benar tidak menyangka jika penisnya di masturbasi oleh ibunya sendiri. Bahkan, air maninya pun dinikmati ibunya dengan penuh kenikmatan di depan matanya sendiri.

    Meon merasa malu pada dirinya sendiri, juga pada ibunya. Namun kenikmatan yang baru saja ia nikmati tiba-tiba membangkitkan nafsu makannya dan jika memungkinkan ia ingin ibunya melakukannya lagi.

    Namun rasa hormatnya sebagai seorang anak langsung mematikan keinginannya. Baginya, lebih baik merahasiakan hal ini dan membiarkan ibunya tetap berpikir bahwa dia sedang tidur nyenyak ketika hal itu terjadi.

    Hari itu, anak-anak bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Setiap orang melakukan hal mereka sendiri. Tapi dalam hati masing-masing, hanya Tuhan yang tahu.. Ngocoks.com

    Sore harinya, Hanifah yang selesai mengangkat pakaian di gantungan, sekilas melihat putranya terbaring di sofa. Suara TV masih terdengar namun belum diketahui apakah anaknya sedang tidur atau belum.
    Perlahan ia mendekati putranya dan ia melihat mata putranya terpejam rapat. Terlintas dalam benaknya ingin mengulangi momen indah menikmati Penis keras putranya dalam genggamannya.

    Sedangkan Meon yang terbaring di sofa sebenarnya belum tidur. Ia sebenarnya ingin memancing ibunya karena kenikmatan penisnya yang sedang masturbasi pagi ini mendorongnya untuk menikmatinya kembali. Dia tahu ibunya sedang mengintai untuk memastikan dia tidur. Jadi Meon sengaja bunuh diri di sofa.

    Hanifah menyadari, inilah saat yang paling tepat untuk melepaskan raksasanya. Tanpa rasa malu, Hanifah membuka celana olahraga putranya. Penisnya yang gemuk dan panjang dipegang dan terus dimasturbasi.

    Tak sampai semenit kemudian, penis putra bujangnya itu sudah mengeras dalam genggamannya. Hanifah menelan ludah berkali-kali melihat penis keras di depan matanya dibelai dan dirobek oleh tangannya yang berbulu halus.

    Semakin sering melakukan masturbasi, penis anaknya akan semakin keras. Kepala penis Meon yang berlekuk dan mengkilat seperti kepala jamur itu dimainkan dengan ibu jarinya. Meon menyipitkan mata sedikit karena kesakitan. Hanifah segera memperlambat langkahnya karena takut Meon terbangun.

    Hanifah sadar nafsunya terhadap penis putranya meluap di lubuk nafsunya. Dia tahu risiko melakukan hal terkutuk itu, terutama dengan darah dagingnya sendiri. Hanifah menggigit bibirnya karena marah.

    Hanifah tak peduli, tenggorokannya serasa berdenyut-denyut ketagihan melihat penis anaknya yang menegang di depan matanya. Nafasnya semakin cepat. Hanifah akhirnya mengambil keputusan tegas.

    Sensualitasnya yang membuatnya semakin kehilangan tuntunan membuatnya berani membenamkan penis putranya ke dalam mulutnya yang basah.

    Meon sekali lagi terlihat lezat. Penisnya yang sedang dipegang ibunya tiba-tiba terasa masuk ke dalam lubang yang hangat dan basah. Dia perlahan membuka matanya. Ia melihat penisnya kini setengah hilang di mulut ibunya.

    Ia melihat raut wajah ibunya yang masih cantik sambil mengelus penisnya dengan mata terpejam. Hidung ibunya tampak bengkak dan kempis seiring dengan cepatnya napasnya. Baru kali ini Meon merasakan betapa enaknya penisnya di mulut wanita.

    Kenikmatan yang ia rasakan membuatnya tak peduli siapa wanita yang sedang menggesek p3nisnya. Apalagi hal itu tidak dilakukan dengan paksaan. Meon segera memejamkan matanya kembali saat melihat ibunya yang seolah ingin membuka matanya.

    Hanifah yang yakin anaknya sudah mati, perlahan menghisap penis anaknya. Perlahan ia menghembuskan ludahnya yang meleleh di kemaluan putranya. Mulut Hanifah penuh dengan isapan kemaluan Meon.

    Semakin lama Hanifah menghisap Penis Meon, semakin dia lupa bahwa dia sedang menghisap Penis anaknya sendiri. Perasaan Hanifah yang diselimuti nafsu membuatnya semakin bernafsu menghisap kemaluan putranya.

    Penis keras yang disodorkan ke langit-langit mulutnya terasa sangat menggairahkan. Air liur anaknya yang bercampur dengan air liurnya terasa sungguh menggugah selera. Sudah lama sekali dia tidak menikmati Penis suaminya. Dia seperti anak kecil yang lapar setelah mendapat mainan baru.

    Meon tidak tahan lagi. Hisapan ibunya yang kaku membuat Meon semakin gelisah. Dia bertekad, apa pun yang Anda inginkan, jadilah itu. Dia tidak tahan lagi berpura-pura tidur seperti itu.

    Akhirnya saat air maninya hendak meledak, Meon memberanikan diri memegangi kepala ibunya. Kepala ibu kandungnya yang naik turun menghisap kemaluannya ditahan dan ditarik mendekat ke arahnya, membuat kemaluannya tenggelam jauh ke dalam tenggorokan Hanifah, ibu kandungnya. Hanifah kaget, jantungnya tiba-tiba berdebar kencang.

    Ia langsung merasa sangat malu ketika menyadari bahwa putranya mengetahui tindakannya. Bahkan, putranya itu memegangi kepalanya sementara penis putranya semakin tenggelam ke dalam mulutnya. Hanifah berusaha menarik kepalanya dan berusaha mengeluarkan penis putranya dari mulutnya namun gagal.

    Meon menarik kepala Hanifah sedekat mungkin ke tubuhnya dan disaat yang bersamaan, air mani Meon memenuhi mulut Hanifah. Meon sungguh menyenangkan. Hanifah yang sadar penis putranya mengeluarkan air mani di mulutnya, tetap diam dan tidak meronta.

    Dia membiarkan mulutnya menerima muncrat padat air mani putranya hingga tak tertampung oleh mulut imutnya. Hanifah tak punya pilihan, ia tak sanggup menarik kepalanya hingga penis putranya muncrat dari mulutnya.

    Maka dalam keadaan terpaksa, Hanifah menelan air mani anaknya yang masuk ke tenggorokannya. Cairan kental yang keluar dari penis bujangan yang dihisapnya ditelan utuh bersama air mata yang mulai mengalir di pipinya.

    Tangan Meon yang berada di kepala ibunya mengendur, sementara air maninya yang semakin menipis muncrat dari k3maluannya. Hanifah memanfaatkan kesempatan itu dengan terus menarik kepalanya hingga Penis Meon tercabut dari mulutnya. Segera Hanifah bangkit dan berlari menuju kamar tidurnya.

    Meon yang tiba-tiba merasa menyesal segera bangkit dan menuju kamar tidur ibunya. Pintu kamar ibunya dikunci dari dalam. Meon mengetuk pintu pelan beberapa kali sambil suara lembutnya memanggil ibunya. Namun dia hanya mendengar isak tangis ibunya di kamar tidur.

    “Bu…maafkan ibu…Meon minta maaf ibu…Meon tidak bermaksud begitu ibu…Bu…” pinta Meon dari luar kamar tidur ibunya.

    Selama di dalam kamar, Hanifah sedang berbaring di kasur sambil membenamkan wajahnya di bantal dengan air mata yang semakin deras mengalir di pipi montoknya. Rasa menyesal akibat pengaruh nafsu membuatnya seolah kehilangan harga diri hingga rela melakukan hal terkutuk itu pada anak kandungnya sendiri.

    Hanifah sungguh menyesal atas segala perbuatannya. Ia menyadari bahwa ini bukan kesalahan putranya. Ini semua salahnya. Hanifah terisak mengingat kesalahannya di ranjang sendirian, meninggalkan putranya, Meon sendirian untuk membujuknya keluar dari kamar.

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Anak Petani (Dangau)

    Anak Petani (Dangau)

    Cerita Sex Anak Petani (Dangau) – Aku berusaha mengingat kembali masa kecilku ketika masih di desa, menjadi anak petani, hidup di tengah sawah dan bermain diantara tanaman kebun dan sawah. Aku tidak bisa mengingat lebih jauh, tetapi ingatanku masih bisa kugali sejak aku kelas V SD.

    Pada masa itu aku paling senang main di sawah, mencari ikan, belut, kadang-kadang mengumpulkan keong untuk direbus dan dimakan. Bahkan memburu belalang yang cukup besar lalu kami bakar. Rasanya mirip udang bakar.

    Makan tebu dan mengupasnya hanya dengan gigi, mangga muda kuat melawan rasa asamnya dan petai cina muda, terasa nikmat saja manakala digulung dan di cocol garam lalu dimakan dengan menceplus cabe rawit.

    Aku ingin bercerita masa-masa aku membantu menjaga padi yang mulai menguning di sawah. Di tengah sawah dibangun sebuah dangau yang agak tinggi. Dangau itu berfungsi sebagai tempat berteduh dan juga mejadi pusat pengendali orang-orangan yang digunakan untuk mengusir burung pipit yang memakan padi.

    Dari dangau itu terjulur tali ke berbagai arah. Sehingga jika ditarik, orang-orangannya akan bergerak-gerak dan burung yang memangsa padi muda akan kabur.

    Cerita Sex Anak Petani (Dangau)
    Cerita Sex Anak Petani (Dangau)

    Ngocoks Sawah-sawah itu memang milik orang tua ku, tetapi dikerjakan oleh orang yang dibayar orang tuaku. Aku tidak ingat berapa luasnya, tetapi menurut amatanku cukup luas juga. Di sekitar dangau tumbuh pepohonan seperti melinjo, jambu biji, lamtoro atau petai cina dan aku lupa pohon apa lagi.

    Pada waktu itu tidak ada mainan play station, televisi saja masih siaran TVRI dan itupun gambarnya di rumahku tidak jernih. Pulang sekolah biasanya sekitar jam 1 selesai makan siang aku langsung meluncur ke sawah. Biasanya aku menghampiri sahabatku, Adi.

    Dia sebayaku. Sebetulnya ada juga teman-teman lainnya tetapi kami tidak selalu bersama mereka. Adi dan aku selalu berdua kemanapun kami main di desa. Dia sebayaku, hanya beda sekolah saja, tapi sama-sama kelas V.

    Kami berdua sering berada di dangau jika musim padi mau panen. Kami berdua jika tidak ada kesibukan biasanya kami mengocok penis. Aku tidak ingat nama temanku yang mengajari kami mengocok. Tapi pada waktu itu kami sedang berlima mandi di sungai dekat sawah itu.

    Karena jauh dari keramaian, jadi selalu kami mandi telanjang. Air sungainya jernih dan sungainya tidak terlalu besar, mungkin lebarnya sekitar 5 m. Kami membuat gua di tebing sungai itu, yang kemudian menjadi tempat istirahat jika kami lelah berenang.

    Disitulah temanku yang aku lupa namanya itu mengajari mengocok peler. Kami biasanya berlomba siapa dulu yang bisa mencapai klimak. Aku masih ingat, pada waktu itu aku belum mengeluarkan mani jika klimax. Jadi tidak ada ejakulasi sperma. Tidak ada rasa malu dan kami bermain fun-fun saja.

    Karena rasanya nikmat jadi jika aku berdua dengan Adi di gubuk dangau kami sering mengocok. Bangunan dangau berdinding setinggi 1 m dan agak tinggi. Dibawahnya biasanya digunakan untuk pekerja berteduh. Kami di dangau bisa melihat orang di kejauhan, tetapi orang sulit melihat siapa yang ada di dalam dangau.

    Oleh karena itu kami bebas melakukan apa saja di dangau yang luasnya 2 x 2 m. Sering kali kami bikin rujak, makan tebu. Atau hanya ngobrol atau membuat sesuatu di situ. Jarak dangau ke rumah ku sekitar 1 km.

    Kawan sepermainan kami di rumah diantaranya ada cewek-cewek juga. Mereka biasanya bergabung jika malam hari kami main berbagai permainan. Diantara temen cewek, ada yang sebayaku, namanya Dina.

    Anaknya boleh dibilang tomboy, karena suka permainan laki-laki seperti main layang-layang, memanjat pohon dan main mobil-mobilan. Apalagi potongan rambutnya pendek. Dia memang seperti anak laki-laki.

    Ketika itu kami bermain tidak membedakan laki-laki atau perempuan, karena memang belum ada rasa malu atau senang terhadap lawan jenis. Pikiran anak-anak fokusnya hanya bermain dan sekolah.

    Aku ingat Dina pernah ingin ikut aku dan Adi ke sawah. Kami sebetulnya agak kurang sreg kalau dia ikut, tetapi sulit juga menolaknya. Kemudian kami bertiga bermain di dangau. Kami tidak bisa lagi mengocok setelah si Dina ikut main di dangau.

    Kami sering membuat rujak, dan si Dina yang membuat bumbunya. Dia pula yang membawa layah dari tanah liat dan ulegan annya yang terbuat dari kayu, juga dibawa garam dan gula merah. Kami memetik buah-buahan yang ada di sekitar sawah. Kalau tidak musim buah, biasanya kami membuat rujak bebeg.

    Kebetulan aku punya lumpang kecil dari kayu di rumah dan alunya juga kecil, yang memang untuk menumbuk rujak. Bahannya hanya garam, cabai rawit, petai cina muda, nangka yang masih sangat muda, jambu klutuk. Makanan seperti itu rasanya nikmat sekali.

    Menurut Dina permainan kami di dangau itu asyik, sehingga dia pun selalu ikut kami jika ke dangau. Suatu hari aku dan Adi ingin berenang di sungai dekat sawah. Waktu itu ada Dina juga. Mulanya dia tidak kuajak, karena kami kalau mandi sungai selalu telanjang.

    Tetapi dia merengek mau ikut berenang juga. Karena sulit dicegah akhirnya ya dia ikut. Berjalan sekitar 10 menit kami sampai di tepi sungai yang memang kami buat khusus untuk pemandian kami. Letaknya agak rimbun dan bagian itu adalah kelokan sungai.

    Aku dan Adi melepas semua pakaian lalu kedua tangan kami menekap kemaluan dan terjun ke air. Dina membuka kaus oblongnya. Di balik kaus oblong itu tidak ada apa-apa lagi sehingga kami bisa melihat kedua teteknya yang masih kecil dan agak menggembung sedikit. Kemudian dia membuka celana pendeknya.

    Masih ada celana dalam lagi. Dia mau terjun ke sungai dengan tetap menggunakan celana dalam. Tetapi kami cegah, karena nantinya celana dalamnya akan basah dan membasahi celana luarnya. Jadi saran kami berdua dia buka saja celana dalam itu dan masuk ke air dengan menutup kemaluannya seperti kami tadi.

    Rupanya ide itu dia terima, Dia berbalik, sehingga kami melihat pantatnya, dia menurunkan celana dalamnya lalu setelah mendekap kemaluannya dan tangan yang satu lagi menutup buah dadanya dia masuk ke dalam air.

    Kami berendam di air sungai yang segar, dengan hanya menyisakan kepala saja. Aku dan Adi ternyata mempunyai perasaan yang sama, penis kami menegang melihat tetek kecil tadi. Apalagi kemudian memikirkan Dina telanjang.

    Aku dan Adi bergantian menyelam dan kesempatan di bawah air itu kami jadi bisa melihat memek Dina. Mulanya dia tidak menyadari. Namun lama-lama dia tau juga dan setiap kami menyelam dia menutupi memeknya.

    Aku bilang ke dia, ngapain malu, karena kita bertiga sama-sama telanjang. Kalau dia mau melihat kontol kami, aku dan Adi tidak keberatan kok. Kontol kami memang masih kecil, karena memang usianya belum genap 11 tahun. Tapi aku dan Adi sudah bersunat.

    Kontolku dan punya Adi sudah mengeras di dalam air. Si Dina cekikikan sendiri ketika menyelam melihat penis kami menegang. Kata dia lucu kaya buntut, tapi letaknya di depan. Mungkin pada saat itu dia tidak mengetahui bahwa penis laki itu bisa tegang dan bisa kuyu.

    Pepek si Dina juga masih licin belum berjembut seperti juga kami berdua. Bentuknya hanya seperti pantat tetapi ukurannya lebih kecil dan letaknya di depan agak menongol. Entah apa yang mendorong Dina dia katanya ingin melihat kami punya di atas.

    Aku dan Adi rasanya masih malu juga kontol kami dilihat cewek, apalagi masih dalam keadaan tegang. Tapi kami juga ingin melihat lebih jelas memek si Dina juga.

    Ide nya Adi, adalah kami bertiga keluar dari air bersama-sama dan tidak boleh menutupi kemaluan. Adi bertanya ke Aku aku setuju aja, karena jadi ada peluang melihat memek Dina. Mulanya dia keberatan, tetapi setelah kami ancam dia tidak boleh ikut dengan kami lagi main ke dangau akhirnya dia menyerah.

    Kami bertiga berjalan kearah yang lebih dangkal dan saling tungu-tungguan untuk keluar dari air. Akhirnya Adi memberi aba-aba dangan hitungan 3 semua harus sudah mentas. Naiklah kami bertiga ke tepian sungai.

    Sehingga aku dan Adi bisa melihat pepek si Dina yang gemuk dan teteknya yang mengkal kecil lalu Dina pun memperhatikan kedua penis kami. Kebetulan Adi kulitnya lebih hitam dari ku dan badannya lebih tegap, sehingga penisnya lebih besar dari aku punya.

    Kami punya berdua ngacung, dan jika di bawa jalan maka akan menunjuk ke kiri dan kekanan. Idenya Adi juga mengajak beristirahat di gua yang sering kami gunakan untuk mengocok. Biasanya kami mengocok penis kami dari keadaan loyo sampai bangun dan sampai puas.

    Namun Adi mengajakku mengocok, karena memang aku juga terangsang. Aku tidak begitu menyadari bahwa rangsangan itu adalah karena aku melihat Dina telanjang.

    Adi lalu bercerita bahwa kami sering melakukan balapan mengocok di sini. Tangan Adi mulai menggenggam penisnya dan dia sudah melakukan kocokan. Aku pun mengikutinya. Dina memperhatikan tingkah laku kami. Mungkin ini adalah pemandangan baru baginya. Aku pun baru pertama kali ini mengocok dilihat cewek.

    Rasanya kali ini kami berdua lebih cepat orgasme dari pada biasanya. Ketika sampai di puncak aku dan Adi secara tidak sadar mengerang nikmat. Dina makin heran melihat kelakuan kami. Dia bertanya soal kelakuan kami mengerang itu. Kami katakan terus terang bahwa dengan mengocok itu akhirnya kami merasa nikmat sekali.

    Selesai mengocok penis kami berdua jadi mengecil dan kuyu. Dina kembali bertanya kenapa penis kami berubah kecil. Bagi kami itu adalah hal yang lumrah, dan tidak pernah terpikirkan, tetapi bagi Dina itu aneh. Kami jadi menjelaskan bahwa jika kami sudah memuncak, maka penis akan kecil dan lemes lagi.

    Setelah itu kami kembali terjun ke air. Setelah orgasme rasanya air sungai menjadi lebih dingin sehingga aku dan Adi kembali mentas dan menyudahi mandi. Dina juga ikut-ikutan. Dia sudah tidak malu lagi melenggang di depan kami dalam keadaan telanjang, karena kami pun sudah tahan malu.

    Itulah peristiwa pertama yang kemudian diikuti oleh peristiwa yang hampir sama di kemudian hari. Berikutnya kami juga selalu ngocok. Ideku kemudian adalah minta dikocokin oleh Dina. Pada waktu itu dia ragu, tetapi setelah dipaksa dengan ancaman tidak kami ajak lagi, akhirnya dia mau juga.

    Tapi memegangnya hanya dengan ujung jari pada awalnya sehingga tidak nikmat rasanya. Aku mengajarinya agar penisku digenggam. Dia menuruti dan menggenggam penisku. Dikocok tangan cewek rasanya jauh lebih nikmat dan aku cepat sekali mencapai orgasme. Adi pun jadi ikut-ikutan.

    Kami jadi terbiasa dengan ritual itu, bahkan perbuatan itu kami lakukan di atas dangau manakala situasi di persawahan sepi. Aku biasanya telentang dengan hanya menurunkan celanaku dan si Dina mengocoknya sampai aku puas. Adi giliran berikutnya. Nikmatnya luar biasa membuat aku dan Adi jadi ketagihan di kocok si Dina.

    Ini adalah rahasia kami bertiga yang kami jaga rapat-rapat dan tidak boleh diceritakan kepada orang diluar kami. Itu kesepakatan yang tidak tertulis. Sebetulnya aku ingin bercerita kepada teman lain karena sesungguhnya ada rasa bangga juga.

    Setelah banyak kali melakukan itu, aku jadi penasaran ingin melihat memek Dina dari dekat. Dia agak keberatan, tetapi setelah aku bilang tidak adil, karena dia sudah memegang kontol kami berkali-kali, kami tidak dibolehkan memegang memeknya.

    Dia menyerah juga dan membuka celananya, dengan hanya menurunkan sedikit. Mulanya kami menerima posisi itu dan tanganku serta tangan adi bergantian menekan-nekan gundukan memeknya dan membelek belahannya.

    Namun karena kakinya tidak bisa dikangkangkan, maka kami tidak bisa melihat bagian dalamnya. Aku tarik celana Dina sampai terlepas dari kedua kakinya. Dia menjerit terkejut. Dan berusaha menutupi memeknya.

    Tetapi tangannya kami angkat dan kakinya direnggangkan, aku duduk bersimpuh di antara kedua kakinya dan mulai membuka belahan memeknya. Dina mengatakan aku agar pelan-pelan karena dia merasa sakit memeknya di belek demikian. Aku ikuti kemauannya. Aku dan Adi melihat bagian memeknya yang memerah.

    Setelah membuka belahan memek Dina aku baru tahu bahwa lubang memeknya ada di bagian bawah. Semula aku mengira lubang kencingnya ada di bagian depan.

    Pada waktu itu aku tidak tahu yang mana lubang kencing dan mana vagina. Lubang vagina itu aku kira adalah lubang kencing. Aku penasaran pula melebarkan lubang itu, tetapi Dina mencegahnya karena sakit katanya.

    Tanganku menjamah-jamah bagian dalam memeknya yang rasanya basah dan agak bau pesing. Namun karena pikiran dikuasai nafsu jadi rasa jijik nya berkurang. Tanpa pengatahuan dan tidak ada kesengajaan aku menyentuh bagian clitorisnya.

    Setiap kali tersentuh Dina berjingkat, aku sentuh lagi dia berjingkat. Aku tanya kenapa dia begitu, katanya geli, tapi sedap juga. Akupun lalu mengucek-ucek bagian clitoris yang pada waktu itu tidak kutahu. Aku senang karena Dina kemudian merintih-rintih pula seperti aku ketika penisku dikocok.

    Aku uyel-uyel terus sampai lama karena senang mendengar rintihan Dina. Kemudian dia menarik tanganku menjauhi pepeknya dan tangannya menekap memeknya sambil badannya berjingkat-jingkat seperti jika kami mencapai kepuasan.

    Aku baru tahu pada waktu itu bahwa perempuan juga bisa mencapai kepuasan seperti laki-laki ngocoks. Sebelumnya sama sekali aku tidak tahu bagaimana jika perempuan mengocok, apanya yang dikocok, karena tidak punya penis. Setelah itu tahulah aku dan Adi bahwa perempuan juga bisa dikocok.

    Jadi begitulah rekreasi kami berikutnya, mandi telanjang saling memberi kepuasan dan merujak di dangau. Sampai aku kelas VI hanya begitu saja kami melakukannya. Belum ada pengetahuan mengenai hubungan kelamin. Mungkin anak sekarang seumuran aku dulu sudah paham bersetubuh.

    Cerita Sex Kekasih Tercinta

    Ketika kelas VI tetek Dina sering akur remas-remas kalau kami mandi disungai dan aku peluk di dalam air. Tentu saja penisku yang berdiri menusuk belahan pantatnya. Rasanya nikmat sekali.

    Aku karena naluri saja melakukan gerakan seperti orang bersetubuh menusuk-nusuk pantat si Dina sampai aku puas. Dina diam saja dan menerima perlakuan itu tanpa keberatan. Mungkin dia merasa syur juga karena teteknya sering aku remas-remas dari belakang dan kadang-kadang pepeknya juga aku remas.

    Setamat SD orang tua ku pindah ke kota dan aku bersekolah di kota yang jauh dari desa itu. Dengan begitu berakhirlah cerita roman ku dengan Dina. Aku Dengar Adi pun tidak meneruskan karena mereka tidak bisa lagi main di dangau

  • Remot Kontrol Ajaib

    Remot Kontrol Ajaib

    Cerita Sex Remot Kontrol Ajaib – Selamat malam sobat Ngocokers tercinta. Arvin merupakan pemuda tanggung delapan belas tahun. Pulang dengan bangga karena telah memenangkan lomba sains di kotanya. Ia menang dengan alat ciptaannya yaitu remot yang bisa mengontrol tingkah laku katak dengan cara mentransmisikan gelombang radio melalui DNA katak.

    Dede dan Dian, orangtua Arvin sangat bangga pada anaknya. Arvin mewarisi ketampanan ayahnya meski lebih tinggi. Dian sangat terlihat matang pada usianya yang ke empat puluh satu. Untuk merayakan kemenangan Arvin, mereka makan malam di tempat favorit Dede.

    Abis ini kamu mau ngapain lagi nak? Arvin masih pingin ngembangin ini lagi yah. Agar lebih sempurna. Ayah rasa kamu mesti patenkan penemuanmu ini. Agar tak dibajak orang. Iya yah. Udah Arvin urus kok. Bagus. Kalau butuh bantuan, tinggal bilang saja sama ayah. Oke yah.

    Cerita Sex Remot Kontrol Ajaib
    Cerita Sex Remot Kontrol Ajaib

    Ngocoks Esoknya aku memungut sehelai rambut mama dari sisir yang biasa dipakai oleh mamanya. Lalu ia masukah helaian rambut itu ke DNA separator. Beberapa menit kemudian ia berhasil mengisolasi variabel dari DNA mamanya dan memasukan ke frekuensi analiser.

    Tak lupa ia setel analiser itu agar selaras. Setelah yakin, ia mulai mengaktifkan analisernya dan menghubungkan ke osciloskop untuk melihat frekuensi yang pas.

    Beberapa jam kemudian.

    Arvin mulai mengeset remotnya setelah menambahkan frekuensi dari rambut mamanya. Sekarang yang perlu dilakukan adalah mengetes remot itu. Ia mendengar mamanya memanggil menyuruh makan. Jadi ia letakkan remotnya di meja kerjanya. Lalu ia makan bareng keluarganya. Ia memperhatikan mamanya. Menurutnya mamanya adalah wanita tercantik di dunia.

    Ia juga tahu papanya punya selingkuhan dan bahkan Arvin tahu bahwa mamanya juga tahu suaminya punya selingkuhan tapi tak merasa terganggu. Ia telah sering melihat para selingkuhan papanya. Hingga ia tiba pada satu kesimpulan, para simpanan papa tak seperti mamanya. Mereka selalu lebih seksi. Maka dari itu, Arvin berencana mengubah semuanya.

    Andai idenya berhasil, papanya takkan pernah membutuhkan wanita lain lagi selain mamanya. Dan keluarganya akan kembali bahagia.

    Tahu-tahu ia lagi menatap paras mamanya. Hhmm meskipun sudah berumur, tapi ia masih menganggap mamanya sangat cantik nan jelita.

    Abis makan, Arvin cabut lagi ke kamarnya. Biasa, ngoprek mainannya lagi. abis ngoprek, Arvin keluar kamar. Ia heran liat papanya cepet cepet masuk kamar, biasanya selalu ngobrol lama sama mama kalo abis makan. Di sofa, Arvin liat mamanya lagi ngopi, kesedihan terpancar di raut muka mamanya. Seperti tersambar petir, tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalanya.

    Arvin ke kamar dan keluar lagi sambil memegang remot kontrol. Lalu remot itu ia arahkan ke mamanya. Ia tekan beberapa tombol. Efeknya

    Mata mamanya melebar, seperti terkejut. Mama lalu berdiri. Tangan mama meraba tubuhnya sendiri, lalu mengusap susunya dan meremasnya. Arvin tak percaya ternyata mainannya bekerja. Arvin bisa melihat ada sesuatu di mata mamanya saat tangannya tetap meremas susunya sendiri.

    Tak cukup hanya itu, mamanya tiba-tiba membuka bajunya hingga tinggal hanya memakai bh dan cd saja. Sungguh sangat menambah kecantikan sang mama di mata Arvin. Tangan mamanya menarik bh ke atas hingga terpampanglah susu mamanya. Begitu terkejutnya Arvin karena baru kali ini ia bisa melihat susu mamanya dengan sangat jelas.

    Ternyata, mainannya lebih dahsyat dari yang ia perkirakan. Arvin tahu mengutak-atik DNA memang penuh misteri, tapi ia tak mengira efeknya sedahsyat ini.

    Masih di depan matanya. Tangan mamanya yang satu mulai mengelus perutnya. Lalu turun ke selangkangan. Jarinya mulai mengelus-ngelus cdnya sendiri. Rasa-rasanya Arvin ingin kembali ke kamarnya saat itu juga dan mulai masturbasi. Tapi keinginan itu ia tahan sedemikian rupa.

    Kedua tangan mama kembali beraksi menurunkan dan membuka cdnya. Pemandangan yang tersaji di depan matanya merupakan hal baru yang tak pernah Arvin lihat seumur hidupnya. Saat pintu kamar orangtuanya mengeluarkan bunyi, Arvin buru-buru mundur bersembunyi dalam kegelapan. Ternyata ayahnya keluar.

    Mama.. apa-apaan ini?

    Oh, pa. kok mama tiba-tiba terangsang gini ya?

    Gimana kalau Arvin melihatnya mah?

    Duh yah, mama pingin banget nih.

    Secepat kilat, Arvin menekan beberapa tombol sambil mengarahkan remot kontrolnya ke mama.

    Apa yang terjadi?

    Gak tau pah. Tadi rasanya mama lagi ngopi, eh tau-tau papa ada di depan mama terus mama tiba-tiba telanjang lagi.

    Ambil baju mama terus ke kamar ma. cepat!

    Akhirnya, mama en papa kembali ke kamar. Setelah pintu kamar tertutup, Arvin tersenyum sendiri dan ikut kembali ke kamarnya. Tanpa basa-basi, ia langsung membuka celananya dan mulai masturbasi. Setelah ejakulasi, Arvin pun tidur dengan nyenyaknya.

    Esoknya, sabtu, seperti biasa, ayahnya selalu punya alasan agar bisa ke kantor. Arvin pun sarapan di dapur ditemani mama. Kali ini, wajah mama terlihat bahagia, tak seperti kemarin.

    Gimana tidurnya mah, nyenyak?

    Tentu sayang. Kalau kamu nak?

    Sama mah.

    Hari ini kamu mau ngapain aja nak?

    Gak tau mah, mungkin ngelanjutin proyek mainan biasa.

    Sekali-kali kamu main dong sama teman-temanmu. Jangan di sibuk sendiri aja.

    Iya mah. Kalo mama mau ngapain aja hari ini?

    Mungkin renang aja di rumah. Mumpung lagi cerah.

    Oh.

    Mau temanin mama renang gak?

    Oke deh mah. Tapi nanti ya, mama sendiri aja dulu.

    Oke sayang.

    Arvin kembali ke kamarnya. Beberapa menit berlalu. Ia kembali mengambil mainannya dan menuju ke ruang kerja ayahnya. Dari jendela di ruang kerja ayahnya, ia dapat melihat kolam renang dengan jelas. Terlihat mamanya memakai bikini biru. Mamanya jarang memakai pakaian seksi, kecuali memakain bikini saat renang.

    Di sisi lain, Arvin melihat bang ucok (tukang kebun) lagi merawat tanaman deket kolam. Arvin jadi penasaran, jika dan hanya jika mainannya kembali dipencet dan diarahkan ke mamanya di saat di dekatnya ada orang lain, akankah mamanya kembali berlaku seperti malam tadi? Dengan sabar, Arvin menunggu hingga bang ucok mendekati mama yang sedang berjemur di kursi.

    Saat itu juga, tangan mama mulai mendarat di susunya lagi. Arvin memperhatikan dengan seksama saat bang ucok menoleh ke arah mamanya. Pasti mamanya mengerang dan terdengar oleh bang ucok.

    Tangan mama lalu menyibakna bikininya hingga susunya menyembul dan terlihat jelas. Jari-jari mama mulai memainkan putingnya. Satu tangan mulai diturunkan ke area bawahnya. Arvin tahu tangan mama sedang bergerilya di selangkangannya. Bang ucok berdiri tepat di depan kaki mama, hingga pasti bisa melihat keseluruhannya.

    Perlahan, bang ucok melangkah mendekati mama. Terlihat selangkangannya membesar. Arvin terkejut melihat tiba-tiba bang ucok ditarik oleh kaki mama hingga mereka saling berdekapan. Arvin ingin mendekat, mendengar dan melihat apa yang terjadi, tapi ia masih bisa menahan diri demi proyeknya. Saat ia akan memijit tombol stop, ia lihat mamanya meremas selangkangan bang ucok.

    Dari wajah bang ucok, Arvin menyimpulkan bahwa bang ucok sedang dilanda ketakutan sekaligus kenikmatan atas aksi mama. Arvin makin terkejut saat mama memasukan kontol bang ucok ke mulutnya. Sepertinya bang ucok terkejut karena tangannya mencoba mendorong kepala mama menjauh. Tapi mama tetap menyepong kontol bang ucok.

    Akhirnya mama menghentikan aksinya. Bukan untuk berhenti tapi untuk membuka bikininya hingga mama telanjang dan berbaring. Mama tarik bang ucok hingga kepalanya ada di atas selangkangan mama. Sedangkan kontol bang ucok tepat berada di atas mulut mama. Mama kembali nyepong bang ucok. Tak lama kemudian, bang ucok seperti kejang.

    Yang terjadi selanjutnya sungguh luar biasa.

    Mama tersedak mencoba berteriak dan mendorong bang ucok. Bang ucok pun terkejut lalu lari meninggalkan mama berbaring dengan mulut penuh spermanya. Mama memuntahkan sperma dan mengelap mulut dengan tangannya. Tangan mama menutupi wajahnya lalu menangis. Tak lama kemudian mama mengambil bikininya dan lari masuk rumah.

    Melihat mamanya lari, Arvin buru-buru keluar dari ruang kerja ayahnya dan kembali ke kamarnya. Terlintas di benaknya eksperimen selanjutnya. Tapi ia agak ragu-ragu menjalankannya. Ia tanggalkan pakaiannya hingga hanya memakai celana pendek. Remot kontrolnya ia sembunyikan dalam handuk. Ia berjalan ke kolam.

    tok.. tok mah, mama di dalam? Katanya mau renang sama Arvin. Ayo mah!

    Mama udah gak mood lagi nak. Kamu renang aja sendiri ya.

    Ini kan ide mama. Sengaja Arvin gak ngerjain proyek agar bisa sama mama. Tapi kalau mama udah gak mood

    Bukan gitu nak.

    Ya udah. Arvin lanjutin proyek Arvin aja.

    Jangan nak. Kamu perlu gerak, jangan di kamar mulu.

    Mama pun membuka pintu kamar. Matanya terlihat merah, mungkin menangis terus. Pun tubuhnya hanya dibalut selimut.

    Renang sendiri gak seru. Lebih seru renang berdua sama mama.

    Kamu memang anak mama.

    Jadi gimana mah? Mau renang gak?

    Baiklah. Kamu tunggu mama di kolam ya.

    Oke mah.

    Arvin pun menunggu mama sambil berbaring di rumput dekat kolam. Mama datang dan duduk di sebelah Arvin. Mama memakai bikini yang lain. Mereka duduk sambil ngobrol basa-basi.

    Nyebur yuk ma.

    Duluan aja nak. Mama lagi pingin santai nih.

    Hati-hati, tangan Arvin mulai masuk ke handuknya. Ia raih remot kontrolnya dan mulai memijit beberapa tombol lalu meluncur ke kolam. Saat ia melirik, ia lihat mamanya sedang memainkan tangan di tubuhnya sendiri. Bahkan erangan mama pun terdengar.

    Ma, mau turun gak?

    Gak ada jawaban. Arvin pun menepi. Ia panggil lagi mamanya tapi yang keluar dari mulut mama hanyalah erangan. Arvin pun naik. Ia lihat mamanya sedang asik sendiri. Satu tangan mama memainkan puting dan susunya. Sedang tangan satunya sibuk di selangkangan. Mulutnya tak berhenti mengerang. Matanya mengarah ke Arvin, tapi penglihatannya entah ke mana.

    Perlahan, Arvin mengambil remot kontrol di handuknya. Oh tuhan, puting mama begitu besar, begitu seksi.

    Mah. Mama kenapa mah?

    Mamanya menjawab dengan erangan sambil tangannya tak henti bergerak. Arvin kembali memposisikan jarinya di remot kontrol lalu memencet tombol pause.

    Mah, mama baik-baik saja?

    Arvin? mama terkejut, mencoba terlihat tenang. Apa apa yang terjadi?.

    Mama menyadari ia setengah telanjang dan tangannya ada di selangkangannya.

    Apa

    Tapi mama tak menyelesaikan ucapannya. Karena Arvin memencet tombol play di remot konrolnya. Mama terlihat kembali santai kembali beraksi.

    Mah, mama gak apa-apa? Bisa Arvin bantu mah?

    Unghh, nak, mama terengah, oohh, ya, tolong, mama melenguh, jarinya memainkan putingnya.

    Oke mah, Arvin mesti ngapain mah?

    Unggghh, mama melenguh. Oh, yes, tangannya aktif di selangkangannya.

    Kayak gini?

    Perlahan, Arvin menempelkan tangannya di tubuh mama. Diam tak bergerak.

    Ohhhh, yes, mama mengejang saat tanganku menyentuhnya.

    Saat mama mengangkat pinggulnya, langsung kupelorotkan cd mama hingga mama telanjang. Kutatap tubuh telanjang mama. Kakinya dilebarkan sedangkan tangannya sibuk bermain di memeknya sendiri. Kini baru kusadari ternyata memek mama bersih tanpa sehelai rambut pun. Jari-jari mama keluar masuk di memek mama.

    Mah, mama kenapa?

    Mama terlihat bingung dan terkejut.

    Nak, apa lalu mama menyadari, ia berbaring telanjang, kedua jarinya di memeknya. Oh tuhan, mama kembali beraksi saat kutekan lagi tombol play.

    Mama mengerang dan kembali memainkan jari di memeknya. Kunikmati adegan ini sambil kurasakan kontolku membesar.

    Mah, mau aku bantu?

    Oh, tuhan.

    Mau kubantu mah?

    Kupegang susu mama dengan tanganku.

    Ya, itu. Oh.. mama melenguh saat tanganku menempel. Jarinya makin sibuk di memeknya.

    Aku mesti ngapain mah?

    Tanpa menjawab, tangan mama menyentuh kepalaku dan mengarahkan ke susunya. Kubuka mulutku dan kukenyot puting mama. Rasanya nikmat sekali. Sambil menikmati susu mama, kuelus-elus paha mama.

    Tiadanya perlawanan membuatku semakin berani menaikan tanganku hingga menyentuh memek mama. Kurasakan jari-jari mama sibuk keluar masuk di memek mama.

    Sejak awal tak kuhentikan mulutku di susu mama. Memek mama terasa hangat, basah. Kurasakan tangan mama mendorong kepalaku dan mengarahkannya ke memek mama hingga hidungku menyentuh sebelah atas memek mama.

    Jilat nak. Jilat.

    Saat lidahku menyentuh memeknya. Mama bergetar. Kusarakan asin yang baru kali ini kurasa. Tanpa jijik, kumainkan lidahku di memek mama. Kujilat dan kumasukan lidahku. Ternyata kontolku telah digenggam dari luar celana. Saat mama mencoba mengeluarkan kontolku dari celana, kujilat dan kuhisap itil mama hingga membuat mama mengerang lebih keras.

    Ingin tetap bereksperimen, kuraih remot kontrolku dan kutekan pause sambil mengangkat wajahku dari memek mama.

    Mama gak apa-apa? kurasakan kontolku diremas mama.

    Oh nak, apa yang terjadi?

    Mama terkejut, membeku diam sambil menggenggam kontolku.

    Mama menyuruhku. Sambil kembali kujilat memek mama.

    Tapi ini tak boleh nak! mama menangis, mencoba menjauh.

    Kembali kutekan tombol play dan mama mengerang kembali. Mengangkat memeknya lebih tinggi. Sungguh enak rasanya cairan yang keluar dari memek mama. Tangan mama kembali meremas kontolku. Kujepit itil mama dengan bibirku dan kumainkan dengan lidahku. Erangan mama makin keras dan tubuhnya mulai mengejang.

    Kutekan lagi tombol pause saat mulutku masih menikmati memek mama yang orgasme.

    Oh, oh, oh, mama mengerang sambil menggenggam lebih erat kontolku. Kontolnya diangkat hingga menekan kepalaku.

    Apa-tidak, tidak, jangan, mama menangis tapi tak melepaskanku.

    Rasanya enak ma. Kujilat lagi memek mama.

    Oh, nak, tidak, tidak ya, oh,

    Kutekan lagi tombol play dan kutekan juga kepalaku ke memek mama. Akhirnya aku bangkit. Mama menarik kontolku dan mulai mendekatkannya ke bibir mama. Mama mulai menjilat kontolku. Lalu ia masukan dan menghisapnya. Bisa-bisa tak lama lagi aku orgasme. Saat kontolku sepenuhnya di mulut mama, kutekan lagi tombol pause.

    Tidak, tidak, mama menyadari kontol yang di mulutnya adalah kontolku, anaknya.

    Saat mama akan mencabutnya, kutekan lagi tombol play dan mama kembali memainkan kontolku di mulutnya sambil mengerang. Kurasakan orgasmeku semakin mendekat. Aku tak percaya mama sedang nyepong kontolku. Akhirnya kontolku menyemburkan lahar panas di mulut mama. mama menyedot semuanya dengan rakus.

    Selesai orgasme, kutekan lagi tombol pause. Mata mama melebar menyadari apa yang terjadi tapi kali ini mama tak berhenti. Mama terus saja menghisap sperma di kontolku hingga tetes terakhir. Habis itu, mama melepaskan kontolku dari mulut dan tangannya. Mama terlihat bingung dan malu.

    Nak, mama gak ngerti apa yang terjadi pada mama. terdapat tetesan sperma di wajah mama dan mengalir di dagu dari mulut mama. matanya meneteskan air mata.

    Gak apa-apa mah. Lagian juga nikmat kok. Memek mama juga rasanya enak.

    Tapi ini salah. Mama udah nikah, juga kamu anak mama.

    Mama menangis.

    Ya. Kita berdua juga tahu gimana papa. Arvin sayang mama. mama juga sayang Arvin kan? Papa gakkan tahu apa yang dia lewatkan.

    Mama mesti dibaju. Matanya mencari bikininya. Singkirkan itu! sambil menunjuk kontolku. Siapa tahu papamu datang.

    Mama juga tahu kan papa jarang pulang jam segini.

    Kupakai kembali celanaku. Kupungut cd mama.

    Sini! tangan mama meminta cdnya.

    Biar Arvin nikmati sekali lagi.

    Kuhisap cd mama di depan matanya.

    hentikan nak!

    Pipinya memerah saat mama duduk telanjang di depanku. Kuraih kembali remot kontrol dan kutekan tombol play.

    Oh nak, mama mengerang saat kubaringkan mama dan kudekatkan kepalaku ke memek mama. rambutku dipegang mama saat kujilat memek mama lagi. akhirnya kutekan tombol stop saat kuhisap memek mama.

    Hentikan nak. Sudah. Mama mengangkat kepalaku dari memeknya.

    Apa mama gak menyukainya? mulutku belepotan cairan mama.

    Bukan itu maksudnya. Kamu anakku.

    Arvin suka memek mama. Arvin juga suka saat mama nyepong kontol Arvin.

    Mama pergi sekarang.

    Mama bangkit dan mengambil pakaiannya. Aku tersenyum melihat mama masuk rumah. Remot kontrolku bekerja diluar imajinasiku rupanya. Aku kembali ke kamarku. Ternyata remotku bisa juga dipake ke orang lain. Tinggal sedikit kuoprek. Akhirnya, ada seseorang yang akan ku test.

    Lelah. Aku tidur. Ketukan di pintu membangunkanku. Kulihat jam ternyata aku ketiduran beberapa jam.

    Makan dulu nak! mama memanggil dari belakang pintu.

    Ayah ada?

    belum pulang.

    Pintunya gak dikunci kok mah.

    Aku menunggu. Akankah mama masuk? Aku berbaring memakai kimono mandiku. Kupegang kontolku. Tak lama kemudian, pintu membuka perlahan-lahan. Muncullah mama di daun pintu. Juga memakai kimono mandi.

    Matanya melihat ke kontolku yang menyembul dari kimonoku. Kumasukan tanganku dan menggenggam kontolku. Sedang tanganku yang lain memegang remot kontrol.

    Jangan gitu nak! tapi mata mama tak berpaling.

    Masuk aja mah. Sini bantu Arvin.

    Saat kukeluarkan kontolku saat itu juga kutekan tombol di remot kontrolku. Mama melangkah mendekati ranjang. Kulihat di balik kimono, mama gak memakai apa-apa. Mama lalu memposisikan kepalanya hingga ada di atas kontolku. Mama mulai menyepong kontolku. Setelah beberapa saat, kuangkat kepala mama dan kubuka kimononya hingga berdiri telanjang.

    Kembali kuposisikan mama di ranjang hingga kami bergaya enam sembilan. Mulut kami sibuk. Terus kumainkan itil mama agar cepat orgasme. Benar saja. Mama menekan lebih dalam memeknya saat mengejang orgasme. Kuhirup semua cairan yang keluar dari memek mama. setelah itu kuposisikan mama mendindih di atasku hingga susunya menindih dadaku.

    Mulut mama mencari mulutku. Kami berciuman cukup lama. Lidah dan mulut beradu saling serang dan hisap. Kurasakan kontolku menekan memek mama.

    Oh nak entot mama, nak. Entot mama!

    Sambil ciuman, tangan mama meraih kontolku dan mengarahkannya ke memek mama.

    Masukan mah. Entot Arvin.

    Kucari puting mama dan kumainkan serta kupijit dan kupelintir. Mama mengerang saat menangkat pantatnya dan menurunkannya kembali. Akhirnya tangan mama mengarahkan kontolku ke memeknya. Lalu ia tekan perlahan-lahan. Kulihat bagainama kontolku masuk mili demi mili ke memek mama hingga akhinya masuk semua.

    Rasanya sungguh nikmat. Mama mendiamkan memeknya. Lalu mama mulai menggoyang pinggulnya membuat kontolku keenakan. Mama ngentot sambil mendudukiku. Susunya gerak-gerak tak bisa diam. Sungguh enak hingga rasanya bentar lagi aku mau orgasme. Kuraih itil mama dan kumainkan dengan jariku saat mama menggoyang pantatnya.

    Erangan mama makin tak karuan. Otot memek mama makin mencengkram. Saat spermaku akan memuncrat, kuraih remot dan kutekan tombol pause. Mata mama membesar menyadari kontol anaknya menyembur di memeknya saat ia dalam posisi women on top. Mama mencoba bangkit tapi kupegang pinggulnya saat aku orgasme.

    Arvin! Hentikan nak! Jangan, oh oh oh

    Semburan spermaku di memek mama membuat mama juga orgasme. Mama mengejang lalu menangis. Di wajahnya terlihat rasa malu. Mama mencoba bangkit tapi kucengkram pinggulnya.

    Duh mah. Memek mama enak. Mama suka kontol Arvin gak?

    Kutekan lagi tombol play.

    Iya nak. Mama suka kontol kamu. Sungguh besar dan panjang.

    Mama mengerang merasakan semburan spermaku. Kulepasakn cengkramanku.

    Hisap kontol Arvin ma!

    Iya. Iya nak.

    Mama bangkit. Lalu memegang kontolku dan mulai menjilatinya.

    Kontolmu nikmat nak.

    Mama menghisap kontolku membersihkan sisa-sisa spermaku. Saat mama akan selesai, kutekan tombol stop. mama kembali terkjut saat menyadari sedang menghisap kontol anaknya dan di mulutnya ada sisa-sisa orgasem anaknya dan dirinya. Mama mengangkat kepala dan menatapku, tapi tetap memegang kontolku.

    Oh nak. Mama gak tau kenapa bisa begini.

    Gak apa-apa mah. Arvin suka kok ngewe sama mama.

    Tapi mama gak tau apa yang terjadi?

    Air matanya jatuh tak tertahankan. mama hanya masuk ngajak makan lalu mama ngentot Arvin hingga kita keluar. Sungguh nikmat mah. Arvin menyukainya. Lalu mama membersihkan kontol Arvin.

    Aku tersenyum sambil menatap mama.

    Tapi mama gak sadar apa yang mama lakuin.

    Meski begitu, teruskan dong ma. kontol Arvin tegang lagi tuh. Boleh Arvin ngewe mama lagi gak?

    Apa? mama terkejut menyadari tangannya masih menggenggam kontolku.

    Ayolah ma. Arvin pingin kita ngewe sekali lagi sebelum papa datang.

    Kita mesti hentikan ini. Mama melepaskan genggamannya lalu bangkit.

    Yakin ma? kutekan lagi tombol di remot.

    Iya dong nak. Ayo entot mama lagi.

    Mulut mama membuka dan mulai menghisap kontolku lagi.

    Ya kalau mama maksa sih

    Aku tersenyum melihat kontolku terbenam di mulut mama. beberapa menit kemudian, kuangkat kepala mama. kusuruh mama nungging. Kuewe mama pake gaya anjing. Nikmat sekali. Mama makin meracau gak karuan. Beberapa kali kumainkan tombol pause dan play mencoba mencari tahu reaksi mama. makin lama kesadaran mama pun semakin lama.

    Oh nak. Apa yang terjadi sama mama? tanya mama. tapi mulutnya tetap menghisap dan menjilati kontolku.

    Arvin suka sepongan mama. mama juga suka kan nyepong Arvin?

    Ini gak boleh nak. Kata mama sambil tetap menghisap kontolku. Mama gak ngerti.

    Arvin gak peduli. Sudah mah, bentar lagi papa pulang.

    Oh tuhan. Ayahmu. Mama melepaskan kontolku. Apa yang mesti mama bilang?

    Kenapa mesti bilang? Papa selalu ngewe wanita lain. Kenapa mama gak cari kesenangan juga?

    Apa yang akan mama lakukan?

    Mama terlihat panic.

    Saat pulang, papa selalu langsung ganti baju kan. Nah saat itu, langsung mama entot papa. Mungkin cara itu bisa mengembalikan papa ke mama.

    Dimana kamu belajar mikir dan ngomong kasar kayak gini?

    Mama bicara sambil kembali memakai pakaiannya.

    Pergilah mah. Tenang, gakkan ada apa-apa kok. Kataku sambil menyentuh bahu mama dan tangan satunya mencolek memek mama.

    Hentikan nak. Mama menjauh

    Esok pagi saat papa pergi. Arvin temuin mama sebelum sekolah.

    Apa maksudmu? mama terlihat malu.

    Ah, kayak gak ngerti aja?

    Kutekan kembali beberapa tombol remot. Kubiarkan beberapa saat hingga lutut mama melemas. Kudengar mobil papa datang.

    Cepat ke kamar mah!

    Oh tuhan.

    Lakukan saja seperti tadi sama Arvin. Pasti aman.

    Beberapa menit kemudian, aku melangkah mendekati pintu kamar ayah ibu. Menguping. Kudengar ranjang berdecit tak karuan. Aman rupanya.

    Malam itu kami makan bersama. Ayah dan mama terdiam. Tak seperti biasanya. Biasanya setelah makan ayah langsung ke ruang kerjanya. Tapi kali ini ayah langsung ke kamar. Ibu mengikutinya. Aku pun kembali ke kamar.

    Esoknya kudengar mobil ayah pergi. Kuambil remot kontrol dan kuketuk kamar ibu.

    Ya. Ada apa? ibu terdengar masih mengantuk.

    ini Arvin mah. Boleh masuk gak?

    Mau apa?

    Hanya ingin liat mama.

    Oh. Masuk saja.

    Aku pun membuka pintu dan masuk.

    Arvin penasaran mah. Gimana malam tadi mah?

    Sempurna. Makasih.

    Apa papa ngewe mama?

    Arvin. Jaga ucapanmu! mama membentak.

    Kita lihat.

    Kusingkapkan selimut yang menutupi mama. ternyata mama telanjang.

    Apa yang kamu lakukan? mama terlihat marah dan mencoba menutupi kembali tubuhnya.

    Bersambung…

    1 2
  • Belajar Tanggung Jawab

    Belajar Tanggung Jawab

    Cerita Sex Belajar Tanggung Jawab – Fania duduk di pematang sawah yang kering akibat kemarau berkepanjangan. Di depannya terlihat ibunya yang sedang kencing tanpa malu dan atau mencoba menutupi kegiatannya. Mau tak mau, Fania melihat urin yang keluar dari selangkangan mamanya.

    Teriknya matahari membakar wajah dan atau kulit Fania. Juga membuat tenggorokan Fania kering. Selain ibunya, Fania juga sering melihat tante dan bahkan kakaknya kencing di hadapannya. Detik berganti dengan menit dan menit pun silih berganti.

    Kini Fania telah memiliki anak bernama Vina. Seorang siswi menengah pertama yang sudah mulai mens sedari dasar. Detik berganti dengan menit dan menit pun silih berganti.

    Fania memilah isi keranjang pakaian kotor putrinya lantas mengeluarkan cd kotor putrinya. Fania hirup aromanya. Terlihat secuil bercak kekuningan yang lantas Fania jilat dan hisap meski tidak mengeluarkan tetesan.

    Cerita Sex Belajar Tanggung Jawab
    Cerita Sex Belajar Tanggung Jawab

    Ngocoks Setelah dirasa puas, Fania mengambil cd putrinya lantas ke kamarnya dan mengunci pintu. Setelah terkunci Fania langsung merebahkan diri di lantai tanpa pusing – pusing ke kasurnya. Fania kembali menikmati cd putrinya itu.

    “Kenapa bersih amat sih membersihkan memeknya?” batin Fania sambil menghirup aromanya.

    Saat tangan kiri memegang cd putrinya, tangan kanan Fania langsung menyusup ke dalam cdnya sendiri lantas mengelus – elus klentitnya sendiri. Elusan tangan di kelentitnya membuat Fania cepat keluar. Aneh, padahal saat bercinta dengan suaminya, Fania tak pernah keluar secepat ini.

    Meski telah keluar, namun Fania merasa belum puas seutuhnya. Dengan enggan, Fania kembalikan cd putrinya ke keranjang sebelumnya. Saat di kamar putrinya, Fania melihat wadah tissue yang kosong. Fania lantas ke warung dengan maksud membeli tissue.

    Baru saja melangkah dengan pasti keluar pintu rumah, Fania dikejutkan oleh seorang kakek yang memegang tongkat di tangan kiri sedang tangan kanan dalam posisi meminta.

    Fania tidak merasa iba, namun tangannya tetap memberi recehan.

    “Terimakasih bu, semoga rezekinya semakin banyak dan segala maksud dan tujuan tercapai.”

    “Iya, sama – sama kek.”

    Di perjalanan, tiba – tiba Fania merasa mendapat wangsit yang mengatakan agar Fania membeli Tisu yang banyak.

    “Wah, jangan – jangan ini efek sedekah kali?” batin Fania.

    Di rumah, tisu yang banyak itu Fania ambil satu bungkus lantas ditaruh di kamar putrinya. Sisanya Fania ambil dan diremas hingga membentuk bola. Bola–bola tisu itu lantas disumpal ke jalur pembuangan di kamar mandi.

    Setelah selesai menyumpal, Fania sabar menanti kepulangan putrinya.

    “Assalamualaikum.”

    “Waalaikumsalam. Ayo makan dulu, udah mama siapin perkedel buat kamu.”

    “Asik. Wah, ini ada kelapa muda siapa nih mah?”

    “Siapa yah? Siapa lagi kalau bukan buat kamu.”

    Vina makan dengan lahap, tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Dulu Fania suka menyuruhnya untuk langsung ganti pakaian, namun Vina jarang menurut. Akhirnya Fania biarkan saja.

    “Gimana sekolahnya sayang?”

    “Gak gimana – gimana mah. Ini beli di mana sih mah, air kelapanya banyak bener. Dagingnya malah sedikit.”

    “Tadi ada yang lewat. Tumben kamu sudah pulang jam segini.”

    “Yah mama, pulang jam segini dibilang tumben. Giliran telat setengah jam aja dimarahi.”

    “Namanya juga orangtua. Wajar kalau cemas. Apalagi zaman sekarang.”

    “Emang kenapa kalau zaman sekarang mah?”

    “Mama takut kamu dibawa temen terus diapa – apain.”

    “Diapa – apain bagaimana?”

    “Mama takut kamu diculik sayang.”

    “Mama mah gitu aja ngomongnya. Bukannya ngomong yang baik – baik. Ya udah, biar gak ada yang nyulik, ntar – ntar pulangnya minta dianterin temen deh.”

    “Temen siapa? Pacar? Kamu belum boleh pacaran, masih kecil.”

    “Emang kenapa mah? Temen aja udah banyak yang pacaran.”

    “Pokoknya gak boleh.”

    “Ya udah, Vina mau kerjakan pr dulu di rumah temen.”

    “Temen siapa?”

    “Sukma mah.”

    “Ganti dulu pakaiannya.”

    “Iya dong mah.”

    @@@

    “Mah, kayaknya kamar mandinya mampet tuh.”

    “OH gitu? Ya udah ntar nunggu papa dibetulin deh.”

    “Oh, yang udah Vina pamit dulu ya. Assalamualaikum.”

    “Waalaikum salam.”

    Begitu putrinya keluar, Fania langsung melepas busana hingga tiada sehelai benang pun menempel di tubuhnya. Fania lantas beranjak ke kamar mandi. Di kamar mandi terdapat genangan air agak kekuningan campuran urin anaknya dengan air.

    “Untung gak kencing di kloset,” batin Fania.

    Fania lantas berlutut dan kedua tangannya menyentuh lantai. Mulutnya mulai minum mencicipi. “Ohhhh…” lenguh Fania. Lantas kembali minum. Tangan kanan Fania mulai mengelus klentitnya. Elusan dan tegukan membuat Fania keluar dan kembali melenguh. “Ohhh…”

    Tubuh Fania mengejang hingga membuatnya tak tahan berlutut. Fania berbaring di lantai dan langsung terpaku saat melihat wajah putrinya yang terlihat jijik.

    Saat mata Fania mulai berkedip, putrinya melangkah pergi. Dapat Fania dengar suara pintu depan yang ditutup dengan keras.

    * * *

    “Vina mana mah?”

    “Lagi kerja kelompok pah di rumah sukma.”

    “Sampai jam segini?”

    “Iya. Katanya juga mau sekalian nginep.”

    “Tumben mama izinin.”

    “Iya pah, mama juga mesti belajar memberinya tanggung jawab. Lagian dia juga udah mulai gede.”

    “Wah, ada apa nih tumben – tumbenan.”

    Setelah meluangkan waktu di tempat pemakaman umum setempat, Vina mulai memikirkan langkah yang akan diambil. Memang, saat butuh ketenangan, Vina lebih memilih menyepi di tempat pemakaman umum.

    Sekitar jam sembilan malam, Vina datang tanpa dendam, dia terima keadaannya.

    “Lho, katanya mau nginep di rumah temen, kok gak jadi?”

    Vina diam menyadari pertanyaan mama. Setelah menebak arah pembicaraan, maka Vina pun buka mulut, “Iya, gak jadi mah, males ah.”

    “Betul itu, apalagi ayah tidak setuju kamu bermalam di rumah teman.”

    “Iya yah. Vina tidur dulu.”

    ***

    Fania mendesah gelisah saat sedang digauli oleh suaminya. Bahkan hingga suaminya tidur, pikiran Fania masih melayang menyadari ketenangan anaknya.

    ***

    Sekitar dua minggu Fania menderita akibat anaknya tidak berbicara dengan dia. Namun, Fania tak berani berbicara lebih dahulu.

    “Cukup satu kata, kenapa?”

    Fania paham akan maksud dan tujuan dari pertanyaan putrinya itu. “Kehidupan rumah tangga, meski terlihat bahagia tapi tetap membuat mama stress. Memang kadarnya tidak separah orang lain. Tetap saja, keinginan untuk membahagiakan suami dan melihat kamu sukses terkadang membuat urat syaraf mama menegang.

    “Namun, saat mama mencium aromamu, aroma pakaianmu, mama merasa mendapat pelarian dari stress dan tuntutan kehidupan. Mama seperti mendapat wangsit, keseimbangan, nilai plus dan min.

    “Mama merasa plus mama terpenuhi saat menjalankan peran sebagai seorang istri dan atau ibu. Lantas, mama merasa min mama terpenuhi saat mama melakukan apa yang, mungkin bagi orang lain, kotor.”

    Hening.

    Hening..

    Hening…

    “Kalau memang itu yang mama mau, biar Vina bantu mama mengekspresikan diri tanpa khawatir akan penilaian dari Vina. Itu juga kalau mama setuju.”

    “Maksudmu apa?”

    Tangan Vina lantas mengelus kepala mama. Fania diam saat kepalanya dielus putrinya. Saat elusan sedikit menggenggam, maka kepala Fania mengikut langkah tangan putrinya. Fania kini berlutut seiring dengan tekanan pada kepalanya. Tanpa Fania sangka, kepalanya masuk ke dalam rok pendek yang dipakai putrinya hingga wajahnya mengenai celana dalam putrinya.

    “Minum semua mah, hisap dan jilat kalau perlu!”

    Sebelum benar – benar mengerti perkataan putrinya, tiba – tiba wajah Fania basah oleh urin yang merembes dari celana dalam putrinya. Setelah paham, Fania membuka mulut dan berusaha membuat urin putrinya masuk ke mulut. Setelah tak ada lagi aliran urin yang keluar, Fania meneguk hingga habis. Karena masih basah, celana dalam putrinya dihisap oleh Fania.

    “Enak. Terus jilat… Oh… Buka mah, buka cd Vina!”

    Fania menurut. Dengan tangannya Fania menurunkan CD putrinya hingga lepas. Setelah itu, kepala Fania kembali dibimbing menuju ke selangkangan putrinya.

    “Bersihin dong mah”

    Jilatan Fania semakin semangat saat kepalanya dielus – elus.

    “Enak mah… Terus jilat… ahhh… disana mah… ah…”

    Fania menghentikan jilatan saat putrinya orgasme. Fania biarkan tubuh putrinya menikmati hasil dari jilatannya.

    “Sudah mah ah, capek. Fania mau rebahan dulu.”

    “Iya nak.”

    Fania senang akhirnya putrinya mau berbicara dengannya. Fania senang akhirnya putrinya mau memenuhi keinginannya. Fania senang akhirnya apa yang dilakukannya kembali diulangi oleh putrinya.

    Jika dan hanya jika putrinya mengelus kepalanya, maka Fania pasrahkan kepalanya dipandu oleh tangan kecil putrinya.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5
  • Pacar Impian

    Pacar Impian

    Cerita Sex Pacar Impian – Sewaktu gw lulus SMA, gw jadian sama seorang cewe yang temen sma gw juga, Namanya Rara. Orangnya manis manis gitu, tinggi juga orangnya hampir setinggi gw yang 170an, dia mungkin 167-168an lah.. Badannya sekel karena dia sering lari sore di komplek rumahnya.

    Gw bisa jadian sama dia karena gw ngeliat dia tuh orangnya ngepas banget sama gw, anaknya asik klo diajak jalan, humoris, dan update.. Dengan dibantu Yully, gw akhirnya nyoba deketin dia waktu kita baru selesai UAN, dan kurang lebih sebulan gw deketin gw akhirnya jadian sama dia.

    Bisa dibilang sih dia pacar pertama gw yaa, sebelom sebelom dia mah gw pacaran ga ada seriusnya.. nah sama dia ini gw baru ngerasain enaknya pacaran.. Gw sering nonton bokep, gw sering iri sendiri klo denger temen temen gw pacaran sampe bisa grepe grepean, bahkan ada juga yang sampe ml..

    Gw sering ngayal gw begitu begitu sama Rara, tapi gw terlalu takut untuk minta, karena gw ngeliat dia ini anak baik baik, keluarganya juga keluarga baik baik dan taat agama jadi gw takut dia bakalan illfeel sama gw karena minta macem macem sama dia.

    Cerita Sex Pacar Impian
    Cerita Sex Pacar Impian

    Ngocoks Nah waktu gw awal awal ngekos di Kosan Bagus, si Rara yang kuliah di UI sering ke kosan gw klo weekend dan nginep. Nah bisa dibayangin dong gimana pengennya gw begitu gituan sama dia.. Apalagi saat itu gw baru nonton film porno yang tipe gw banget..

    Pernah ga kalian searching searching bokep di internet dan dapet yang selera kalian banget? misalnya kalian suka sama cewe yang boobsnya kecil dan perky gtu, trus rambutnya item panjang banget, dan pake kostum cheers..

    Nah pas ketemu bokep yang kaya gitu langsung lah ya kalian melakukan sesi pribadi itu berulang kali dengan itu bokep? Nah gw juga gitu, tapi, sebelom gw sempet sesi pribadi, cewe gw keburu nyampe di depan kamar dan ngetok. Jadilah gw kentang seada adanya.

    “Tumben kamu ga minta jemput di Travel?” tanya gw pas dia masuk ke kamar gw, tentunya itu bokep udah close yaa..

    “Iya doongg biar surprise kamunyaa, hehe” Jawabnya riang sambil naro tas punggung dia ke samping kasur gw. Zzz, seneng sih gw disurprisein gini, tapi pas banget gw lagi mau begitu kan.. kentangnya itu lho ga nahan.. masih berdiri tegak banget nih!

    Gw berusaha menyembunyikan ketegangan ini sambil pura pura merogoh kantong celana, eh tapi kalian tau apa yang dia lakukan? Meluk gw. Waduhhh! Kan ini masih tegak yaa, trus dia meluk gw.. klo kena gimana?

    “Kangen ihh sayaannggg” Ucapnya dipelukan gw. Gw cuman bisa senyam senyum doang sambil mundurin pinggang gw dari pinggang dia.

    “Eh Trus trus, kamu tadi naik apaan dari travel?” Gw sok nanya ke dia sambil ngelepasin pelukan.

    “Naik angkot.. aku kan diajarin Yully naik angkot apa dari sana, emangnya kamu pelit ga mau ngajarin wooo..” Jawabnya sambil kemudian membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin.

    “Yeee.. aku tuh ga ngajarin kamu karena aku ga mau kamu naik angkot.. ntar digodain akang akang bandung aku yang ribet ntar..” Canda gw sambil melihat dia minum air dingin, deilah kenapa jg dia minum airnya harus sambil ngelap leher gitu.. aahh ini mah karena gw yang masih kentang aja nih, semua hal bikin gw makin kerangsang..

    Tapi untungnya gw bisa meredam birahi gw seiiring gw makin larut ngobrol ngobrol sama dia. Gw nonton acara tv kabel sama dia, trus ketiduran sampe sore. Yully ngajakin gw makan sama Rara juga dan setelah Rara mandi, giliran gw mandi.. Wah ini saat yang pas buat gw ngelampiasin kentang tadi siang nih!

    Berbekal sabun cair yang dibawa cewe gw, gw dengan antusias melangkah ke kamar mandi. Baru mulai ritual di kamar mandi bentar, eh ada yang ngetok, cewe gw ternyata, dia bilang klo Yully udah dateng, jadi mandinya buruan. Waahh kampret sialnya.. baru ngelus dikit padahal..

    Klo gw kelamaan bisa curiga nih mereka berdua ntar, apalagi Yully, dia suka frontal tuh ngomongnya.. kan ga lucu kalo tiba tiba dia nanya ke gw, “lo abis coli yaa?” di depan Rara.. njirr bakalan awkward gw malem itu juga.. Yaudahlah ya gw mandi.

    Malem itu gw dan Rara habiskan makan bareng Yully dan beberapa temen angkatan dia yang akrab sama gw juga. Kita ketawa ketiwi bareng sambil menikmati kuliner Bandung yang ga pernah berhenti memukau lidah gw.

    Pas makanan abis, kita ngobrol ngalor ngidul mulai dari kuliahan, sampe ke masalah pacaran dan seperti yang udah gw duga, mengenai seks.. jujur gw ngerasa ga enak ngedenger obrolan ini karena takut bikin Rara ga nyaman..

    Eh tapi ternyata Rara fine fine aja sama obrolan itu dan bisa becanda soal kaya gitu, palingan yang aga canggung sih waktu salah satu temen Yully nanya ke gw udah ngapain aja sama Rara..

    Gw jawab gini, “Ya kali, gw mah belom ngapa ngapain sama dia.. ntar aja kali ya sayang pas nikah?” sambil natap ke Rara, disitu Rara senyum awkward gtu, gw juga disorakin sama temen temennya Yully, dibilang sok alim lah blablabla biasalah becandaan klo lagi asik ngobrol..

    Pembicaraan terus lanjut ke hal hal lain sampe akhirnya keabisan topik dan emang udah malem juga, sebenernya sih gw ga masalah pulang malem, toh kosan gw ga ada jam malem.. tapi yang lainnya ini punya jam malem, jadilah kita bubar dan pulang. Gw dan Rara nganterin Yully balik ke kosan trus kita juga pulang.

    Sampe di kosan Rara bersih bersih sementara gw ngobrol sama anak anak kosan gw yang lagi pada ngumpul, anak anak kosan gw juga asik asik sih dan mereka juga sering manas manasin gw.

    “Jangan brisik yak klo main ntar.. biar gw bisa tidur!” Sahut salah satu temen kosan gw disambut tawa yang lain. Selesai ngobrol sama anak kosan gw balik ke kamar dan ngobrol ngobrol lagi sama Rara yang lagi buka internet di komputer gw.

    Waktu itu gw masih newbie banget sama internet, dan Rara yang sering ngajarin gw internetan, ngajarin gw buka youtube, buka blog dsb dst.

    “Aelah ini komputer kenapa lemot deh sekarang..” Sahut gw waktu komputer gw lemot.

    “mungkin itu internetnya aja kali yang lagi lemot..” jawab Rara singkat sambil nonton TV disampingku.

    “Engga ko nyala nih internetnya.. jual juga nih..” Jawab gw masih aga aga kesel.

    “Sombooongg mentang mentang tajir gini nih.. makanya komputer dipake buat tugas jangan buat nyimpen film begituan!” Ujar Rara tiba tiba membuat gw kaget.

    Ko.. dia.. tau?

    Trus begonya gw gw ga ngaku pula.. panik sih ya gara gara ketauan..

    “Engga ko aku ga pernah nyimpen begituan!” Jawab gw panik. Si Rara cuman senyum nyepelein aja.

    “Ga mungkin lah sayaaanngg.. masa iya sama sekali ga ada?” Tanyanya sambil ganti ganti acara tv.

    “Beneran ga ada nih liat aja tuh klo mau!” ngotot gw berharap Rara percaya.

    “Bener yaa?! Yauda sini mana coba aku liat..” Kata Rara yang langsung berganti posisi dan merebut keyboard dan mouse. Mampus gw kena..

    Gw diem ga bisa ngomong sementara Rara masih ngeliatin mata gw berusaha mencari tau gw boong apa engga. “Tuh kaann nyimpeen kaann kamuu” Godanya sambil tersenyum puas mengungkap kebohongan gw.

    Gw juga senyum malu dan keki gitu.. “Iya iyaa ada.. dikit doang tapi ko” Jawab gw sambil berusaha ngeles untuk terakhir kalinya, padahal seinget gw udah ada 10GB waktu itu (Lumayan banyak lah untuk itungan dulu 10GB tuh).

    “halaahh masih lhoo ngeles..” Kata Rara yang ga tertipu juga sambil melepaskan keyboard dan mouse. “Lagian kamu ngapain sih nyimpen nyimpen kaya gituan sayaangg..” Lanjutnya kemudian menatap gw.

    “Ya abisnyaa..”

    “Abisnya apaa?” belom selesai gw ngomong, dia udah nanya lagi. Gw makin ga bisa ngomong.

    “Abisnya kita ga pernah kaya gitu?” tanya Rara lagi. Gila gw kaget banget dia nanya frontal kaya gitu. Gw ga tau harus jawab apa, dan dengan penuh ragu gw ngangguk sambil senyum malu.

    “Ya aku juga ga berani lah mau ngajakin kamu kaya gitu.. aku takut kamu mandang aku cowo buaya..” Jawab gw polos. Rara senyum.

    “Makasih yaa sayaaanngg.. aku seneng kamu mandang aku bukan cewe yang kaya gitu..” jawabnya trus megang tangan gw.

    “Iyalaahh.. kamu bukan cewe kaya gitu sayaangg! Kamu itu istimewaa pake banget!” Jawab gw jujur. Saat itu emang dia orang yang paling istimewa buat gw. Gw ngerasa dia ngelengkapin gw banget dalam berbagai hal.

    Cup!

    Rara ngecup bibir gw trus senyum ngeliatin gw. Gw kaget banget, tapi seneng.. ini ciuman pertama gw sama dia! Gw natap wajah dia dalem dalem, dan akhirnya nyium dia. Lebih lama dari Rara tadi nyium gw. Saat inilah birahi mulai masuk bersama rasa sayang gw ke Rara.

    Tanpa gw sadari gw mulai membuka bibir gw dan melumat bibir Rara. Tangan gw langsung mendekap punggung Rara dan kitapun jadi di posisi berpelukan. Rara awalnya tidak membuka bibirnya, namun lama kelamaan dia mulai membuka bibirnya dan kita berdua menikmati ciuman itu.

    Lidah gw dan dan Rara bersentuhan pertama kali dan gw menghisap bibir bawahnya dengan lembut, Gw dan Rara pun tersenyum, kita sama sama menikmati pengalaman ini untuk pertama kalinya. Kita saling bertatap tatapan, Rara bergumam ‘I Love You’ dan kembali mencium bibir gw lagi.

    Ciuman ini semakin memanas, Rara mulai berani melumat bibir gw dan bahkan dia juga mendesah di sela sela ciuman kami. Ini bikin gw makin nafsu aja.. tanpa gw sadari tangan gw mulai pindah posisi dari punggungnya ke pinggang,

    Otak gw kaya ngasih tau gw untuk bergerilya perlahan lahan ke payudaranya, jangan langsung nemplok ke payudaranya, tapi harus semulus mungkin, biar Rara ga nepis tangan kita pas udah megang nanti..

    Kita masih ciuman sampe akhirnya itu tangan kanan gw berhasil megang payudara kirinya, Rara sempet berhenti sesaat, tangannya berusaha menahan tangan gw, namun gw ngerasa usaha dia kaya setengah setengah, insting gw mengatakan ini cuma upaya palsu aja biar dia ga terlihat murah,

    Gw yakin dia udah sama kaya gw, dikuasai nafsu! Makin gencarlah ciuman gw dan tangan kanan gw berhasil memegang seluruh dada kirinya.. Astagaa, ini yaa rasanya memegang dada wanita (Tanpa gw tau bahwa yang gw pegang itu masih terbungkus bra)..

    Dada Rara tergolong standar, berukuran 34B, tapi gw ga peduli, ini pertama kalinya gw megang dada cewe sesuka hati gw, dan gw bener bener menikmati banget.. Terjadi Revolusi besar besaran di celana gw dan kali ini gw ga peduli kena Rara apa engga.. Gw memberanikan diri untuk narik Rara pindah ke kasur dan melanjutkan di kasur dan Rara pun mau.

    This is it.. gw bakal ML malem ini, wohooo!

    waktu di kasur Rara langsung rebahan sementara gw rebahan disamping dia, langsung aja gw nyium Rara lagi dan tangan kanan gw kembali memegang dada kiri Rara sementara tangan kiri gw memegang kepala Rara. Gw puas puasin itu megang dada, gw teken teken dengan berbagai pola mulai dari kaya neken bel sampe ke angka 8..

    Masih kurang puas, gw mulai masukkin tangan gw ke dalam baju Rara dan kembali memegang dada Rara dari dalem, Rara lalu membantu tangan gw dan kemudian mengangkat bajunya hingga memperlihatkan perut dan branya yang berwarna merah.

    Revolusi di celana berubah jadi pemberontakan yang semakin tegang..

    gw berhenti mencium Rara karena pengen ngeliat badan Rara yang alamak mulusnyaa.. kulitnya yang sawo matang mengkilat cerah diterangi lampu kamar kosan gw, kemudian aga ragu tangan gw mencoba menyusup ke balik branya.

    ASTAGAAA..

    ini apa yang gw pegaang?? Lembut bangeett ini gumpalan.. Rara kemudian menarikku dan kitapun kembali berciuman lagi, tangan gw ga berhenti tuh megang Payudara Rara yang ga dihalangi apapun. Gw mainin puting susunya yang bikin Rara ketawa geli sambil mendesah dan menggelinjang sedikit.

    “Sayang.. aku buka yaa baju kamu?” Pintaku ragu. Rara mengangguk dan kemudian bangkit dan duduk di kasur supaya gw bisa mudah ngebuka baju dia.

    JRENG! Terbukalah sudah seluruh dadanya dan gw bisa ngeliat jelas kedua payudara yang bergantung mancung di dada Rara. Puting susunya berwarna coklat muda selaras dengan warna kulitnya. Rara melihat gw yang melihat dadanya tanpa henti dan kemudian nanya..

    “Kamu suka ga?” Tanyanya sambil memegang kedua dadanya dan membuat dadanya menjadi merapat.

    “Aduuh suka banget sayaangg..” Jawab gw jujur sejujur jujurnya dan menarik Rara ke pelukan gw dan menciumnya lagi. Kali ini tangan kiri gw beraksi dan memegang payudaranya yang kanan dan memainkan puting susu Rara yang makin mengeras.

    Rara juga sudah tidak malu lagi menahan desahan desahannya yang membuat gw makin bernafsu menciumi wajahnya hingga ke leher dan akhirnya ke Payudaranya..

    Beeehh akhirnya gw bisa ngerasain nenen untuk pertama kalinya niihhh beeehhh!

    Gw isep sebisa gw itu payudara, tangan rara memegangi kepala dan rambut gw seperti tidak ingin melepaskan.. “Aaahhh..’ Desahnya.

    Gw coba gigit puting susunya dan mengagetkan Rara. “Ouw?” Ucapnya kaget. Gw nengok ke atas dan melihat mukanya yang kaget, “maaf sayaangg aku gigit tadi” Ucap gw polos diikuti senyuman kita berdua.

    “Enak sayang?” Tanya Rara.

    “BANGET!” Jawab gw.

    Kemudian gw membaringkan Rara dan menciumnya kembali sambil memainkan payudaranya.

    “Sayang.. ini punya kamu, keras banget..” Kata Rara sambil menunjuk ke arah kejantanan gw yang masih berontak berontak ingin dibebaskan dari penjajahan celana dalam.

    “Iya sayang, gara gara kamu niihh” Jawab gw.. “Kamu pegang mau ga?” tanya gw. Rara ngangguk.

    “Aku mau liat..” Jawabnya sambil melihat terus ke kejantanan gw.

    Ga pake ba bi bu langsung gw buka baju dan celana gw, langsung sama celana dalemnya. Dan terlihatlah penis gw yang udah tegak banget banget di depan Rara dengan bulu bulu jembut yang ga cukup lebat karena ga pernah gw cukur dari tumbuh,

    Rara terbelalak ngeliatnya karena ini pertama kalinya dia ngeliat penis secara langsung. Penis gw juga ga gede gede amat sih, kurang lebih se ariel lah, gedean dia malah gw rasa haha..

    Gw langsung rebahan di samping Rara lagi, Rara masih ngeliatin penis gw dan bingung harus ngapain, gw juga bingung harus ngapain, gw tau sih gw pengen dia megang penis gw, klo bisa diisep malah, cuman gw ga tau gimana mintanya.. langsung aja gitu? Akhirnya otak gw jalan dan gw ngambil tangan dia dan gw taro ke penis gw..

    “Mmmmmhh..” Desah gw waktu tangan Rara mulai megang penis gw. Awalnya Rara belom bisa megang penis gw, terus akhirnya logika dia jalan dan mulai tau gimana caranya ngocokin penis..

    “Aduh enak sayaanngg..” Gw ngedesah keenakan pas Rara mulai secara konstan ngocok penis gw. Tangan gw ga tinggal diem dan mulai memegang selangkangan Rara. Rara lanjut nyium gw lagi sambil nyoba ngocokin gw dan tangan gw mulai masuk ke dalem selangkangan Rara.

    Gw mulai memegang jembut Rara yang juga lumayan lebat dan makin menuju ke bawah ke vaginanya yang hangat. Jari tengah gw secara spontan mulai beraksi di sela sela garis vaginanya dan membuat Rara merem melek kenikmatan.

    Langsung aja gw gerak gerakkin terus itu jari tengah gw ke vaginanya Rara yang berasa basah itu, gw beraniin diri buat ngebuka celana Rara untuk ngeliat sendiri bentuk vaginanya.

    Daammnn bener bener malam yang paling indah nih! Rara akhirnya terlentang polos dihadapan gw tanpa sehelai baju pun. Spontan tangannya mencoba menutupi vaginanya yang tertutup jembut yang tidak selebat yang gw kira tadi.

    “Jangan diliatin aahh sayaanngg, maluu..” Kata Rara sambil menutupi vaginanya dengan kedua tangannya.

    “Yaah sayaanngg kita udah kaya gini kamu masih malu ajaaa..” Jawab gw melas.

    “Ya makanya jangan diliatin gitu.. ” Pinta Rara yang kemudian menarik gw dan kembali menciumi gw.

    “Aku masukkin ya sayang?” Pinta gw.

    Rara tampak ragu. “Aku takut hamil sayang..” Jawabnya. Sejujurnya gw juga.. gw tau sih yang bikin hamil itu kalo sperma gw masuk ke vagina dia dan nyampe ke sel telur dia dan masuk ke proses pembuahan, jadi klo sperma gw pas gw ejakulasi ga masuk ke vagina dia, dia ga akan hamil dong? Tapi tetep aja gw takut gw ga tahan..

    Sepengen pengennya gw ML sama Rara malam itu, pada akhirnya gw terlalu takut akan kemungkinan dia hamil, lagipula gw ga punya kondom juga.. Akhirnya malem itu gw ga sampe ML, tapi cukup sampe ke HJ aja, plus gw ngelumat mrs v Rara sih..

    Beh itu sensasinya pas ngejilat punya diaa.. beribu ribu rasanya! Ngeliat bentuk vagina dari deket, ngeliat ekspresi muka Rara pas gw mulai ngejilat vagina dia yang masih rapet banget itu, ngerasain rasa cairan cairan lendir yang ada di vagina dia, nyium aroma vagina dia, semuanya gw nikmatin dan gw inget inget banget..

    Sampe akhirnya gw ga tahan dan minta dia ngocokin penis gw sambil nyium gw, Tadinya Rara mau nyoba ngisep penis gw, tapi dia belom siap gitu, yasudahlahya gw ambil apa yang bisa gw ambil deh.. toh ini udah lebih dari apa yang gw mau sih sebenarnya..

    Gw minta Rara makin kenceng ngocokin gw pas gw mau keluar biar gw bisa maksimal keluarnya, dan bener aja, pas gw keluar maksimal banget itu sperma muncrat kemana mana.. ke tubuh gw, ke dada Rara dan ke tangan Rara juga.

    Rara ngerasa asing sama sperma gw dan dia kaya mempelajari tekstur sperma gw. Disapunya sperma gw yang muncrat ke dadanya dan dia lihat baik baik teksturnya yang kental dan menempel di tangannya itu. Gw langsung bangkit berdiri meskipun gw lemas setelah muncrat tadi untuk mengambil tissue dan membersihkan diri gw dan Rara.

    Sambil mengelap sisa sisa sperma gw, kita berdua saling berciuman lagi. Gw meluk dia dari belakang dan membantunya mengelap sperma yang ia lewati.

    “Makasih ya sayang..” Ucap gw sambil meluk dia dan nyium leher dia yang bersih itu.

    “Iya sayaanngg..” Jawab Rara kemudian menyenderkan kepalanya ke kepala gw. Gw ngambil selimut dan nutupin badan kita berdua pake selimut itu dan kita rebahan lagi dan terus berpelukan sampe akhirnya ketiduran.

    Paginya ya otomatis seiring tegaknya penis gw, gw minta ke Rara buat begituan lagi dan dia mau.. Kita mulai lagi kegiatan semalem, Rara tetep belum mau ML dan juga belom mau BJ, gw sih no problem.. tetep nikmat ko, apalagi sama dia mainnya..

    Semenjak malam itu, gw sama Rara makin terbuka pacarannya.. kita beberapa kali lagi kaya gitu lagi sebelom akhirnya kita putus karena beda agama dan ga bisa dilanjutin takut ga disetujui orang tua, tambah lagi kita juga makin sibuk sama aktifitas di kampus masing masing..

    Gw masih kontak kontakan sih sama Rara, suka Skype skypean juga, tapi semenjak putus kita ga pernah lagi begitu begitu, cukuplah buat gw.. gw ga mau ngerusak dia lebih jauh lagi. Yang pasti gw ga akan bisa ngelupain pengalaman pertama gw ngesex sama dia. Ga akan bisa.

    Bersambung…

    1 2 3
  • Istri Simpanan

    Istri Simpanan

    Khusus Dewasa!!!
    Rama Purnomo Pria berbadan tinggi, kulit putih dan hidung Bangir, Berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai guru olahraga di sebuah sekolah menengah atas dan sudah mempunyai seorang istri atas perjodohan dari orang tuanya, istrinya bernama Sonya yang bekerja di sekolah yang sama dengan suaminya.

    Beberapa bulan belakangan ini Rama selalu memperhatikan seorang murid perempuan yang selalu membuatnya sakit di bagian bawah nya. ia selalu menginginkan gadis itu menjadi miliknya dengan cara apapun.

    Aulia Atmoko Gadis yatim piatu berparas cantik, di usia yang baru 17 tahun ia harus bekerja paruh waktu di toko buku untuk memenuhi kebutuhan nya sendiri.

    Aulia juga diam diam sangat menyukai guru olahraganya yang bernama Rama Purnomo. Apapun akan Aulia lakukan untuk menggapai cita citanya dan mendapatkan keinginannya termasuk menjadi istri simpanan seseorang.

    Novel Istri Simpanan
    Novel Istri Simpanan

    Novel Istri Simpanan – Senin !! Hari yang sangat Aulia benci, ia sangat malas dengan upacara bendera. Dengan malas ia bangun dan menuju kamar mandi yang berada di area dapur rumahnya, ia kemudian masuk ke kamar mandi dan mulai menyirami badannya dengan air yang terasa sangat sejuk pagi itu.

    Tak sampai 10 menit Aulia pun selesai dan segera memakai seragam putih abu nya kemudian langsung berangkat ke sekolah tanpa sarapan.

    Di perjalan menuju halte tiba tiba ia teringat jika ponselnya tertinggal dan ia harus kembali lagi ke rumah untuk mengambilnya, Alhasil dia ketinggalan angkot dan berujung terkena hukuman karna terlambat.

    “Kenapa terlambat”? Suara dingin menginterupsi telinga Aulia.

    Aulia hanya diam dan menundukkan kepalanya, tapi sekali lagi suara dingin itu menyapa telinganya dengan sedikit bentakan.

    “Gak punya telinga kamu”?

    “Saya di depan kamu, bukan di bawah kaki kamu”.

    Perlahan Aulia mengangkat kepala nya dan langsung menatap mata guru yang membentaknya tadi. Mata mereka saling beradu tatap, dan jangan katakan bagaimana jantung guru nya itu.

    “Ma-maaf pak rama, saya telat karna nungguin angkot”. Jawab Aulia yang sudah berlinangan air mata.

    Ingin sekali rasanya Rama mendekap tubuh gadis yang sudah ia cap sendiri sebagai gadisnya ini, mengusap air mata yang sebentar lagi akan jatuh. Tapi ia harus menahannya dulu, nanti baru ia akan beraksi.

    Rama memutuskan tatapannya pada Aulia dan menyuruh muridnya untuk membersihkan halaman yang berada di belakang gudang, Aulia yang tak terima pun memberanikan dirinya untuk protes.

    “Yang lain bersihin halaman yang di depan sekolah, kok saya bersihin yang di belakang gudang pak”?

    “Kenapa? Kok kamu yang ngatur”? Rama ngegas dong.

    “Saya takut pak, di sana sepi, gak ada orang yang pernah kesana”, cicit Aulia.

    Memang ini tujuan Rama, ingin berduaan dengan gadisnya.

    “Saya yang awasi kamu, sekarang ambil peralatannya dan langsung ke halaman belakang gudang, jangan banyak alasan”, titah Rama.

    Aulia segera pergi dari hadapan Rama dengan menghentak hentak kan kakinya dan mulut yang komat Kamit.
    Rama semakin gemas melihat tingkah Aulia yang sangat lucu dimatanya.

    “Akhirnya, bisa berduaan juga sama kamu”, Rama membatin kegirangan dan memegang area selangkangannya yang entah kenapa selalu berdenyut jika melihat atau berada di dekat Aulia.

    Ngocoks Sudah 15 menit Aulia asik menyapu dedaunan kering dengan perasaan takut, karna gudangnya terletak jauh di belakang area sekolah, mulutnya sibuk memaki Rama yang tak kunjung datang. Karna terlalu asik memaki sang guru sambil menyapu sampah ia sampai tak sadar jika di depannya terdapat lubang dan akhirnya kakinya pun termasuk ke dalam lubang itu.

    “Awwhhh .. Sssshhh .. Aduuh sakit banget” , Aulia mengaduh kesakitan sambil mengangkat keluar kakinya dari lubang dengan suara isakan yang keluar dari mulutnya.

    Rama yang baru datang dengan membawa minuman dingin pun terkejut melihat Aulia yang terduduk dengan kaki lecet dan bengkak sambil menangis.

    “Hey, kamu kenapa”? Tanya Rama khawatir.

    “Bapak ke mana aja sih, katanya mau nemenin saya, saya dari tadi nungguin karna takut sampe sampe kaki saya masuk ke lubang”. Jawab Aulia sesegukan.

    Rama yang tak tahan pun langsung mendekap tubuh Aulia yang bergetar karna menangis, ia mengusap usap punggung gadisnya dan mengecup pucuk kepala Aulia.

    “Maaf ya, saya tadi di panggil sama kepala sekolah sebentar, terus beliin kamu minuman”.

    Aulia masih menangis dalam pelukan Rama, Rama pun semakin mengeratkan pelukannya pada Aulia. “Udah yaa, saya minta maaf”.

    Aulia langsung melepaskan dirinya dari pelukan Rama.

    “Ma-maaf pak”.

    “Maaf kenapa? Hm”? Tanya Rama sambil menyelipkan rambut di belakang telinga Aulia.

    “Udah pak, nanti ada yang liat”.

    “Kalo gak ada yang liat”?

    “Hah”?

    CUP..

    “Manis”, Rama menjilat bibirnya sendiri.

    Aulia yang terkejut mendapati perlakuan Rama itu pun langsung ingin berdiri dan pergi dari sana, tapi ia melupakan kakinya yang sedang sakit.

    “Awkkhhh”..

    “Kamu ngapain tiba tiba berdiri? Udah tau kaki nya sakit”. Ujar Rama.

    “Awas, gak usah pegang pegang”. Marah Aulia.

    Rama tak mendengarkan Aulia, ia tetap memegang pergelangan Aulia.

    “Kamu kenapa”?

    “Bapak yang kenapa”?

    “Loh, kok saya? Saya kenapa”?

    “KENAPA BAPAK CIUM SAYA”? Teriak Aulia.

    Aulia semakin memberontak saat Rama memegang tangannya dan ingin memeluknya lagi.

    “Hey, tenang Lia”,Rama mencoba menenangkan Aulia sambil memeluk tubuhnya.

    “Bapak jahat”. Ucap Aulia dengan tangan memukul dada Rama.

    “Iya saya jahat, Maaf lagi yaa”.

    “Gak mau maafin, saya mau ke kelas”.

    Rama melepaskan pelukannya pada Aulia dan menangkup wajah Aulia.

    “Masih mau ke kelas dengan muka berantakan gini? Mata sembab, hidung merah, kaki juga luka sama bengkak, hm”? Tanya Rama.

    “Ini semua kan gara gara bapak, bapak bentak saya tadi pagi, terus biarin saya sendirian bersihin halaman gudang, kaki saya masuk ke lubang juga gara gara bapak, terus tadi bapak malah cium cium saya” omel Aulia.

    Rama tersenyum melihat Aulia mengomel, tangannya terangkat untuk mencubit pipi chubby Aulia.

    “Kenapa gemes gini kalo ngomel”?

    “Bapak ih, gak usah pegang pegang saya teruss”.

    “Yaudah”.

    Rama pergi meninggalkan Aulia sendirian lagi disana, baru beberapa langkah ia mendengar isakan tangis yang keluar dari mulut gadisnya.
    Rama berbalik lagi menuju ke arah Aulia.

    “Hiks..Hiks..”

    Aulia menangis dengan wajah tertutup telapak tangan, tanpa aba aba Rama langsung mengendong Aulia ala bridal style.

    “Aaaa bapak, kenapa saya di gendong? Turunin ih, nanti di liatin orang paaak”.

    “Diem Lia, atau saya cium lagi bibir kamu yang manis itu”.

    Aulia langsung terdiam dan kembali menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya, ia takut menjadi bahan omongan semua murid dan guru guru karna sekarang dia berada dalam gendongan guru hot di sekolah ini, tapi ia tidak mendengar apa pun , kenapa sunyi sekali batinnya.

    Ternyata semua orang sedang melakukan proses belajar mengajar, tidak ada satu pun yang berada di luar kelas. Hanya beberapa menit saja tiba tiba tubuhnya seperti melayang dan merasakan seperti berbaring di atas kasur. Aulia membuka matanya dan benar saja, ia memang berbaring di atas kasur yang berada di UKS.

    “Gak usah ngomong, gak usah banyak nanya, saya obatin dulu kaki kamu”.

    Aulia hanya menurut, ia memperhatikan berapa telatennya Rama mengobati lukanya.

    “Shh.. pelan pak, sakit kalo di pencet gitu”.

    “Iyaa Lia”.

    “Pak”?

    “Pak”?

    “Bapak”? Panggil Aulia lagi sedikit keras.

    “Apa liaaaa”?

    “Bapak kenapa manggil nama saya Lia”? Tanya Aulia.

    “Kan mulut saya, suka suka saya lah, kenapa emangnya? Gak suka di panggil Lia? Atau mau di panggil sayang”?.

    “Ihhhh, apaan sih bapak, gak ada yang manggil saya Lia kecuali bapak”.

    PLUK..

    Rama menyentil jidat Aulia.

    “Aduuh, sakit tau paaak, bapak kenapa siiihh”? Tanya Aulia.

    Rama mendekatkan mulutnya ke telinga Aulia dan membisikkan sesuatu.

    “Saya suka sama kamu, Lia”.

    “Saya gak bercanda”, sambung Rama.

    Aulia mendorong tubuh Rama dan menatap lekat wajah guru nya itu.

    “Bapak gila ya”?

    “Tergila gila sama kamu”. Jawab Rama dengan entengnya.

    “Bapak udah punya istri kalo bapak lupa”.

    “Saya gak lupa, Lia”.

    Aulia memiringkan badan nya ke arah tembok dan menyelimuti seluruh tubuhnya.

    “Keluar pak, saya mau istirahat. Makasih udah nolongin saya” ucap Aulia.

    Rama mengusap rambut Aulia dan mengecup pucuk kepalanya.

    “I love you”, ucap Rama dan langsung pergi meninggalkan Aulia.

    ***

    Hari sudah menunjukkan pukul 3 sore, bel pulang sekolah sudah sejak tadi berbunyi. Ternyata Aulia ketiduran cukup lama di UKS, ia segera bangun dan ingin mengambil tas nya yang berada di dalam kelas. Baru ingin bangun dan menuju ke kelas tiba tiba Rama masuk dengan tas miliknya yang sudah berada di tangan guru nya itu.

    “Saya capek, gak mau debat”, ucap Rama yang langsung menggendong Aulia.

    “Saya antar pulang”.

    Aulia langsung membelitkan tangannya di leher Rama, ia pun tak ingin berdebat lagi dengan rama. Rama merasakan nafas Aulia yang berada di leher nya, ia mati Matian menahan nafsunya.
    Setelah sampai di mobil, Rama membuka pintu dan meletakkan Aulia di kursi depan, setelahnya Rama pun masuk dan memakai kan Aulia seat belt.

    Rama mencium aroma tubuh Aulia yang membuat adik nya mengeras di bawah sana, tanpa aba aba lagi ia mencium bibir tipis Aulia, menarik narik bibir gadisnya dan menyedot lidah manis milik Aulia.
    Karna sudah terbawa suasana, Aulia pun membalas ciuman dan sedotan lidah dari Rama.

    “Ngghhh”

    “Ssshhh.. Akhh”, desah Aulia.

    Ciuman Rama turun ke leher jenjang Aulia, ia menghirup dalam dalam aroma leher Aulia, di kecupinya, di jilati dan di gigit gigit kecilnya leher putih itu.

    “Mmhh, jangan di cupang paakh”.

    Rama hanya mengangguk dan melanjutkan kegiatan menjilati leher Aulia, Aulia memeluk kepala Rama agar tetap berada di lehernya.

    “Nggghhh.. udah paak, saya mau pulang, saya harus kerja”.

    Rama mengangkat kepala nya leher Aulia, mengusap leher gadisnya menggunakan jempolnya dan terakhir menjilat bibir Aulia.

    “Gak usah kerja yaa”. Ucap Rama.

    “Saya harus kerja pak, kemarin saya udah di tagih sama wali kelas saya karna nunggak bayar uang bulanan”.

    “Nanti saya yang bayarin semua uang sekolah kamu sampe selesai, termasuk kebutuhan pribadi kamu”, ujar Rama.

    “Gak, saya bukan tanggung jawab bapak”.

    “Kita nikah, biar kamu jadi tanggung jawab saya”, jawab Rama serius.

    “Saya masih sekolah pak, masih punya cita cita yang harus saya gapai” ucap Aulia.

    “Oke, Jawab pertanyaan saya dengan jujur”.

    “Iyaa”.

    “Kamu suka gak sama saya”? Tanya Rama.

    Aulia mengangguk, siapa sih yang gak suka sama guru ganteng di sekolahnya, teman teman bahkan kakak kelas nya pun rata rata menyukai guru olahraganya ini.

    “Kenapa suka sama saya”?

    “Bapak ganteng, tapi sayang udah punya istri”, jawab Aulia.

    “Saya bisa ceraikan istri saya demi kamu”.

    “Gak usah ngaco deh pak, ayo jalan. Nanti saya telat”. Ucap Aulia.

    “Gak usah kerja Lia, kamu gak denger apa yang saya bilang tadi”?

    “Bapak juga gak denger apa yang saya bilang? Saya masih sekolah dan punya cita cita yang harus di gapai bapaaak”.

    “Kalau gitu kita pacaran aja dulu, gimana”? Paksa Rama.

    Aulia tertawa renyah melihat kelakuan Rama.

    “Bapak kenapa sih? Bapak udah punya istri looh, buk Sonya juga cantik banget” tanya Aulia heran.

    “Gak usah bawa bawa orang lain, jawab pertanyaan saya tadi, kalo kamu gak mau nikah sekarang, kita pacaran dulu, ya”?.

    “Mmm saya pikir pikir dulu ya pak”?

    “Saya mau kamu jawab besok”, lagi lagi Rama memaksa.

    “Iyaa bapak, yaudah ayo jalan”.

    Rama mengemudikan mobilnya menuju rumah Aulia, Aulia heran kenapa Rama bisa tau jalan ke rumahnya, padahal ia belum memberi tahukan pada Rama dimana alamat rumahnya.

    “Bapak kok tau rumah saya”?

    “Saya tau semuanya tentang kamu, Lia”, jawab Rama.

    “Bapak penguntit ya”? Tanya Aulia tak santai.

    “Apa salah nya menguntit orang yang kita sayang”?

    Aulia hanya diam mendengar kata yang keluar dari mulut Rama, ia hanya menganggap itu semua hanya bualan saja. Setelah beberapa saat, mereka pun sampai di rumah kecil Aulia.

    Baru turun dari mobil, Aulia di kejutkan dengan barang barang nya yang sudah berada di luar rumah dan tiba tiba seorang wanita paruh baya keluar dari rumah nya dengan marah marah.

    “Sekarang kamu keluar dari kontrakkan saya Aulia, kamu janji janji terus tapi gak pernah di tepati, sudah 3 bulan kamu nunggak uang kontrakkan”, marah wanita parubaya tersebut.

    Dengan kaki yang terseok Seok Aulia berjalan ke arah wanita parubaya itu dan bersimpuh memegang tangannya.

    “Buk, saya mohon buk, kasih saya waktu, saya belum punya uang, kalau udah ada uang nya saya bayar semua buk”. Jawab Aulia sambil menangis.

    Rama yang melihat itu pun langsung menghampiri Aulia dan menarik tangannya.

    “Bangun”!!

    Rama mengeluarkan banyak sekaliuang merah dan memberikan nya kepada wanita parubaya itu dan langsung menggendong Aulia masuk ke dalam mobil.

    “Kaki kamu masih sakit, gak usah keluar mohon mohon lagi, diem “!
    Rama langsung menutup pintu mobil dengan kencang.

    Rama mengambil semua barang barang Aulia dan memasukkan nya ke dalam bagasi lalu ia dengan cepat mengemudikan mobilnya meninggalkan rumah yang pernah Aulia tempati.

    “Pak, kita mau kemana”? Tanya Aulia yang masih menangis sesegukan.

    “Apartemen”.

    “Bapak “!!!!

    “Saya bayar kontrakkan aja susah, ini bapak mau nyari apartement untuk saya tinggal? Saya udah susah jangan di ditambah susah lagi pak, Bapak gila ya”? Teriak senja yang semakin menangis.

    Rama menepikan mobilnya di pinggir jalan, ia menarik Aulia ke dalam pelukannya. Mengusap usap sayang punggung gadis kecil yang berada dalam pelukannya, sesekali ia kecup dahi Aulia.

    “Gak capek apa nangis terus? Hm?, Tanya Rama dengan lembut.

    “Bapak yang bikin nangis terus”.

    “Saya mau bawa kamu ke apartement saya, kalo kamu tinggal di sana, itu jadi apartement kita”, ujar Rama.

    Rama melepaskan pelukannya dan mengusap air mata mata Aulia, Ia kembali menjalankan mobilnya menuju apartement.

    Fokus dengan menyetirnya Rama menoleh kekiri untuk melihat Aulia yang hanya diam, tak terdengar lagi suara tangisan dan isakan, ternyata gadisnya tertidur.

    Sesampainya di parkiran apartement, Rama menggendong tubuh Aulia dan pergi ke arah lift untuk menuju kamarnya.

    Setelah sampai di kamarnya Rama membaringkan tubuh Aulia di kasur, membuka seragam Aulia dan hanya menyisa kan tantop dan celana dalam saja. Rama memegang burungnya yang sudah sesak ingin keluar.

    “Ssshhh.. Ngghhh..” Rama meremas kontolnya dari luar celana.

    Rama membuka baju dan celana nya, sama seperti Aulia, ia hanya menyisakan celana dalam nya saja.
    Rama merangkak naik ke atas tubuh Aulia dan menggesek gesekkan kontolnya ke memek Aulia.

    “Aakhh.. di gesek gini aja enakh.. Ngghhh”..

    Aulia yang merasa terusik pun bangun dan terkejut ketika melihat Rama Sudah berada di atas tubuhnya dengan bertelanjang dada, ia lebih terkejut ketika melihat Rama yang sedang menggesekkan kontol ke memeknya.

    Aulia mendorong tubuh Rama, ia terkejut lagi ketika melihat kalau ia hanya mengenakan tantop dan celana dalam saja.

    “Bapak ngapain saya”? Tanya Aulia sambil menutupi payudara nya.

    “Gak ngapa ngapain, Lia”.

    “Boong”.

    “Beneran, orang saya cuma gesek gesekin kontol saya ke memek kamu”, jawab Rama jujur.

    “Bapak ihh, jorok banget ngomong nya, terus kenapa bapak gesek gesikin itu bapak ke ini saya”?

    “Yang kotor lebih enak, saya sange liat kamu”, ucap Rama yang memegang batangnya”.

    “Nggghhh”.

    “Bapak kenapa”?

    “Sange, mau kayak tadi”, jawab Rama dengan mata sayu.

    “Mau ya, gesek aja kok, hm”.

    Aulia hanya mengangguk, Rama dengan cepat mendekati Aulia dan menyuruhnya berbaring kembali.
    Ia mulai menggesek kan kontolnya ke memek Aulia.

    “Aakhh.. enak banget sayang.. ngghh”.

    “Pegang tete boleh ya”?

    Aulia yang sudah mulai sange pun mengiyakan permintaan Rama.
    Rama mulai meremas payudara Aulia yang cukup besar, karna kurang puas meremas dari luar, ia memasukkan tangannya ke dalam tantop Aulia.

    “Mmmhhh.. Bapak “..

    “Kenapa Lia? Enak?

    “Akhh.. iyaaah”.

    “Buka baju nya yaa”?

    Lagi, Aulia hanya mengangguk.
    Rama melepaskan tantop serta bra yang di pakai Aulia.
    Menangkup payudara yang besar itu serta meremas remas nya dengan gemas, menarik dan memilin puting yang sudah mencuat.

    “Aakhh.. jangan di tarik tarik paak”.

    “Terus di apain”?

    “Mmhh, di isap”.

    Dengan cepat Rama menundukkan kepalanya ke arah payudara Aulia, ia langsung memasukkan puting yang sudah keras ke dalam mulutnya, di hisap hisap nya puting pink milik Aulia lalu di tarik nya menggunakan gigi.
    Kontol yang di bawah semakin cepat menggesek memek Aulia.

    “Aakhh..aakhh..aakhh .. jangan di tarik paak.. aakkhh”.

    “Ngghhh.. saya gak tahan Lia, boleh saya masukin memek kamuh”?

    “Enggak, gak mau pak.. gini ajah”.

    “Buka celana dalam nya yaa, saya janji gak masukin, gesek sampe muncrat aja”.

    “Iyaah”.

    Rama pun membuka celana dalamnya dan celana dalam Aulia, Aulia menelan air ludahnya melihat betapa besar dan panjangnya milik Rama.

    Rama mulai menyodok nyodok kan kepala kontolnya di memek senja.

    “Akhhh.. bapak udah janji cuma gesek aja, jangan di masukin”.

    “Enggak sayang, cuma gesek aja”.

    “Ngghhh.. Lia, enak banget Lia.. Aakhh..aakhh..aakhh..”

    “Aakhh.. bapak, jangan cepet cepet pak, saya mau pipis”.

    “Aakhh..aakhh..aakhh.. pipis aja sayang”.

    “Akhh..akhh..akhh saya pipis paak, Aakkhhhhhh”.

    Rama mempercepat gesekannya karna ia ingin keluar.

    “Aakhh..aakhh..aakhh saya mau keluar Lia, ngghhh… Aaaaaaaakkkhh”.

    CROT..CROT..CROT..

    Rama menyemburkan sperma nya di atas memek Aulia, dan menggesekkan kepala kontolnya di puting Aulia yang masih tegang.

    “Anget pak”.

    Rama langsung menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh Aulia.
    Ia memeluk erat tubuh gadisnya dengan melingkarkan kakinya di paha Aulia.

    “Capek”? Tanya Rama

    “Capek pak”.

    “Gak mau makan dulu”?

    “Enggak bapak, saya capek”, jawab Aulia.

    “Saya mau kamu jawab sekarang Lia”.

    “Jawab apa pak”? Tanya Aulia

    “Perasaan saya tadi siang”.

    “Hmm, iya”.

    “Iya apa”? Tanya Rama tak sabaran.

    “Mau”.

    “Mau apa liaaaa? Ya jelas”, Rama gregetan.

    “Saya mau jadi pacar bapak”, ucap Lia.

    Rama langsung duduk dari berbaring ya.

    “Kamu serius”?

    “Iya bapak, saya serius”, ucap Aulia.

    Rama memeluk Aulia dan mengecup seluruh wajah murid nya yang baru saja menjadi kekasihnya.

    “Tapi pak, gimana kalo buk Sonya tau”?

    “Ya biarin aja”? Jawab Rama asal.

    “Bapak kok gitu”?

    “Gitu gimana? Udah lah, saya kan udah bilang jangan bahas orang lain kalo kita lagi berdua”.

    “Iya iyaaaa, maaf bapak”.

    “Jangan panggil saya bapak Aulia .. saya bukan bapak kamu”, ucap Rama tak ingin di panggil bapak.

    “Huh, jadi saya harus panggil apa”?.

    “Panggil saya mas kalo di luar sekolah, dan jangan saya saya lagi, aku kamu”.

    Aulia yang malas berdebat pun mengiyakan semua permintaan Rama.

    “Iyaaa Maas, aku gak manggil bapak lagi”.

    Rama mengecup ujung hidung Aulia dan membawanya kedalam dekapan hangatnya lalu menuju alam mimpi.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
  • Motivator Untuk Anak

    Motivator Untuk Anak

    Cerita Sex Motivator Untuk Anak – Selamat malam sobat Ngocokers tercinta. Vania, sebuah nama yang dipilih oleh orang tuanya dulu. Kini, ia menamani anaknya Ifan, selain karena bunyinya hampir mirip, juga karena Vania berharap anaknya tidak akan kekurangan Ifan selama hidupnya. Namun ternyata, nasib berbicara lain. Kini, setelah beranjak gede, Ifan ternyata sangat santai dalam menghadapi hidup ini.

    Telah beberapa kali Vania memergoki anaknya yang sedang mengintip saat ia mandi. Bahkan terkadang, Ifan mengintip roknya saat akan dan atau beranjak dari duduk. Sikap anaknya memang tak menyenangkan, namun kali ini Vania lebih mementingkan jalan hidup anaknya. Apalagi kalau melihat rapotnya, jarang ada nilai lebih dari delapan puluh.

    Seharian Vania mencoba berpikir apa yang mesti dilakukan untuk mengubah nilai dan pandangan hidup anaknya. Bagaimana caranya untuk memotivasi anaknya yang kurang termotivasi? Ingin rasanya Vania mengundang motivator terkenal, namun apa daya tiada rupiah.

    Cerita Sex Motivator Untuk Anak
    Cerita Sex Motivator Untuk Anak

    Ngocoks Malam hari, Vania makan seperti biasa bersama anaknya. Selesai makan, saat Ifan akan kembali ke kamarnya, Vania menghentikan. Duduk dulu sini, ada yang mau mama bicarain. Lah, Ifan udah tau mama mau bicarain apa. Pasti itu lagi-itu lagi.

    Iya, mama ngerti. Tapi mama inginnya meski kamu tak niat kuliah, nilaimu harus bagus semua. Apalagi mama ingin sehabis sekolah kamu tuh kuliah.

    Tapi mah, Ifan udah seneng kok hidup kayak gini. Apa lagi yang kurang?

    Pasti ada yang kurang. Masa kamu puas hanya dengan seperti ini sih?

    Kagak ada yang kurang mah. Kecuali

    Kecuali apa?

    Kecuali cewek telanjang. Hehehe

    Hehe Dasar kamu itu. Pantesan kamu doyan bener intipin mama mandi.

    Ifan yang lagi tersenyum mendadak diam. Terkejut.

    Kamu kira mama gak menyadari kelakuanmu apa?

    Iya mah, maaf. Abis Ifan penasaran sih.

    Iya mama ngerti. Seusia kamu memang penasaran sama segala hal. Malahan bagus kok, daripada mati penasaran.

    Makasih mah.

    Tapi mama ingin agar kamu tingkatin nilai kamu. Terus kuliah. Biar nanti bisa lebih daripada mama. Lebih sukses dan lebih kaya.

    Gak perlu mah. Gini juga udah bahagia kok.

    Meski tanpa gadis telanjang, kata Vania sambil nyengir. Ya udah, kalau kamu mau ke kamar. Mama mau beresin dulu.

    Iya mah.

    Vania pun membersihkan sisa makanan dan mencuci piring. Telah delapan tahun Vania sendirian mengurus anaknya. Delapan tahun lalu David, ayahnya Ifan, meninggal. Selama ini Vania berjuang mencari nafkah juga membesarkan. Tatapan mata anaknya saat mengintip membuat Vania kembali merasa ingin menjadi wanita seutuhnya, yang diinginkan oleh pria, dijamah oleh laki-laki, dicumbui lelaki.

    Mama boleh masuk nak? tanya Vania setelah mengetuk pintu kamar anaknya.

    Namun, tanpa menunggu jawaban, Vania langsung masuk dan mendapati anaknya sedang duduk di depan monitor. Vania lalu duduk di ranjang anaknya.

    Ada apa mah?

    Nak, mama rasa keputusanmu untuk kerja sehabis sekolah bakal kamu sesali nanti, kata Vania sambil mengusap kepala anaknya.

    Kalau begitu adanya, biarlah nanti Ifan sesali apa yang Ifan putuskan hari ini.

    Mama ingin kamu kuliah. Namun meski begitu, mama takkan menghukum kamu dengan menjual komputermu dan atau melarangmu melakukan ini-itu.

    Jadi, daripada melarangmu, mama putuskan untuk memberimu hadiah jika dan hanya jika nilai rata-rata EBTANASmu lebih dari pada delapan puluh dan kamu lanjut kuliah.

    Tapi mah, Ifan kan udah bilang Ifan gak perlu apa-apa lagi.

    Vania menghelan nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.

    JIka nanti pada saat EBTANAS nilaimu lebih dari delapan puluh dan kamu putuskan akan kuliah, mama akan hadiahi kamu wanita telanjang.

    Apa?

    Jika nilaimu bagus, mama tak akan lagi memakai pakaian di rumah hanya jika sedang berdua denganmu, alias tak ada tamu.

    Hehehe Mama emang pinter bercanda, tawa Ifan.

    Wajah Vania yang terkesan dingin membuat Ifan menghentikan tawanya.

    Jika tubuh usia empat puluh empat tahun masih menarik bagimu, maka peganglah janji mama ini. Tapi jika nilai rata-ratamu kurang dari delapan puluh, maka saat itu juga perjanjian ini mama batalkan. Setuju?

    Mama gila, kata Ifan namun tangannya menyalami tangan mamanya tanda setuju.

    Detik-detik berganti dengan menit. Menit pun silih berganti. Hari-hari pun terus berganti. Ifan kini mulai rajin belajar. Suatu hari tiba-tiba ada surat community college setempat yang mengabari bahwa Ifan diterima untuk meneruskan pendidikan di CC tersebut.

    Kok di CC sih, kenapa gak di universitas negri aja?

    Biar hemat duit dong mah. Kan di perjanjiannya juga yang penting kuliah, gak mesti di sini atau di situ.

    Wow, Ifan yang dulu kemana yah?

    Mereka pun tertawa, namun Ifan langsung belajar lagi. Vania semakin tegang menyadari nilai harian anaknya yang makin meningkat. Kadang Vania merasa malu sendiri mengingat janji kecilnya. Tapi di sisi lain Vania senang akan perubahan positif anaknya. Tentu bukan berarti Vania akan bersenggama dengan anaknya.

    Malamnya acara makan terasa sunyi, sesunyi nyanyian senyap. Di meja terletak dokumen. Dokumen yang tak hentinya dilirik oleh Vania. Vania berdiri dan akan melangkah saat anaknya menghentikannya.

    Mah, Ifan tahu mama akan melaksanakan perjanjiannya, tapi Ifan rasa tak perlu mah. Lagian mama lakuin itu untuk memotivasi Ifan. Bagi Ifan itu saja sudah cukup kok. Menjanjikan sesuatu yang akan memotivasi Ifan memang menakjubkan. Tapi Ifan kini sudah di jalur yang benar.

    Setelah itu Ifan membersihkan meja makan lalu beranjak ke kamarnya meninggalkan Vania yang tersenyum sendiri sambil geleng-geleng. Perasaan tak nyaman di perut kembali datang. Ngocoks.com

    Sabtu itu Ifan bangun agak siang. Setelah mandi, Ifan pun ke dapur ingin makan. Ifan tahu setiap sabtu mama selalu belanja. Namun Ifan melihat daster mama tergantung di pegangan pintu. Sambil melankah Ifan menghanduki rambutnya. Namun saat di dapur Ifan menjatuhkan handuknya.

    Vania menoleh dan tersenyum saat melihat Ifan, baru bangun nak? Mau goreng telor apa roti bakar?

    Ifan melongo melihat mamanya menawakan sarapan tanpa memakai pakaian. Matanya menjelajahi tubuh mama mulai dari payudaranya sampai jembut halus di selangkangan. Bahkan meski telah berkali-kali ngintip, namun tak sejelas sekarang.

    Merasa ditelanjangi mata anaknya membuat Vania tertawa lalu kembali masak.

    Inilah tubuh empat puluh empat tahun yang mama janjikan, kata Vania sambil menggoyangkan pantatnya.

    Mama ngapain sih?

    Bikin sarapan, mau telur apa roti?

    Telur ajalah. Kenapa mama gak dibaju?

    Menurutmu kenapa? Mama bukan orang yang suka ingkar. Mama bangga sama kamu. Vania melirik mendapati anaknya sedang menatap susu kirinya. Duduk aja nunggu goreng telor nikmati pemandangan. Kamu berhak mendapatkannya. Lalu Vania melanjutkan memasak.

    Ifan hanya mampu menuruti, duduk sambil menatapi tubuh mamanya. Puting mamanya terlihat seperti menunjuk tegak. Bukan karena udara, namun karena sensasi yang dirasakannya.

    Mama seksi sekali.

    Makasih nak.

    Vania pun selesai memasak dan menaruh makanan di meja makan. Vania ikut duduk.

    Baiklah, biar ini bisa berjalan lancar, kita perlu membuat aturan. Setiap pulang, mama akan ke kamar mama lalu langsung melepas pakaian. Kalau ada tamu, kamu mesti membuka pintu sementara mama berpakaian.

    Pasti seru liat mama lari – lari di rumah.

    Pasti itu. Serius, kini kamu bisa menatap sampai bosan, seperti yang mama janjikan. Tapi tidak boleh menyentuh, apalagi menceritakan pada siapa pun. Jika nilaimu jatuh, drop out dan atau menyentuh, mama kembali berpakaian. Paham?

    Paham. Tapi mama gak berharap ikut-ikutan telanjang juga kan?

    Tentu saja tidak. Aneh kau ini. Udah, nikmati saja keberuntunganmu.

    Sarapan pagi itu berlangsung dalam diam. Setelah makan, Ifan membereskan meja sambil melihat susu dan selangkangan mama.

    Perut Vania kembali mengeluarkan sensasi saat tubuhnya ditatap oleh anaknya.

    Ifan mencoba bertahan dari keinginan untuk menyentuh susu mama. Aturan main yang ditetapkan mamanya membuatnya patuh.

    Kayaknya mama adalah mama paling keren deh.

    Vania menatap mata anaknya, makasih, tapi mama yakin kamu pasti bilang gitu ke setiap wanita, apalagi yang telanjang di hadapanmu.

    Tentu saja Ifan tak mungkin memanggil wanita lain mama sambil berharap melihatnya telanjang.

    Vania tertawa lalu reflek memeluk anaknya. Ifan tentu menikmati sentuhan tubuh telanjang mamanya.

    Selama kamu mematuhi aturan mainnya mama akan telanjang di hadapanmu. Sekarang, kamu mau mama ngapain?

    Ifan melirik saat akan melangkah, gak tau mah, mungkin kita main wii bareng. Vania kembali tertawa mendengar ajakan main gim dari anaknya.

    Vania memencet klakson saat melihat anaknya.

    “Hei, tumben kamu agak telat.”

    Ifan melemparkan tas ke jok belakang lalu duduk di samping mamanya.

    “Hari ini mau ngapain nak?”

    “Paling ngerjain pr mah di rumah temen.”

    “Ntar mama sendirian dong.”

    Mobil pun memasuki garasi lalu mereka pun masuk ke rumah.

    “Mama lepas pakaian dulu, abis itu masak.”

    “Tunggu mah. Mama tau kan Ifan terangsang berat?”

    Vania tertawa, “gimana tidak, matamu jelajatan terus kan.”

    “Mama telanjang di rumah kan hadiah bagi Ifan.”

    “Ya.”

    Vania kembali merasakan rasa mulas di perutnya mendengar pembicaraan anaknya.

    “Boleh gak Ifan lihat mama membuka pakaian?” kata Ifan sambil menunduk.

    Ternyata itu yang dikatakan anaknya. Vania pun merasa lega.

    “Kamu mau mama melepas pakaian sambil menggodamu, kayak di film – film barat?”

    “Bukan mah. Buka aja biasa, hanya sambil Ifan lihat.”

    “Menarik. Memang tak melanggar perjanjian sih. Baiklah. Ayo ikut mama.”

    Vania lalu memegang tangan anaknya dan membimbingnya ke kamarnya.

    “Kamu duduk aja di kasur, mama ke kamar mandi dulu.”

    Ifan duduk sambil melihat foto – foto di kamar. Ada foto dirinya sedari kecil, foto papa dan lainnya. Beberapa saat kemudian Vania keluar dari kamar mandi sambil memegang rambutnya.

    “Baiklah, mama akan mulai pertunjukannya untuk anak mama seorang.”

    “Kenapa mama gak cari pacar lagi setelah papa berpulang?” kata Ifan sambil melihat foto keluarga yang ada di meja rias.

    “Mama ingin kerja dulu sambil besarin kamu. Jadinya mama gak punya waktu luang deh,” kata Vania sambil duduk di sebelah anaknya.

    “Apa mama nanti akan nikah lagi?”

    “Entahlah nak. Mama masih muda, mama akui, telanjang di hadapanmu membangkitkan sesuatu dalam diri mama yang telah lama terkubur, entah apa lagi nanti yang akan bangkit lagi. Menurutmu gimana, apa kamu kecewa selama delapan tahun ini hidup berdua hanya dengan mama?”

    “Mama udah jadi mama terbaik menurut Ifan. Kemarin Ifan memang sempet gak fokus, tapi kini Ifan fokus lagi mah.”

    “By the way bus way, mama kok langgar perjanjian sih? Mama buka dulu ah pakaiannya. Mama lapar nih.”

    Tanpa bangkit, Vania membuka kancing blus lalu melepasnya. Vania menatap payudaranya yang terbungkus bh merah muda, lalu menatap anaknya melepas kaitan bh.

    “Kamu pernah ngintip mama pas lagi hanya pake cd gak?”

    “Pernah, tapi liat dari belakang doang,” kata Ifan sambil tersipu malu.

    “Kayaknya mama udah gak punya privasi lagi sedari dulu ya,” kata Vania sambil meninju tangan anaknya, dengan pelan tentu, lalu melepas bh nya. “Capek gak berusaha lihat ini?” kata Vania sambil memegang payudaranya.

    “Apaan, Ifan belum ngintip lagi kok,” kata Ifan sambil menatap payudara mamanya.

    “Dasar nakal.”

    “Mah, Ifan boleh nanya sesuatu gak?”

    “Tentu saja sayang.”

    “Setahu Ifan, puting kan warnanya coklat, kok yang mama enggak sih?” kata Ifan sambil menunjuk puting kiri mamanya.

    “Hahaha… papamu dulu juga nanya gitu. Tapi mama suka kok, puting mama jadinya spesial, beda dari yang lain.”

    Tanpa disadari jemari Vania mengelus putingnya sambil sesekali menariknya. Karena mata Vania menatap payudaranya sendiri, Vania tak menyadari gundukan di celana anaknya yang tiba – tiba muncul dan mata anaknya yang terus menatap jemarinya.

    Vania lalu tersadar, “Kapan makannya kita?”

    Vania lalu melepas rok lalu cdnya sendiri. Setelah telanjang, Vania kembali duduk sambil menekan kedua tangannya di belakan tubuh ke kasur.

    “Mama lapar nih!”

    Mata Ifan terpaku ke jembut mamanya.

    “Apa mama pernah mencukurnya sampai gundul?”

    Vania lalu menatap jembutnya, “Tidak pernah. Selalu begini saja. Emang udah berapa kali liat wanita yang jembutnya gundul?”

    “Wanita telanjang yang Ifan liat cuma mama aja.”

    “Serius? Kamu belum pernah ngapa – ngapain?”

    “Tentu saja mah.”

    “Terus kamu pernah ngapain aja?”

    “Kok jadi Ifan yang ditanyain sih. Siapa yang telanjangnya sih?”

    “Mama jadi penasaran sih.”

    “Hanya pernah ngeraba susu sama ciuman mah. Terus kalau mamah, kapan mama mulai nakal.”

    “Mulai nakal? Sebelum sama papamu, mama dua kali pacaran.”

    Vania lalu berbaring menjadikan tangannya sebagai bantal. Satu kakinya di tekuk dan kaki lainnya ditumpu ke kaki itu. Tanpa disadarinya Vania perlahan merangsang anaknya.

    “Ifan boleh tanya yang lain lagi gak?”

    “Tanya aja. Udah terlanjur gini kok.”

    “Katanya ada bagian tubuh yang kalau disentuh bisa membuat orgasme sambil menjerit. Benar gak tuh?”

    Pertanyaan anaknya membuat Vania memikirkan vaginanya dan secara reflek melebarkan paha membuat anaknya dapat melihat vaginanya dengan jelas. Suara anaknya menelan ludah menyadarkan Vania.

    “Mama gak tau kalau soal menjerit. Tapi yang pasti memang ada beberapa titik yang sangat sensitif. Ingat aturan main kita, boleh lihat sepuasnya tapi tidak boleh sentuh.”

    “Tenang mah, Ifan takkan melanggar aturannya.”

    Vania lalu menyentuh selangkangannya. Vania melebarkan paha dan menyelipkan jemari ke vaginanya.

    “Mama tunjukan ini karena kamu nurut sama mama.”

    Vania lalu melebarkan vagina dengan jemarinya lalu jari tengah menyentuh daging kecil. Nafasnya memberat saat jari itu menekan. Ifan mendekatkan kepala ke selangkangan yang terpampang di depannya.

    “Ini yang disebut klitoris. Sangat sensitif. Nah, di dalamnya terdapa g-spot yang apabila tersentuh bisa membuat wanita orgasme. Tapi jangan berharap jeritan karena jarang yang sampai menjerit.”

    Nafas Vania kembali memberat menyadari apa yang dilakukannya di hadapan anaknya sendiri. Tubuhnya sedikit kejang. Vania menggigit bibir mencoba menangan erangan. Vania juga menegangkan otot pahanya. Setelah tak lagi kejang, Vania melepas jemari dari selangkangannya.

    “Udah ah pelajaran biologinya. Makan yuk.”

    “Makasih mah. Mama bener – bener baik deh.”

    Ifan membungkuk lalu mencium bibir mamanya sekilas. Tak sengaja dada Ifan menekan payudara mamanya. Sentuhan ini adalah sentuhan pertama sejak diberlakukannya aturan, namun Vania membiarkannya. Ifan lalu bangkit berbalik dan keluar kamar. Ifan merasa seperti anak yang paling beruntung.

    Vania masih berbaring. Linglung. Perutnya kembali seperti mules. Vania masih terkesima. Lalu Vania teringat sebuah dildo hadiah dari suaminya yang di simpan di laci. Vania lalu bangkit ingin segera makan agar anaknya cepat keluar. Ifan ingin orgasme lagi seperti tahun – tahun dulu, lepas tanpa ditahan – tahan.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6