Blog

  • Petualangan Keluarga

    Petualangan Keluarga

    Cerita Sex Petualangan Keluarga – Inilah kisah hidupku. Namaku Ari. Nama Ibuku Irma dan Ayahku Asep. Ini adalah cerita mengenai hubungan kami yang berawal dari hubungan biasa ibu dan anak, yang berkembang menjadi sahabat, lalu tak direncanakan menjadi lebih dalam lagi dari itu.

    Aku dilahirkan di keluarga berada. Ayahku adalah seorang koki yang bekerja di kapal pesiar di daerah Eropa. Itulah kenapa Ayahku jarang sekali pulang. Ayah pulang sekali setahun, biasanya untuk dua atau tiga bulan, untuk selanjutnya akan bertugas kembali ke kapal pesiar itu.

    Namun dari pekerjaan yang digelutinya selama 15 tahun itu, kami sudah mempunyai rumah ukuran 45/120 dan juga sebuah mobil sedan.

    Ayah dan Ibu menikah 17 tahun yang lalu, ketika ayah berusia 20 tahun dan ibu berusia 17 tahun. Sekarang usiaku 16 tahun. Aku akan memulai kisah ini saat aku berusia 13 tahun. Saat aku baru saja setahun memasuki pubertas dan baru masuk SMP.

    Cerita Sex Petualangan Keluarga
    Cerita Sex Petualangan Keluarga

    Ngocoks Sedari kecil aku sudah dekat dengan ibu. Dikarenakan ayah jarang pulang, kami berdua menjadi sangat dekat. Ibu dan aku sudah seperti sahabat. Kemana-mana kami selalu bersama. Sedari kecil, aku tidur bersama ibu, kecuali bila ayah pulang dan aku harus tidur di kamarku sendiri.

    Lama-kelamaan, kami bagaikan kawan seumur. Kami sering bercanda dengan menggelitik satu sama lain, atau saling mencubit. Terkadang pula kami bergulat seperti Smack Down, tentu saja tidak beneran.

    Semua berubah ketika aku sudah SMP. Sebelumya, bagiku ibu adalah seorang yang merawatku dan menyayangiku sepenuh hati, dan akupun menyayanginya sebagai anak. Namun, kala teman-teman SMPku datang ke rumah, mereka selalu berkomentar bahwa ibuku adalah perempuan yang cantik dan seksi.

    Pertama-tama aku marah terhadap mereka, karena menurutku mereka sangat tidak sopan terhadap ibuku. Namun, lama-kelamaan aku menyadari juga ibuku adalah wanita yang cantik dan seksi.

    Teman-temanku memperkenalkan aku video bokep, majalah dewasa, pornografi di internet dan berbagai hal yang membuka mataku mengenai perempuan. Akhirnya, aku membandingkan para wanita yang ada di video atau di majalah itu dengan ibuku sendiri. Dan menurutku, ibuku tidak kalah cantiknya.

    Setelah pencerahan dari teman-temanku itu, aku menjadi melek mata mengenai keseksian ibuku. Ibuku memiliki tubuh yang seksi. Tingginya sekitar 165 senti. Pinggulnya agak lebar, bekas mengandung aku. Tubuhnya tidak kurus, namun berisi.

    Bukan pula gemuk, walau perutnya tidak rata, hanya sedikit menonjol tanda bahwa pernah melahirkanku. Dada ibu cukup besar, aku mengetahui dari BH nya yang pernah kulihat di lemari pakaian bahwa ia memiliki ukuran 36 B. lengannya sedikit gemuk, mungkin akibat pil KB. Namun secara keseluruhan, tubuh ibuku memancarkan keseksian wanita yang matang.

    Selain tubuhnya yang seksi, wajah ibu juga cantik. Hidungnya mancung dan tipis, dengan bibir yang agak tebal, mata yang lentik dan rambut yang dibiarkan tergerai sebahu, kulit ibu putih namun tidak pucat, seakan ada kilau yang memancar dari kulitnya.

    Rahang ibu tinggi sehingga tampak seperti peragawati di tivi. Apalagi suara ibu, yang sedikit berat untuk ukuran wanita, seakan bila ia bicara, ia menggoda pria yang diajaknya bicara.

    Tetangga-tetangga kami yang pria, tampak senang sekali bila berbicara dengan ibu walau sebentar. Dari mata mereka, aku dapat melihat nafsu kelelakian mereka membayang.

    Semenjak aku kelas 1 SMP, akibat bergaul dengan teman-temanku, aku mulai terangsang tiap kali ibu dan aku bermain-main di rumah. Entah waktu kami saling menggelitik satu sama lain, terlebih bila kami berantem-beranteman ala Smack Down.

    Dan untungnya, ibu tampak tidak sadar bila aku sedang ngaceng dan kala kami bergumul terkadang batangku yang keras menempel badannya. Atau mungkin juga, ibu memang tidak memikirkan sama sekali mengenai hal itu.

    Aku sangat tersiksa bila sudah bermain-main dengan ibu, kala kami berkeringat waktu bergumul satu sama lain, karena bau tubuh ibu jadi semakin jelas tercium olehku, membuat aku pusing tujuh keliling. Batangku sudah menjadi sangat keras minta disalurkan birahinya.

    Biasanya setelah merasa tidak kuat aku berteriak menyerah, ibu akan kegirangan dan meledek diriku. Aku hanya bilang bahwa aku sudah capek dan minta diri untuk mandi karena keringetan. Setelah itu aku ke kamar mandi, untuk masturbasi sehingga pejuku keluar, lalu baru benar-benar mandi.

    Di rumah, ibu biasanya mengenakan daster atau baju kaos you can see dengan celana super pendek, memperlihatkan kulitnya yang kuning langsat. Ia tampaknya tidak sadar bahwa anaknya sudah mulai besar dan mengetahui mengenai seks. Ia masih menganggapku adalah anaknya yang kecil.

    Karena kami sangat dekat, maka setiap kali aku bangun pagi dan menemui ibu di kamar makan, aku akan mencium kedua pipinya. Begitu pula setiap aku berangkat dan pulang sekolah. Bila aku ulang tahun, ibu akan mencium kedua pipiku dan kemudian mencium bibirku.

    Ciuman itu hanya ciuman sayang orangtua kepada anak. Begitu pula bila ibu ulang tahun, aku akan mencium kedua pipinya dan kemudian bibirnya.

    Maka, ketika aku SMP itu, aku mulai ingin lebih dari ibuku. Ketika aku berulang tahun, aku sudah menyiapkan strategi matang. Pagi itu, aku bangun dan setelah gosok gigi, aku ke ruang makan dan melihat ibu sudah ada di sana.

    “Wuiiih… yang ultah baru bangun jam segini mentang-mentang hari Sabtu…. Sini…” kata ibuku membuka tangannya untuk memelukku.

    Ibu memelukku lalu mencium kedua pipiku dan bibirku. Setiap kali mencium ia akan menambahkan kata “muaah….” Dan ciumannya agak lebih keras karena ini hari spesialku.

    Ibu memakai gaun tidur dengan tali di pundak berwarna hitam model dua potong. Dengan rok yang selutut. Aku yang sudah mulai horny menjadi tegang karena mendapatkan ciuman darinya.

    Setelah ibu melepaskanku untuk menyiapkan sarapan, aku bergegas bertanya, berusaha membuat suaraku wajar-wajar saja.

    “Bu, kok kalau ulang tahun saja, ibu mencium kedua pipi dan bibir Ari?”

    “Karena hari ini special. Kamu kan ulang tahun.” Ibu menjawab tanpa berpikir karena pikirannya sedang dipenuhi untuk mempersiapkan makanan.

    “oh, jadi kalau cium di bibir itu special ya?”

    “Iya, menandakan bahwa ibu sayang sama Ari.”

    “Oh, jadi Ibu Cuma sayang kalau hari Ulang tahun aja ya?”

    Aku sudah duduk di meja makan. Ibu sedang mengoles roti sambil duduk. Ia menghentikan pekerjaannya lalu menatapku. Katanya,

    “Ya tiap hari dong sayangnya. Emang kenapa sih?”

    “Artinya harusnya tiap hari juga dong dicium bibirnya. Ya nggak?”

    Ibu tertawa. Aku senang melihat bahwa ibu tidak curiga apa-apa.

    “Ya udah. Kamu mau dicium bibir tiap hari? Boleh, kok. Wong kamu sendiri yang ga mau dicium bibir waktu kelas 3 SD. Kata kamu udah besar, ga boleh dicium bibirnya kayak anak kecil. Malu, kata kamu.”

    Aku sedikit terkejut karena baru ingat hal  ini. Namun aku segera menjawab agar tidak ketahuan ada mau yang lain,

    “Ya maksudnya sih jangan di depan teman-teman. Kan malu. Tapi kan kalau di rumah lain ceritanya.”

    Ibu menyerahkan roti di tangannya kepadaku, lalu berjalan ke sampingku. Tiba-tiba ia mencium bibirku sambil tetap berdiri.

    “Muaaaah….. ini roti untuk anakku.”

    Lalu ia bergegas ke tempat cucian untuk mencuci perabot yang kemarin malam belum dicuci. Aku buru-buru melahap roti dan bergegas mandi, untuk melepaskan nafsuku yang sudah di ubun-ubun.

    Kami melakukan banyak hal untuk merayakan hari ulang tahunku saat itu, yang tidaklah perlu kuceritakan. Yang jelas aku sangat Bahagia hari itu mendapatkan kasih sayang ibuku. Malamnya sebelum tidur dan setelah gosok gigi, aku mendatangi ibuku yang sedang beres-beres di dapur.

    “Bu, makasih ya. hari ini Ari senaaaanggg sekali. Jalan-jalan sama ibu dan senang-senang.”

    Ibu yang sedang memegang piring kotor hanya tersenyum. Aku mendekati ibu, memeluk dengan tangan kananku di pinggangnya, lalu jinjit, berhubung ibu masih ada hampir sepuluh senti lebih tinggi dariku, dan memberikan ibu ciuman di bibir agak lama.

    “Muaaaah…. Ari sayang sama Ibu.”

    Ibu hanya tersenyum lalu berkata,

    “Ya udah… tidur sana…..”

    Mulai saat itu, kini setiap aku bangun atau mau tidur, berangkat atau pulang sekolah, aku mencium bibir ibu. Bukan hanya itu saja yang menjadi rencanaku. Seperti kataku sebelumnya, kami suka saling saling menggelitik.

    Yang paling seru adalah, ketika Ayah telpon dari luar negeri, kami suka saling menggelitik. Dimulai ketika aku masih di SD. Suatu ketika aku ingin dibelikan mainan yang tidak ada di Indonesia, maka aku ingin bicara dengan ayah di telpon, namun Ibu sengaja tidak mau memberikan telponnya, maka aku segera menggelitiki ibu.

    Akhirnya setelah beberapa saat ibu memberikan telpon padaku, giliranku yang bicara, ibu balas menggelitik. Ayah yang mendengar suara kami hanya tertawa saja. Ia senang bahwa di rumah isteri dan anaknya begitu akur dan harmonis.

    Ayah terkadang menelpon seminggu tiga kali. Kadang dua kali. Sehingga kami sering berkomunikasi dengannya. Nah, kini aku juga berencana untuk menggunakan saat itu untuk memperjauh perhubungan antara aku dan ibuku. Ayah menelpon sehari setelah aku ulang tahun.

    Berhubung di Eropa terlambat sehari dari Indonesia, ayah lupa bahwa aku di Indonesia sudah ulang tahun sehingga baru menelpon. Aku saat itu sengaja hanya memakai celana pendek dengan alasan gerah. Pertama ibu berbicara dengan ayah, aku belagak ga sabar dan minta telponnya.

    “Belum beli, Yah. belum sempet……” saat itu aku memberi kode ibu untuk memberikan telpon kepadaku,” Iya… sebentar dulu… Ibu ngomong sama Ayah dulu nih….”

    Beberapa saat ibu masih berbicara dengan ayah di telpon. Aku berusaha menjangkau telponnya.

    “Ari, tar dulu ah……” kata ibu menghindar tanganku,” Ibu belum selesai ngomong sama ayah……”

    Lalu ibu melanjutkan pembicaraannya. Saat itulah aku mulai duduk di sebelah ibu di sofa, lalu perlahan tanganku menggelitik pinggang ibu perlahan. Ibu mengikik pelan.

    “Kenapa, Yah?” Kata ibu di telpon kepada ayah,” Oh, Si Ari ga sabar ngomong sama Ayah, jadi mulai deh ngelitikin Mamanya seperti biasa.” Ibu kemudian menatapku lalu berkata, “Kata ayah kamu jangan bandel.”

    “Oke deh. Setelah ada perintah dari Si Boss,” kataku dan kemudian mulai kembali mengelitiki pinggang ibu yang kenyal.

    “Udah ah. Ibu mau ngomong nih.” Ibu tertawa, posisi saat itu ibu duduk sebelah kiri sofa, telepon di tangan kirinya yang menyandar lengan sofa, aku di sebelah kanannya, karena aku menghadap ibu, maka aku mengelitikinya dengan tangan kanan.

    Agar aku berhenti mengelitik, dengan tangan kanan ibu yang bebas ia memegang tanganku lalu menariknya sehingga tangan kananku melingkari perutnya ke pinggang kiri, lalu aku segera melingkari tangan kiriku yang satunya ke belakang ibu.

    Kini aku memeluk ibu dari samping. Tubuh ibu memancarkan bau wangi yang sangat ku suka. Aku menaruh kepalaku di pundak kanannya. Dengan tangan kanan ibu menindih tangan kananku.

    Aku menyukai posisi ini, tapi agar tidak mencurigakan, aku berkata,

    “lama banget sih….”

    Ibu hanya berdesis menyuruhku diam lalu kemudian kembali konsen ke telefon.

    Aku pura-pura bosan namun menikmati pelukanku ke ibu. Lengan kananku merasakan bagian bawah tetek ibu yang lembut dan kenyal. Tapi tetap saja ibu berbicara dengan ayah. Lapat-lapat aku mendengar bahwa mereka membicarakan saudara ayah yang sedang dirundung masalah keluarga. Tapi aku tidak terlalu konsen.

    Aku membisiki ibu,

    “gantian donk….”

    Tapi ibu tetap cuek dan asyik berbicara, mungkin karena lama tak berbicara dengan ayahku. Aku tahu ibuku gelian, terutama di leher, ketiak dan pinggang.

    Maka aku mulai meniupi lehernya yang sedikit doyong ke kiri karena sedang mendengarkan telpon, sehingga leher bagian kanan terbuka. Ibu hanya mendecakkan lidah walaupun dia sedikit merinding kegelian yang ditunjukkan dengan bahunya yang diangkat ketika lehernya kutiup.

    Kudekati lehernya sehingga aroma tubuh ibu begitu dekat dihidungku lalu aku tiup perlahan. Ibu mengangkat tangan kanannya lalu mendorong kepalaku sambil mendelik melotot. Tapi wajahnya tidak marah.

    Ia terus berbicara. Aku kembali meniupi lehernya. Ibu mendorong kepalaku lagi. Aku kembali meniupi lehernya. Kali ini ibu meraih ke belakang kepalaku dengan tangan kanannya melewati kepalaku sehingga melingkari leherku sementara telapaknya menutup mulutku. Ia setengah memitingku sambil membekap mulutku.

    Melihat kesempatan terbuka, aku menggunakan bagian kiri kepalaku untuk menekan ketiaknya yang terbuka  untuk mengelitik pangkal lengannya itu. Kupingku dapat merasakan bulu-bulu halus ketiak ibu yang agak lembab. Bau tubuh ibu terpancar kuat dari sana.

    “Ya udah, deh Yah… ini Si Ari ga sabaran banget mau ngomong sama ayah.” Lalu ibu memberikan telpon itu kepadaku. Aku belagak senang dapat bicara dengan ayah, namun dalam hatiku aku sebel juga, belum cukup rasanya merasakan tubuh molek ibu.

    Mulai dari saat itu pula, setiap kali ibu bicara dengan ayah, aku akan selalu menggoda ibu dengan menggelitik, atau meniup lehernya, atau memeluknya sambil mengganggu pembicaraan ibu, untuk berpura-pura ingin ngobrol dengan ayah.

    Dari dua aktivitas ini, aku berharap dapat mencapai sesuatu yang lebih dengan ibuku. Namun, berhubung aku tidak tahu reaksi ibu bila aku terlalu memaksa, maka yang kulakukan adalah bertahap tapi tidak terlalu mencolok.

    Dua bulan pertama aku mencium pipi dan bibir ibu kala berangkat sekolah, pulang sekolah, bangun tidur maupun berangkat tidur. Bulan ketiga aku mencium satu pipi yang dekat denganku, lalu kucium bibir ibu dua kali.

    “Kok dicium dua kali bibirnya?”

    “abis pipi yang satu jauh. Ibu lebih tinggi dari Ari, jadi Ari pegel. Cium di bibir dua kali, yang satu tolong sampaikan ke pipi yang sebelah lagi, ya bu?”

    Ibuku hanya tertawa saja.

    Untuk menggelitik waktu telpon pun, dua bulan pertama masih sama seperti sebelumnya, namun bulan ketiga aku langsung memeluk ibu dan meniupi telinganya. Alasanku agar bisa lebih cepat ngomong ke ayah.

    Ibu hanya geleng-geleng saja sambil tersenyum. Namun, mungkin karena kebiasaan, jadi setelah lima bulan, ibu dapat menahan gelinya di leher dan tampak tidak terlalu terganggu. Pada bulan keenam, aku menggunakan kumis yang baru tumbuh namun jarang dan mulai menggesekkan kumisku ke leher ibu. Ibu sontak kegelian dan tertawa.

    “Ini nih… Ari ngelitikin Ibu lagi. Ya udah, ngomong sama anaknya deh. Udah ga sabar tuh…..”

    Lalu aku mulai bicara pada ayah dengan Bahagia. Karena saat itu aku mulai berani menyentuh ibu dengan bagian dari bibirku. Yah kemajuan walau sedikit.

    Bulan kedelapan aku mencium bibir ibu tiga kali dengan dalih menghemat waktu. Dan tolong sampaikan pada kedua pipi ibu yang lain. Ibu hanya mendorong kepalaku pelan sambil berkata, “gelo!”

    Ibu makin lama berbicara di telpon. Biasanya hanya sepuluh menit, dengan aku mendapat jatah dua atau tiga menit terakhir. Namun semakin lama ibu berbicara makin lama. Bisa sampai dua puluh menit, sementara aku tetap saja dijatah sebentar.

    Aku  biasanya langsung memeluk ibu dari samping dan menggelitik lehernya dengan kumis. Pada bulan ke delapan, aku terkadang menggeseki leher ibu dengan bibirku juga. Pertama-tama hanya sebentaran saja. Ibu langsung menghela nafas.  Lama-kelamaan aku berani menggeseki leher ibu dengan bibir selama beberapa detik.

    “Hmmmm………”kata ibu tak sadar masih bicara di telpon” kenapa, yah? Oh…. Ini…. Ee….. leherku pegal, Ari lagi mijitin leherku……”

    Tepat setahun, waktu aku sudah berusia 14 tahun, di saat telpon, aku memeluk ibu di samping sambil mengelitik leher ibu dengan kumisku yang jarang. Ibu tampaknya senang. Ia terlihat kegelian dan kadang badannya menggelinjang dan tangannya sesekali mendorong kepalaku kalau kegelian.

    Ibu saat itu memakai gaun tidur warna krem tanpa bra. Gaun tidur itu terbuka bagian setengah dada ibu, sementara bagian punggung terbuka sejajar dengan bagian depannya, gaun itu juga memiliki tali bahu yang tipis, sehingga memamerkan pundak dan leher ibu.

    Sudah beberapa minggu ia jarang pakai bra kalau sudah malam. Pertama kali aku lihat pentilnya menyembul di baju malamnya, sontak aku horny dan senang sekali.

    Sesekali aku menggeseki lehernya yang jenjang dengan bibirku. Setahun ini, tidak hanya leher sebelah kanan yang telah aku garap. Kadang ibu duduk di kanan sehingga aku dapat menggarap yang sebelah.

    Saat itu, aku tak tahan dan kukecup leher ibu.

    “ssshhhhhh…….. kenapa, yah? Oh ini badanku nyeri mungkin kecapekan…….. pembantu? Ah, nanti Ibu males di rumah…….”

    Kemudian aku buka bibirku dan aku geseki leher ibu. Kedua bibirku yang terbuka itu ku tutup sambil terus ku tahan di leher ibu. Beberapa saat aku asyik mengatupi bibirku dileher ibu seakan ingin memakan leher itu, tak sadar aku mengeluarkan lidahku sehingga menjilat leher ibu yang jenjang itu.

    “Ohhhhh…… kenapa, yah? Oh, enggak… ibu Cuma bilang Oh… begitu….”

    Tahu-tahu ibu mendorong kepalaku, aku sedikit kecewa, namun ibu memindahkan telpon wireless itu ke kuping kanannya, lalu ibu ganti menelekan kepala ke kanan sehingga kini leher kirinya yang terekspos.

    Aku memposisikan diriku tepat di belakang ibu sambil terus memeluknya, kalau tadi dari samping, sekarang dari belakang tubuhnya, memaksa ibu agak maju duduknya. Dengan hanya bercelana pendek, karena selama ini aku tak pernah memakai baju ketika ibu terima telpon.

    Selama setahun aku telah bertambah tinggi. Walaupun aku belum setinggi ibu, namun kini kepalaku sudah seleher ibu kalau duduk begini. Batangku yang keras kini berada di antara kedua pantat ibuku. sumber Ngocoks.com

    Aku mulai melumati lehernya seperti tadi, dan dengan mengumpulkan keberanian, aku menjilat leher ibu secara cepat. Tubuh ibu mendadak doyong ke kanan sehingga perlahan tubuh kami rebah ke samping.

    Tangan kanan ibu membentuk siku untuk menahan kepala dan telpon, namun lehernya tetap terbuka. Gerakan ini tahu-tahu membuat kedua tanganku yang tadi melingkari perut ibu, kini memegang kedua dadanya yang masih terbungkus baju tidurnya yang tipis. Sementara wajahku menekan leher sebelah kiri ibu.

    Nafas ibu tertahan, begitu juga denganku. Payudara ibu begitu besar sehingga tangan remajaku tak mampu menutupi semua lekuk bulat dada indah ibu. Aku memegang dada ibu dari arah agak bawah sehingga jemari telunjuk dan tengahku menempel pada pentil ibu yang mencuat.

    Tiba-tiba saja aku sadari bahwa kami berdua mulai bernafas agak berat. Dada ibu terlihat bernafas sedikit tersengal, mungkin karena kedua telapakku memegang kedua payudara ibu dari arah bawah dan telunjuk dan jari tengah kedua tanganku menekan kedua pentil ibu.

    Aku tak berani menggerakkan tanganku, takut kalau saja ibu marah bila kuusap kedua putingnya, bahkan aku tak bergerak sama sekali. Ibu tampak terdiam beberapa saat.

    Demikian juga aku, namun, wajahku saat itu sedang menempel di leher ibu, terutama hidungku. Aku dapat mencium sisa bau parfum ibu yang disemprotkan pada pagi hari namun masih mengeluarkan wewangian halus, di tambah dengan bau tubuh ibu sendiri yang sekarang tiba-tiba saja kurasakan melembab.

    “Kenapa?….. oh, ibu lagi ngelamun mikirin cucian yang belum dimasukkin, yah….. sori deh….. jadi ga konsen…..” kata ibu pada ayah di telpon setelah beberapa saat terdiam. Lalu ibu mulai berbicara normal lagi. Tidak ada tanda-tanda kemarahan dari ibu. Aku menjadi bersemangat lagi.

    Kukecup perlahan leher jenjang ibu. Tubuh ibu kurasakan membeku, namun ia masih berbicara dengan ayah walau suaranya sedikit bergetar. Kukecup lagi perlahan lehernya, kali ini ibu tidak membeku karena sepertinya sudah mengantisipasi.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
  • Lika Liku TKW

    Lika Liku TKW

    Cerita Sex Lika Liku TKW – Kehidupan yang semakin keras membuat perekonomian Andi beserta keluarga menjadi Morat – Marit, Andi adalah seorang buruh pabrik tekstil di daerah timur kabupaten Bandung. Andi memiliki istri bernama Nisha, seorang akhwat berjilbab yang selalu berpakaian tertutup.

    Nisha memiliki paras cantik dan bertubuh sintal meski memiliki kulit tidak putih. Mereka memiliki 2 anak, anak pertama perempuan berumur 14 tahun, sedangkan anak kedua laki-laki berumur 10 tahun.

    Andi pun berusia 30 tahun dan istrinya berusia 26 tahun. Keluarga tersebut tinggal di rumah orang tua Nisha beserta kakak dan adik ayu karena semuanya memiliki ekonomi yang murat-marit.

    Suatu ketika ada tawaran pekerjaan kepada Nisha dari kawan lamanya yang menjadi TKW di Malaysia. Honor yang menggiurkan membuat Nisha berpikir untuk menerima tawaran tersebut, dengan berat hati Andi merestui Nisha bekerja ke Malaysia menjadi TKW.

    Cerita Sex Lika Liku TKW
    Cerita Sex Lika Liku TKW

    Ngocoks 1 bulan pun berlalu, Andi menerima transfer uang yg cukup besar dari Nisha. Namun beberapa Minggu ini Nisha jarang memberikan kabar kepada suaminya padahal teknologi sosial media mempermudah mereka berkomunikasi, berbeda dengan TKW jaman dahulu.

    1 Minggu kemudian, terlihat Nisha mengganti pp wa nya dengan memakai jilbab hitam dan baju manset putih yang mencetak tubuh indahnya, Nisha tampak berdandan sedikit menor.

    Bahan manset yang tipis membuat bra hitam yang di pakai Nisha samar-samar terlihat buah dada yang bulat sempurna milik Nisha. Melihat penampilan Nisha seperti itu suami nya pun langsung menghubungi Nisha.

    Akupun sedikit kaget dengan perubahan penampilan istriku, dia terlihat lebih modis dan sexy, kesehariannya istriku memakai hijab. Dan sudah 3 Minggu Nisha jarang mengabarkan ku, dan jika aku chat dia selalu lama balasnya, Akupun berinisiatif mengechat dia.

    Aku : “mamah….”

    10 menit kemudian dia balas wa ku

    Nisha : “iya pah?”

    Aku : “papah kaget dengan perubahan penampilan mamah. Ga biasa nya mamah berpenampilan kayak gitu?”

    Nisha : “hehehe… Menurut papahh mama bagus ga berpenampilan kayak gini?”

    Aku : “bagus sih mamah jadi dandan, cuman papah heran aja kenapa tumben mamah dandan kayak gtu, selama di rumah mamah cuek dengan penampilan mamah”.

    Nisha : “hmmm… Mamah pengen terlihat cantik aja pah, mama pengen di perhatikan orang lain juga, gapapa kan pah?”

    Aku : “oww begitu, nanti kalo ada yang naksir ke mamah gimana?”

    Nisha : “ya kalo naksir doang sih gapapa hihihi… Yang penting hati mamah cuman untuk papah seorang, janji dehhh….”

    Aku : “bener yaa mamah ga akan berpaling dari papah kan? Apalagi papah cuman seorang buruh yang gajinya pas-pasan huhu…”

    Nisha : “engga kok sayaangkuu, pokoknya cinta mamah cuman buat papah seorang :**”

    Nisha pun tidak membalas pesan wa dari ku, saat malam tiba muncul update dari istriku, tampak Nisha sedang karaoke bersama temannya sesama TKW dan seorang pria yang terlihat seperti orang India duduk di sebelah Nisha, terdapat miras berkadar rendah di meja dan mengejutkannya lagi tangan Nisha tampak sedang memegang sebatang rokok. Melihat hal tersebut sontak aku langsung wa istriku.

    Aku : “mamah lagi dimana ini? Sejak kapan mamah suka merokok? Itu di sebelah mamah siapa?”

    Tak lama kemudian Nisha membalas wa ku.

    Nisha : “ehh maaf pah, aku lagi karaokean dengan teman-teman ku, cuman iseng-iseng aja pah, cuman pengen tau gimana rasanya. Oww itu namanya Kumar, dia security-nya majikanku pah, orang nya baik kok pah gak neko-neko, tenang aja okee”

    Aku : “awas jangan kebablasan yaa, itu di meja ada minuman keras, mamah minum juga?”

    Nisha : “engga kok pah, ehh cuman sedikit deng, penasaran doang pah hehehe gapapa kan?”

    Aku : “Awas mah dosa, hati-hati pergaulan disana awas mamah kebawa ga bener”.

    Nisha pun tidak membalas wa ku lagi, keesokan aku hubungi dia susah sekali, wa ku tidak di balas dan ku telpon pun tidak dia angkat, padahal aku lihat dia selalu online. 3 hari kemudian Nisha baru membalas wa dari ku.

    Nisha : “pagi pah, maaf mamah baru ngabarin, mamah lumayan sibuk akhir-akhir ini, papah gimana kabarnya? Anak-anak sehat semua?”

    Aku : “ya mah, papah khawatir aja soalnya mamah ga ngabarin papah, ya anak-anak sehat”

    Nisha : “ohhh syukurlah….”

    Sesingkat itu Nisha membalas wa dari ku, padahal aku rindu dengan dia. Sesaat kemudian dia update story, tampak dia sedang foto berdua bersama kumar dengan pose yang mesra, Nisha di peluk dari belakang oleh Kumar, Nisha terlihat begitu bahagia.

    Nisha memakai pakaian kaos ketat selengan dengan celana legging ketat dan masih berbalut kerudung seleher, kaos yang dipakai Nisha memiliki kerah rendah sehingga belahan toketnya sedikit terlihat. Akupun langsung vidcall Nisha.

    Nisha langsung mengangkat vidcall ku, terlihat dia tidak memakai jilbab nya hanya memakai tangtop dan celana hot pants dengan rambut di ikat dengan latar belakang di dapur.

    Nisha : “haloo papah…. Nah gitu dong sayang jangan cuman wa doang.”

    Aku : “ya mah papah kangen, tumben mamah pake baju sexy gitu, belum pernah mamah berpakaian seperti itu saat di rumah”

    Nisha : “yaa pah habis gerah disini, gapapa kan? Nanti d rumah mamah gini juga deh, seneng ga mamah kayak gini pah? Papah suka ga mamah berpenampilan sexy?”

    Mendengar pertanyaan itu dari istri ku kontolku pun jadi ngaceng, tanpa d sengaja aku mengelus kontol ku. Dan aku menjawab pertanyaan istri ku dengan gagap.

    Aku : “seee seeneng mahh… Asal jangan kebablasan ajaaa…”

    Lalu istriku tersenyum genit, dan bertanya dengan nada manja.

    Nisha : “hihihi…. Papah pasti lagi ngelus-ngelus titit papah yaa? Hihihi papah seneng ga kalo istrinya di perhatikan cowok-cowok? Berpenampilan bikin sange mereka?”

    Akupun bagai tersambar petir mendengar ucapan vulgar dari istriku, karena keseharian nya istriku orang yang santun termasuk ketika berdua dengan ku dan anehnya aku semakin terangsang dengan perkataan senonoh dari istriku.

    Aku : “hah sange??? Mamah suka buat cowok-cowok sange??”

    Ataupun tertawa cekikikan, kemudian dia memasang muka sange sambil meremasi toketnya.

    Nisha : “hmmm… Mamahh seneng pamerin kemolekan tubuh mamah pah, rasanya sayang jika tubuh yang indah ini cuman papah yang nikmati, uhhh mamah malahan suka basah memeknya kalo ada yg mupengi mamah, gimana dong pah? Gapapa kalo mamah berpenampilan sexy supaya banyak yang sange sama mamah? Uhhhh….”

    Akupun semakin terbakar birahi, ku keluarkan kontolku dari celana, dan istriku tampak semakin berani dengan menaikan tangtop nya sehingga dia hanya memakai bra saja.

    Nisha : “jawabbb dongg pah!! Bolehh ga? Papah kan suami mamah, cintanya mamah jadi perlu restu dari papah.”

    Aku : “bbbboooleehh mah boleehh kokk kaloo mamah sukaaa, papah restui!!!”

    Nisha pun tersenyum dan mengecup bibir nya tanda dia senang, lalu dia menaruh hp nya di lantai dan dia melorotkan celananya sehingga hanya tampak CD dan bra, kemudian Nisha duduk sambil mengangkang lalu mengusap memeknya yang masih berbalut CD.

    Nisha : “uhhh pahhh makasih!!!! Mamah kasih bonus dehhh uhhhh kangen kontol papahh uhhhh….”

    Aku : “ahhh iyaaa mahh papahh kangen memek mamah jugaaa uhhh….”

    Saat sedang asyik beronani tiba ada pria berbadan hitam dengan tubuh kekar datang dari belakang Nisha dan langsung memeluk Nisha dari belakang, dan anehnya Nisha hanya menoleh ke belakang dan tersenyum padahal dia hanya berbalut Daleman saja, Nisha pun berbicara bahasa Inggris lalu dia mengecup bibir si orang India tersebut. Anehnya aku hanya bisa mematung, menikmati pemandangan yang seharusnya membuat ku cemburu.

    Nisha : “ehhh pahh kenalin ini Kumar sobat aku di sini, hey kumar this is my husband Andi”

    Kumar : “hii Andy salam kenal, i am Kumar Nisha boyfriend”

    Istriku menepuk pipi Kumar

    Kumar : “ehh i am sorry maksud kite saye ni best friend Nisha, kite ni bekerja berdua dengan tuan Lee so karena kita cuman berdua kita so dekat, tak ape awak kan?”

    Lalu istriku langsung menjawab.

    Nisha : “ga apa-apa kita Deket kan pah? Cuma temen Deket kok, iyakan honey?”

    Lalu Kumar mengecup bibir Nisha dan Nisha pun meladeninya.

    Aku : “iii iyaaa mah gapapa, boleh kok”

    Aku sungguh gugup dan serba bimbang, disatu sisi aku cemburu melihat istriku yang hanya memakai bra dan CD saja berpelukan mesra dengan pria lain namun aku begitu menikmati pemandangan erotis tersebut.

    Nisha : “hihihi papah seneng kayaknya honey kita Deket kayak gini, tenang lah pokoknya mamah jamin cinta mamah cuman buat papah aja okeee”

    Lalu Kumar pun mencipok bibir istriku dengan mesra dan ganas, di balas dengan ciuman istriku yang tak kalah hebatnya. Mereka berciuman hingga bertukar Saliva, tangan Kumar pun berpindah meremas payudara istriku dan istriku mendesah keenakan.

    Nisha : “ihhh honeeyy gaa enaaakkk ada suami akuuu, papahh ihh kumar bandel main remes-remes susu mamah aja, marahinn ihhh…..”

    Akupun hanya diam mematung saja sambil mengocok titit ku.

    Nisha : “ihh sii papah malah coli liat istrinya di remes-remes, papah suka ya toket Mama di mainin sama Kumar?”

    Aku : “ittt ittt ituuu…”

    Nisha : “hihihihi kayaknya my huby suka deh liat boob istrinya di mainin sama kamu.”

    Istri ku lalu membuka pengait bra nya dan Kumar langsung mencaplok puting hitam sebesar kelingking milik istriku.

    Nisha : “ihhh uhhh pahhh si Kumar malah netek sama mamah nih pahh, papah kasih lampu hijau sihh!!! Uhhhh…”

    Akupun tidak bisa berkata apa-apa, istri ku hanya menatap ku binal sambil meremas rambut Kumar yang sedang rebahan di paha istriku sambil menetek di istriku, tiba-tiba tangan istriku mengelus selangkangan Kumar yang masih berbalut celana bahan.

    Kumar pun langsung membuka seleting celananya dan terpampang kontol besar hitam milik nya, aku sedikit bergidik, ukuran penisnya 3x lebih panjang dan besar dari milik ku. Istri ku menatap ku seakan merendahkan ku.

    Nisha : “pah, uhhhh kita kan sudah sahabatan, boleh yah kalo mamahh kocokin kontolnya Kumar? Kasian kan si Kumar?”

    Akupun hanya mengangguk saja tanda setuju, istri ku kemudian tersenyum lalu dia meludahi lengannya dan mengocok kontol besar milik Kumar, Kumar hanya mengerang keenakan, sesekali istri ku mencium kening dan bibir Kumar yang tengah asik menyusu di toketnya istri ku.

    5 menit kemudian Akupun mengeluarkan cairan sperma ku, sementara kontol besar milik Kumar masih tegak berdiri, akupun mengerang keenakan karena nikmat. Istriku hanya tersenyum melihat tingkah ku, dengan nada mengejek dia berkata padaku.

    Nisha : “hihihi si papah kasian banget, udah mah kontolnya kecil cepet keluar lagi hihihi liat tuh si Kumar, udah kontolnya besar lama lagi keluarnya hihihi…..” Sumber ngocoks.com

    Mendengar hal tersebut akupun merasa sakit hati, hatiku sangat hancur dibuat nya, tak lama kemudian terdengar suara memanggil, “Nishaaa” dan kumarpun kaget dan langsung berdiri memakai bajunya, kemudian dia mengambil hp nya dan berbicara padaku.

    Nisha : “maaf pah, majikan mamah manggil, nanti mamah hubungi lagi yahh, love you suamiku yang tititnya kecil muachhhh…”

    Kemudian tuttt…. Tut…. Tut……

    Hp istriku pun dimatikan, akupun hanya terdiam dan melamun. Hatiku terasa panas, sungguh membuat ku hancur berkeping-keping perlakuan istriku pada ku, dan anehnya aku semakin merasa sangat sayang dan cinta terhadap istriku.

    Saat malam sudah tiba aku semakin memikirkan istriku, akupun wa berkali-kali istriku namun tidak juga dia balas, ku putuskan untuk menelpon nya. Setelah berusaha 5x menelpon nya akupun menyerah, akupun berusaha untuk tidur saja. Ketika aku sedikit terlelap tiba-tiba istri ku vc, akupun mengangkat nya. Terlihat dia sedang tiduran di kasur sambil selimutan.

    Nisha : “haloo papah maafin mamah baru bisa menghubungi papah, barusan mamah abis di marahin majikan mamah hihihi…. Papah udah tidur ya?”

    Aku : “iyaa mah papah ketiduran abis nunggu mamah lama banget huhu… Dimarahin kenapa mah? Gara-gara kejadian barusan?”

    Nisha : “hihihi engga pahh si kokoh ngebebasin kita kok mau ngapa-ngapain aja, asal bukan di waktu jam kerja.”

    Sesaat kemudian muncul Kumar dari samping Nisha, dia mengecup pipi Nisha dan memeluk Nisha di balik selimut, tampak dari balik selimut terlihat Kumar meremasi toket Nisha.

    Nisha : “hihihi… Kumar ngigo pah…”

    Aku : “mamah tidur dengan Kumar?”

    Nisha : “iyaa pah kita kan sahabatan, gapapa kan pah??”

    Aku : “yaudah gapapa, mamah ga bosen sama papah emang? Ga kepincut sama Kumar?”

    Nisha : “kok papah ngomong nya gitu? Engga lah pah, cinta mamah cuman papah seorang, kalo sama Kumar hmmm… Ada sih rasa nyaman dan sayang, tapi cuman sebagai sahabat kok.”

    Aku : “tapi mamah kok mesra gitu sama Kumar sampe ciuman segala?”

    Nisha : “yang namanya sahabat wajar kok pah cium-ciuman, peluk-pelukan. Iya kan?”

    Kemudian Kumar pun menyeletuk

    Kumar : “main tusuk-tusukkan juge lahh…”

    Nisha : “ihh si honey, sleeping sana, ganggu aku pacaran sama suami aku aja.”

    Kemudian Kumar menyingkap selimut nya dan tampak mereka bertelanjang dada. Toket montok istriku di remas oleh Kumar, dan Kumar langsung menyambar bibir dan istriku. Slupppzzz slluuuppzzz mereka pun berciuman dengan mesranya. Setelah itu istriku pun menoleh ke kamera sedang kan Kumar menyambar puting istriku.

    Nisha : “papahh nanti mamah hubungi lagi yaaa, mamah tidur duluan okee uhhhh geliii…. Dah papah…..”

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • 4 Garis Keturunan

    4 Garis Keturunan

    Cerita Sex 4 Garis Keturunan – Cerita berikut ini sangat unik. Kalau tidak unik untuk apa diceritakan. Apa yang diuraikan dalam cerita ini sulit dipercaya. Namun percaya atau tidak percaya itu urusan anda.

    Kalau memang merasa tidak nyaman ya jangan dibacalah, kenapa harus memaksa. Kalau anda teruskan membaca dan di akhir cerita anda menyesal, karena menganggap saya mengada-ada, saya tidak memaksa anda percaya. Namanya juga kepercayaan, ya sesuai dengan kepercayaan masing-masing.

    Aku memang menyenangi cewek yang baru beranjak menuju remaja. Cewek seperti itu menurut pandanganku memiliki keindahan istimewa, mulai dari berkembangnya bentuk tubuh dengan payudara yang baru tumbuh, kemaluan yang mulai ditumbuhi bulu, atau berbulu halus dan jarang.

    Sulit sekali mendapatkan cewek yang seperti aku gambarkan itu, karena cewek seperti itu ada di kisaran usia 12 – 13 tahun, atau di tahun terakhir SD atau di awal SMP.

    Cerita Sex 4 Garis Keturunan
    Cerita Sex 4 Garis Keturunan

    Ngocoks Di internet banyak sekali foto dan video anak-anak dibawah umur, mulai dari yang softcore atau hanya bertelanjang saja sampai yang melakukan hubungan badan, baik dengan cowok dewasa atau pun dengan sesama anak yang sebaya.

    Namun video-video itu semua dari luar. Paling banyak film barat, lalu Jepang dan yang paling dekat adalah anak-anak Kamboja. Ada juga yang menyebut film Indonesia, namun setelah saya cermati ternyata dari Kamboja juga.

    Cukup lama saya melakukan perburuan untuk mendapatkan cewek yang pra remaja, namun sulit sekali alias belum pernah dapat. Masalahnya saya ingin yang aman. Kalau terlalu beresiko, saya lebih baik mundur saja.

    Saya sudah menyebar jaring dengan mengakrabi para pencari cewek yang akan dijadikan pekerja sex komersil (PSK) Ada sekitar 5 orang yang menjanjikan akan mencarikan cewek seperti yang saya mau.

    Mereka katakan, sebelum saya minta ke mereka, ada banyak anak seperti itu yang diminta orang tuanya bekerja di Jakarta, Bandung atau kota-kota besar lainnya. Namun karena akhir-akhir ini razia PSK di bawah umur gencar, jadinya mereka tidak berani menjaring PSK yang pra remaja.

    Penantianku akhirnya membuahkan hasil, salah satu kibus (kaki busuk) yang beroperasi di pantura Karawang mengabarkan bahwa dia mendapatkan apa yang aku inginkan. Namun anak itu tidak mau dibawa ke kota. Jadi aku harus mendatangi rumahnya.

    Dihari yang dijanjikan aku bersama si Kibus yang bernama Leman, jalan ke arah Cilamaya. Kampungnya cukup jauh juga, sekitar 2 jam dari pusat kota Karawang. Jalannya memang tidak bagus, malah sebagian besar rusak. Mungkin itu yang membuat perjalanan jadi lama, bukan karena jaraknya yang amat jauh.

    Sebuah desa yang berseberangan dengan sawah, aku diperintahkan si Leman untuk memarkirkan mobil di satu halaman rumah orang yang agak luas. Leman mengenal pemilik rumah sehingga ketika mereka bertegur sapa, tidak ada kecanggungan.

    Aku diajak Leman berjalan menyusuri jalan diantara rumah-rumah yang letaknya tidak beraturan. Sebuah rumah, atau tepatnya gubuk ternyata adalah tujuan si Leman. Setelah dia menyerukan salam, keluarlah seorang wanita yang kutaksir usianya sekitar 40 – 50.

    Tidak lama kemudian keluar lagi 2 orang perempuan yang usianya lebih muda dari wanita yang pertama keluar tadi. Lalu muncul bocah yang masih culun. Aku sudah menduga, pasti anak ini yang akan ditawarkan untukku.

    Sejenak kuamati, anak ini bahannya cukup bagus. Mungkin karena kurang perawatan dan kurang biaya, sehinga terlihat kusam. Perempuan yang lain pun, punya potensi bagus jika dioles, termasuk yang paling tua tadi.

    Setelah bersalaman dan berkenalan, aku dan Leman dipersilakan duduk di bale-bale atau amben bambu di teras rumah. Malu juga aku rasanya, karena usiaku yang dipertengahan 30 mengincar perempuan yang kata Leman usianya sekitar 12 tahun. Padahal di situ ada perempuan-perempuan lain yang sesuai dan cocok untukku.

    Leman memberi uang yang sempat terlihatku warnanya biru. Salah seorang dari mereka lalu masuk kedalam. Aku tidak tahu apa maksud Leman kasih uang lima puluh ribu itu. Aku diam saja, karena tidak ada kesempatan tanya.

    Kami ngobrol dan saling berkenalan. Dari situ baru aku tahu bahwa semua 4 perempuan yang aku salami tadi adalah saudara sekandung. Maksudku bukan sekandung kakak beradik, tetapi hubungannya sangat dekat, mereka adalah anak, ibu, nenek dan buyut. Sorry kalau saya keliru menyebutnya sekandung, karena waktu nulis ini saya tidak menemukan istilah yang tepat.

    Mereka benar-benar punya bahan bagus, tapi karena kurang perawatan jadi semuanya terlihat kusam. Dari tempat tinggalnya sudah aku pastikan bahwa mereka hidup di bawah garis kemiskinan. Dan ternyata, uang pemberian si Leman tadi untuk menyiapkan hidangan kopi.

    Aku tidak ingin berlebihan tapi gambaran mereka adalah sebagai berikut. Perempuan yang paling muda bernama Suryani, tingginya sekitar 145 cm, tubuhnya cenderung kurus, rambutnya lurus terurai dan kurang di bentuk, kulitnya sawo matang.

    Teteknya sudah mulai tumbuh, karena di dadanya sudah terlihat tonjolan kecil. Hidungnya bagus. Meski tidak terlalu mancung, tetapi tidak juga pesek. Yang membuat dia akan terlihat cantik, karena dagunya agak lancip. Bajunya kumal.

    Ibunya yang kuingat tadi menyebut namanya Salamah, atau sebutannya Amah. Dia menyebut umurnya 26 tahun. Berarti dia melahirkan si Suryani atau panggilannya Ani pada usia 14 tahun. Di desa ini umur segitu sudah punya anak, dianggap tidak aneh, karena umumnya mereka kawin di usia muda.

    Amah tidak jelek-jelek amat, tapi karena miskin jadi agak kurang menarik. Tingginya sekitar 150 cm. Pantatnya kelihatan keras dan agak menonjol.

    Sarung yang dipakainya tidak bisa menahan tonjolan bokongnya. Perutnya tidak membusung, lumayan datar. Dadanya lumayan jugalah, ukurannya kelihatannya sepadan dengan bentuk tubuhnya yang langsing.

    Mereka memang berperawakan langsing-langsing, alias terlihat singset. Ibu si Amah yang tadi menyebut namanya Limah, atau disebut Mak Imah, tubuhnya lebih bongsor. Dia lebih tinggi sedikit dari si Amah. Bodynya tidak gemuk, tapi teteknya kelihatan cukup besar, bokongnya juga gempal.

    Yang menurutku istimewa, perutnya tidak gendut, seperti umumnya wanita sebayanya. Mak Imah mengaku umurnya sekitar 40 tahun. Umur segitu sudah punya cucu, dia seperti anaknya juga kawin muda dan umur 14 sudah melahirkan.

    Jika disandingkan dengan ibunya yang tadi menyebut dirinya Nek Ijah, mereka berdua seperti kakak beradik. Aku tidak berlebihan memberi gambaran, tetapi Nek Ijah yang kata si Amah umurnya sekitar 54 tahun masih punya daya tarik sebagai wanita STW (setengah tuwa).

    Badannya memang agak sekal, alias lebih gemuk dari anaknya. Tapi menurutku dia masih terbilang normal, karena tidak terlalu gendut. Tingginya hampir sama, atau sedikit lebih pendek dari si Imah.

    Yang kukagumi nek Ijah kulitnya paling bening dari semuanya. Gak usahlah aku gambarkan statistik tubuhnya, nanti saja, karena kalau sekarang, pasti pembaca bingung.

    Terhadap semua wanita itu yang kukagumi adalah wajahnya bersih dari jerawat, dan kakinya mulus, tidak ada bekas koreng, apalagi koreng atau luka. Kulit mereka rata-rata sawo matang. Kuduga, itu karena mereka sering terpapar sinar matahari dalam kehidupan di desa. Mungkin jika tinggal di Jakarta bisa lebih bening.

    Sampai disini saja pasti pembaca Ngocokers masih bingung nama-nama mereka, ada Ani, ada Imah, ada Amah dan ada Ijah. Udahlah jangan di hafal-hafal, nanti akan saya jelaskan sehingga anda pasti ingat terus.

    Uniknya mereka semua, kecuali Ani alias si Suryani, statusnya janda. Kalau harus diceritakan bagaimana kok mereka sampai menjadi janda. Ceritanya bakal berbelit-belit dan membosankan. Apalagi menceritakan anak-anak mereka ada berapa. Wah makin pusing jadinya.

    Jadi ya nikmati saja apa yang aku gambarkan dalam cerita ini, dan jangan jadi pertanyaan apa yang tidak aku ceritakan. Nikmati saja. Jangan pula menyoal yang lain-lain. Kalian bikin saja cerita sendiri.

    Ngopi sudah hampir habis, makan gorengan cukup banyak, aku mulai agak terbiasa dan berkurang rasa canggungnya, karena emaknya si Ani terus terang bercerita untuk menjual anaknya. Alasannya lagi butuh duit untuk bayar utang.

    Cerita mak si Ani ini di benarkan pula oleh Nek Amah dan Nek Ijah. Jadi mereka semua tahu dan menyadari bahwa kedatanganku itu untuk membeli keperawanan si Ani. Sementara itu. Ani hanya diam saja, dari tadi tidak pernah bicara, dia hanya nunduk saja dan mondar-mandir membawa minuman dan hidangan gorengan.

    Aku tidak melihat ada tersirat rasa malu ketika semua orang tuanya menyebut akan menjual keperawanan Ani. Dia malah biasa saja, tanpa ekspresi. Selanjutnya giliran aku yang bingung, karena anak ini tidak mau dibawa keluar.

    Dia hanya mau melepas keperawanannya di rumah ini. Berarti aku harus menginap di gubuk mereka. Aku ingin melihat situasi di dalam rumah mereka, apakah layak atau gimana. Aku beralasan numpang buang air kecil.

    Dengan segera mak si Ani, alias mak Amah mengajakku masuk rumah jalan terus ke belakang dan kamar mandinya agak terpisah dari rumah induk, tidak ada dinding, hanya ada sumur pompa dan ember, Tidak kulihat ada kakus, karena ternyata kakusnya agak jauh ke belakang lagi. Jangan dibayangkan kakusnya punya dinding, karena hanya ada satu tonggak dan lubang untuk menampung tinja.

    Mak Amah menangkap kebingunganku. Dia lalu menunjuk saluran air pembuangan agak dipinggir tempat sumur pompa. Di situ memang ada selokan kecil. Aku disuruhnya kencing di situ.

    Sementara itu dia tetap berdiri tidak jauh dariku. Agak rikuh juga, kencing berdiri di dekat perempuan yang baru aku kenal, meski aku membelakanginya. Ah aku harus menyesuaikan kebiasaan mereka, maka aku coba saja menurunkan resleting dan melepas hajat kecilku.

    Kami kembali memasuki rumah dari belakang dan menembus ke depan. Di dalam rumah tidak terlihat ada kamar, hanya hamparan kasur di pojok ruangan. Jadi di dalam rumah ini hanya ada 1 ruang.

    Lantainya diperkeras dengan semen, bukan keramik atau ubin. Dinding rumah, setengahnya terbuat dari papan, dan keatas terbuat dari tepas bambu atau juga sebut bilik atau orang jawa menyebutnya gedek.

    Mereka kelihatannya cukup lama hidup miskin. Terus terang aku agak kurang berselera mendapatkan keperawanan Ani. Bukan karena bahannya kurang bagus, tetapi lingkungannya yang kurang layak.

    Padahal, tipe seperti Ani ini yang lama kucari dan kuinginkan, tapi ketika ditemukan ada ganjalan sarana dan prasarana. Aku harus menghapuskan gambaran tidur di hotel, dengan udara sejuk dan mandi air hangat serta hiburan televisi.

    Sampai saat itu aku tidak punya dan tidak tahu bagaimana skenarionya mengeksekusi Ani di dalam rumah yang tanpa sekat dan hanya satu hamparan kasur.

    Tapi aku suka dengan tantangan, sehingga aku putuskan untuk membeli keperawanannya. Leman menjual Rp 4 juta dan dia terus terang mengaku dapat bagian sejuta. Jadi keluarga Ani akan mendapat tiga juta.

    Transaksinya segera aku selesaikan. Selanjutnya aku tidak tahu harus bagaimana. Ikut sajalah yang akan mereka atur. Leman setelah mendapat bagiannya ia lalu pamit mohon diri. Dia sudah menitipkan mobilku ke pemilik rumah.

    Aku hanya perlu memberi uang yang menurutku tidak terlalu besar kepada orang yang nanti akan menjaganya. Orang itu nanti akan datang.

    Jumlahnya kurasa lebih kecil, bahkan jauh lebih murah dari biaya titip nginap di Bandara Soeta. Menurut Leman orang di lingkungan ini tidak akan reseh, karena mereka sudah maklum dan yang beginian ini biasa.

    Leman sudah tidak terlihat lagi. Tinggallah aku sendirian di daerah yang kurasa masih asing, Bukan saja daerahnya yang belum pernah aku datangi, tetapi juga aku tidak tahu harus bagaimana. Waktu itu sudah jam 4 sore. Jam 5 sore, aku ditawari mandi.

    Nah ini dia persoalan yang aku rasa sulit. Sebab aku tau, satu-satunya kamar mandi adalah sumur pompa yang tidak berdinding di kerimbunan kebun singkong. Aku tidak bawa sarung, juga tidak bawa baju ganti. Yang melekat ditubuhku hanya celana jeans, celana boxer di dalamnya, kaus oblong dan baju lengan pendek.

    Dari pada aku bingung, aku tanya bagaimana caranya mandi, karena kamar mandinya tidak berdinding. Si Nek Imah senyum-senyum. “ Ya mandi aja biasa, buka baju semua lalu yang mandilah,” katanya.

    Penjelasannya malah tidak jelas. Dari pada bingung aku tantang aja mereka semua agar mandi bareng-bareng sehingga aku tau bagaimana caranya mandi di tempat mandi terbuka itu. Mereka memang mau begitu, jadi meski tidak aku minta mereka memang akan mandi bersamaku.

    Empat perempuan bersamaku jalan menuju sumur pompa. Aku pura-pura melambat membuka baju dengan ritual gosok gigi. Mereka dengan santainya sudah berbagi tugas. Dekat pompa ada dua ember besar yang diisi air.

    Yang memompa Nek Amah dan si Ani bergantian mengisi kedua ember itu. Setelah ember penuh, Keempat perempuan itu membuka bajunya satu persatu, dan disangkutkan ke tonggak-tonggak kayu di sekitar tempat mandi.

    Aku masih berpakaian lengkap mereka berempat sudah bugil dan langsung jongkok di sekitar ember. Aku sempat juga melirik ketelanjangan mereka. Tapi mereka tidak merasa risih sama sekali aku lihat begitu, ya biasa ajalah kelihatannya.

    Rasanya aku harus seperti mereka, tidak perlu malu. Aku segera menelanjangi diriku . Mereka senyum-senum melihat kelakuanku. Untung si otong gak berontak, meski agak gemuk juga dikit.

    Aku langsung jongkok diantara mereka dan bergantian menimba air membasahi diri. Mereka menyabuni tubuhnya dengan tetap pada posisi jongkok. Sumber ngocoks.com

    Aku kesulitan menyabuni diriku seperti mereka, sehingga dengan kekuatan sepenuh tenaga melawan rasa malu aku berdiri dan menyabuni seluruh tubuhku. Mereka cekikikan melihat tingkah ku.

    Si Buyut buka suara memerintah Ani untuk membantuku menyeka sabun di pungggungku. Tanpa rasa malu Ani berdiri pula, sehingga langsung terlihat memeknya yang belum berjembut dan teteknya yang baru berupa tonjolan kecil.

    Dia mengambil sabun dari tanganku, lalu menyabuni punggungku. Nek Amah jahil pula karena dia memerintahkan cucunya untuk menyabuni senjataku. Tanpa tedeng aling-aling dia memerintah” kontole, disabuni sekalian,” katanya.

    Ani agak ragu menggapai senjataku. aku diam saja berdiri menunggu. Ani meraih senjataku lalu menyabuninya. Tangan lembutnya otomatis membangunkan penisku jadi makin tegang. Untungnya air cukup dingin, sehingga senjataku tidak sampai mengacung tegak.

    Dua ember tentu saja tidak cukup untuk membilas tubuh kami berlima. Ani tanpa canggung meraih tangkai pompa dan langsung memompa.

    Namun gerakannya lemah gemulai, sehingga airnya tidak mengucur banyak, Nek Ijah dalam bahasa daerah mengucapkan sesuatu lalu bangkit menggantikan Ani. Baru 10 kali pompaan dia sudah menyuruh anaknya si Imah mengambil over tugas.

    Sambil jongkok aku menonton ketelanjangan mereka satu persatu, dan akhirnya si Amah pun mendapat giliran memompa. Lengkap sudah pemandangan yang kulahap. Suguhan ketelanjangan di tengah rimbunan pohon singkong, cukup menarik. Kelak aku akan mendokumentasikan dengan video phone ritual mandi berjamaah ini

    Meski agak mengganjal, karena ngaceng, segar juga rasanya seusai mandi bareng yang sangat menegangkan. Kembali aku disuguhi kopi dan dengan rokok aku menikmati di bale-bale depan rumah.

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Anak Bekas Pembantu

    Anak Bekas Pembantu

    Cerita Sex Anak Bekas Pembantu – Saat ini aku kuliah di kota Bandung, di situ aku menyewa sebuah rumah kecil dengan perabot lengkap dan untuk pengawasannya aku dititipkan kepada Oom Rony, sepupu ayahku yang juga pemilik rumah untuk memperhatikan segala kebutuhanku.

    Om Rony adalah seorang pejabat perbankan di kota kembang ini dan dia kuanggap sebagai wali orang tuaku. Sekalipun aku sadar ketampanan dan segala kelebihanku digila-gilai banyak perempuan, namun aku masih belum mencari pacar tetap.

    Untuk menyalurkan hobby isengku saat sekarang ini aku lebih senang dengan cewek-cewek yang berstatus freelance atau cewek bayaran yang kunilai tidak akan membawa tuntutan apa-apa di belakang hari.

    Begitulah, pada tahun keempat masa kuliahku secara kebetulan aku mendapat seorang teman yang cocok dengan seleraku. Seorang gadis berstatus pembantu rumah tangga keluargaku tapi penampilannya cantik berkesan gadis kota.

    Cerita Sex Anak Bekas Pembantu
    Cerita Sex Anak Bekas Pembantu

    Ngocoks Jadinya konyol, di luaran aku terkenal sebagai pemuda mahalan kelas atas tapi tanpa ada yang tahu justru partner tetap untuk ber-“iseng”-ku sendiri adalah seorang gadis kampung yang status sosialnya jauh di bawahku.

    Sulastri nama asli si cantik anak bekas pembantu rumah tangga orangtuaku, tapi lebih akrab dipanggil dengan Lastri. Sewaktu mula-mula hadir di tempatku ini dia memang meringankan aku tapi juga membuat aku jadi panas dingin berada di dekatnya.

    Pasalnya dulu aku pernah punya skandal hampir menggagahi dia sehingga dengan kembalinya dia kali ini dalam status istri orang tapi tinggal kesepian ini tentunya menggali lagi gairah rangsanganku kepadanya.

    Usianya 3 tahun lebih muda dariku, dia dulu dibiayai sekolahnya oleh orangtuaku dan ketika tamat SMA dia pernah beberapa bulan bekerja membantu-bantu di rumahku sambil berusaha masuk Akademi Perawat. Sayang dia gagal dan kemudian pulang kampung lagi untuk menerima lamaran seorang pemuda di tempat asalnya itu.

    Waktu masih di rumah orangtuaku itulah aku yang tertarik kecantikannya, kalau pulang dari Bandung sering iseng menggoda dia, suatu kali sempat kelewatan nyaris merenggut kegadisannya.

    Sebab di suatu kesempatan Lastri yang memang kutahu menaruh hati padaku sudah pasrah kugeluti dalam keadaan bugil hanya saja karena aku masih tidak tega dan juga masih takut sehingga urung aku menodai dia.

    Kuingat waktu itu secara iseng-iseng aku sengaja ingin menguji kesediaannya yaitu ketika ada kesempatan dia kuajak ke dalam kamarku. Beralasan meminta dia memijati aku tapi sambil begitu kugerayangi dia di bagian-bagian sensitifnya.

    Ternyata dia diam saja tidak berusaha untuk menolakku, sehingga aku meningkat lebih terang-terangan lagi. Susunya memang menggiurkan dengan bentuknya yang membulat kenyal tapi aku masih mengincar lebih ke bawah lagi.

    “Was gimana kalau kamu buka dulu celana dalammu, Mas Dony pengen gosok-gosokin yang enak di punyamu,” bujukku dengan tangan sudah meraba-raba di selangkangannya.

    Lastri tersipu-sipu dengan gugup ragu-ragu, meskipun begitu menurut saja dia untuk membuka celana dalamnya yang kumaksudkan itu.

    “Ta.. tapi.. nggak apa-apa ya Mass..?” kali ini terdengar nada tanya kuatirnya.
    Aku yang memang cuma sekedar menguji segera menenangkan dia.

    “Oo tenang aja, nggak Mas masukin inimu cuma sekedar ditempel-tempelin aja kok..” jawabku sambil juga menurunkan celana dalamku memamerkan batangku yang sudah setengah tegang terangsang.

    Kuambil tangannya dan meletakkan di batang kemaluanku meminta dia memainkan batang itu dengan genggaman melocok, ini diikuti Lastri mulanya dengan wajah kikuk malu tapi toh dia mulai terbiasa juga. Nampak tidak ada tanda-tanda risih karena baru kali ini dia melihat batang telanjang seorang laki-laki.

    Layap-layap keenakan oleh kocokannya sambil begitu sebelah tanganku juga ikut meremasi susu bergantian dengan bermain di liang kemaluannya. Lama-lama terasa menuntut, kuminta Lastri merubah posisi bertukar tempat, dia yang berbaring setengah duduk tersandar di kepala tempat tidur, dari situ aku pun masuk duduk berlutut di tengah selangkangannya.

    Dalam kedudukan ini tangan Lastri bisa mencapai batanganku dan melocoknya tepat di atas liang kemaluannya sementara kedua tanganku yang bebas bisa bermain dari kedua susu sampai ke liang kemaluannya.

    Lagi-lagi Lastri memperlihatkan air muka khawatir karena dikira aku sudah akan menyetubuhinya tapi kembali kutenangkan dan menyuruh dia terus melocok dengan hanya menggesek-gesek ujung kepala batang kemaluan di celah menguak liang kemaluan berikut klitorisnya.

    Cukup terasa enak buatku meskipun memang penasaran untuk berlanjut lebih jauh, tapi begitupun aku bisa menahan emosiku sampai kemudian locokannya berhasil membuatku berejakulasi. Menyembur-nyembur maniku tumpah di celah liang kemaluannya yang terkuak mengangkang, tapi sengaja kutahan tidak kutusukkan di lubang itu.

    “Huffhh pinterr kamu Was.. besok-besok bikinin lagi kayak gini ya?” kataku memberi pujian ketika permainan usai. Lastri mengangguk malu-malu bangga dan sejak itu setiap ada kesempatan aku ingin beriseng, dia yang kuajak dan kugeluti sekedar menyalurkan tuntutanku.

    Memang, sampai dengan saat itu aku masih bertahan untuk tidak mengambil keperawanannya karena masih terpikir status kami yang berbeda. Aku majikan dan dia pembantu, padahal dalam segalanya Lastri betul-betul seorang gadis yang mulus kecantikannya.

    Dibandingkan dengan wanita-wanita cantik yang kukenal belakangan, Lastri pun tidak kalah indahnya. Tapi itulah yang namanya pertimbangan status padahal akhirnya aku toh bertemu lagi dan membuat hubungan yang lebih jauh dengannya.

    Di kampungnya Lastri dinikahi Ardi seorang pemuda tetangganya, dia sempat beberapa bulan hidup bersama tapi ketika Ardi yang lulusan Akademi Teknik, minta ijin selama setahun karena mendapat pekerjaan sebagai TKI di suatu negara Arab, Lastri praktis hidup sebagai janda sendirian.

    Begitu, untuk mengisi waktunya dia juga meminta ijin agar bisa mencari pekerjaan tambahan dan dia pun teringat kepadaku karena aku memang pernah menjanjikan hal itu kalau dia ingin mendapat tambahan pencaharian.

    Ardi setuju karena aku sudah bukan asing bagi mereka, maka sesaat sebelum Ardi berangkat ke Arab dia ikut mengantar Lastri meminta pekerjaan padaku.

    Kedatangan Lastri untuk menawarkan tenaganya tentu saja tidak bisa kutolak tapi untuk tinggal bersama di rumah sewaanku jelas akan mengundang kecurigaan orang, dia pun kutawarkan tinggal sambil bekerja di sebuah tempat usahaku.

    Kebetulan aku memang mengusahakan sebuah Panti Pijat yang sebetulnya dimodali Oom Rony, sehingga kehadiran Lastri bisa membantu mewakili aku sebagai orang kepercayaanku dalam mengawasi tempat pijat itu.

    Lastri langsung setuju tapi waktu suaminya sudah berangkat meninggalkan dia barulah dia berkomentar bingung soal pekerjaan itu.

    “Tapi.., aku bener nggak disuruh kerja mijet Mas?” katanya agak keberatan dengan tugas yang belum dimengertinya itu.

    “Ya enggak dong, kamu di sana Mas kasih tugas utama sebagai pengawas tempat itu. Kalau soal mau belajar mijet sih boleh-boleh aja, malah bagus supaya Mas bisa kebagian rasanya juga,” kataku sambil tersenyum menggoda.

    “Ngg.. gitu nanti ada yang ngajakin tidur aku, gimana Mas..?”

    “Boleh, tapi minta ijin Mas dulu. Yang jelas Mas dulu yang pakai baru boleh dikasih yang lain,” kataku tambah menggoda lebih jauh.

    Di sini Lastri langsung mesem malu-malu, tapi begitupun senang dengan tawaranku untuk mewakili aku mengawasi usaha tempat pijatku.

    Dia kuberi kamar di rumah yang kukontrak untuk usaha pijat itu tapi secara rutin seminggu dua kali dia datang membantu membersihkan rumahku dan mengambil baju-baju kotorku untuk dicucikannya.

    Begitulah dengan adanya Lastri yang seolah-olah membawa keberuntungan bagiku, usahaku pun semakin bertambah ramai.

    Apalagi dia yang semula hanya bertindak sebagai tuan rumah setelah mulai belajar teknik memijat dan mulai mempraktekkan kepada tamunya, semakin banyak saja mereka yang datang mem-booking Lastri.

    Antri para tamu itu hadir dengan niat ingin mencicipi asyiknya pijatan sambil tentunya berusaha merayu agar bisa menikmati lebih dari sekedar pijatan si manis Lastri ini. Tetapi mereka belum sampai ke situ karena di bulan kedua kehadiran Lastri baru kepadakulah yang paling dekat dengannya saat ini, dia memberikan keistimewaannya.

    Karena sudah pernah ada hubungan sebelumnya maka mudah saja bagiku untuk membuat kelanjutan intim dengannya, cuma saja setelah beberapa lama baru terpikir olehku untuk mencicipi dia.

    Waktu itu aku terserang muntaber dan sempat seminggu aku terbaring di rumah sakit dengan ditunggui bergantian oleh Lastri dan Indri kakak perempuanku yang sengaja datang dari Jakarta untuk mengurusi sampai dengan kesembuhanku.

    Keluar dari rumah sakit dan setelah melihat aku sudah mendekati pulih kesembuhanku, Indri pun kembali lagi ke Jakarta dengan meninggalkan pesan pada Lastri untuk tetap mengurusi sampai aku betul-betul sembuh.

    Lewat lagi dua hari tenagaku kembali pulih seperti semula tapi seiring dengan itu mulai timbul lagi tuntutan kejantananku dan kali ini aku berencana akan menyalurkannya pada Lastri sebagai sasaranku yang paling dekat denganku saat itu. Ini karena aku selama dirawat olehnya merasa lebih akrab perasaanku dan berhutang budi sekali padanya.

    “Tau nggak Was? Apa yang pertama-tama mau Mas bikin kalau udah sembuh bener dari sakit ini?” tanyaku mengajak dia ngobrol menjelang kesembuhanku.

    “Apa tuh kira-kira Mas?”
    “Mas kepengen begini..” kataku sambil memberi tanda ibu jari dijepit telunjuk dan jari tengahku.
    Lastri langsung ketawa geli mendengarnya.

    “Hik, hik, hik.. Mas Dony yang dipikir kok itu dulu. Emang puasa berapa hari ini udah kepengen banget sih?”
    “Justru itu, kepingin sih jangan bilang lagi tapi coba tebak siapa nanti yang bakal Mas ajak tidur?”
    “Hmm siapa ya? Mas sih banyak ceweknya mana Lastri tau siapa orangnya?”

    “Orangnya ya kamu Was.”
    “Ngg kok malah aku, kan masih banyak yang cakep lainnya Mas..” Lastri kontan tersipu-sipu malu seolah tidak percaya denganku.

    “Yang Mas pilih emang kamu kok, sementara jangan dulu dikasih ke yang lainnya ya!” kataku sambil menarik dia mendekat kepadaku.
    “Kasih siapa Mas, kan katanya harus ijin Mas dulu?”

    “Makanya itu nanti Mas yang pakai dulu. Kasih Mas ya?”
    Kali ini kususupkan tanganku ke selangkangannya mengusap-usap bukit kemaluannya dan diterima Lastri dengan mengangguk sambil menggigit bibir malu-malu.

    Dia sudah bersedia dan ketika tiba saatnya, aku sengaja mengajaknya keluar menginap di hotel karena aku ingin betul-betul bebas berdua dengan dia. Maklum di rumah sewaanku masih kukhawatirkan Indri ataupun keluargaku dari Jakarta akan muncul sewaktu-waktu sehingga tidak terlalu aman rasanya.

    Segera aku pun bersiap-siap dan membuka lemari untuk mengambil uang tapi ide nyentrikku mendadak timbul ketika terpandang sweaterku yang tergantung di situ. Kuminta dia memakai sweater itu tapi tanpa mengenakan apa-apa lagi di balik itu, ini memang diturutinya tapi sambil meringis geli ketika sudah naik ke mobil duduk di sebelahku.

    “Mas ini ada-ada aja, masak aku cuma disuruh pakai kayak gini sih?”
    “Kamu biar cuma pakai gini tetep keliatan manis kok Was,” kataku membesarkan hatinya.

    “Tapi kan lucu Mas, di atasnya anget tapi di bawahnya bisa masuk angin..”
    “Maksud Mas Donny begini supaya pemanasannya bikin cepet tambah kepengennya. Sambil nyupir gampang megang-megangin kamu..” jelasku dengan menjulurkan tangan ke selangkangannya sudah langsung merabai liang kemaluan telanjangnya.

    Lastri tersipu-sipu tapi toh menurut juga ketika aku meminta dia menaikkan kedua kakinya ke atas jok sehingga liang kemaluannya lebih terkangkang lebar, lebih leluasa tanganku bermain di situ.

    Dia dari sejak dulu memang tidak pernah membantah apapun permintaanku. Mengusap-usap bukit yang cuma sedikit ditumbuhi bulu-bulu kemaluannya serta meremas-remas pipi menggembung dari bagian kewanitaannya yang menggiurkan ini, terasa kenyal daging mudanya itu.

    Dipermainkan begitu tangannya otomatis terjulur ke kemaluanku membalas memegang seperti dulu ketika dia masih sering bermain-main dengan milikku, tapi cuma sebentar karena segera dicabut lagi.

    “Lho kenapa nggak diterusin?”
    “Nggak ah, nanti keburu muncrat duluan. Mas kan udah puasa beberapa hari pasti sekarang udah kentel susunya, kan sayang kalau keburu tumpah di luar nanti Lastri nggak kebagian.”

    “Lho kan dipanasin dulu botolnya nggak apa-apa. Siapa tau kelewat kentel malah nggak mau netes airnya nanti?”
    “Masak nggak mau keluar Mas?”
    “Oh iya lupa, kalau diperes-peres pakai lubang sempit ini memang pasti keluar sih. Tapi sambil dikocokin yang enak nanti ya?”

    Rangsangan selama perjalanan sudah mulai memanaskan gairah birahi kami, ketika tiba di hotel kelanjutannya semakin membara lagi. Di hotel yang kupilih, Lastri sudah kusuruh masuk ke kamar duluan sementara aku masih menutup pintu mobil sebelum kususul dia di situ.

    Kubuka sekalian bajuku hingga telanjang bulat sementara dia masih berlutut di sofa yang menempel dekat jendela, pura-pura memandang ke luar mengintip lewat gordyn jendela.

    Segera aku merapat dari belakangnya langsung membuka sweater satu-satunya penutup tubuhnya, begitu sama telanjang bulat kupeluk dia merapatkan punggungnya ke dadaku dan mulai mengecupi lembut lehernya dengan diikuti kedua tanganku bermain masing-masing meremasi susu dan bukit kemaluannya.

    “Maass.. botolnya kerasa udah keras bener..” katanya mengomentari kemaluanku yang sudah mengencang menempel di atas pantatnya.
    “Iya, udah ngerti dia sebentar lagi bakal ditumpahin isinya ke lobang ini,” jawabku singkat.

    Kupondong dia dan membaringkan di atas tempat tidur langsung kudekap dan mencumbui dengan kecupan-kecupan seputar wajahnya dan usapan-usapan tangan di sekujur tubuhnya. Kenangan lama terungkit, gemas-gemas sayang rasanya dengan tubuhnya yang mulus lagi cantik ini.

    Ingin kulampiaskan emosi nafsuku tapi seperti takut dia kesakitan oleh tenagaku, jadinya setengah keras setengah tertahan serbuanku. Remasan tangan kuganti saja dengan permainan mulutku, tanpa menghentikan kecupanku yang mulai kujalari menurun ke leher menuju ke buah dadanya. Lastri selain mulus bersih juga tidak berbau keringatnya sehingga enak untuk kucium-ciumi dan kujilat-jilati.

    Tiba di bagian susunya, kedua bukit daging yang putih membulat bagus lagi kenyal ini segera kukecap dengan mengisap berganti-ganti masing-masing pentilnya. Ngocoks.com

    Mengenyoti bagian puncaknya, kungangakan lebar-lebar mulutku serasa ingin memasukkan banyak-banyak daging menonjol itu agar dapat kusedot sepuas-puasnya. Di dalam mulutku lidahku berputaran menjilati pentilnya, menggigit-gigit kecil membuat dia mengerang dalam geli-geli senang.

    “Ssh ahngg.. geli Mass..” suaranya merengek manja membuat aku semakin gemas bergairah. Air mukanya mulai merah terangsang karena sambil begitu aku juga menambahi dengan mempermainkan liang kemaluannya.

    Menggosok-gosok klitorisnya dan mulai mencucukkan satu jariku mengoreki bagian mulut lubangnya. Ada satu yang istimewa dan menyenangkatu yang istimewa dan menyenangkitu dia mempunyai klitoris jenis besar yang jarang kujumpai pada kebanyakan kemaluan-kemaluan perempuan.

    Aku sudah lama mengenal bagian ini tapi masih juga seperti penasaran membawa aku merosot ke bawah untuk memperhatikannya lebih jelas.

    “Ihh.. Mas ini mau ngeliat apa sih..?”
    Lastri rupanya kikuk malu dengan perobahan mendadakku. Tangannya bergerak ingin menutup bagian itu tapi cepat kusingkirkan.

    “Kok mau ditutup sih, kan Mas kangen pengen ngeliat itil gedemu kayak dulu Was?”
    “Hngg.. punyakku jelek kok mau-maunya diliat sih Mas..?”
    “Kamu keliru, justru yang begini disenengin orang laki soalnya jarang ada..”

    “Aaah Mas Dony menghibur ajaa. Apanya disenengin, jadi ketawaan malah..”
    “Lho Mas sendiri udah keliling banyak cewek belum pernah dapet yang gini. Udah denger cerita dari orang-orang baru Mas penasaran lagi sama kamu Was..”

    “Ngg abiiss Mas nggak dulu-dulu ngambilnya.. Sekarang udah keburu diambil Kang Ardi duluan baru Mas minta, kan Lastri nggak tega ngasihnya kalau udah bekas-bekas Mas..” timpal Lastri dengan air muka membayangkan kecewa.

    Bersambung…

    1 2 3
  • Istri Kyai

    Istri Kyai

    Selamat malam sobat Ngocoks. Perlu diingat untuk para pembaca Ngocokers yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahkan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.

    Saya harap para pembaca Ngocokers untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

    Cerita Sex Istri Kyai – Didi mengenal seks pada usia 18 tahun ketika masih sekolah. Waktu itu karena Didi yang bandel dikampungnya maka ia dikirim ke sekolah yang ada Pondok Pesantrennya di Jawa barat, Didi lalu dititipkan pada keluarga teman baik ayahnya, seorang Kyai Hasyim begitu Didi memanggilnya ia adalah seorang yang cukup berpengaruh, pak Kyai mengelola pesantren itu sendiri yang lumayan besar.

    Anak-anak mereka, Halmi dan Julia yang seusia Didi kini ada di Mesir sejak mereka masih berumur 12 tahun. Sedangkan yang sulung, Irfan kuliah di Pakistan. Istri Kyai Hasyim sendiri adalah seorang pengajar di sekolah dasar negeri di sebuah kecamatan.

    Didi memanggilnya Nyai Fifi, wanita itu berwajah manis dan berumur 40 tahun dengan perawakan yang bongsor dan seksi khas ibu-ibu istri pejabat. Sejak tinggal di rumah Kyai Hasyim Didi seringkali ditugasi mengantar Nyai Fifi, meskipun hanya untuk pergi ke balai desa atau pergi kota Kabupaten.

    Cerita Sex Istri Kyai
    Cerita Sex Istri Kyai

    Ngocoks Meski keluarga Kyai Hasyim cukup kaya raya dan terpandang namun tampaknya hubungan antara dia dan istrinya tak begitu harmonis. Didi sering mendengar pertengkaran-pertengkaran diantara mereka di dalam kamar tidur Kyai Hasyim, seringkali saat Didi menonton televisi terdengar teriakan mereka dari ruang tengah.

    Sedikitpun Didi tak mau peduli atas hal itu, toh ini bukan urusannya, lagi pula Didi kan bukan anggota keluarga mereka. Biasanya mereka bertengkar malam hari saat penghuni rumah yang lain telah terlelap tidur, dan belakangan bahkan terdengar kabar kalau Kyai Hasyim ada mempunyai wanita lain sebagai isteri simpanan.

    “Ah untuk apa aku memikirkannya” bisik hati Didi.

    “Biar saja Kyai Hasyim berpoligami yang penting aku dapat beronani sambil membayangkan tubuh bahenol Nyai Fifi, dan sekali kali ingin juga aku menyetubuhi isterinya pak Kyai Hasyim yang cantik itu”. “Busyeeeet pikiran kotorku mulai kambuh lagi, Aah masa bodoh emang aku pikirin he heeeeee.”

    Suatu hari di bulan Oktober, Bi Tinah, seorang pembantu dan Mang Darta penjaga pesantren juga pulang kampung mengambil jatah liburan mereka bersamaan saat Lebaran.

    Sementara Kyai Hasyim pergi berlibur ke Mesir sambil menjenguk kedua anaknya di sana. Nyai Fifi masih sibuk menangani tugas-tugas sekolahan yang mana para muridnya hendak menghadapi ujian, Nyai Fifi lebih sering terlambat pulang, hingga di rumah itu tinggal Didi sendiri.

    Perasaan Didi begitu merdeka, tak ada yang mengawasi atau melarangnya untuk berbuat apa saja di rumah besar disamping pesantren. Mereka meminta Didi menunda jadwal pulang kampung yang sudah jauh hari direncanakan, dan Didi mengiyakan saja, toh mereka semua baik dan ramah padanya.

    Malam itu Didi duduk di depan televisi, namun tak satupun acara TV itu menarik perhatiannya. Didi termenung sejenak memikirkan apa yang akan diperbuatnya, sudah tiga hari tiga malam sejak keberangkatan Kyai Hasyim ke Mesir, Nyai Fifi tak tampak pulang ke rumah hingga sore hari.

    Maklumlah ia harus bolak balik ke kabupaten mengurus soal ujian sekolah dikantor Dinas Pendidikan, jadi tak heran kalau mungkin saja hari ini ia ada di kota kabupaten, saat sedang melamun Didi melirik ke arah lemari besar di samping pesawat TV layar lebar itu.

    Matanya tertuju pada rak piringan VCD yang ada di sana. Dan dalam hati Didi penuh dengan tanda tanya. Dalam hati Didi berbisik

    “Segera kubuka sajalah mana tahu ada film bagus untuk ditonton,” sambil memilih film-film bagus yang ada disitu yang paling membuat aku menelan ludah adalah sebuah film dengan cover depannya ada gambar wanita telanjang.

    Tak kulihat lama lagi pasti dari judulnya aku sudah tahu langsung kupasang dan.., “Wow!” batinku kaget begitu melihat adegannya yang membangkitkan nafsu.

    Seorang lelaki berwajah Arab sedang menggauli dua perempuan sekaligus dengan beragam gaya. Sesaat kemudian aku sudah larut dalam film itu.

    Penisku sudah sejak tadi mengeras seperti kayu, malah saking kerasnya terasa sakit, aku sejenak melepas celana panjang dan celana dalam yang kukenakan dan menggantinya dengan celana pendek yang longgar tanpa CD.

    Aku duduk di sofa panjang depan TV dan kembali menikmati adegan demi adegan yang semakin membuatku gila. Malah tanganku sendiri meremas-remas batang kemaluanku yang semakin tegang dan keras.

    Tampak penis besarku yang panjang sampai menyembul ke atas melewati pinggang celana pendek yang kupakai. Cairan kentalpun sudah terasa akan mengalir dari sana.

    Tapi belum lagi lima belas menit, karena terlalu asyik aku akan sampai tak menyangka Nyai Fifi isteri Kyai Hasyim sudah berada di luar ruang depan sambil menekan bel. Ah, aku lupa menutup pintu gerbang depan hingga Nyai Fifi bisa sampai di situ tanpa sepengetahuanku, untung pintu depan terkunci.

    Aku masih punya kesempatan mematikan power off VCD Player itu, dan tentunya sedikit mengatur nafas yang masih tegang ini agar sedikit lega.

    Aku tidak menyangka Nyai Fifi yang seorang guru dan isteri seorang Kyai punya koleksi VCD porno atau VCD itu hasil rampasan dari tangan para santri-santri yang bengal yang kedapatan menyelundupkan VCD porno tsb ke dalam pondok pesantren.

    Karena rata-rata para santri yang ada dipondok pesantren itu adalah para korban Narkoba. Seketika timbul penyakit bengal ku, karena kenakalanku sewaktu dikampung aku ketahuan mengintip isteri tetangga yang sedang mandi sebab kenakalan itu aku dititipkan oleh ayahku pada keluarga Kyai Hasyim di Tasikmalaya di kota kecil di daerah Jawa Barat, sementara asalku dari pulau Sumatera.

    Dan aku sering memangil isteri pak Kyai itu dengan sebutan tante Fifi dan terkadang juga kupanggil perempuan cantik itu dengan panggilan Nyai Fifi karena dia adalah isteri seorang Kyai terpandang dan sangat kaya karena memiliki berhektar-hektar sawah dan kebun buah-buahan.

    “Kamu belum tidur, Di??”, sapanya begitu kubuka pintu depan.

    “Belum, Nyai”, hidungku mencium bau khas parfum Tante Fifi yang elegan.

    “Udah makan?”.

    “Hmm.., belum sih, tante sudah makan?”, aku mencoba balik bertanya.

    “Belum juga tuh, tapi tante barusan dari rumah teman, trus di jalan baru mikirin makan, so tante pesan dua kotak nasi goreng, kamu mau?”.

    “Mau dong tante, tapi mana paketnya, belum datang kan?”.

    “Tuh kan, kamu pasti lagi asyik di kamar makanya nggak dengerin kalau pengantar makanannya datang sedikit lebih awal dari tante”.

    “Ooo”, jawabku bego.

    Nyai Fifi berlalu masuk kamar, kuperhatikan ia dari belakang. Uhh, bodinya betul-betul bikin deg-degan, atau mungkin karena aku baru saja nonton BF yah.

    “Ayo, kita makan..”, ajaknya kemudian, tiba-tiba ia muncul dari kamarnya sudah berganti pakaian dengan sebuah daster bermotif bunga-bunga yang longgar tanpa lengan dan berdada rendah.

    Mungkin Nyai Fifi merasa kegerahan setelah memakai baju panjang dan rambutnya selalu tertutup jilbab seharian. Penampilan khas perempuan cantik itu sebagai isterinya pak Kyai, bila ia berada diluar rumah mesti memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya.

    Walaupun sekujur tubuhnya tertutup baju panjang dan jilbab masih nampak seksi dan anggun, malam itu benar-benar membuatku jadi terpana dan bergairah ingin memeluk tubuhnya.

    “Ya ampun Nyai Fifi”, batinku berteriak tak percaya, baru kali ini aku memperhatikan wanita itu dalam keadaan tidak memakai jilbab dan baju panjangnya.

    Kulitnya putih bersih, dengan betis yang woow, berbulu menantang pastilah perempuan cantik ini punya nafsu seksual yang liar, itu kata temanku yang pengalaman seksnya tinggi. Buah dadanya tampak menyembul dari balik gaun tidur itu, apalagi saat ia melangkah di sampingku, samar-samar dari sudut mataku terlihat indah payudaranya yang putih lembut.

    “Uh.., apa ini gara-gara film itu?”, batinku lagi.

    Khayalanku mulai kurang ajar, atau selama ini aku melihat Nyai Fifi selalu memakai jubah panjang dan berjilbab jadi aku tidak tahu bentuk tubuhnya yang sebenarnya, seketika aku memasukkan bayangan Nyai Fifi ke dalam adegan film tadi.

    “Hmm..”, tak sadar mulutku mengeluarkan suara itu.

    “Ada apa, Di?”, isteri pak Kyai itu memandangku dengan alis berkerut.

    “Nngg.., nggak apa-apa Nyai..”, Aku jadi sedikit gugup. Oh wajahnya, kenapa baru sekarang aku melihatnya begitu cantik.

    “Eh.., kamu ngelamun yah, ngelamunin siapa sih? Pacar?”, tanyanya.

    “Nggak ah tante”, dadaku berdesir sesaat pandangan mataku tertuju pada belahan dadanya.

    Wow serasa hendak jebol celana yang kupakai oleh desakan penisku yang memberontak tegang.

    “Oh My god, gimana rasanya kalau tanganku sampai mendarat di permukaan buah dadanya, mengelus, merasakan kelembutan payudara itu, oohh” lamunan itu terus merayap melambung tinggi.

    “Heh, ayo.., makanmu lho, Di”.

    “Ba.., bbaik Nyai”, jelas sekali aku tampak gugup.

    “Nggak biasanya kamu kayak gini, Di. Mau cerita nggak sama tante Fifi”.

    “Oh my god, dia mau aku ceritakan apa yang aku lamunkan? Susumu itu Nyai, susumu yang tergantung indah aku remas-remas ya” bisik hatiku, aku mulai berfikir bagaimana bisa menyetubuhi isteri Kyai Hasyim yang montok dan cantik ini.

    Pelan-pelan sambil terus melamun sesekali berbicara padanya, akhirnya makananku habis juga. Aku kembali ke kamar dan langsung menghempaskan badanku ke tempat tidur. Masih belum lepas juga bayangan tubuh Nyai Fifi.

    “Gila! Gila! Kenapa perempuan paruh baya itu membuatku gila”, pikirku tak habis-habisnya.

    Umurnya terpaut sangat jauh denganku, aku baru 18 tahun.., dua puluh lima tahun dibawahnya. Ah, mengapa harus kupikirkan, persetan ah yang penting bagaimana caranya aku dapat menikmati tubuh montoknya.

    Aku melangkah ke kamarku dan berbaring ditempat tidur, mencoba melupakannya, tapi mendadak pintu kamarku diketuk dari luar.

    “Di.., Didi.., ini Tante Fi”, terdengar suara tante Fifi yang seksi itu memanggil.

    “Ah..”, aku beranjak bangun dari ranjang dan membukakan pintu,

    “Ada apa, tante?”.

    “Kamu bisa buatin tante kopi?”.

    “Ooo.., bisa tante”.

    “Tahu selera tante toh?”

    “Iya tante, biasanya juga saya lihat Bi Tinah”, jawabku singkat dan langsung menuju ke dapur.

    “Tante tunggu di ruang tengah ya, Di”.

    “Baik, tante”.

    “Didi..?”

    “Ya.., tante”.

    “Kamu kalau habis pasang film seperti ini lain kali masukin lagi ke tempatnya yah”.

    “Mmm.., ma.., ma.., maaf tante..” aku tergagap, apalagi melihat Tante Fifi isteri pak kiayi itu yang berbicara tanpa melihat ke arahku.

    Benar-benar aku merasa seperti maling yang tertangkap basah.

    “Di..?”, Tante Fifi memanggil dan kali ini ia memandangi, aku menundukkan muka, tak kubayangkan lagi kemolekan tubuh istri Kyai Hasyim itu.

    Aku benar-benar takut bercampur dengan nafsu.

    “Tante nggak bermaksud marah lho, Di..”,

    Byarr hatiku lega lagi.?

    “Sekarang kalau kamu mau nonton, ya sudah sama-sama aja di sini, toh sudah waktunya kamu belajar tentang ini, biar nggak kuper”, ajaknya.

    “Woow..”, kepalaku secepat kilat kembali membayangkan tubuhnya.

    Aku duduk di sofa sebelah tempatnya. Mataku lebih sering melirik tubuh Tante Fifi daripada film itu.

    “Kamu kan sudah 18 tahun, Di. Ya nggak ada salahnya kalau nonton beginian. Lagipula tante kan nggak biasa lho nonton yang beginian sendiri..”.

    Tak kusangka ucapan isteri Kyai Hasyim begitu terang-terangan, padahal Nyai Fifi adalah seorang pendidik alias guru apakah karena dunia ini sudah semakin tua, atau isteri Kyai itu yang nampaknya alim namun sesungguhnya memiliki nafsu syahwat besar yang tak tersalurkan.

    Apa kalimat itu berarti undangan? Atau kupingku yang salah dengar? Oh my god Tante Fifi mengangkat sebelah tangannya dan menyandarkan lengannya di sofa itu. Dari celah gaun di bawah ketiaknya terlihat jelas bukit payudaranya yang masih seger dan bentuknya indah.

    Ukurannya benar-benar membuatku menelan ludah. Wooow. Posisi duduknya berubah, kakinya disilangkan hingga daster itu sedikit tersingkap.

    Yeah, betis indah dengan bulu-bulu halus, Hmm? Wanita 40-an itu benar-benar menantang, wajah dan tubuhnya mirip sekali dengan Marisa Haque, hanya Tante Fifi kelihatan sedikit lebih muda, bibirnya lebih sensual dan hidungnya lebih mancung.

    Aku tak mengerti kenapa perempuan paruh baya ini begitu tampak mempesona di mataku. Tapi mungkinkah..? Tidak, dia adalah istri seorang Kyai yang terpandang, orang yang belakangan ini sangat memperhatikanku. Aku di sini untuk belajar.., atas biaya mereka.., ah persetan!

    Tante Fifi mendadak memindahkan acara TVRI ke sebuah TV swasta.

    “Lho.. kok?”.

    “Ah tante bosan ngeliatin acara di TV itu terus, ..”.

    “Tapi kan..”.

    ?Sudah kalau mau kamu mau nonton yang lain nonton aja sendiri di kamar..” wajahnya masih biasa saja.

    “Eh, ngomong-ngomong, kamu sudah hampir setahun di sini yah?”.

    “Iya tante..”.

    “Sudah punya pacar?”, ia beranjak meminum kopi yang kubuatkan untuknya.

    “Belum”, mataku melirik ke arah belahan daster itu, tampaknya ada celah yang cukup untuk melihat payudara besarnya.

    Tak sadar penisku mulai berdiri.

    “Kamu nggak nyari gitu?”, ia mulai melirik sesekali ke arahku sambil tersenyum.

    “Alamaak, senyumnya.., oh singkapan daster bagian bawah itu, uh Tante Fifi.., pahamu”, teriak batinku saat tangannya tanpa sengaja menyingkap belahan gaun di bagian bawah itu. Sengaja atau tidak sih?

    “Eeh Di.kamu ngeliatin apaan sih?”.

    Blarr.., mungkin ia tahu kalau aku sedang berkonsentrasi memandang satu persatu bagian tubuhnya.

    “Nnggak kok tante nggak ngeliat apa-apa”.

    “Lho mata kamu kayaknya mandangin tante terus. Apa ada yang salah sama tante, Di?”,

    Yya ampun dia tahu kalau aku sedang asyik memandanginya.

    “Eh.., mm.., anu tante.., aa.., aanu.., tante.., tante”, kerongkonganku seperti tercekat.

    “Anu apa.., ah kamu ini ada-ada saja, kenapa..?”, matanya semakin terarah pada selangkanganku, sial aku lupa pakai celana dalam.

    Pantas Tante Fifi tahu kalau penisku tegang.

    “Ta.., ta.., tante cantik sekali..”, aku tak dapat lagi mengontrol kata-kataku.

    Dan astaga, bukannya marah, Tante Fifi malah mendekati aku.

    “Apa.., tante nggak salah dengar?”, katanya setengah berbisik.

    “Bener kok tante..”.

    “Tante yang seumur ini kamu bilang cantik, ah bisa aja. Atau kamu mau sesuatu dari tante?” ia memegang pundakku, terasa begitu hangat dan duh gusti buah dada yang sejak tadi kuperhatihan itu kini hanya beberapa sentimeter saja dari wajahku.

    Apa aku akan dapat menyentuhnya, come on man! Dia istri pemilik pondok pesantren ini batinku berkata?Aah persetan. Ngocoks.com

    Tangannya masih berada di pundakku sebelah kiri, aku masih tak bergeming. Tertunduk malu tanpa bisa mengendalikan pikiranku yang berkecamuk.

    Harum semerbak parfumnya semakin menggoda nafsuku untuk segera berbuat sesuatu. Kuberanikan mataku melirik lebih jelas ke arah belahan kain daster berbunga itu. Wow.., sepintas kulihat bukit di selangkangannya yang ahh, kembali aku menelan ludah.

    “Kamu belum jawab pertanyaan tante lho, Di. Atau kamu mau tante jawab sendiri pertanyaan ini?”.

    “Nggak kok Nyai, ss.., ss.., saya jujur kalau tante memang cantik, eh.., mm.., dan menarik”.

    “Terus apa lagi ayo bilang..”

    “Aaaku mau pegang susu Nyai.” kuberanikan diriku sambil menatap kedua bola matanya yang indah itu.

    “Kamu belum pernah kenal cewek yah”.

    “Belum, tante”.

    “Kalau tante kasih pelajaran gimana?”.

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Bermain Api

    Bermain Api

    Cerita Sex Bermain Api – Namaku Rian, aku lahir dari keluarga sederhana. Aku berasal dari kota minyak terbesar di sumatra.wajah ku tampan, tinggi ku 171 cm, aku tidak gemuk, dan tidak juga kurus.

    Aku bekerja di sebuah perusahaan telekomunikasi provider terbesar. Yang ku ceritakan di sini ku bermain api dengan sepupu ku sendiri. Anak dari kakak2 ibu ku. Ibu ku terlahir 8 bersaudara dimana ibu ku anak ke 6.

    Pada tanggal 26 maret 2010 ibu ku menerima tlf dari kakak tertuanya nama nya bude yus. bude yus ingin mengundang ibu ku untuk hadir dalam acara pernikahan putri nya.

    Dya adalah kakak sepupuku, sinta namanya. Umurnya 27 tahun. Kulitnya putih mulus bersih, dan tinggi nya cukup tinggi untuk seukuran wanita yaitu 173cm. Selain tinggi bodynya badannya sangat bagus, sehingga membuat payudaranya membesar kira2 ukuran 36b.

    Cerita Sex Bermain Api
    Cerita Sex Bermain Api

    Ngocoks Kk sinta ini anak ke 5 bude ku, Dari 6 bersaudara. anak pertama sampai ke 4 bude adalah laki laki dan telah menikah semua. Tinggal kk sinta dan kk luna yang belum menikah.

    Aku : ngapa bude nlf bu?
    Ibu : kk sinta mau nikah, bude mu undang ibu dan bude2 mu yang lain juga.
    Aku : ouh…akhirnya laku juga kk sinta ya bu hehehe. Berarti seluruh keluarga kita datang dong bu dari medan dan padang?

    Ibu : iyalah..udah tradisi di keluarga kita untuk ngumpul bersama sama saat ada pernikahan.(dalam tradisi kami acara pernikahan lah yang menyatukan kami untuk berkumpul bersama dari nenek kakek bude paman serta sepupu2 ku)

    Aku : mantap lah bu..akhirnya ku bisa ketemu lagi dengan sepupu2 ku yang cantik2 hehehe..
    Ibu : dasar genit kamu

    H -2 sebelum acara pernikahan kk sinta. Seluruh keluarga besar dari ibu ku telah datang ke kota ku.. kami berkumpul di rumah bude yus. Dari sekian banyak sepupu2 ku malam itu, perhatian ku tertuju pada anak bude yen. Nama nya eka umurnya sama dengan ku 20 thn. Dya saat itu masih kuliah di salah satu universitas di kota padang.

    Aku : gimana kabar ka? Makin semok dan cantik aja sekarang ya
    Eka : baik yan..klu gak baik gak sampai ka di dsni doo…makasi pujian nya gak da uang kecil (sambil meletkan lidah nya ke aku.)

    Aku : gimana kuliah ika lancar?? Udah semester brapa skrg?
    Eka : lancar ian, eka udah semester 5 ian.

    Aku : jalan yuk ka…cari cari angin malam kita..suntuk kan di rumah aja?
    Eka : yuk lah, dari tdi kek ajaknya…ni udah kelewat malam (emang jam saat itu pukul 10 malam)

    Ku ajak eka berkeliling keliling kota kelahiran ku dengan escudo hitam ku. Dari perjalanan kami ku bawa dya liat tempat kerja ku, tempat tempat seni budaya daerah ku, dan kami beristirahat di sebuah taman yang dsna terliat cantik pemandangannya sambil makan jagung bakar.

    Aku : gimana ka asik berwisata malam disini?
    Eka : iya asyik kali ian…jam segini masih rame aja ya…klu di padang mah gak da se rame ini lagi klu malam2 sepeti ini ian.

    Aku : tidur dmna nanti ka? Rame gitu orang di tempat bude yus..keluarga kita aja udah satu batalyon datang tambah lagi keluarga paman sam.

    Eka : gak tau ni ian, klu di bayangin udah macam ikan asin lah tu rumah klu rame seperti itu tidurnya
    Aku : tidur di rumah ku aja yuk ka

    Eka : pengennya gitu..tapi gak enak lah cuma ber 2 aja
    Aku : kita bawa sepupu2 kita yang lain tidur di rumah ku

    Eka : oke lah..klu itu baru asik.
    Aku : yuk pulang

    Dalam perjalanan pulang kita bnyak bercerita tentang kehidupan cinta kita masing2. Tpi yang buat ku kaget ternyata eka ini LDR dengan pacar nya.

    Aku : ka mana enak LDR gitu ka, emang dah brpa thun pacarannya?
    Eka : baru 1thun lebih ian..dan baru 4 bulan ini dya di pindahkan ke jakarta karna kerjaannya

    Aku : emang dya kerja apa ka? Kok di pindahkan ke jakarta?
    Eka : dya mekanik bank indonesia

    Aku : trus kapan ketemu nya kalian ka?
    Eka : sebulan hanya sekali ian itu di akhir2 bulan terus

    Aku : wah pasti di kasih jatah full lah ya klu dya datang. Hahahaha
    Eka : apaan sih ian !!

    Aku : kita udah sama2 dewasa kok ka jadi ngerti lah hal seperti itu( ku coba memancing dya agar lebih terbuka lagi)

    Eka : hmmm.
    Aku : kok hmm…hayoooo…udah sampai mana cara pacaran ka?

    Eka : ya seperti anak muda seumuran kita lah, pake tanya lagi
    Aku : jadi ka gak PW lagi berarti (tiba2 hp di tangan nya di pukul kan ke kepala ku) bruk……

    Eka : enak aja, masih lah ya, gini2 masih bisa jaga tau…
    Aku : hehehe

    Gak terasa kami sampai juga di rumah bude yus. Aku bicara dengan bude yus dan ibuku tentang ingin mengajak sepupu2 ku untuk tidur di rumah. Mereka mengizinkan kami.

    Satu hal yang mesti agan agan ketahui ya…di antara kakak kakak ibu ku.. salah satu dari anak nya pasti ada seumuran dengan ku.. (ya palinng kurang setahun umurnya dari ku atau tidak lebih satu tahun dari ku) dan uniknya lagi cuma aku satu-satunya laki2 diantara mereka

    • Anak bude yus yang 6 kk luna umur 21 thn
    • Anak bude neli yang ke 3 kk Resi namanya umur 21 thun juga
    • Anak bude ipit yang ke 2 linda 20 thn
    • Anak bude yani yang ke 1 eka 20 thun
    • Dan yang terakhir anak paman ku adik dari ibu ku namanya fani umurnya 19 thn

    Lanjut ke alur gan… sesampai di rumah ku kami ada sekitar 12 orang. Selain sepupu2 ku yang cantik2 ada adik2 mereka yang ikut dengan kami tidur di rumah ku. Kamar tidur di rumah ku hanya ada 2 kamar.

    Satu kamar tidur orang tua ku. Satu lagi kamar tidur ku. Kamar tidur orang tua ku emang selalu di kunci klu mereka bepergian..jadi kamar tidur yang hanya bisa di pake otomatis hanya 1 kmar ku. Kami semua tidur di kamar ku..saking bnyaknya orang ac di ruang kamar ku pun jadi gak begitu dingin sehingga ku tidak bisa tidur karna gerah.

    Aku pun pindah tidur ke ruang tv. Ku nyalakan tv lalu menonton pertandingan bola. Saat itu ku liat liga champion intermilan vs barcelona. Sedang asyiknya ku nonton ternyata eka ke ruang tv.

    Eka : kok gak tidur ian? Apa gak kerja bsok?
    Aku: tadi nya ku dah tidur trus ke bangun karna gerah..ya ku pindah aja tidur dsni sambil nonton bola..ku bsok cuma masuk setengah hari kok ka, dan biasanya kantor ku klu hari sabtu sepi. Karena sabtu itu seharusnya libur tpi karna aku kebagian jatah piket ya masuk setengah hari.

    Eka : ouh gitu. Eh itu barca ya ian?
    Aku : iya ka. Kenapa? Fans barca ya ka?
    Eka : hehehe iya pacarku suka barca dan dulu suka nobar sama dya klu barca main, makanya ku suka juga barcelona ian.

    Aku : ouh ternyata mu udah rival abadi ku dong..
    Eka : loh…kenapa? Emang mu suka klub apa ian?
    Aku : aku fans madrid ka itu kalau di spanyol,klu liga italia ku suka dengan intermilan. jadi 2 klub ini klu di ibarat kan tubuh ku, madrid itu darah ku, intermilan tulang ku, wuahahaha..

    Eka : hmm aneh mu ian. Klu gitu taruhan yuk kan ini lagi main intermilan mu
    Aku : oke. Klu aku menang apa yang ku dapat dan klu ku kalah ka minta apa?

    Eka : kalau ian kalah pijitin aku ya..badan ku pegal2 ni seharian di mobil dari padang ke sini..tapi kalau ian menang terserah ian minta apa akan ku turuti
    Aku : oke siep klu gitu

    Ku tau barca pasti menang lawan intermilan malam ini karna barca sebelumnya kalah 2-0 dengan inter milan di leg pertama. Dan ternyata prediksi ku benar malam itu barca menang 2-1 dengan inter milan tapi sayang barca gagal lolos ke final karna kalah agregate pada saat itu.

    Eka : eeehaaaa barca ku menang kan ian berarti kmu pijit aku malam ini.
    Aku : iya menang, tapi liat tuh barca mu sedih karna gak lolos ke final..tandanya kamu kalah dong..

    Eka : lah kok gitu? Skor nya kan 2-1 ian..kok gak masuk ke final
    Aku : ya iya lah ka ini leg 2 nya ini ka…leg pertama inter milan ku menang 2-0 klu di total goal intermilan ku masih unggul ka dengan skor 3-2

    Eka : ouh gitu ya ian…maklum lah ian cuma ikut ikut ayank bebeb…hahahha
    Eka : jadi aku kalah dong ian, aku harus turuti kemauan mu dong.
    Aku : gak lah ka, aku yang kalah karna perjanjian kita siapa yang menang kan..bukan siapa yang lolos tadi.

    Eka : yeeee gitu dong itu baru rian sportif orangnya
    Aku : ya lah ku lelaki..harus mengalah dengan wanita..apalagi wanita cantik..semok pula lagi..hahaha

    Aku : jadi gak di pijitnya??
    Eka : jadi dong…yang enak yaaa…klu gak enak hukuman mu akan lama loh..
    Aku : iya iyaa.

    Eka mulai telungkup di atas karpet permadani ruang tv ku.. aku pun mulai memijat dya dari kakinya..eka malam itu gunakan celana pendek hitam dan memakai kaos tanktop. Saat mijat di kaki tidak ada halangan kain dari mata kaki nya sampe ke paha nya..akupun mulai terangsang melihat paha putihnya..15 menit berlalu ku minta izin ke eka

    Aku : ka pake minyak ya atau handbody aja mijatnya..capek klu gak da pelicinnya
    Eka : y udah pake handbody aja. Di tas ku ada handbody tuh..

    Aku pun mengambil sebotol handbody dalam tas eka. Dan melanjutkan lagi pijatan ku di kakinya..saat semua kaki nya udah selesai ku pijat semua ku tanyakan ke dya

    Aku : ka dekat paha dalam gmna di pijat juga gak
    Eka : hmm iya lah…
    Aku : buka lah celana pendeknya

    Eka : harus kah?
    Aku : iya ka, klu gak susah lah mijatnya
    Eka : y udah buka aja sendiri tapi jangan macam2 ya…awas aja klu macam2
    Aku : oke sipp

    Tangan ku mulai beraksi di bagian paha dalam eka.. pijatan ku kini berubah menjadi elusan.

    ”Ooooouuughhss…….ssssssssttttt……ssssstttttttt….uuuuuhhhhkkss….”

    Terdengar desahan keluar dari mulut sepupuku eka. Lalu ku tuangkan lagi handbody di kakinya dan jari-jari ku mulai bergerak, memasukan jariku kedalam tali cd putih bunga2 yang dya kenakan sambil meremas bongkahan pantatnya.

    ”Ahhhhkkkk…….ssstttttt…….ssshhhhh…..”eka melengkuh merasakan nikmat.

    Sambil bergeser mundur kini tanganku lagi2 meremas dan memijat pantatnya, namun kali ini tanpa ragu sesekali jariku menyentuh vaginanya.

    Kini jariku sedikit memasukan ke lobang vaginanya, yg membuatnya menggelinyang dan semakin terangsang.

    ”ooohhh..oohkk… Tubuhnya tampak menggeliat.

    Secepat kilat eka membalikkan tubuh nya dan dya menyerang bibirku. Kini kami sedang berciuman dengan tempo tinggi..saling bertukar air liur..saling memainkan lidah.

    Ku coba membuka tanktop hitam yang dya kenakan. Namun eka menahan tangan ku
    “Jangan ian….”
    Tangan ku kualihkan memasuki dalam tanktop nya. Ku raba2 bongkahan dadanya. Kurasakan bongkahan dada itu sangat mulus disana. Tangan ku kini ku alihkan ke dalam cd eka..

    Dengan sangat perlahan aku menarik keatas tanktop eka. sehingga payudaranya yang berukuran 36b melompat keluar.

    Lalu lidah ku turun menari-nari di sekitaran payudaranya mengelilingi aurolanya, membuat dya semakin tidak tenang, nafasnya pun memburu… Aahkk!

    Kini Celana dalam motiv bunga2 ku geser kesamping… tampak kakinya di lebarkan, dan ku jilat di paha kanannya, lalu bergantian dengan paha kirinya.

    “Aaahkkk… Kepalanya mendongak keatas ketika ujung lidah ku membelai bibir vaginanya,Aahkk…”

    Ku memainkan lidahku, ku kecup dan ku hisap clitorisnya, keluarlah desahan yang begitu keras dari mulutnya, rasanya aku ingin sumpal, atau di lakban agar dya tidak perlu mengerang ataupun mendesah nikmat seperti itu. Karna di dalam kamar ku masih ada 11 sepupuku yang lagi tidur lelap.

    Kini Lidah ku menari-nari, melakukan gerakan naik turun dan terkadang melingkar.

    Kemudian lidah ku menyeruak masuk kedalam vaginanya , dan menari-nari di sana membuatnya semakin tidak tahan. “Aaahkk…ian….! Eka mendesah… Oohk… Akhirnya aku tidak tahan lagi.”

    Serangan ku berada pada payudaranya dan vaginanya. “Ouh…ian..Aku sedikit lagi mau keluar,”

    “Aku… dapeeeeet!” Ia memekik ketika orgasme melanda dirinya.

    Sudah saatnya ku lepas kan tanktop serta cd yang eka pakai. Sreeg…..terlihat begitu mulus kulitnya. Dan kini dapat kulihat penuh payudaranya sangat besar. Dengan seksama ku perhatikan seluruh tubuhnya tapi yang membuat mata ku takjub ternyata bukan di payudaranya. Justru di bulu jembutnya yang begitu rapi di tata sehingga membentuk segitiga bermuda.

    Aku gak membuang waktu lama, selagi dya masih menikmati sisa orgasmenya ku buka seluruh pakaian ku lalu ku himpit tubuhnya.

    “Jangan ian..,” ini dosa besar, kita sesuku (dalam adat minang sesuku itu sama seperti mengawini ibu,adik, atau kakak sendiri) “tolong mengerti ian..aku masih perawan, dan aku dengan niko (pacar ika) belum pernah sejauh ini. tolong hentikan permainan ini.” terlihat dari mata nya memohon kepada ku.

    Aku : kalau gesek2 boleh ya ka…ku mohon…sudah di ubun ubun nafsu ku ka.

    Lalu eka mengangguk..

    Kini ku mulai menggesekkan kontol ku ke memeknya, ku pilin putingnya dan meremasi payudaranya, “aaah nikmat”, terdengar desahan keluar dari mulut eka. Ketiga titik sensitif pembangkit birahinya ku rangsang bersamaan, membuatnya mendesah sejadi jadinya, “aaah tterus ian ggseek tteruuus”, aku tak percaya eka mengeluarkan kata kata itu,

    Di karenakan nikmatnya gesekan kontol ku di memeknya, Akupun melihat dya mengangkat pantatnya, yang seakan memeknya ingin menelan kontol ku,

    “Aaaahhhhh ooooooh”, desahannya keluar begitu besar. sesekali diantara gesekan kontol ku, kepala kontolku melesat sedikit memasuki memeknya, mungkin karena saat ini memeknya sudah sangat basah, dan tiap kali kepala kontol ku sedikit melesat masuk,

    “Aaaaahh ian…..aaaargh”, dya mendesah. Ian……ikaa…..kkellluaaar”, sseeer, aku merasakan aliran air itu bebas memancur ke kontol ku, sama bebasnya dengan perasaanku, bisa seperti ini dengan sepupuku sendiri.

    Ku liat eka terengah engah merasakan orgasme ke 2 nya, ku liat dya pejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya,” orgasme ini benar benar nikmat, aku tak pernah merasakan orgasme yang senikkmat ini ian”, posisiku saat ini yang masih menindihnya,

    Kini ku coba Kepala kontol itu memutar dimulut memeknya, aku memasukkannya, dan memutar mutarnya,
    “Eeemmmmmgghhh iiaann….”, terlihat dya kembali menggigit bibir bawahnya dan memejamkan mata, menikmati kepala kontol ku yang sedang menggali memeknya,

    Tampak eka mengeram mendesah menikmati semua permainan ku yang semakin memabukkannya.

    Se inci demi seinci ku masukkan kontol ku di mulut memek eka. Usaha itu di permudah dengan bnyaknya cairan di dalam memeknya. Tanpa dya sadari kini kontol ku telah masuk setengah..tidak terlihat lagi leher kontol ku. Ujung kepala kontol ku kini merasakan benturan daging di dalam memek eka.

    Ku perhatikan wajahnya tampak sayu mata nya melihatku. Namun tidak ada penolakan darinya atas prilaku ku yang telah sejauh ini.

    Dan dengan perlahan aku mendorong kontolku untuk merobek keperawanannya masuk, ” aaah perih,,,, ”kurasakan, inci per inci masuknya kontol ku ke memeknya dan merasakan pula nikmatnya saat dinding memeknya saat kontol ku menggaruk dan otot otot kontol ku bles,,,, kontol ku kini masuk semuanya ke dalam memeknya.

    Aku membiarkan kontolku terbenam didalam memeknya, ku liat wajah eka menutup mata dan agak terisak, sedikit mengeluarkan air mata. Eka sadar bahwa dya sudah menyerahkan keperawanannya untuk ku, sepupunya anak adik dari ibunya,

    Perlahan isakan tangisnya menghilang. Dan saat itu pula aku mulai menarik perlahan kontolku, dan memasukkannya lagi, menarikknya lagi dan mendorongnya lagi, Ngocoks.com

    Aaaaaaaahh mmeekkmu ssemmpiit oooh”, akupun mulai mendesah, “Eemmmmgghh aaaaagghh pelan iaan…”, aku mulai bisa merasakan nikmatnya ngentot, dengan sepupu sendiri. Saat aku memasukkan kontolku, rasanya dinding memek eka ikut tertarik.

    oooh, dan rasanya gesekan kontol ku sungguh membawaku keawang awang, “Ian… oooh ian… aaaaah aaaahhh”, eka mendesah, keras untuk sekian kalinya. Terlihat,mulutnya terbuka sebebas bebasnya untuk mendesah menikmati semua kenikmatan yang kuberikan terhadapnya.

    Kini aku mempercepat gerakan keluar masuk kontolku, “Oooh oooh terus ian.. oooh emgh aaaah”,
    “Ika.. oooh aaakhhiirrrnyyaa aku bisa eentot sama kkamuu”,
    “Aaaah iiiyyaa ian… enntoootiiin ika …kkkah”, emang sungguh berbeda ngentotin pacar dengan sepupu/saudara sendiri, benar2 lain sensasi nikmatnya.

    Aku semakin mempercepat goyanganku, secara reflek ekapun kembali mengangkat pantatnya, seolah ingin menyambut kontol ku agar semakin dalam memasuki memeknya,
    “Ooooh ekaaa…eeenaaak…banget memek mu….oooh ah”,

    “Aaaah aaaah ooh ian.. tteruuus ian… eentooot ekaaa…..iaaan….”, eka semakin meracau, yang membuatku semangat 45 menusuk memek eka. Tampak eka terus menggeleng gelengkan kepalanya, menahan rasa nikmat yang sudah ku berikan terhadapnya,

    Terlihat eka mencengkram karpet ruang tv, Kami semakin mendesah, desahan kami semakin memenuhi tv tersebut, ntah terdengar dari dalam kamarku, aku tak peduli lagi,

    “Aaaakkkkh ooooh ekaa mmeeemmek mu mmang mantaap aaah aach ach”,
    “Ian… oooh nniikkmmat iaan… trrrus iann”,
    “Ennaaakkh kkan ka?”,

    “Aaah iiiyyaa ian… ennaaakkh tteruuus iann… entoottiinh aku”, ntah kenapa semakin dya berkata kotor semakin aku merasakan nikmat dinding dimemeknya, seiring nikmat dimemeknya , aku coba buat gerakan memutar2 pantatku,

    “Aaach kaaa ooohhh eenaaaak gak….”, terlihat eka suka cara ku ngentoti dya dengan gerakanku, aku mengaduk aduk memeknya, nikmat sekali,
    “Aaaaaahhh ooooh ekaaaa”,

    “Iaaan, eka berteriak nikmat karna merasakan kontol ku semakin dalam menancap di memeknya”
    “Aaah ian masukiin.. mmaakiin ddalaaam eemmmgh ooh aaah ah oooh”, aku kembali memutar mutar pantatku, ingin kembali mengaduk memeknya. Kini kepala dan batang kontol ku mengaduk aduk seluruh lubang memeknya,
    “Aaah yyyeeaaah ekaaaa…oooh nnniiikmat ssekali kaa…. kkoontooll ssuukkaaa sama memek mu”,

    Gak terasa 30 menit kami bertarung dalam birahi kami…peluh keringat pun membasahi karpet permadani tempat kami bercinta malam itu. Aku mulai merasakan sperma ku ingin lepas dari kantong zakar ku, kontol ku semakin mengaduk memeknya,

    “Iaaann…ekaaa mau kkkeellluar laagiii ooooooooohhhh”,
    “tahan…kaaa….kita keluarkan sama2 ajaaa…

    “seeeer sseeer” terasa hangat membasahi kontol ku dan “croot crooot croot”sperma ku melepas beribu ribu di dalam memek eka. Aku pun ambruk di atas tubuh

    Ku peluk dya erat, “makasih ka…sudah memberi harta berharga eka ke ian…” Eka hanya mengelus elus rambut ku..

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
  • Ayah Mertua

    Ayah Mertua

    Cerita Sex Ayah Mertua – Baru-baru ini aku mendapat sebuah email dari seorang teman wanita yang menceritakan jika ia sangat tertarik untuk dapat melakukan hubungan seks dengan ayah mertuanya. Namun untuk dapat mewujudkan ketertarikan itu, ada beberapa hambatan yang sampai saat ini, temanku itu belum dapat menemukan solusinya.

    Selain memikirkan akan adanya dosa, ada satu hal lagi yang mengganjal di hati teman wanitaku. Ia merasa begitu bersalah karena hal itu akan menyakiti dan mengkhianati dua orang yang ia cintai, suami dan ibu mertuanya.

    Hmmm… Okelah, hal itu bisa dijadikan hal yang masuk akal mengapa sampai detik ini ia masih tersiksa dengan imajinasi dan keinginan ‘aneh’nya itu.

    Tapiiii…. Jika menurut pandanganku, bercinta dengan ayah mertua bukanlah sebuah hal yang patut dipermasalahkan. Tak ada salahnya menantu dan mertua untuk melakukan seks. Selama mereka melakukannya tanpa ada tekanan, paksaan ataupun hal yang dapat saling merugikan antara keduanya.

    Cerita Sex Ayah Mertua
    Cerita Sex Ayah Mertua

    Ngocoks Terserah kalian akan berpikir seperti apa tentangku, yang jelas aku nyaman melakukan hal ini. Setuju atau tidak, hal itu kembali kepada tujuan, hati, dan pemikiran kalian semua. Bagiku, selama kami (menantu dan mertua) tak mengganggu kepentingan orang lain, hubungan percintaan ini syah-syah saja.

    Seperti hal yang telah aku lakukan selama ini.

    Namaku Fara, usiaku baru saja menginjak 26 tahun. Aku telah menikah dengan mas Budi (nama suamiku) selama lebih dari 5 tahun. Pernikahan kami dapat terbilang langgeng, tentram tanpa adanya gangguan ataupun masalah yang berarti.

    Begitupun dengan hubungan birahi kami, semua berjalan lancar seperti pasangan-pasangan lainnya. Bertahun-tahun aku dan suamiku memiliki kehidupan seks yang bagus, dan dia benar-benar bisa memuaskan nafsu birahiku.

    Berbagai macam literature kami baca dan pelajari guna mendapatkan ide serta masukan baru guna mempererat tali birahi kami. Mulai dari koran, majalah, novel stensilan, hingga internet, mengisi keseharian kami berdua.

    Khusus untuk literature terakhir, internet, yang mana diera seperti sekarang ini, informasi apa saja bisa didapatkan di internet. Terlebih informasi yang berbau akan hal-hal yang bertema seksual, dapat dengan mudah diperoleh darinya.

    Hampir tiap malam, kami selalu mencari referensi dari berbagai macam situs porno, namun entah siapa yang memulai terlebih dahulu, akhir-akhir ini, aku dan suamiku lebih suka membaca ataupun menonton situs porno yang bertemakan “perselingkuhan’ atau “seorang istri yang ingin bercinta dengan lelaki lain”

    Bercinta dengan lelaki lain

    Jujur, aku dan suamiku sangatlah terangsang setelah membaca ataupun menonton situs porno jenis itu. Yang jika diteruskan dengan acara bercinta, kami bisa berulang kali mencapai kepuasan birahi. Dan setelahnya, kami mulai berbicara mengenai apa yang bakal didapat jika hal-hal itu bisa benar-benar diwujudkan dalam kehidupan pribadi kami.

    Pembicaraan tentang bercinta dengan lelaki lain ini selalu saja suamiku lontarkan setiap saat, sehingga secara tak langsung, ‘ide aneh’ ini menjadi salah satu penyebab tumbuhnya imajinasi liarku. Imajinasi untuk benar-benar bisa bercinta dengan lelaki lain selain lelaki yang aku nikahi ini.

    Hingga detik ini aku dan suamiku masih tinggal dengan orangtuanya, Pak Bakri dan Bu Murni. Pak Bakri, 52 tahun, adalah seorang pegawai negeri biasa. Sedangkan Bu Murni, bekerja sebagai pengusaha rumah makan.

    Pak Bakri, yang walau telah mencapai usia setengah abad, adalah seseorang yang rajin dan ceria. Ia mempunyai banyak sekali bahan banyolan yang selalu bisa membuat siapa saja yang berada di dekatnya untuk tertawa.

    Pak Bakri, memiliki postur tubuh standar dengan tinggi 165 cm, berambut cepak yang sudah dihiasi uban, berkulit sawo matang, berwajah tegas yang selalu dihiasi oleh senyuman. Membuatnya selalu terlihat lebih muda.

    Pak Bakri, itulah lelaki yang selalu masuk ke dalam imajinasi liarku.

    Seperti yang telah aku jelaskan tadi, jika aku dan suamiku sedang berbincang mesum, sosok ayah mertuaku itulah yang selalu aku bayangkan untuk bisa meniduriku. Awalnya aku selalu mencoba untuk mengalihkan segala pikiran mesumku dari beliau, tapi apa daya, aku sama sekali tak bisa.

    Bahkan terkadang, ketika aku dan suamiku sedang heboh-hebohnya bercinta, aku sengaja memejamkan mata dan membayangkan jika orang yang menyetubuhiku saat itu adalah Pak Bakri, ayah kandung suamiku.

    Dan dari membayangkan hal itu saja, mampu membuatku orgasme berkali-kali.

    Aku tak pernah mengatakan hal ini kepada mas Budi, sehingga apa yang aku rasakan setiap kali bercinta dengannya, adalah merupakan rahasiaku sendiri.

    “Astaga, apakah yang aku lakukan ini salah…?”
    “Bagaimana cara menghilangkan pikiran mesumku tentang ayah mertuaku…?”
    “Apakah aku adalah seorang menantu yang mesum…?”

    ***

    Aku yakin jika hingga detik ini, pak Bakri masih aktif melakukan hubungan seksual dengan bu Mirna, meskipun aku belum pernah sama sekali melihat atau mendengar aktifitas bercinta mereka. Hingga pada akhirnya, aku putuskan untuk memulai bermain api dengan ayah mertuaku.

    Aku memutuskan untuk merayunya dengan cara apapun.

    Dengan postur tubuh 160 cm, kulit kuning langsat, berambut hitam lurus sepanjang punggung, payudara 36D, dan pantat yang membulat, aku yakin jika asetku ini dapat menaklukan ayah mertuaku.

    Untuk menunjang ide mesum ini, ketika aku berada dirumah, aku sengaja untuk mengenakan daster pendek berbahan katun tipis dengan bukaan leher yang lebar guna memperlihatkan kemontokan daging payudaraku. Terkadang aku juga sering mengenakan celana pendek plus tanktop guna memperlihatkan lekuk pinggang dan perut rampingku.

    Aku sadar, jika didalam rumah yang aku tempati ini masih ada ibu mertua dan suamiku, sehingga untuk melakukan niatan mesum kepada ayahku ini, aku harus lebih berhati-hati. Sangat berhati-hati.

    Secara rutin, dikarenakan jarak antara rumah tempat kami tinggal dan lokasi kerja suamiku cukup jauh, Mas Budi selalu meninggalkan rumah sekitar pukul 7.30 pagi di setiap harinya. Ibu bertuaku, berangkat setelah suamiku beranjak ke kantor, sekitar 15-20 menit kemudian. Dan, ayah mertuaku dikarenakan kantor tempatnya bekerja cukup dekat, ia selalu berangkat pukul 10 kurang 15 menit.

    Melihat jam kerja orang-orang yang tinggal di rumah ini, aku memiliki waktu di pagi hari sekitar 2 jam-an untuk dapat melakukan rencana penaklukan kepada ayah mertuaku. Terlebih karena aku tak bekerja, aku memiliki waktu yang cukup leluasa untuk menggoda ayag mertuaku sebelum beliau berangkat kerja.

    Biasanya, setelah suami dan ibu mertuaku berangkat kerja, aku yang semula menggunakan daster panjang, langsung mengganti pakaianku dengan daster jelek berukuran mini.

    “Adek malas jika harus beraktifitas dengan mengenakan daster bagus mas…” alasan yang selalu aku lontarkan kepada mas Budi setiap kali ia merasa bertanya padaku. “Terlebih… di rumah sudah nggak ada siapa-siapa lagi…” tambahku.

    “Tapi khan masih ada bapak dek…”
    “Ya ampun mas…. Memangnya kenapa? Toh adek sudah menganggap bapak mas sebagai ayah adek sendiri…”

    Seumur pernikahanku, mas Budi tak pernah menang jika berdebat tentang pakaian denganku. Ia selalu memaklumi semua alasanku. Padahal, jika ia tahu maksudku yang sebenarnya, mungkin ia tak akan pernah membiarkan istri tercintanya ini memamerkan aurat tubuhnya dengan leluasa.

    Ada banyak cara yang bisa aku lakukan untuk dapat menarik perhatian ayah mertuaku. Seperti ketika aku menyapu, aku lebih sering membungkuk untuk membersihkan kolong furniture, tujuannya tak lain adalah, supaya aku bisa memperlihatkan gelantungan daging payudaraku ketika aku menunduk.

    Ketika mengepel lantai, aku lebih sering berjongkok guna memperlihatkan pada dalam dan CD miniku. Ketika aku mencuci bajupun, aku sangat sering untuk membasahi atasan dasterku guna memperlihatkan lekuk bentuk payudaraku, dan ketika aku menjemur baju, aku sengaja memilih lokasi yang terkena banyak sinar matahari, guna memamerkan siluet indah tubuhku.

    Semua aku lakukan demi satu tujuan, mendapat perhatian dari ayah mertuaku.

    Setiap kali aku melakukan pekerjaan rumah (dengan cara seksi tentunya), seringkali aku lihat ayah mertuaku secara malu-malu mengintip. Namun begitu aku memandang ke arahnya, ia buru-buru mengalihkan pandangannya sambil tersenyum simpul.

    Melihat senyum ayah mertuaku, entah kenapa selalu yang selalu membuatku mabuk kepayang. Dan melihat senyum simpulnya, aku semakin yakin jika selama ini beliau menikmati pameran aurat yang aku lakukan selama ini.

    Karena setelah aku tak lagi melihat ke arahnya, aku tahu jika ia buru-buru menatap tajam ke arah tubuh seksiku ini. Dengan cara ini, aku mendapat banyak sekali kesenangan.

    Dan anehnya, hanya dengan melihat senyum dan lirikan mata ayah mertuaku ketika beliau menatap tajam kearahku, vaginaku bisa saja langsung membecek basah. Dan ujung-ujungnya, aku bisa merasakan orgasme hebat dengan cara bermasturbasi dengan hanya membayangkan ayah mertuaku.

    “Aku harus melakukan sesuatu yang jauh lebih binal lagi… Aku harus bisa membuatnya tertarik padaku… Aku harus mendapatkan kehangatan tubuh ayah mertuaku… Aku harus bisa membawanya masuk ke dalam dekapanku dan aku harus bisa membuat beliau meniduriku…”

    Perlahan tapi pasti, aku menyadari jika ada sedikit perubahan dari sikap dan perhatian pak Bakri padaku. Lirikan mata yang semula hanya mencuri-curi pandang kea rah tubuh seksiku, sekarang sudah berani menatap dengan tajam. Senyum yang semula hanya tergurat tipis di wajahnya, sekarang sudah lebih sering terlihat lagi.

    Sepertinya, pak Bakri mencoba untuk bisa ‘berkomunikasi’ dengan cara yang lebih intim lagi kepadaku. Bahkan tak jarang, ayah suamiku itu dengan sengaja menepuk atau mengusap tubuhku selagi ia berbicara denganku. Sengaja membuat chemistry yang ada diantara kami berdua menjadi lebih dekat.

    Hingga suatu hari, aku memutuskan untuk menunjukkan hal yang lebih kepada ayah mertuaku. Hal yang membuat ayah mertuaku tahu apa tujuanku kepadanya selama ini. Dengan cara memamerkan ketelanjangan tubuhku.

    ***

    Rumah kami adalah rumah petak dengan 2 kamar tidur yang saling berdampingan. Disebelah kamar tidur, terdapat ruang tengah ber-TV, yang diletakkan tepat di depan kamar tidurku.

    Di ruang tengah terdapat sofa yang menghadap kamar tidurku, dan jika ada seseorang yang menonton TV disitu, dia bisa saja melihat melihat semua kegiatan yang terjadi di dalam kamar melalui pintu kamar tidurku.

    Inilah kunci utama yang bisa membuat rencana mesumku berhasil.

    Hari itu, di suatu pagi yang cerah, setelah mas Budi dan bu Murni berangkat kerja, pak Bakri sedang menonton acara kegemarannya di TV. Mengetahui jika ayah mertuaku sedang asyik-asyiknya menonton TV, aku segaja lewat di hadapannya dan segera masuk ke dalam kamar tidurku.

    Aku biarkan pintu kamar tidurku sedikit terbuka, berharap ayah mertuaku bisa melihat aktifitasku di dalam kamar.

    Setelah berada di dalam kamar, aku kembali mondar-mandir didalam kamar, dengan tujuan supaya ayah mertuaku tahu kesibukanku di dalam kamar. Dan setelah ayah mertuaku sadar akan kesibukanku, inilah waktunya aku melakukan pertunjukan perdanaku.

    Pada awalnya, dengan posisi tubuh yang membelakangi pintu kamar tidurku yang masih sedikit terbuka, aku sengaja membuka daster pendekku yang basah karena air sisa cucian. Kuangkat perlahan ujung bawah daster basah itu dan kuangkat naik ke atas kepalaku. Semua aku lakukan dengan gerakan lamabat dan sedikit menggoyang-goyangkan pinggangku.

    Dan setelah daster basah itu melewati kepalaku, aku tak langsung meletakkan daster itu ke tempat cucian kotor yang ada di sudut kamar, melainkan berdiam diri sejenak sambil memamerkan belakang tubuhku yang hanya tinggal mengenakan CD dan bra.

    “Pak Bakri… Silakan lihat tubuh setengah telanjang menantumu ini pak…” kataku dalam hari. Beberapa kali, aku kembali mondar-madir di dalam kamar, dengan tujuan supaya ayah mertuaku bisa melihat keseksian tubuhku.

    Aku tahu pasti, jika saat itu ayah mertuaku sudah tak lagi konsentrasi dengan acara yang ada di TV. Karena kulihat dari ekor mataku, pak Bakri berulang kali menatap tajam kearah pintu kamar tidurku yang tak tertutup itu. Dan aku pasti, beliau sangat memperhatikan semua gerak gerikku di dalam kamar ini.

    ASTAGA….

    Seluruh tubuhku gemetar dengan penuh kegembiraan. Detak jantungku berdebar dengan kencang, mukaku terasa memanas dan seluruh bulu kudukku seketika merinding. YUP, itu adalah tanda kegembiraan dan gairah seksualku yang mulai meninggi.

    Setelah beberapa kali mondar-mandir di dalam kamar dengan hanya mengenakan bra dan CD saja, aku pikir, sekaranglah saatnya aku melucuti semua pakaian dan mempertontonkan ketelanjangan tubuhku yang sebenarnya kepada ayah mertuaku.

    Jika tadi aku melepas daster basahku dengan posisi tubuh membelakangi pak Bakri, sekarang aku berbuat yang sebaliknya. Aku ingin memperlihatkan keseksian tubuhku dari arah depan.

    Kembali aku memposisikan tempat berdiriku di depan pintu kamar tidurku yang terbuka. Kutekuk kedua tanganku kebelakang punggungku guna membuka klip bra, dan membiarkan mangkok pakaian dalamku jatuh bebas ke lantai.

    “Pak Bakri…. Lihatlah payudara menantumu ini….” batinku lagi seiring menelungkupkan payudaraku dengan kedua tanganku. Bra-ku meluncur jatuh dengan cepat, dan payudaraku pun ikut-ikutan terbebas, melompat dengan indahnya ke arah pusar.

    Aku melakukan semua hal itu dengan gaya lambat, supaya pak Bakri bisa menikmati ketelanjangan tubuh menantu putrinya ini dengan lebih seksama.

    Jantungku berdetak semakin cepat, dan wajahku terasa makin memanas. Mendadak, aku merasa hembusan angin dari AC yang ada dikamar tidurku begitu dingin. Karena merasa kedinginan bercampur horny, bulu kudukku kembali berdiri, putung payudaraku mencuat, dan yang pasti vaginaku makin basah.

    Dari sudut mataku, aku sedikit melirik ke arah ruang tengah untuk memperhatikan ayah mertuaku.
    “Dia tidak lagi menonton TV…. Dia lebih mengawasi diriku yang sedang ada di kamar ini…” batinku.

    Dengan berpura-pura tak menyadari tatapan tajam pak Bakri, ayah mertuaku, beberapa kali aku melepas tangkupan tangan pada payudaraku, membiarkan payudaraku bergoyang kesana kemari sambil berdiri menghadap kearahnya ayah mertuaku.

    KREEK KLETEK

    “Hhhhhh… leganya….” Ucapku pelan sembari berlagak melakukan kebiasaan. Dengan sengaja, aku memelintirkan pinggangku ke kanan dan kekiri guna melepas pegal. Padahal tujuannya sudah jelas, aku ingin membiarkan pak Bakri melihat daging payudaraku terlempar kekanan dan kekiri seiring putaran tubuhku.

    Puas memperlihatkan gerakan payudaraku, aku lalu membungkukkan punggungku untuk mengambil daster dan bra-ku yang ada ditelapak kakiku. Saat aku membungkuk, aku tahu jika gumpalan daging yang ada di dadaku itu lagi-lagi bergoyang dan bergelayutan jatuh karena gravitasi.

    Dan seiring aku berjongkok, kembali aku melihat ayah mertuaku yang hanya terbengong-bengong menatap ketelanjangan tubuh indahku.

    Kulempar daster dan bra kotorku ke dalam keranjang cuci yang ada di sudut kamar, dan kemudian aku mulai menurunkan CDku.

    “Pak Bakri…. Inilah sajian utama dari menantu liarmu ini…” kataku dalam hati sambil mulai menyelipkan kedua ibu jariku ke karet celana. CD ini menempel erat di pinggang dan pantatku, dan aku harus menggoyangkan pantatku guna bisa melepas celana ini dengan cepat.

    Sekilas, aku merasa seperti sedang berdansa ketika menyambut ketelanjanganku. Dan melihat ayah mertuaku yang masih tak percaya akan apa yang dilihat oleh kedua bola matanya, aku sengaja memutar tubuhku dan membungkukkan punggungku lagi.

    Kali ini aku memposisikan tubuhku dengan pantat yang menghadap kearah ruang tengah. Tujuanku hanyalah supaya ayah mertuaku bisa melihat betapa becek dan basahnya vaginaku saati ini.

    “YA TUHAAANNN…. Apa yang sedang aku lakukan..?” tanyaku dalam hati,

    Mendadak aku mendengar langkah kaki. Dan seiring dengan suara itu, tiba-tiba aku merasa sangat bergairah.

    Aku berbaring di tempat tidur dengan keadaan tubuh telanjang, berharap ayah mertuaku mendekat dan memasuki kamar tidurku. Dan entah darimana, aku tiba-tiba berinisiatif untuk segera meraba selangkangan, menyentil clitoris dan membenamkan kedua jemari lentikku dalam-dalam kelubang kewanitaanku. Segera saja, aku mulai bermasturbasi.

    Karena birahiku yang sudah begitu tinggi, aku seolah tak peduli jika saat itu ada lelaki lain yang sedang melihat ketelanjangan diriku. Aku benar-benar tak mampu menahan lagi rasa gatal yang menggelitik vaginaku. Aku ingin sesegera mungkin menggaruk dan memuaskan keinginan birahiku.

    Dan segera saja, kedua jemariku mulai membawa kenikmatan seiring kocokan tajamnya pada vaginaku. Hingga akhirnya, ada semburan panas yang menyeruak ganas pada rongga rahim, dinding vagina dan bibir kewanitaanku.

    “OOOooooouuuugggghhhh….” Aku orgasme. Vaginaku mengejang. Memijit, meremas dan menghisap kedua jariku dengan kuat. Ini adalah orgasme masturbasi terkuat yang pernah aku rasakan.

    Mendadak pandanganku gelap, otot-ototku melemas, dan pikiranku terasa bebas. Nafsuku menghilang dan tubuhku terasa begitu ringan.

    LEGA

    Sejenak, setelah mengatur nafas sehabis orgasme, aku tiba-tiba sadar, jika aku baru saja melakukan masturbasi di hadapan pak Bakri, ayah mertuaku.

    Kuberanjak dari tempat tidur dan segera mengambil handuk di yang menggantung di balik pintu kamar tidurku. Kulilitkan handuk itu di tubuhku dan mengintip kearah ruang tengah. Ngocoks.com

    Dengan jantung yang masih berdebar-debar, aku memberanikan diri untuk mengintip keluar dari kamar tidurku berharap pak Bakri masih ada disitu. Namun harapanku ternyata sia-sia, karena ruang tengah tempat ayah mertuaku tadi berada sekarang kosong. Yang ada hanyalah suara TV yang masih menyiarkan acaranya.

    “Kemana pak Bakri berada?”

    Entah mendapat pemikiran darimana, aku tiba-tiba ingin memeriksa area kamar mandi dekat dapur. Dan ternyata benar, ayah mertuaku berada di dalam kamar mandi itu.

    “Sedang apa ya kira-kira ayah mertuaku di dalam kamar mandi…? Apakah ia sedang onani…?” tanyaku dalam hati.

    Dengan hati-hati aku mendekat kearah pintu kamar mandi dan menempelkan telingaku ke pintu. Aku bisa mendengarnya terengah-engah dan kemudian, aku terkejut saat dia mengatakan…..

    “Ohh… Fara… kenapa kamu menggodaku nduk…?” ucap ayah mertuaku sambil mendesah-desah keenakan.

    “Pak Bakri pasti sedang onani….” Ujarku dalam hati. “Iiya… Pasti pak Bakri sedang mengocok penis besarnya…”

    Mendadak, rasa penasaran pada diriku muncul seiring dugaan-dugaan yang ada pada otakku. Mendadak aku ingin melihat, seperti apa bentuk batang kejantanan pak Bakri ini. Mendadak aku ingin tahu, seperti apa penis yang kelak bakal mengaduk-aduk liang senggamaku.

    “Lubang kunci…” Ucap otakku yang dengan cepat memerintahkan mataku untuk mengintip kedalam kamar mandi. Dan segera saja, aku berjongkok dan mulai memeriksa keadaan yang sedang terjadi di dalam sana.

    “WOOOOWWWWWW……” pekikku kegirangan.

    Melihat ada yang ada di dalam kamar mandi, aku merasa begitu senang. Sesenang ketika seorang wanita menemukan barang idaman ketika obral besar, akupun merasa seperti itu ketika mengetahui seperti apa barang kebanggaan ayah mertuaku. Benar-benar jauh lebih menakjubkan daripada yang selama ini aku bayangkan.

    “Ya Tuhan…. Penis pak Bakri begitu besar… Jauh lebih besar daripada penis mas Budi…” girangku sambil terus menatap segala aktifitas yang terjadi di dalam kamar mandi.

    Dengan brutal, pak Bakri mengocok batang penis besarnya. Beliau mencekik dan menarik-narik daging yang ada di selangkangannya seolah besok tak ada kesempatan untuk dapat beronani lagi. Kepala penisnya sangat besar dan berwarna sangat merah, batang penisnya hitam dengan urat-urat yang menonjol disekujur batangnya.

    “Fara… Kau membuatku begitu bernafsu… Andai saja kamu bukan menantuku… Pasti sudah aku lumat tetek montokmu… Pasti sudah aku nikmati tubuh seksimu nduk… Shhhh….” Desah pak Bakri dari dalam kamar mandi.

    “Fara… jika saja kamu bukan istri anakku… Sudah aku hajar memek becekmu ndukk… Kusodok dengan kontol besarku… Aku pengen menidurimu kamu ndukkk… Aku pengen ngentotin kamu nduuukkkk….. Ooouugghh….Ssshhhh….”

    OH MY GOD…

    “Apa yang telah aku lakukan…?”
    “Aku telah membuat ayah mertuaku ini terangsang secara seksual… “
    “Aku telah menyebabkan ayah suamiku ini bermasturbasi dengan membayangkanku.”

    Mendadak aku merasa begitu bersalah.

    “Seharusnya… Aku tak pantas berbuat seperti ini… Aku adalah istri dari anak kandungnya… Aku adalah wanita yang seharusnya tak memamerkan tubuhku kepada orang lain… Aku juga seharusnya tak sepatutnya bermasturbasi dengan membayangkan ayah mertuaku…”

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Martabat Wanita Berjilbab

    Martabat Wanita Berjilbab

    Cerita Sex Martabat Wanita Berjilbab – Selamat malam sobat Ngocokers semoga sehat selalu ya, sebelum membaca ada baiknya mempersiapkan cemilan dulu biar betah. Hajar adalah seorang wanita alim lugu berusia 28 tahun dan sudah 10 tahun menikah. Wanita alim yang selalu memakai jilbab ini sampai saat ini masih kuliah dalam program ekstensi di sebuah perguruan tinggi di Depok Semester lima.

    Hajar menikah dengan Bang Rudi yang lebih tua 8 tahun darinya karena dijodohkan oleh orangtuanya pada saat Hajar masih berusia 18 tahun. Namun Hajar sangat mencintai suaminya. Begitu pula suami Hajar terhadapnya (Hajar yakin itu benar).

    Dari pernikahan mereka, mereka sudah dikaruniai dua orang anak. Doni, berusia 5 tahun dan Rudi, yang baru berusia 3 tahun. Keduanya setelah tidak minum ASI segera dipindahkan ke rumah kakek neneknya yang berada di Jogjakarta.

    Karena Hajar dilahirkan dari keluarga yang taat agama, maka Hajar pun seorang yang taat agama. Dari sejak dia SMA, ia telah memakai jilbab lebar. Bajunya pun selalu longgar, dan menutupi hampir semua lekuk tubuhnya.

    Cerita ini hanya fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahakan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.

    Cerita Sex Martabat Wanita Berjilbab
    Cerita Sex Martabat Wanita Berjilbab

    Ngocoks Bahkan setelah menikah dan menginjak bangku universtitas, dia lebih sering menggunakan jubah yang lebar dan jilbab yang juga lebar. Tapi itu justru menambah keanggunan dan kecantikannya, yang bahkan setelah menikah, belum juga pudar.

    Setelah pernikahan menginjak usia 6 tahun, suaminya oleh perusahaan ditugasi untuk bekerja di pabrik di daerah bogor. Sebagai fasilitas, Wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar ini bersama sang suami diberikan sebuah rumah sederhana di komplek perusahaan.

    Sebagai seorang istri yang taat, Hajar menurutinya pindah ke tempat itu. Komplek tempat tinggal Hajar ternyata masih kosong, bahkan di blok tempatnya tinggal, baru ada rumah Hajar dan sang suami dan sebuah rumah lagi yang dihuni, itu pun cukup jauh letaknya dari rumah mereka.

    Karena rumah Hajar dan sang suami masih sangat asli,mereka belum memiliki dapur, sehingga jika Hajar mau memasak, harus Wanita berjilbab ini memasak di halaman belakang yang terbuka, ciri khas rumah sederhana.

    Akhirnya suami memutuskan untuk membangun dapur dan ruang makan di sisa tanah yang tersisa, kebetulan ada seorang tukang bangunan yang menawarkan jasanya.

    Karena mereka tidak merasa memiliki barang berharga, Hajar dan sang suami mempercayai mereka mengerjakan dapur tersebut tanpa harus di tunggui, suami tetap berangkat ke kantor sedangkan Hajar tetap kuliah.

    Sampai suatu hari, Hajar sedang libur dan suami Hajar tetap ke kantor. Pagi itu setelah mengantar Bang Rudi sampai ke depan gerbang, Wanita berjilbab lebar dan berkulit putih ini pun masuk ke rumah. Sebenarnya perasaan Hajar sedikit tidak enak di rumah sendirian karena lingkungan mereka yang sepi.

    Sampai ketika beberapa saat kemudian Pak Bokir, sang tukang bangunan dan dua orang temannya datang untuk meneruskan kerjanya. Dia tampak cukup terkejut melihat Hajar ada di rumah, karena Hajar tidak bilang sebelumnya bahwa Hajar libur.

    “Eh, kok Mbak Hajar nggak berangkat kuliah..?” “Iya nih Pak Bokir, lagi libur..” jawab Hajar sambil membukakan pintu rumah. Saat itu Hajar mengenakan jubah terusan berwarna hijau dan jilbab putih.

    Tapi jubah dan jilbab itu tidak mampu menyembunyikan kecantikan wajahnya, dan kesintalan tubuh serta kemontokan payudaranya yang terbayang dari tonjolan samar di dadanya dan lekukan samar di pinggulnya.

    Pak Bokir dan 2 teman sedikit ternganga saat itu, apalagi siluet dari cahaya di dalam rumah memperlihatkan gambar samar dari tubuh Hajar yang terlihat menembus jubah tipisnya. Mereka bertiga memandang dan sekali menelan ludah melihat pemandangan ini.

    Hajar yang mulai sadar akan apa yang terjadi segera masuk ke dalam rumah dan agak menjauh dari mereka seraya mempersilakan mereka bertiga masuk. “Kalo gitu saya mau nerusin kerja di belakang Mbak..” katanya setelah agak lama berusaha menelanjangi tubuh wanita alim itu dengan pandangan matanya.

    Begitu juga kedua orang temannya. “Oh, silahkan..!” kata Hajar agak kikuk. Memang sering wanita berjilbab ini memergoki pak Bokir atau salah satu dari kedua orang temannya memandanginya dengan pandangan lapar.

    Tapi ia sadar bahwa dia memang cantk, dan percaya bahwa jubah dan jilbabnya pasti akan melindunginya dari jerat nafsu ketiga tukang bangunan itu. Tidak lama kemudian mereka masuk ke belakang, dan Hajar mengambil sebuah majalah untuk membaca di kamar tidurnya.

    Namun ketika baru saja Hajar mau menuju tempat tidur, wanita alim yang lugu ini tidak sengaja melihat melalui jendela kamar, Pak Bokir sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian kotor yang biasa dikenakan saat bekerja.

    Dan alangkah terkejutnya Hajar menyaksikan bagaimana Pak Bokir tidak menggunakan pakaian dalam. Sehingga ibu muda berjilbab yang alim ini dapat melihat dengan jelas otot tubuh Pak Bokiryang bagus dan yang paling penting tongkolnya yang sangat besar jika dibandingkan milik suaminya.

    Hajar seketika terkesima sampai tidak sadar kalau Pak Bokir juga memandang nya. “Eh, ada apa Mbak..?” katanya sambil menatap ke arah Hajar yang masih dalam keadaan telanjang dan ibu muda ini melihat tongkol itu mengacung ke atas sehingga terlihat lebih besar lagi.

    Hajar terkejut dan malu sehingga cepat-cepat menutup jendela sambil nafas jadi terengah-engah. Seketika dirinya diliputi perasaan aneh, karena sebagai wanita muslimah yang taat, belum pernah Hajar melihat laki-laki telanjang sebelumnya selain suaminya.

    Bahkan jika sedang berhubungan sex dengan suaminya, sang suami masih menutupi tubuh Mereka dengan selimut, sehingga tidak terlihat seluruhnya tubuh mereka. Hajar mencoba mengalihkan persaannya dengan membaca, tetapi tetap saja tidak dapat hilang.

    Sebagai seorang yang ingin taat terhadap suami, ia malu untuk mangakui, bahwa sebenarnya tanpa disadari, dia terangsang oleh pemandangan tadi. Akhirnya Hajar putuskan untuk mandi dengan air dingin untuk menyegarkan badan dan pikirannya.

    Cepat-cepat Hajar masuk ke kamar mandi dan mandi. Pada saat mandi kembali Hajar teringat pemandangan yang tadi ia lihat. Mengingat tongkol pak Bokir yang besar tadi, birahinya meninggi. Ia secara tak sadar melamun, membayangkan bagaimana jika tongkol pak Bokir yang besar tadi menyodok-nyodok memiawnya.

    Dibawah guyuran air shower, ia terus membayangkan angan yang mengundang birahi tadi, sampai tanpa sadar ibu muda yang alim ini mulai meraba-raba payudaranya sendiri dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menggosok-gosok memiawnya, lalu memasukkan dua jari lentiknya ke dalam memiawnya.

    Desahan seperti kesakitan dan kenikmatan mulai terdengar dari bibirnya yang tipis dan menggairahkan. Tapi ditengah-tengah masturbasinya, tiba-tiba wanita alim ini sadar dan merasa malu pada dirinya sendiri.

    Ia merasa sudah mengkhianati suaminya. Ia segera menghentikan masturbasinya, meskipun sebenarnya dia sudah sangat terangsang. Dalam keadaan telanjang bulat di bawah guyuran shower, ia kembali menyesali perbuatannya, walaupun deru birahi masih terus saja menderanya.

    Segera ia mengambil pisau cukur. Suaminya sangat menyukai kalau memiaw Hajar bersih, dan wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar ini sangat menginginkan seks malam ini.

    Hajar segera melumuri memiawnya dengan shafing cream, agar tidak terasa sakit. Saat ia melumuri shaving cream ke memiawnya, kenikmatan itu datang lagi. Tanpa sadar, selama mencukur rambut di memiawnya, tangan kiri Hajar kembali meremas-remas payudaranya sendiri.

    Sementara tangan kanannya mulai mencukur bulu kemaluannya pelan-pelan sampai habis.Setelah selesai mencukur bulu kemaluannya sampai habis, dengan mata yang mulai terpejam menahan kenikmatan,

    Hajar mulai memasukkan gagang pisau cukur itu ke dalam memiawnya dan menggerak-gerakkann ya keluar masuk perlahan-lahan. memiaw Hajar terasa panas dan nikmat saat wanita alim ini menyentuhnya.

    Angannya masih terpaku pada tongkol besar milik pak Bokir yan tadi dilihatnya, yang sekarang sedang ia bayangkan menyodok-nyodok memiawnya. akhirnya lima menit kemudian tubuh putihnya tiba-tiba mengejang,

    Kakinya menekuk dan dadanya membusung memperlihatkan kedua payudaranya yang putih bersih mengacung tegak dengan puting susu yang mencuat keluar, menandakan bahwa wanita alim ini sudah sangat terangsang.

    Hajar mengeluarkan erangan yang tertahan sambil tangan kanannya terus menggosok memiawnya, dan tangan kirinya menjepit puting susunya sendiri. Akhirnya Hajar mengalami orgasme yang luar biasa.

    Tubuh Hajar kaku merasakan kenikmatan luar biasa yang menjalar di seluruh tubuhnya, dan cairan memiaw wanita berjilbab yang berkulit putih ini mengalir keluar dengan derasnya. Hajar tidak dapat menutupi kenikmatan yangdirasakannya saat itu, sehingga wanita lugu ini pun mengeluarkan suara mendesah yang keras.

    Bahkan dia lupa bahwa kamar mandinya bersebelahan dengan tempat yang akan dijadikan dapurm dimana sekarang sedang bekerja pak Bokir bersama 2 temannya, sehigga memungkinkan mereka mendengarnya.

    Belum pernah sebelumnya Hajar mengalami orgasme sehebat itu saat ia bermain cinta bersama suaminya. Ternyata Hajar memang terangsang berat melihat tongkol besar pak Bokir. Ngocoks.com Setelah mengalami orgasme, Hajar jatuh terduduk di lantai kamar mandi, terdiam kecapaian.

    Kesadarannya perlahan mulai kembali lagi dan rasa bersalah kembali datang. Kedua kakinya tertekuk dan mengangkang lebar memperlihatkan memiawnya yang basah kuyub dilumuri cairan memiawnya, sudah licin mengkilat tanpa ada bulu kemaluannya sehelai pun sehabis dicukur.

    Tubuh yang putih dan montok dan biasanya tertutup jilbab ini masih sejenak mengajang, menikmati sisa-sisa gelombang orgasmenya. Hajar menyesal karena melakukan masturbasi, dan juga malu karena wanita berjilbab yang berkulit putih ini justru masturbasi dengan membayangkan orang lain, dan bukan suaminya.

    Namun Hajar juga tidak dapat menutupi kenikmatan luar biasa yang baru saja dirasakannya. Setelah kekuatannya telah terhimpun, Hajar baru sadar Hajar tidak membawa handuk karena tadi terburu-buru, sedangkan jubah dan jilbab yang Hajar kenakan sudah ia basahi dan penuh sabun karena telah ia rendam.

    Hajar bingung, namun akhirnya wanita alim yang lugu ini memutuskan untuk berlari saja ke kamar tidur, toh jaraknya dekat dan para tukang bangunan ada di halaman belakang dan pintunya tertutup. Hajar yakin mereka tidak akan melihat, dan Hajar pun mulai berlari ke arah kamar Hajar yang pintunya terbuka.

    Namun baru Hajar akan masuk ke kamar, tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini menabrak sesuatu hingga terjatuh. Dan alangkah terkejutnya, ternyata yang Hajar tabrak itu adalah Pak Bokir. “Maaf Mbak.., tadi saya cari Mbak Hajar tapi Mbak Hajar nggak ada di kamar.

    Baru saya mau keluar, eh mbak Hajar nabrak saya..” katanya dengan santai karena belum kalau Hajar sedang telanjang bulat. Saat dia sudah menyadarinya, langsung saja matanya melotot dan di bibirnya muncul senyuman liar. Tapi Hajar saat itu tidak melihatnya.

    Perlu diketahui, Hajar tidak pernah lupa merawat tubuhnya walaupun selalu memakai jubah yang rapat dan jilbab lebar. Dengan rambut yang terpotong rapih seleher, Ia mempunyai kulit yang sangat putih mulus dan terawat.

    Walau tidak terlalu tinggi (162 cm), namun tubuh Hajar sangat proposional dengan dua buah payudara berukuran 34C yang sedikit kebesaran dibandingkan ukuran tubuhnya. Kulit payudaranyapun tidak kalah putih mulus sampai2 urat-urat kebiruan terlihat di payudaranya.

    Apalagi itu ditunjang dengan wajahnya yang putih bersih dan cantik. Hajar begitu malu berusaha bangkit sambil mentupi dada dan bagian bawah nya. wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar ini sangat shock,

    Karena selama ini dia tidak pernah memperlihatkan bagian tubuhnya yang tidak tertutup jilbab dan jubah kecuali pada suaminya. Tapi sekarang, pak Bokir justru bisa menikmati setiap jengkal tubuh putih mulusnya yang tanpa sehelai benangpun.

    Ia segera berdiri dan berusaha berlari, namun Pak Bokir segera menangkap kedua tangan Hajar dan berkata, “Nggak usah malu Mbak.., tadi Mbak juga udah ngeliat punya saya, saya nggak malu kok..” “Jangan Pak..!” kata wanita alim ini, namun pak Bokir menyeringai dan segera kedua tangannya yang sudah dituntun nafsu birahi secepat kilat maju.

    Tangan kanannya dengan buasnya telah meremas-remas kedua payudara Hajar dan memelintir – pelintir dua buah putingnya yang berwarna kemerahan bergantian. wanita alim yang lugu dan berkulit putih ini mulai menggelinjang tanpa mampu menahannya.

    Tangan kiri pak Bokir meremas memiaw Hajar dan dua jarinya langsung masuk jauh ke dalam memiaw wanita alim yang lugu ini. wanita alim ini terkejut dan mengalami sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bahkan suaminya belum pernah menyentuhnya seperti itu.

    Rasa malu, marah, namun juga terangsang yang bercampur menjadi satu menimbulkan sensasi yang aneh dalam tubuh wanita yang selalu menjaga tubuhnya itu. Ternyata Pak Bokir sangatlah ahli dalam merangsang seorang wanita, terlebih lagi Hajar tidak pernah menerima rangsangan seperti itu sebelumnya.

    Biasanya dia dan suaminya hanya “langsung tancap” tanpa banyak pemanasan, sehingga wanita ini seringkali tidak mencapai orgasme yang maksimal.

    Hajar tersentak saat merasakan ada sesuatu masuk memiawnya. Wanita yang selalu mengenakan jilbab ini ingin berteriak, tetapi tiba-tiba, dangan terus menyeringai jahat, pak Bokir mengocok-kocokkan dan memutar-mutarkan jarinya didalam memiaw Hajar, yang membuat wanita ini merasa langsung kehilangan tenaga.

    Hajar mulai kehilangan kendali tubuhnya. wanita yang biasanya selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar ini mulai menggelinjang. Ia memejamkan matanya sambil menggigit bibir indahnya kuat-kuat.

    Wanita alim yang berkulit putih ini tidak ingin suara desahannya keluar, karena selain karena menjaga martabatnya, itu juga akan membuat pak Bokir tahu kalau dia juga menikmatinya.

    Namun akhirnya, “ehhhmmhh…eehhhmmmmh hh……” Hajar tak mampu menahannya. Mulutnya terbuka dan mulai merintih-rintih keenakan. Jari-jari pak Bokir mengaduk-aduk seluruh bagian yang sensitif di dalam memiaw Hajar tanpa ada yang tersisa satu milipun.

    Hanya rasa nikmat yang menyelubungi seluruh perasaannya. Keringat mulai membanjiri tubuh telanjang wanita alim lugu yang putih mulus itu dan tanpa sadar, tangan yang semula berusaha untuk menjauhkan tangan binal pak Bokir justru naik ke pundak pak Bokir, memegang pundak itu erat, seolah tidak ingin melepaskan kenikmatan yang sedang Hajar rasakan.

    Wanita berjilbab yang berkulit putih ini terus mengerang-erang penuh kenikmatan. Ia sudah tidak bisa mengendalikan tubuhnya, dan hanyut dalam kenikmatan yang pak Bokir berikan.

    Sekitar sepuluh detik pak Bokir memperlakukannya seperti itu. Hajar dengan tenaga terakhirnya berusaha berontak, dan berhasil memutarkan tubuhnya membelakangi pak Bokir. Namun itu justru memudahkan p[ak Bokir.

    Setelah mampu memeluk Hajar dari belakang, kembali dia meremas-remas payudara gadis berjilbab yang tidak tertutupi apapun, sementara tangan kirinya kembali mengocok-kocokkan jarinya ke memiaw Ibu muda berjilbab lebar ini dengan kecepatan yang terus meningkat.

    Seluruh kekuatan wanita alim ini hilang sudah, terganti dengan kenikmatan yang tak seharusnya ia nikmati. Hajar terus mengerang-erang menahan nikmat. Air matanya meleleh di pipinya yang putih.

    Airmata penyesalan karena ia tidak mampu menahan kenikmatan yang diberikan oleh dua jari pak Bokir, dan air mata malu, mengingat statusnya sebagai seorang wanita muslimah yang taat.

    Akhirnya dengan diringidesahan panjang, badan Hajar mengejang,tersentak-sentak dan bergetar dengan hebat. keduakakinya yang putih mulus dirapatkan erat sekali menjepit tangan pak Bokir seolah tidak ingin melepaskan setetespun kenikmatan.

    Bersambung…

    1 2
  • Wanita Dambaan Lelaki

    Wanita Dambaan Lelaki

    Cerita Sex Wanita Dambaan Lelaki – Perkenalkan namaku James, berusia 34 tahun, dan telah menikah. Sekilas tentang tubuhku, aku memiliki tubuh yang atletis, dengan tinggi badan sekitar 180cm. Jika menegang, ukuran penisku mencapai 20cm, dengan diameter 4-5cm. Ya beruntung aku punya tubuh sebagus ini.

    Aku telah resign dari perusahaan sebelumnya, dan kini pindah ke perusahaan yang baru. Di perusahaan yang baru ini, aku mendapatkan posisi sebagai seorang manager technology. Rekan-rekan kerjaku biasa saja semuanya, cenderung tidak aneh, cenderung tidak jahat.

    Pokoknya, semua berjalan kelewat normal di perusahaan itu. Wanita nya pun cantik-cantik semua, pemandangan nih. Kalau ada yang tidak normal, paling-paling sejauh tiga sekawan di divisi HRD. Dari yang paling tua, bernama Novi.

    Novi boleh dikatakan dambaan kaum laki-laki pada umumnya. Ia berambut panjang sepunggung lurus, memiliki muka yang cantik, senyum dan tawanya anggun, berkulit putih bersih, tinggi sekitar 175cm, cukup langsing, selalu berpakaian tipikal wanita karir, buah dadanya kutaksir sekitar 34B.

    Cerita Sex Wanita Dambaan Lelaki
    Cerita Sex Wanita Dambaan Lelaki

    Ngocoks Novi ini adalah manager HRD. Ia telah menikah, namun belum dikaruniai seorang anak. Umurnya 30 tahun, tetapi terlihat seolah masih berumur 25 tahun. Selanjutnya, yang kedua tertua, bernama Desi. Desi juga telah menikah dan baru saja merayakan hari ulang tahunnya yang ke-28.

    Desi berkulit sawo matang, memiliki muka yang manis, tinggi sekitar 164cm, rambut keriting sepunggung, buah dada kutaksir sekitar 32B. Ia memiliki perawakan lebih tenang dibandingkan keduanya, tidak banyak bicara, dan caranya tertawa pun cenderung elegan.

    Kalau boleh jujur, menurutku mukanya tampak sedikit nakal dan menawan. Gaya bicaranya pun cenderung formal, bahasanya amat baku. Untungnya sih dia masih bisa mengerti bahasa percakapan sehari-hari.

    Yang paling muda, bernama Emi. Ia adalah yang paling ceria diantara ketiganya. Ia belum menikah, dan baru berumur 24 tahun. Berambut pendek, sering memasang ekspresi ceria sehingga membuatnya terlihat imut dan cantik, berkulit putih mulus, tinggi sekitar 170cm, memiliki buah dada yang sepertinya cenderung lebih besar dari Novi mungkin sekitar 34C.

    Emi adalah yang paling ramai dan berisik diantara ketiganya. Ia memiliki perawakan seperti anak kecil, padahal mukanya cukup dewasa. Gaya bicaranya pun seperti anak muda pada umumnya. Akan tetapi, itulah yang membuatnya menarik.

    Kenapa aku bilang mereka itu aneh? Dikarenakan mereka suka tertawa-tawa bertigaan, apalagi jika bertemu denganku di jalan, mereka jadi suka berbisik-bisik dan memberi kode satu sama lain yang membuatku semakin bingung saja.

    Di saat sedang serius-seriusnya jam kerja, pasti ada saja setidaknya sekali dalam sehari, mereka tiba-tiba tertawa-tawa tidak jelas. Biasanya yang memulai adalah Emi, tiba-tiba ngomong ke kedua kawannya,”iya kan ya? Hahahahaha”.

    Itu saja, dan kedua rekannya langsung ikutan tertawa-tawa. Begitulah, Emi biasanya tertawa lepas, Desi tertawa dengan tidak memperlihatkan gigi sama sekali, sedangkan Novi tertawa dengan senyum yang terkadang ditutupi oleh tangannya. Aku tidak pernah mengerti apa yang mereka tertawakan.

    Pada suatu hari, disaat aku sedang lumayan sibuk-sibuknya dan butuh refreshing, tiba-tiba Emi mendatangiku.

    “Halo Pak James!” Sapanya dengan riang.

    “Halo juga Emi, ceria amat kamu.” Sapaku balik.

    “Pak James… anuu… hmmmm….” Katanya dengan bingung.

    Waduh, kenapa ini si Emi? Jangan-jangan dia mau menyatakan cinta nih? Maklum, aku memang orangnya sedikit ge-er.

    “Hari kamis kan long weekend, sampai hari minggu. Aku sama Bu Novi dan Bu Desi rencananya mau ke Arumdalu, mau main-main di private beach-nya. Pak James ikut kita yuk!” Ajaknya dengan penuh harap.

    Saat Emi mengajakku, aku melihat Novi dan Desi sedang duduk di meja mereka masing-masing, keduanya menghadap kearahku dan Emi.

    Wajah mereka dipenuhi dengan rasa bengong seolah-olah tidak percaya dengan apa yang Emi lakukan, tetapi kemudian berubah menjadi rasa harap seolah-olah jawabanku menentukan masa depan mereka. Hmmm, hari ini hari Senin, 3 hari lagi sampai hari Kamis.

    Kebetulan semingguan ini, istriku sedang outing bersama orang kantornya, alamak bosan deh aku di rumah. Mungkin ikut dengan mereka bukan ide yang buruk?

    “Ayooo paak. Kita ga ada yang nyetirin niih…” Pinta Emi dengan manja.

    Ya ampuuunn, blak-blak an sekali si Emi ini. Akan tetapi, jujur aku sangat menghargai sikap blak-blak an dan kejujuran Emi. Aku lebih memilih orang seperti itu dibandingkan orang yang kebanyakan bertele-tele, dan ujung-ujungnya bermaksud sama.

    “Boleh deh ayo!” Kataku menerima ajakan Emi.

    “Horeeee! Pak James emang bapak manager yang paling baik. Daripada Bu Novi tuh cuma diem-diem dan senyum-senyum doang disana.” Kata Emi kegirangan.

    “Eh kamu ya Emi! Genit sekali kamu sama Pak James. Dia udah punya istri tau!” Kata Novi dengan riang.

    “Biarin! Daripada Bu Novi. Diem-diem Ibu kagum kan sama Pak James?” Goda Emi.

    Hah? Beneran tuh si Novi kagum sama aku?

    “Hush sembarangan kamu ya kalo ngomong Emi! Ada juga kamu tuh yang ngefans ama dia. Kita jalan-jalan aja sampe diajak segala.” Kata Novi dengan muka sedikit memerah.

    “Biarin! Habisan Pak James ganteng sih! Baik dan juga selalu baik sama siapapun walaupun dia manager. Ga kaya Bu Novi, ngakunya ga suka, tapi kalo chatting Pak James melulu yang diomongin.” Balas Emi.

    Buset. Ini beneran ato boongan sih? Bisa-bisa nya si Emi membicarakan aku seolah-olah aku yang ada didepannya hanyalah patung saja. Oh iya, hubungan Novi dan Emi ini memang sudah sangat dekat, seperti tante dan keponakannya saja, makanya Emi bisa bicara blak-blak an begitu kepada Novi yang notabenenya adalah manager-nya. Novi pun sangat memahami tingkah laku Emi, dan untungnya dia tidak ambil ke hati.

    “Sudahlah, tidak perlu bertengkar begitu. Toh Pak James sudah menyetujui untuk ikut. Kalian yang sama-sama mengagumi beliau, sama-sama senang dong. Untuk apa sekarang saling menunjuk?” Desi angkat bicara dengan gaya bahasa yang… amat formal.

    “Kamu juga ngefans ama dia diem-diem. Jangan nyebelin!” Emi dan Novi sama-sama angkat bicara.

    Bujugilee. Ini mereka lagi ceng-cengan, ato lagi pada buka aib yah? Masa sih mereka bertiga ngefans ama aku? Bisa jadi sih yah, di kantor ini aku sih yang paling ganteng (ge-er mode on).

    “Okee! Meeting besok selasa pas jam makan siang, Pak Jameess!” Kata Emi.

    Jadilah aku menyetujui ajakan mereka untuk pergi ke Arumdalu. Aku baru pernah denger tentang Arumdalu, belum pernah kesana. Yang aku tahu, disana ada kolam renang dan private beach. Dan aku baru sadar sesuatu… Aku laki-laki sendiri di tengah para perempuan! Waduuhh! Udah terlanjur menyetujui pula.

    Gawat gawat! Tunggu, istriku sedang outing. Aku mungkin tidak perlu menceritakan kepergianku bersama teman-teman anehku ini. Haah untung saja. Kalo istriku tahu, bisa dikebiri aku. Lagian Novi dan Desi juga sudah menikah, harusnya mereka tahu batas lah. Emi, sepertinya juga tahu batas… semoga saja.

    Pada saat jam makan siang keesokan harinya, yaitu hari Selasa, aku makan siang di luar bersama tiga sekawan aneh itu. Kami membahas rundown acara kami di Arumdalu. Jadi keseluruhannya, hari Kamis subuh kami berangkat.

    Meeting point nya adalah di McDonalds Pondok Indah Plaza, karena rumah kami berada di Selatan semua, maka kami menetapkan meeting point di Selatan, yang dekat dengan pintu tol jorr.

    Sesampainya disana, mungkin kami akan beristirahat sebentar di villa, lalu makan siang, tidur siang sebentar, main voli di pantai, main air di pantai, makan malam, dan tidur. Hari Jumatnya, sarapan pagi lalu berenang, jalan-jalan di sekitar Anyer, makan siang, santai-santai di pantai, makan malam, pulang ke villa, sesi gosip (oh tidak… kenapa aku harus ikut gosip?), dan tidur.

    Hari Sabtunya, kami akan check out dan pindah ke Marbella untuk mencoba kamar mewah dengan private poolnya. Kemungkinan kami akan terus disana, berleha-leha menikmati fasilitas hotel dan private pool. Makan siang dan malam pun di villa saja.

    Hari minggu nya kami akan check out dan pulang. Begitulah kira-kira garis besarnya. Aku cukup kaget rencana bisa tersusun serapi itu, padahal mereka perempuan semua, dan perempuan itu biasanya kalau sudah menyusun jadwal selalu ribet dan punya ego masing-masing.

    Akan tetapi, lain halnya dengan mereka. Emi yang penuh semangat ingin bermain air di pantai dan kolam renang, maka Novi dan Desi menyetujui, walaupun terlihat bahwa sebetulnya Desi kurang suka main air. Ngocoks.com

    Desi yang suka ngegosip, sengaja bikin acara sesi gosip sendiri, dimana Emi tidak suka ngegosip tetapi menyetujui adanya sesi gosip itu dikarenakan permintaannya untuk main voli dan air di pantai dan kolam renang sudah terpenuhi.

    Novi kelihatannya suka menginap di kamar yang mewah, yang ada private pool nya. Desi dan Emi pun ikut setuju, walaupun sebenarnya konsentrasi mereka di hal itu kurang. Harmonis sekali ya. Baru kali ini aku melihat perempuan berkumpul, dan harmonis. Mungkin ada faktor karena mereka aneh kali ya?

    Hari menjelang malam pada hari Rabu, aku segera packing. Aku memasukkan hal-hal yang sekiranya kuperlukan. Pakaian, handuk, sendal, celana pantai, dan obat-obatan. Malamnya, aku tidak tidur, takutnya kebablasan tidur.

    Setelah jam menunjukkan pukul 3 subuh, aku segera menyalakan mesin mobilku dan pergi ke McDonalds Pondok Indah Plaza. Jaraknya hanya 10 menit dari rumahku. Saat aku masuk, Desi sudah ada di dalam.

    Ia mengenakan topi cowboy, baju bulu-bulu yang mengekspos pundak kanannya, dan rok pendek. Lipstick glossy nya membuat bibirnya terlihat semakin sensual. Sesaat sempat terlintas di khayalanku bahwa aku sedang mencium bibir yang sensual itu.

    “Des, cepet amat kamu udah sampe. Dari jam berapa?” Tanyaku.

    “Saya juga baru sampai, pak. Baru saja 4 menit.” Jawab Desi.

    Kami menghabiskan segelas kopi, dan tidak lama kemudian Emi datang. Ia mengenakan tanktop berwarna biru, celana jeans hotpants, dan rompi putih panjang tidak berlengan. Baru kali ini aku melihat bahwa Emi memiliki kaki yang sangat indah. Sangat cantik sekali Emi terlihat hari ini.

    “Pagi Pak James. Aku pesenin kopi ya pak? Atau bapak mau pesan apa sini aku pesenin.” Kata Emi.

    “Oh ga usah Emi makasih. Aku udah minum kopi tadi. Kamu aja pesen sarapan atau apa kek.” Kataku.

    Perhatian sekali Emi ini. Kalau saja aku belum menikah, kemungkinan besar aku sudah jatuh cinta kepadanya. Emi memesan segelas kopi dan hash brown. Tidak lama kemudian, Novi pun datang.

    Ia mengenakan kaos ketat berwarna hijau lengan panjang, dan celana pendek coklat. Jujur, aku sempat deg-deg an membayangkan apa yang ada dibalik baju Novi itu. Kaos Novi yang ketat itu membuat bentuk buah dadanya yang bulat dan proporsional terlihat jelas. Perutnya pun sepertinya cukup langsing. Untuk beberapa saat, batang kemaluanku sempat menegang.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7 8 9
  • Pembantu Istimewa

    Pembantu Istimewa

    Cerita Sex Pembantu Istimewa – Namaku Fandi. Aku adalah seorang pekerja kantoran dan begitu juga dengan istriku Jessica. Setiap hari kami selalu berangkat menuju kantor bersama-sama dari rumah kami di daerah Tangerang tepatnya di perumahan Poris.

    Istriku bekerja di daerah Grogol sedangkan aku bekerja di daerah Daan Mogot sehingga setiap hari aku selalu harus mengantar istriku terlebih dahulu baru aku kembali ke arah Daan Mogot menuju kantorku.

    Kisah ini berawal ketika istriku hamil dan menjelang kehamilannya kami merencanakan memiliki seorang pembantu rumah tangga yang dapat membantu pekerjaan rumah dan sekaligus bertugas menjaga anak kami nantinya jika sudah lahir.

    Kebetulan dirumah kami di Poris, kami hanya tinggal berdua saja yaitu aku dan istriku. Jika kelak kami berdua bekerja, siapa yang akan menjaga anak kami? Atas dasar pertimbangan itulah akhirnya kami memutuskan untuk mengambil seorang pembantu.

    Cerita Sex Pembantu Istimewa
    Cerita Sex Pembantu Istimewa

    Ngocoks Singkat cerita, atas rekomendasi dari seorang teman kantor akhirnya kami mengambil seorang pembantu di sebuah yayasan didaerah Sunter Jakarta Utara.

    Malam harinya setelah kami pulang kerja, aku dan istriku mengendarai mobil menuju daerah sunter. Sebelumnya tadi siang kami sudah menghubungi pihak yayasan penyalur pembantu dan mereka mengatakan ada seorang pembantu dari daerah Lampung.

    Setibanya di kantor yayasan tersebut, kami dipertemukan dengan seorang gadis yang berumur kira-kira 17 Thn. Gadis itu kelihatan lugu dan hitam manis. dan dialah yang akan menjadi pembantu di rumah kami. Setelah semua urusan administrasi selesai maka kamipun membawa pembantu tersebut yang bernama Tati menuju kerumah kami.

    Tati ternyata seorang anak yang sopan dan rajin bekerja. Terus terang kesan pertamaku ketika bertemu dia di yayasan penyalur tenaga kerja sebelumnya itu kurang begitu menyukainya.

    Didalam pandangan mataku, si Tati kelihatan kurus dan dekil. pasti kerjaannya jorok pikirku, tetapi karena kami sangat membutuhkan seorang pembantu dan pada saat itu usia kandungan istriku telah menginjak usia 8 bulan maka terpaksa aku menerimanya.

    Setelah beberapa hari bekerja di rumah kami , dia ternyata anak yang rajin dan sopan, maka perlahan-lahan aku mulai bisa menerimanya dan menyukainya (suka dalam arti positif ) dan menganggap dia sebagai bagian dari keluarga kami.

    Apalagi setelah putera pertama aku lahir dan dia begitu telaten mengurus dan merawat putera kami dengan penuh kasih sayang yang tidak dibuat-buat, aku dan istriku semakin suka dan menyayanginya.

    Singkat cerita setelah masa cuti melahirkan selesai dan istriku harus kembali bekerja dikantor dan kami percayakan perawatan anak kami kepada Tati.

    Dari penuturan para tetangga baik tetangga depan rumah maupun tetangga kanan kiri rumah kami, kami mendapat cerita bahwa pembantu kami anaknya sangat baik dan sangat menyayangi puteraku. mereka sering melihat bagaimana Tati membujuk dan menimang anakku dengan penuh kesabaran ketika anakku sedang rewel dan menangis tatkala kami berdua sedang berada di kantor.

    Hal itu tentu saja membuat aku dan istriku gembira sekali dan semakin sayang kepada Tati pembantu kami tersebut. dan hal itu membuat saya dan istri sepakat menaikan gaji dia setiap 6 bulan sekali. bahkan saking sayangnya kepada Tati, istriku menghadiahkan sebuah handphone merk nokia berkamera VGA, alasan istriku supaya Tati bisa berkomunikasi dengan keluarganya dikampung dan bisa betah bekerja di rumah kami. Aku tidak keberatan.

    Setelah Tati tinggal bersama kami lebih dari 8 bulan, secara perlahan-lahan aku melihat banyak perubahan terhadap fisiknya. Tati yang dulunya dekil dan kusam kulitnya serta kurus badannya sekarang mulai kelihatan terawat kulitnya dan badannya lebih berisi sehingga aku baru menyadari bahwa sebenarnya Tati pembantuku tersebut cukup manis.

    Tapi saat itu didalam pikiranku hanya terbesit sebuah rasa kagum dan senang saja dan tidak ada rasa lain sama sekali. Sampai suatu hari ketika aku harus kembali kerumah mengambil file-ku yang ketinggalan dirumah dan istriku masih berada dikantor.

    Saat aku tiba di rumah siang itu, aku melihat rumah dalam keadaan sepi. Aku memanggil-manggil nama pembantuku tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya aku membuka gembok pagar menggunakan kunci cadangan yang selalu kubawa dan masuk kehalaman serta mencoba mengintip kedalam jendela kaca kamar kami yang berwarna hitam.

    Kebetulan kamar kami mnghadap kehalaman depan. Di situ aku lihat si Tati sedang mengendong anakku yang tertidur pulas. Mungkin karena pembantuku takut membangunkan anakku jika dia menjawab sahutanku maka dia lebih memilih diam saja.

    Untuk hal itu aku bisa memakluminya dan semakin kagum kepadanya. Pada saat tadi aku menempelkan kepalaku ke kaca jendela hitam dan mengintip kedalam kamar, aku sempat berdebar-debar. Aku melihat pembantuku yang sedang menggendong anakku itu hanya memakai singlet.

    Mungkin karena cuaca panas dan dirumah tidak ada orang dewasa maka dia berani hanya memakai singlet. darah saya sempat berdesir, apalagi ketika dia keluar dari kamar dan membukakan pintu untukku sambil menggendong anakku yang tertidur pulas, aku jadi salah tingkah dan tidak berani melihat tubuhnya.

    Padahal sebenarnya aku ingin sekali melihatnya. Tati mungkin tidak sadar kalau dia saat itu hanya memakai sebuah baju singlet. Selama ini dia selalu berpakaian T-shirt dan rok panjang yang sopan. Setelah aku mengambil file yang tertinggal,aku segera menuju ke kantor kembali sambil tidak lupa berpesan agar menjaga anakku sebaik-baiknya.

    Tanpa aku sadari,sejak kejadian baju singlet tersebut aku jadi sering melamuni pembantuku dan diam-diam sering memperhatikan Tati pembantuku tersebut. Semakin hari aku melihat bahwa Tati semakin menarik. Aku tidak tahu apakah aku sudah gila atau tidak.

    Kebaikannya,kesopan-santunannya,rasa hormatnya kepada aku dan istriku serta rasa sayangnya yang begitu besar terhadap anakku membuat aku jatuh hati padanya. Hari demi hari berlalu, minggu berganti bulan dan tidak terasa Tati telah berkerja di rumahku selama 3 tahun.

    Selama itu pula aku memendam perasaan suka dan sayangku padanya. perasaan ini begitu menyiksa diriku. aku hanya bisa memendamnya sendiri. Aku sadar bahwa aku seorang majikan dan Tati hanyalah seorang pembantu. tetapi kadang hatiku juga berkata apa bedanya aku dan Tati, hanya pekerjaan dan status sosial kami saja yang berbeda.

    Dia tetap manusia dan sama derajatnya denganku dimata Tuhan. Mungkin para pembaca tidak percaya bahwa aku telah jatuh cinta kepada Tati pembantuku itu. Selama 3 tahun bekerja di rumahku, tidak pernah satu kalipun dia bersikap kurang sopan atau membantah kami.

    Hal itu mebuat aku makin suka kepadanya dan sampai jatuh hati kepadanya. hatiku makin tersiksa karena memendam perasaan ini terhadap dia.

    Suatu hari ketika aku sakit (mungkin karena kecapekan bekerja ) dan harus beristirahat dirumah. dan Pagi itu istriku telah berangkat bekerja dengan mengendarai mobil sendiri. Dirumah hanya tinggal aku, Tati dan Anakku.

    Aku yang sedang kurang enak badan berbaring di ranjang di dalam kamarku sedangkan anakku sedang bermain dikamarku juga ditemani oleh Tati. Jam menunjukkan pukul 10.18 dan mungkin karena sudah kecapekan bermain akhirnya anakkupun tertidur dikasur disamping ranjangku.

    Sudah menjadi kebiasaan Tati jika anakku sedang tidur dia selalu berada disamping anakku sampai anakku nanti bangun. Ketika itu aku melirik kearah Tati dan kulihat dia duduk sambil memandangi anakku yang sedang tertidur pulas. Mungkin inilah saat yang tepat batinku.

    Aku sudah tidak perduli harga diriku sebagai seorang majikan. Aku benar-benar gila dibuat oleh pembantuku itu..gila karena telah jatuh hati padanya. Aku benar-benar sudah tidak tahan menahan perasaan ini lebih lama lagi. Aku benar-benar tersiksa.

    Perlahan setengah berbisik kupanggil dia : ” Tati…! ” Tati menoleh ” Iya Pak …Ada apa Pak ” sahutnya pelan. ” Duduk disini sebentar ” kataku sambil menepuk pinggir ranjang agar dia duduk di pinggir ranjang disebelahku.

    Tati kelihatan agak ragu-ragu tetapi saya mencoba mengulangi lagi perkataanku dan akhirnya diapun duduk di pinggir ranjang dengan sedikit bingung. Saat itu dadaku berdetak kencang sekali. perasaanku saat itu bercampur aduk antara rasa takut dan malu.

    Tapi akhirnya kuberanikan diri ” Tati…kamu kerja disini sudah cukup lama ya…betah ngak? ” tanyaku berbasa basi dengan suara bergetar ” betah Pak ” jawabnya singkat seperti biasa. ” Kamu sudah kami anggap seperti keluarga sendiri.

    Aku dan Ibu sayang sekali sama kamu ” sahutku lagi ” Iya Pak Tati tahu Pak…terima kasih Pak atas kebaikan bapak dan Ibu kepada aku selama ini” saat itu dadaku semakin berdegub kencang dan kutarik nafasku untuk menenangkan diri ” sejak kamu di sini rumah ini makin ceria lho..dan makin berwarna.” kataku sambil tertawa kecil, kulihat Tati hanya tersenyum ” ngak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa kami begitu beruntung mendapatkan pengasuh anak sebaik kamu” tambahku.

    Aku sengaja tidak menyebutnya dengan sebutan pembantu, tetapi memakai istilah pengasuh anak agar kedengaran lebih halus.”Ah..Bapak terlalu memuji Tati” jawabnya ” oh ya, Lebaran tahun ini kamu pulang kampung ngak ? ” tanyaku lagi

    “Ngak tahu juga sih pak…herannya Tati kok ngak merasa kangen sama kampung lho Pak” Tati menukas ” Emangnya kamu ngak kangen sama Ibu kamu ? ” Aku tahu dia adalah seorang yatim dan tinggal ibunya sebagai satu – satunya orang tuanya dikampung.

    “Kangen ngak kangen lah Pak” jawabnya sambil tertawa. Aku memandanginya…ketika tertawa, begitu manis kelihatannya. “Tapi kamu balik lagi khan?, jangan sampai ngak balik ya Ti..” tanyaku dengan raut wajah cemas. ” Iya pak, Tati pasti balik kok…Tati sudah sangat betah kerja disini.

    Kalau pulang kampung mau ngapain…paling disuruh Ibuku supaya cepat kawin, aku ndak mau Pak” . Ah…ini kesempatanku batinku…”Kenapa ngak mau? … oke Bapak mau nanya, kamu jawab dengan jujur ya…kamu sudah punya pacar belum dikampung? ” cepat-cepat Tati menjawab “Belum pak..belum..belum pernah pacaran” sambungnya lagi ”

    Dulu aku sempat dijodohkan dengan tetangga sebelah tapi aku ngak mau…aku masih kecil belum ingin kawin cepat – cepat” jawabnya ” Memangnya kalau kamu pilih cowok yang seperti apa? boleh ngak bapak tahu?” tanyaku. Kulihat pembantuku itu tertunduk malu dan wajahnya sedikit memerah.

    “Ah…yang penting baik saja dan sayang sama aku dan keluarga..” jawabnya . Dadaku semakin berdebar kencang . suaraku makin bergetar ” Ka.. kalau yang se.. seperti Bapak ? ” tanyaku sambil mengodanya..”Ah ..bapak ini ada-ada aja” lalu Tati terdiam..lama kami hanya membisu, aku makin gugup

    “Tati..a..a..ada yang mau bapak katakan” …aku terdiam sejenak, begitu juga Tati “Bapak ngak tahu ini pantas atau tidak, tetapi kalau tidak bapak sampaikan, bapak merasa tersiksa…kamu jangan marah setelah mendengar ini… bapak mohon ya” Aku makin gugup dan gelisah.

    Kulihat Tati memandangku dengan raut wajah kebingungan..belum sempat dia bicara aku langsung berkata lagi ” Tati…Bap bapak jatuh ci…cinta sama k..k..ka..mu Tati..maafkan ba..ba..pak ya” Aku menjadi semakin gugup, apalagi kulihat Tati terkejut dengan ucapanku barusan.

    Kutarik nafasku dalam-dalam untuk menenangkan diri ” belakangan ini perasaan cinta bapak kepada kamu semakin besar, bapak ngak tahu kapan perasaan ini datang. ” Aku sudah mulai bisa menguasai diri dan bersikap lebih tenang. ” Ah..Bapak hanya bercanda saja kan” sahutnya gelisah. ” Tidak, Tati…demi Tuhan Tati, Aku benar – benar jatuh cinta sama kamu.

    Kalau perasaan ini ngak bapak katakan sekarang kepada kamu, bapak semakin tersiksa dari hari ke hari ” kulihat Tati pembantuku terdiam. Kuberanikan diri meraih jemari tangannya. Dia berusaha menarik secara halus tetapi aku semakin menggenggam lebih erat ” Tati…aku sudah ngak perduli lagi bahwa aku adalah majikanmu, aku tersiksa sekali memendam perasaan ini ” .. ” Tapi Bapak kan sudah punya Ibu ..Bapak sudah punya istri ” ..jawabnya lirih ”

    Bapak memang sadar itu, tetapi perasaan ini datang begitu saja tanpa bapak ingini..kamu tahu sewaktu pertama Bapak ketemu kamu di yayasan sedikitpun tidak ada rasa suka Bapak kepadamu saat itu ” Tati memandangku , aku makin berani ”

    Setelah mengenalmu, melihat kamu adalah anak yang baik dan sopan tanpa bapak sadari, bapak jatuh hati kepadamu Tati…maafkan Bapak ya ” . . . ” Tati, Bapak harap kamu bisa merahasiakan perasaan Bapak ini.jangan cerita ke ibu (istriku) ya.. kamu mau kan ? anggap ini adalah rahasia kita berdua…bahkan kamu juga jangan cerita kepada Ibumu di kampung ya ” tanyaku dengan cemas…” Aku Takut sama Ibu, Pak !” jawabnya. ”

    Kalau ada Ibu kita harus bisa menjaga sikap dan kamu jangan bersikap kaku sama bapak.. nanti ibu bisa curiga. Bapak benar-benar sayang sama kamu dan Bapak akan menjagamu dengan baik” lalu kucoba memeluk dirinya, kulihat dia masih ragu-ragu tetapi setelah kuyakinkan bahwa aku benar-benar sayang sama dia dan akan menjaga dia dengan baik akhirnya diapun pasrah dalam pelukanku.

    Kami berpelukan cukup lama dan Tati mulai bisa melepaskan ketegangan dirinya dan dia mulai bercerita mengenai keluarganya di kampung halaman. Saat itu hatiku sangat bahagia. Aku benar-benar merasa bahagia karena Tati tidak marah dan tidak menjadi takut kepadaku dan terlebih lagi bahwa cintaku terhadapnya tidak bertepuk sebelah tangan.

    Aku benar-benar sudah tidak peduli dengan statusnya. Sejak saat itu kami menjalani pacaran secara diam- diam dan hanya sebatas pegangan tangan serta pelukan. Semua itu kami lakukan ketika aku dan Tati berapa di dapur sedangkan istriku sedang mandi atau ketika aku pulang kantor lebih awal sedangkan istriku harus kerja lembur sampai jam 7 malam.

    Jika awalnya aku dan Tati pembantuku hanya menjalani pacaran secara diam-diam dan hanya sebatas berpegangan tangan, & berpelukan saja. tapi namanya juga mabuk asmara suatu hari muncul keinginanku untuk menciumnya. Ngocoks.com

    Saat itu istriku sedang mandi dan anakku sedang tidur dikamar ditemani Tati Pembantuku. Aku tahu kalau istriku mandi sambil berendam di bath tub biasanya agak lama mandinya. tadi sebelum mandi aku sempat melihat istriku mengisi baht tubnya dengan air kran.

    Itu tandanya istriku akan mandi kurang lebih setengah jam lamanya. Diam-diam aku masuk ke kamarku dimana anakku tidur di temani oleh pembantuku. Kulihat pembantuku duduk di lantai sambil membelakangi pintu kamar.

    Dari belakang aku menghampirinya dan langsung kupeluk tubuhnya. Dia sedikit kaget dan mengingatkan ” Pak..jangan, nanti Ibu datang ” katanya pelan. ” Ngak apa – apa sayang, Ibu kalau mandi pakai bath tub biasanya kan lama…kamu kan tahu ! ” akhirnya Tati tidak menolak pelukanku lagi.

    Perlahan-lahan dan dengan lembut ke pegang ke dua bahunya dan kutarik memutar kearahku sehingga kini duduknya berhadapan denganku. Kupandang Pembantuku itu dengan perasaan sayang , kuelus dengan lembut kedua pipinya dengan kedua telapak tanganku…dia hanya tersenyum, manis sekali.

    Perlahan kuraih dagunya dan wajahku perlahan mendekat ingin mengecup bibirnya…tetapi Tati keburu menggeleng kepala..”Jangan Pak ” Aku terdiam sesaat ” Tati..kumohon izikan Bapak sekali ini saja menciummu…hanya sekali ini saja Bapak Mohon…” pintaku dengan pandangan mata memohon kepadanya.

    Tati meragu sejenak dan diam. Kesempatan itu kugunakan untuk meneruskan aksiku. Perlahan kukecup bibirnya..dia hanya diam saja…kulumat bibirnya dari bibir atas dan bibir bawah semua kulumat dengan lembut dan penuh rasa sayang.

    Bersambung

    1 2 3 4