Blog

  • Alas Roban

    Alas Roban

    Cerita Sex Alas Roban – Week end yang menyebalkan, akhir pekan ini aku kembali menjadi supir buat mama, dan yang membuat tambah dongkol adalah membawa serta tante Lia, kakak kandung mama yang cerewetnya luar biasa, kira-kira 2 level di atas mama.

    Ia gak pernah kehabisan kata-kata untuk mengomentari dan mengkritisi apapun dan siapapun, lebih dari seorang komentator sepakbola profesional. Walau ada juga sisi baiknya sih, beliau cukup royal untuk memberiku tambahan uang saku.

    Sabtu ini mama mengajakku ke semarang, menghadiri undangan sepupunya yang akan mantu. Papa berhalangan karena ada perjanjian dengan relasi bisnis. Dan seperti biasa, akulah yang mendapat kehormatan, tepatnya barangkali kutukan, untuk menyupiri mama.

    Dan sepanjang jalan, telingaku mendapat siksaan ocehan tante dan mama. Bahkan suara musik tidak mampu meredam suara mereka. Malam menjelang ketika kami memasuki wilayah alas roban, kawasan hutan yang melegenda dengan keangkerannya. Sialnya, aku termasuk penakut untuk hal-hal yang berkaitan dengan supranatural.

    Cerita Sex Alas Roban
    Cerita Sex Alas Roban

    Ngocoks Aku teringat kisah sebuah bus yang nyasar di tengah hutan ini. Untunglah jalanan cukup ramai. Tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya, wiper kuhidupkan dan mencoba mengikuti sebuah truk di depan. Entah kenapa, aku tak mampu mengejar bayangan lampu truk tersebut, padahal sudah full gas, sampai kemudian aku sadari tinggal kami sendiri di jalan.

    Dan yang membuat aku merinding adalah menyadari kami tak lagi berada di jalanan aspal, tapi jalanan tanah berbatu yang membuat mobil kami berguncang-guncang, suasana di kanan kiri gelap gulita, hanya tampak bayangan batang-batang pohon dan semak belukar. Penderitaan lengkap sudah ketika ban mobil terperosok di tanah yang lunak akibat hujan tadi.

    Dua wanita penumpang setia di dalam jangan ditanya lagi, omelan mereka sama banyaknya dengan butir-butir tetesan air hujan yang begitu deras menghujani bumi, membuat kepanikanku kian bertambah.

    Mama, Tante Lia dan aku mencoba menghubungi kerabat untuk minta bantuan, tapi semua jaringan seluler tidak ada sinyal. Ma, tolong pegang kemudi, Randy mau keluar dorong mobil, dengan masih ngomel mama bertukar posisi di belakang kemudi begitu aku keluar.

    Hujan segera membuatku basah kuyub. Sial, harusnya Hi lux papa yang aku bawa, bukan sedan priyayi ini, gumamku dalam hati. Ban itu begitu dalam terperosok, membuat setiap usahaku sia-sia selain hanya menghasilkan semburan lumpur ke celana pendek dan kausku.

    Tiba-tiba sekelebatan lampu senter menyorot ke arahku. Apa lagi ini, membuat nyaliku kian menciut, tapi masa sih ada setan bawa senter, akal sehatku berkata.

    Dari kegelapan muncul sosok lelaki paruh baya, bertelanjang dada dan memakai caping lebar. Ada yang bisa saya bantu, le? ’, tanyanya dengan suara yang parau namun cukup nyaring terdengar di tengah gemuruh hujan dan guntur.

    Kami kesasar dan mobil kami terperosok pak, jawabku setengah berteriak. Orang tua itu lantas membantuku mendorong agar mobil itu keluar dari jebakan lubang. Namun tetap tak berhasil. Kini bahkan akibat kikisan tanah, seluruh ban mobil itu terperosok. Sebaiknya tunggu besok pagi saja, le… kampung terdekat juga jaraknya 15 kilo lebih.

    Kalau sampeyan mau, malam ini nginap digubuk saya saja, ujarnya dengan datar namun sepertinya tulus, daripada aku tinggal di mobil dan tiba-tiba kaca diketuk kuntilanak atau gendruwo lebih baik aku turuti beliau.

    Namun tentu saja, aku harus minta persetujuan dua makhluk menyebalkan di dalam mobil, setelah terjadi percekcokan, akhirnya mereka mau juga.

    Jalan setapak yang becek di tengah hutan itu membuat mama dan tante berkali-kali terpleset, membuatku berkali-kali harus memapah mereka, tentu saja setelah terlebih dahulu dihadiahi sumpah serapah mereka. Payung yang mereka bawa jadi percuma, tak mampu mencegah mereka menjadi basah kuyub dan terciprat lumpur.

    Ternyata jarak menuju rumah si bapak lumayan jauh juga, kira-kira 15 menit kami berjalan baru nampak temaram cahaya sebuah rumah. monggo, silahkan masuk, ujar si bapak. Rumah itu tampak sederhana, pantas si lelaki misterius itu menyebutnya gubuk.

    Sebuah rumah limas khas jawa dengan empat tiang kayu di bagian tengah, beratap genteng tanpa plafon, berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah.

    Di dalamnya hanya meja kursi tua, dua dipan sederhana dan dua lemari reyot menempel di dinding. Dua lampu teplok yang kacanya telah menghitam menjadi alat penerang rumah tersebut, dan satu-satunya alat hiburan adalah radio transistor tua yang memperdengarkan suara pertunjukan wayang kulit mengiringi gemuruh hujan di luar, menambah suasana magis malam itu.

    Tampak sepasang perempuan di atas dipan tengah tertidur, terdiri dari wanita separuh baya dan satu lagi seorang gadis yang kira-kira seusiaku. ayuh.. dang tangi, ono tamu, dang gawekno wedhang, (ayo cepat bangun, ada tamu, cepat bikinkan minum).

    Ujar si bapak membangunkan isteri dan anaknya, kira-kira begitu menurut perkiraanku, walau tak bisa bahasa jawa tapi sedikit banyak aku bisa memahaminya karena mama kebetulan orang jawa dan sering menggunakan bahasa jawa jika bertemu kerabatnya.

    Dengan segera mereka beranjak bangun meninggalkan dipan yang hanya beralaskan tikar dan selimut kumal itu. Untuk ukuran kota sekalipun, si gadis berwajah cukup manis walau dengan pakaian t shirt dan bersarung batik yang tampak lusuh.

    Sementara ibunya sedikit lebih besar dengan wajah biasa saja, memakai kebaya dan kain yang dililitkan sebatas dada yang sama lusuhnya, namun menampakan belahan dadanya yang kupikir cukup besar, menjadi pemandangan paling baik selama di rumah ini.

    kalian basah kuyub semua, sebaiknya ganti pakaian daripada masuk angin, silahkan ke belakang saja, kalau mau buang air dan bersih-bersih juga ada sumur, ujar si bapak. Aku segera menyambar ransel, tapi mama dan tante Lia saling bertatapan bingung, tentu saja, mereka meninggalkan tas pakaian mereka di bagasi mobil.

    Sial, nampaknya aku lagi yang harus mengambilnya. Namun sebelum perintah mereka keluar, si lelaki itu berkata, kalau mau biar pakai pakaian anak dan isteri saya, maaf kalau kurang berkenan… aku menatap mereka dengan wajah memelas… mereka mengangguk, maaf lho pak kalau ngerepotin, ujar mama.

    Dari dalam lemari reot, si bapak mengeluarkan dua lembar kain dan dua kaus yang walau lusuh tapi terlipat rapi. mama dan tante duluan, ujar mama bergegas sambil menggamit tangan tante lia ke bagian belakang rumah yang dibatasi oleh dinding papan.

    Aku menunggu dengan duduk di kursi tua itu, sang lelaki paruh baya itu juga duduk di hadapanku sambil melinting tembakau dengan kertasnya dan menyalakan rokok. Wajahnya nyaris tanpa ekspresi namun sorotan matanya sangat tajam dan berwibawa.

    Tubuhnya yang bertelanjang dada itu juga tampak kekar menggambarkan isa sebagai lelaki yang ulet. Maaf, kalau boleh tahu, nama bapak siapa?, tanyaku mencoba basa basi. Panggil saja pak Simo, jawabnya sambil menghembuskan asap rokok lintingan yang beraroma aneh itu. enngh… bapak udah lama tinggal di sini?, tanyaku lagi.

    Lebih tiga puluh tahun, jawabnya singkat. ini satu-satunya tanah warisan bapak saya dulu, pekerjaan saya buruh tani dan sesekali ngobati orang, ujarnya lagi seolah-olah sudah tahu pertanyaanku berikutnya, walau aku sedikit tertegun dengan perkataan ngobati orang, tapi untuk tak menyinggung urung aku tanyakan.

    Namun sebelum aku bertanya lebih jauh, mama dan tante sudah kembali ke ruang tengah, agak geli melihat penampilan mereka, dari wanita bergaya modis, kini ala wanita kampung, berkaus kumal yang ada lubang di sana sini dan bersarung kain batik lusuh.

    Mama?, ujarku sambil tersenyum, tapi pandangan ketus keduannya memudarkan senyumanku, namun yang membuatku jengah adalah menyadari bahwa kaus itu terlalu sempit untuk mereka berdua dan… puting payudara keduanya tampak jelas menonjol walaupun di tengah cahaya temaram lampu teplok.

    Kamu jangan ke belakang dulu, ujar mama. Ia kembali ke belakang, dan kembali dengan kaus di lepas… kini kain batiknya diikat sebatas dada menjadi kemben, tante pun menyusul melakukan hal yang sama.

    Aku bersiul dua kali menyaksikan bahu putih keduanya terekspose yang tentu saja berujung dengan dampratan mereka, membuatku bergegas ke belakang.

    Ternyata sebuah dapur sederhana yang cukup besar dengan sebuah dipan dan tungku tanah dengan kayu bakar yang masih menyala, di atasnya sebuah panci hitam.

    Di atas dipan sang ibu dan anak tengah menyiapkan minuman, maaf bu, kamar mandinya di mana? tanyaku, dan mereka menunjuk pada sebuah pintu di bagian belakang dapur tersebut, yang disebut kamar mandi itu hanyalah sebuah sumur tua beratap ilalang yang di pinggirnya berlantaikan batu-batu kali.

    Mama dan tante tengah bercakap-cakap dengan lelaki pemilik rumah ketika aku tiba. Aku segera bergabung. Pak Simo meladeni ocehan mereka dengan datar dan singkat.

    Matanya tajam menatap mama dan tante, membuat mereka tampak rikuh dan mengurangi intensitas omongan mereka. Tak lama kemudian sang isteri dan anak gadisnya tiba mengantarkan minuman dan sepiring singkong rebus di hadapan kami.

    monggo silahkan diminum, maaf cuma ini yang kami punya, ujar pak Simo, sementara isteri dan anaknya kembali ke dipan untuk tidur. Hanya teh tanpa gula yang bisa mereka suguhkan, namun ditambah singkong rebus cukup menghangatkan tubuh kami di tengah rintik hujan yang entah kapan akan reda.

    Malam makin larut ketika mama dan tante Lia pamit untuk tidur, di dipan yang berhadapan dengan dipan di mana isteri pak Simo dan anaknya tidur. kalian gak munkin bisa keluar dari hutan ini, ujar pak Simo mengagetkanku. maksud bapak?, tanyaku penasaran.

    Kamu pasti sadar kan… kendaraan kalian ada di tengah hutan, bukan di atas jalan, jawabnya dengan suara parau dan datar. Aku mulai bergidik. ada kekuatan gaib yang membawa kalian ke sini, makanya saya bilang kalian harus kulonuwun melewati hutan ini, ujarnya lagi membuatku kian memucat.

    terus kami harus bagaimana pak?, tanyaku setengah bergetar. kalian saat ini berada 15 kilo dari jalan, mau lewat jalan kaki pun butuh seharian, itupun kalau kalian tidak kesasar, ujarnya lagi. Terus, kenapa bapak bisa tinggal di sini? ’, tanyaku.

    Hmm… ceritanya panjang, tapi katakanlah ini hal turun temurun yang harus kami lakukan dan katakanlah musuh kami banyak sehingga harus tinggal di sini, jawabnya sambil menghisap lintingan tembakau dalam-dalam. terus bapak bisa bantu kami keluar dari sini? ’, tanyaku setelah terdiam beberapa saat.

    Dengan syarat, jawabnya. itupun jika kamu mau, lanjutnya lagi. mmm… asal gak memberatkan saya mau pak, kami juga bawa uang yang cukup lho pak, ujarku terbata-bata. Kami biasa hidup tanpa uang nak, kami ora butuh uang kalian, ujarnya dengan mimik misterius.

    Terus saya harus bagaimana pak?, tanyaku setengah mengharap. Hmmm… dari tadi saya perhatikan kamu selalu menatap anak saya, ujarnya. Wah, berabe juga kalau aku harus mengawini anaknya walau memang kuakui dia cukup manis dengan potongan tubuh aduhai. sampeyan suka dia?, tanyanya.

    Ya suka sih pak, tapi… saya gak meminta kamu menikahi anak saya jawabnya seolah-olah tahu apa yang aku pikirkan. Terus bagaimana pak?, tanyaku lagi. sampeyan mau meniduri Asih?, tanyanya membuatku seolah terloncat dari kursi reot itu.

    Dalam hati sebenarnya di usia SMA yang sarat hormon ini, aku ingin sekali mencoba merasakan kenikmatan tubuh seorang wanita, tidak hanya sekedar bermasturbasi menyaksikan adegan film porno, atau hanya bisa berliur mendengarkan kisah teman-teman yang telah merasakannya.

    Pacar pun aku belum punya. Pucuk di cinta ulam tiba pikirku, tapi pak, bagaimana dengan mama dan tante saya? Bagaimana kalau mereka tahu?, ujarku. Nah, dua wanita cerewet itu syarat berikutnya, jawabnya tegas. Maksudnya pak?, tanyaku penasaran. Sebagai sesama lelaki… ia menghisap dalam rokoknya lalu menoleh ke arah dipan di mana mama dan tante Lia tidur.

    Mereka cantik dan montok, apakah sampeyan keberatan kalau saya tiduri mereka? ’, pertanyaannya bagaikan guntur yang tengah menyambar-nyambar di luar. aa… ucapanku terpotong, ya kalau sampeyan keberatan, silahkan cari jalan keluar sendiri, ’ tukasnya.

    Aku dihadapkan buah simalakama, walau di dalam hati jujur saja penasaran juga bagaimana tubuh telanjang mama dan tante Lia. sumber Ngocoks.com

    Dan terlepas dari soal kecerewetan, mereka berdua memang wanita matang yang cukup cantik dengan potongan tubuh yang bisa menjadi bahan onani lelaki manapun, tapi mereka adalah keluargaku. Shit… apa yang harus kulakukan? Pak Simo seolah-olah menunjukan siapa yang tengah berkuasa dengan santai terus menghisap rokoknya.

    Setelah pertarungan sisi baik versus sisi buruk, akhirnya aku mengangguk setuju. Dengan syarat, bapak tidak akan menyakiti mama dan tante saya kan?, lanjutku.

    Pak Simo tak berkata apapun tapi langsung bangkit menuju dipan di mana anak dan isterinya tidur dan membangunkan mereka, ayo nyambut gawe, kamu layani mas mu, kowe ngalih, bantu kulo, ujar pak Simo.

    Bersambung…

    1 2 3
  • Cowok Keren Itu Ternyata

    Cowok Keren Itu Ternyata

    Cerita Sex Cowok Keren Itu Ternyata – Ahhhhh bangun pagi lagi, aku lapar cari maem ah… huu? kok sepi ya? pada kemana? biasanya jam segini papa sama mommy udah siap-siap berangkat kerja. ya ampun clarissa! aduuhhhhhh aku lupa banget kalau hari ini adik ku pulang ke jakarta! clarissa! grrrrr!

    Ya udah deh udah pada berangkat juga, lagian kan aku juga harus sekolah, mungkin karena itu ya mommy ga bangunin aku untuk jemput grom adikku. mandi dulu deh siap siap sekolah.

    Eh lupa nama ku clarissa umur 18 thn udah punya pacar, anak pertama dari keluarga kami hmmm apa lagi ya? oh iya aku masih gadis hihihi. oh iya aku juga punya adik namanya grom! namanya aneh ya? ya gitu ga ngerti papa kenapa namain dia grom! tapi yang pasti aku ga pernah ketemu grom, soalnya dia dari bayi memang tinggal di luar negeri sama grandma ku.

    Ok waktunya berangkat sekolah! panasin mobil dulu deh sambil cerita dikit soal diriku. mmm apa ya? papa orang melayu mama itu mantan model dari amerika, bukan model terkenal si.

    Cerita Sex Cowok Keren Itu Ternyata
    Cerita Sex Cowok Keren Itu Ternyata

    Ngocoks Tapi ya kecantikan mommy ku nurun ke aku. ya iyalah aku cantik! banget! secara aku itu juga model dan cewe paling cantik di sekolah. aku senang pakai pakain yang minim dan sexy.. ya sering di marahin papa juga si soalnya kata papa jaga nama baik clarissa! papa kan pengusaha juga ya… gitu deh.

    Ok berangkat! naik mobil baru mercedez amg ku mobil pertama juga si hihihi di beliin juga!

    Ahhhhhh sampe juga di sekolah. parkir mobil dulu, wah itu temen-temen ku udah pada nunggu duduk-duduk di mobil mereka.

    “pagi guys” ihhhh itu ada cowo ku, cowo paling keren di sekolah namanya hendrik.

    Ummm dia anak orang kaya juga si tapi ya otaknya rada dangkal, kadang kalau pacaran sama dia ga nyambung. dan dia itu selalu ingin tau apa yang ada di balik rok mini ku! ihhhhhh kesel juga punya cowo pikiran ngeres!

    “halo cantik sini sayang… muaaaaaah” dan hendrik pun mencium bibirku… aduh jadi malu di cium didepan temen-temen. hendrik pung memelukku dari belakang sepertinya dia mau memberi tahu kalau aku sudah ada yang punya

    tapii grrrr kesel juga! hendrik! ihhh masa pantatku di dorong-dorong si! ihhhh kesel kan banyak orang malu! tapi aku ga bisa apa-apa ga enak kalau marah depan banyak orang .

    udah gitu ada seperti benda nonjol yang mendorong-dorong dan menggesek-gesek belahan pantatku! hendrikk ihhhhh kalau ga banyak orang aku tampar bener deh. ihhh makin menjadi-jadi di gesek-gesek trus pantatku sama benda nonjol itu, hiiiiiiii!

    Bahkan dia berbisik

    “enak banget clarissa” idihh ini orang memang gila sex! semua cewe cantik di sekolah kayaknya udah pernah di beli dan di tidurin sama dia deh… tapi aku ga bisa ga! aku juga punya uang kok orang tua orang berada.

    Wah bell sekolah akhirnya menyelamatkanku.

    Ahhhh belajar hihihi aku seneng belajar, walau aku suka berpenampilan cantik tapi otak ku juga cantik lho! aku selalu rangking 1 di sekolah… tapi kebetulan aja dapat pacar ga jelas.. buat cari status aja si hihihi, kriiiing! wah bell istirahat! waktunya makan di kantinn.

    Aku pun ngumpul ngumpul sama temen-temen kudi kantin sambil gosip dan chat ga jelas

    Sambil chat aku suka nontonin orang main bola si, kebetulan lapangan bola sekolah kami pas di belakang kantin. aku suka banget sama bola secara papa gila bola.

    Aku ke taman ah sambil nonton anak-anak cowo main bola.

    Seru juga… but wait, hmmm itu siapa ya… ih keren banget tu cowo, ganteng si jago juga main bolanya, dan aduuh aku baru liat anak sma anak sekolah badannya kayak gitu! atletis banget 8 pack! ouchhhh! ih kereeen itu siapa ya? aku baru liat! yang pasti dia bukan kelas 11-12 kelas 10 juga aku ga pernah liat yang kayak gini!

    ihhhhh cewe cewe yang lain juga jadi rameeeeeeee!

    pada ngeliatin tu cowo, hmmm wajar si keren banget! sederhana gayanya tapi keren banget!.

    aduhhhh liat tangannya dan perutnya yang atletis ihhhh aku jadi gigit bibir ku sendiri.

    ahhhh anak anak cowo selesai main bola, ih pengen kenalan sama cowo itu deh.

    waduh keringetnya malah buat dia keliatan keren banget.

    ihhhh cewe-cewe yang lain pada genit-genit pada mau kenalan…

    ga ah aku ga mau kayak mereka pun sekeren apapun cowo itu dia itu masih junior aku.

    eh tapi dia ngeliatin aku! ihhhhh dia ngeliatin aku! aduhhhhhh jadi gimana…

    keep calm clarissa di liatin cowo mah biasa! tapi ga biasa ini mah dia keren banget!

    clarissa jaga image! ihhhhh sial kenapa aku jadi gini… aku kalau udah suka cowo itu selalu main-main sama rambut di sekitar telinga ku! aku ga suka kok sama dia… Boong kamu suka! hiks jadi ngomong sendiri!.

    duh dia ngeliatin aku teruss! aduhhhh gimana ni aku jadi pura-pura ga ngeliatin dia deh tapi aku curi-curi pandang juga si… ya ampun kereeeeen.. Clarissa kamu udah punya pacar!.

    eh eh ehh itu cowo jalan ke arah ku aduhhhh… aduhhh aku jadi makin sering benerin rambutku!

    dia kesini… aku harus ngomong apa sama dia ya.

    dia… datang ke arah ku… dia… ternyata cuma lewat doang… SIAL! harapan palsu!

    hiks baru kali ini aku di cuekin cowo masaaaaaaa si! kok bisa aduh mental ku jatuh banget sekarang ga pernah ada cowo yang kayak gini sama aku.

    kenapa…

    “hi clarissa” Whaaat! What! itu cowo ternyata balik lagi! dia sekarang duduk di depan ku!

    aku ga bisa ngomong apa apa lagi MY GWAD! KEREEN BANGET NIH COWO! tahan diri mu clarissa atur nafas!

    “hi juga” aku pun menyapa dia aduhhhh kok pengen ya..

    “wahahahah clarissa! hee! clarissa aku Grom” dia menyebutkan namanya hihihi mau kenalan ya?

    sambil jual mahal dan malu-malu dikit aku pun membalas lembut.

    “hai aku clarissa kelas 12 kamu?… WHAT! siapa nama kamu tadi? huh?”

    “grom G R O M ahahaha”

    “Kamu grom! WHAT!! grom adik ku? huh? GROM? bener yang baru dari amerika?”

    “hahaha iya i’m your little bro grom”

    aduhhhh gantengnya keren banget pengen deh liat senyumnya… WHAT CLARISSA ITU GROM ADIK KAMU!

    da grom pun lansung memeluk ku… aduhhhh heeee itu adik sendiri!

    tapi gimana donk aduh tubuhnya itu enak banget di peluk grom peluk trus gapapa kok grom.

    dan grom pun mencium pipiku, dan dia juuga mencium bibirku… hikssss itu ciuman seorang adik kakak tahan diri mu clarissa!

    dan grom pun membelai rambutku, hikssss aduhhhhh…

    “clarissa bener kata grandma kalau kakakku clarissa tu mirip banget sama mommy… bahkan lebih cantik ahahah”

    aku pun cuma bisa tertunduk malu di puji cantik oleh adiku yang keren ini.

    “aku masuk dulu ya clarissa nanti pulang bareng ya? kata papa bareng pulang sama kakakmu”

    “iya” aku pun seperti cuma tertegun melihat grom… kenapa manusia sekeren ini jadi adikku ya. andai dia bukan adikku…

    haaa cuma bisa bengong di kelas, ga biasanya aku seperti ini nyuekin pelajaran.

    tapi ternyata aku benar-benar punya seorang little bro yang keren banget ouchhhh.

    ramah banget, lembut banget ga di buat-buat lah orangnya… ya buat apa juga di buat-buat secara dia adik ku. tapi kenapa dari tadi aku terus neken-neken rok bagian depan ku kayak lagi nahan pipis ya hikssss. rasanya enak banget di teken, mau dong di teken sama grom… HE! clarissa bangun astaga itu adik kamu sendiri!

    cepet kek pulang sekolah mau chat sama dia nih…

    “clarissa kamu kok cantik banget si… aku suka sama kamu mau jadi pacarku?”

    “seebenernya gimana ya grom… tapi kita baru kenal…”

    Kringggggg!!! Woi clarissa bangun ngayal mulu!, wah itu bell pulang sekolah asik hihihi

    tunggu grom di mobil aja deh…

    waduh banyak temen di parkiran! sial pada pulang gihh! hus hus

    pura-pura ga ngeliat aja deh langsung nunggu di mobil… pura pura ga liat hihihi

    “eh sayang sini clarissa” sial si hendrik bengek!

    “eh say ya kenapa?”

    “kok langsung ke mobil cepet-cepet banget si”

    “gpp kok say” ihhhh pada pulang kek!

    da hendrik pun datang ke mobilku… dan duduk di samping ku.

    “sayang kok langsung masuk mobil si? ga ngumpul dulu bareng yang lain?”

    “gpp kok lagi pengen denger musik aja di mobil” alibi!

    siaaal ihhhhh ini tangan si hendrik mulai deh nempel di pahaku! gpp lah biasa lah itu dia megang paha asal ga macem macem.

    ehhhhh ehhhh tangan! ihhhhhh kesel! banget mulai deh ini tangan naik lama-lama masuk kedalam rok ku!

    sebenernya udah biasa sihendrik masukin tangannya kedalam rokku…

    soalnya dia melas-melas ga jelas gitu dulu, dia minta ML lah tapi aku ga pernah kasih!… ya kalau mau cari tau dikit apa yang ada di balik rokku ku ijinin si .

    duhhhh jangan sekarang hendrik… duhhhh tangannya mulai main didalam rokku, dia mulai gesek-gesek bagian depan celana dalamku yang mengembul ketat dengan jarinya aghhhhh hendrik pleease.

    aghhh my gwaaaad! he he hennndrik aghhhh sial pleaseee… ohhhhhhh ahhhh ahhhhhh dia makin menekan nekan bagian depan celana dalam ku aduhhh garis vagina ku yang ada dibalik celana dalam makin di gesek gesek.

    ohhhh hendrik! pleeease aku lagi nunggu seseorang pleeeasee hentiin hen… ahhhhh ahhhhhh ahhhhh

    “sa saayangg aghhhh ahhhhh bisa kita ngobrol aja ga?” aduhhhh aohhhh

    “ini lagi ngobrol cantik” sial

    dan hendrik pun mencium ku, dia melumat bibirku… dan lidahnya pun mulai di masuka kedalam mulut ku

    umpppppp emmmmmm umppppp aghhhhh ohhh ahhhhh ahhhhhhh ahhhh sial celana dalam ku mulai terasa basah!

    aku pun berusaha nolak secara halus… tangan hendrik yang memainkan bagian dalam rokku ku pegang tapi hendrik malah semakin intens menggesek-gesek celana dalam ku bahankan di tekan-tekan hikssssss makin basah celana dalam ku… hendrik pleeease ada adikku nanti gimana kalau ketaun kakaknya diginiin pleeaseeee aghhhh ohhhh ahhhhh ahhh

    aduhhh hen pleeease ohhhh ahhh ahhh ahhh ahhh celana dalam ku semakin basah.

    aku lagi ga mau! ihhhhhh kesel aghhhhh tubuhku pun semakin mengejang aduhhh.

    dan karena kesel aku harus hentiin hendrik makan kutarik tangannya keluar secara paksa!

    hufff berhenti juga dia.

    “eh kenapa clarissa? kok gitu?”

    “gpp say aku cuma lagi ga mau aja”

    “ya udah deh… eh cantik kocokin kontol aku aja ya pleeeasee pleease”

    monyet! ya udah lah dari pada dia main-main sama celana dalam ku

    hendrik pun ngeluarin penisnya… hmm aku ga tau gede apa kecil ya… tapi si kayaknya standart secara aku juga belum pernah ngeliat penis sebelumnya selain penis hendrik bejat.

    ku remas-remas penis hendrik yang sudah menegang dan ku kocok-kocok penis itu…

    crottt croot crottt akhirnya keluar juga dia, udah selesai lega deh… SIAAAL! dia buang itunya di dalam mobil ku! aduhhhhh jorooook! ihhhhh bau juga kesel! dasar otak udang!

    “HENDRIIIIK! ihhhh kok buangnya didalam mobil ku! hendrikkkkk ihhhh. sumber Ngocoks.com

    sedihnya mobil ku yang pertama kesel banget, ini mobil hadiah naik kelas dari mommy sedih banget.

    “KELUAR sekarang! cepet keluar dari mobil ku keluaaaar!”

    “lho kok marah-marah sayang!”

    “mukamu marah-marah! aku enrageeee! keluaaaar!”

    aduh kalau mommy sampai tau… hiks maafin clarissa mommy hiksss sedih banget.

    dan aku pun nangis sendiri di dalam mobil sambil ambil kanebo buat bersih-bersih air yang keluar dari penis hendrik yang menempel di interrior mobil ku hikssss.

    jahat banget si! udah ga tahan lagi putus! putussss!

    mommy sayang banget sama aku putrinya sampai dia beliin aku mobil mewah ini.

    P U T U S sama otak udang salah aku juga si pacaran cuma buat posting pick di medsos cari status sial!

    hikss ga berenti nangis aku sedih…

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Dewasa Sebelum Waktunya

    Dewasa Sebelum Waktunya

    News Online Itil

    Cerita Sex Dewasa Sebelum Waktunya – Harun adalah anak tunggal. Keluarga Harun adalah keluarga yang kaya untuk ukuran kampung. Keluarga mereka mempunyai berhektar-hektar tanah, puluhan sapi, ratusan kambing dan ayam.

    Hanya 2 keluarga di desa itu yang memiliki truk dan mobil pick up, itulah keluarga Harun dan keluarga Pak Haji Amir. Namun keluarga Harun masih lebih kaya dari pada keluarga Pak Haji Amir.

    Dikarenakan keluarga Harun adalah keluarga yang kaya, maka sedari kecil Harun mendapatkan segala macam fasilitas yang tidak dimiliki orang lain di kampung, seperti video player VHS.

    Bahkan keluarga Pak Haji hanya memiliki video player Betamax yang gambarnya tak sebagus VHS. Suatu kali setelah pulang bertamasya dari Jakarta, Bapaknya Harun membeli video bokep.

    Cerita Sex Dewasa Sebelum Waktunya
    Cerita Sex Dewasa Sebelum Waktunya

    Ngocoks Berhubung Harun anak kreatif dan nakal, maka suatu ketika didapatkannya video itu di lemari penyimpanan uang Bapaknya. Biasanya Harun suka mengambil uang dari situ sedikit-sedikit, namun kali ini ia tertarik dengan video itu. Maka, jadilah Harun dewasa sebelum waktunya ketika menonton film biru itu.

    Harun adalah anak yang banyak ingin tahunya. Lama-kelamaan, hanya menonton video saja tidak cukup, maka ia memberanikan diri mengintip kamar orangtuanya ketika malam tiba. Harun masih ingat ketika pertama kali melihat siaran langsung persetubuhan orangtuanya. Kedua orang tuanya tidak memakai baju sehelaipun.

    Bapaknya memeluk erat ibunya sehingga tubuh ibunya tidak terlihat dengan jelas. Kepala Bapaknya rapat sekali menempel di dada ibunya. Tampaknya Bapaknya Harun sedang nenen. Pantat Bapaknya bergerak naik turun, kontol Bapaknya yang tidak terlalu besar tampak menumbuki liang senggama ibunya.

    Tempikmu legit tenan, Jeng. Wuenak, Jeung. Kamu enak tidak, Jeung?

    Ya enak tho, Pak. Teruskan saja.. enak, pak..

    Harun dapat mendengar suara mereka dari tempatnya mengintip. Bapaknya terdengar sangat antusias dan penuh nafsu. Namun, suara ibunya hampir terasa datar di telinga Harun. Jauh sekali dari apa yang ditontonnya di video.

    Di video bokep yang ditontonnya, suara wanita yang disenggamai jauh lebih bernafsu, jauh lebih manja dan jauh lebih antusias. Tak lama Bapaknya mengejang dan menghentikkan hujamannya yang bertubi-tubi, pantatnya ditekan keras kebawah.

    Bapaknya Harun melenguh. Akhirnya setelah itu Bapaknya membalikkan badannya untuk rebah di samping isterinya. Kali ini Harun dapat melihat tubuh ibunya. Ibunya yang langsing itu memiliki payudara yang bulat dan mancung.

    Bulatannya hampir sebesar buah lontar, dengan puting susu berdiameter sebesar tutup spidol kecil dan panjangnya tiga perempat tutup spidol kecil itu. Kedua payudara itu terletak dengan manisnya di atas tubuh ibunya yang ramping dan langsing.

    Walaupun tidak memiliki otot perut seperti bintang film bokep yang terlihat keras karena latihan sit-up, perut ibunya itu menunjukkan perut tanpa lemak yang dihiasi oleh pusar yang terlihat hanya sebagai lubang kecil gelap.

    Sementara, selangkangan ibunya dihiasi bulu-bulu keriting yang dicukur rapi berbentuk segitiga, menghiasi bibir kemaluan ibunya yang tampak sedikit saja merekah karena habis dientot.

    Saat itulah Harun mendapati dirinya terobsesi dengan tubuh ibunya. Harun ingin sekali dapat merasakan kenikmatan menggauli ibunya yang seksi itu. Semenjak saat itu, ibunya menjadi objek fantasi seksual Harun.

    BAB SATU

    HARUN MELIHAT ARJUNA BERAKSI

    Harun memiliki teman karib bernama Arjuna. Anak petani bernama Waluyo. Arjuna adalah salah satu murid pintar di kelasnya, yang karenanya menjadi alasan pertemanan mereka. Baik Harun maupun Arjuna adalah dua murid teratas di kelas mereka.

    Berhubung Arjuna hanya anak petani biasa dan tidak memiliki banyak akses ke buku-buku maupun tv dan lain-lain, maka Harun selalu menjadi ranking satu dan ranking duanya adalah Arjuna.

    Arjuna tiap hari berkunjung ke rumah Harun. Banyak sekali yang dapat mereka lakukan bersama. Mulai dari berbincang-bincang, berdebat, belajar bahkan juga untuk nonton video bokep di kamar Harun.

    Harun pulalah yang mengajarkan Arjuna untuk masturbasi. Dan menjadi kebiasaan mereka setelah itu adalah ngeloco sambil membayangkan ibu mereka masing-masing.

    Obsesi pada ibu kandung adalah obsesi mereka berdua. Ini menyebabkan pertemanan mereka semakin erat. Minat mereka kebanyakan sama. Mereka tidak lagi canggung membuka rahasia hati mereka kepada satu sama lain.

    Tapi akhir-akhir ini Arjuna jarang bermain ke rumah Harun. Harun menjadi penasaran. Apakah ini berarti Arjuna sudah tidak mau lagi bergaul dengannya? Apakah Arjuna sudah punya teman baru yang lebih baik?

    Harun telah menanyakan hal ini kepada Arjuna, namun Arjuna hanya menjawab bahwa kini ia membantu ibunya di rumah, karena kasihan ibunya capek.

    Itil V3

    Sudah tiga bulan Arjuna tidak main ke rumah Harun. Maka, Harun memutuskan untuk melihat apakah benar Arjuna membantu ibunya, atau malah bermain dengan temannya yang lain. Maka setelah pulang sekolah dan sampai rumah, Harun bergegas ganti baju dan pergi ke rumah Arjuna.

    Rumah Arjuna sepi sekali. Pagar depannya ditutup. Namun, karena ini adalah desa yang damai maka pagar tidak pernah dikunci. Harun lalu memasuki pekarangan rumah Arjuna. Harun menimbang-nimbang apakah ia akan mengetuk pintu atau tidak.

    Pikir punya pikir, Harun memutuskan untuk mengendap-endap dan mengitari rumah Arjuna dan melihat situasi. Dengan hati berdebar-debar Harun mengitari rumah. Ada jalan kecil dari pekarangan antara rumah dan pagar, bukan berupa jalan rata, tapi hanya rumput yang rapi dipotong.

    Di belakang rumah adalah tempat sumur pompa dan kamar mandi. Mungkin ibunya Arjuna sedang mencuci piring. Berhubung sering juga Harun bermain ke situ, maka ia tahu biasanya ibunya Arjuna memakai kain yang dilibat, kadang terlihat ia memakai kutang, kadang tidak, tapi pakai atau tidak, belahan dada ibunya Arjuna pasti terlihat.

    Terdengar suara Arjuna dan ibunya yang sedang berbicara sambil tertawa-tawa. Rupanya Arjuna tidak bohong, batin Harun. Apalagi terdengar dentingan suara barang pecah-belah.

    Tampaknya sedang ada yang cuci piring. Akhirnya, Harun sampai di ujung rumah yang untungnya memiliki pohon jambu yang rimbun dan dihiasi oleh batu kali dan semak yang membuat Harun tidak terlihat dan juga dari situ ia dapat melihat baik sisi kamar mandi maupun belakang rumah dan sumur pompa di tengah keduanya, dari situ ia melihat Arjuna dan ibunya sedang cuci piring sambil tertawa dan bercanda.

    Arjuna bertugas mencuci dengan sabut sementara ibunya bertugas membilas piring lalu menaruhnya di baskom besar yang kering.

    Jangan buru-buru begitu dong, anakku. Kata Dewi, ibu Arjuna yang membuat Harun heran, karena suara ibunya Arjuna itu terdengar bermanja-manja.

    Ibu kayak enggak tahu aja. Udah ga sabar nih

    Sementara Arjuna mencuci piring terakhir cepat-cepat lalu memberikannya kepada ibunya. Ibunya tertawa genit sambil mencubit lengan Arjuna dan berkata.

    Dasar lelaki..

    Harun menjadi bingung. Kok mesra amat si Arjuna dengan ibunya. Harun menjadi iri. Andaikan saja ibunya seperti ini, begitu dekat bagai teman sebaya. Pasti keadaan rumah menjadi lebih cerah dan Bahagia.

    Saat itu matahari masih terik menyinari bumi. Mereka cuci piring di depan kamar mandi. Cuaca hari itu panas sekali. Arjuna dan ibunya sudah mandi keringat, begitu pula Harun. Harun tiba-tiba saja horny melihat Dewi yang berbalut kain tanpa kutang itu menunjukkan kulit putih yang mengkilat karena air keringat.

    Ibunya Arjuna menaruh piring terakhir di baskom kering lalu berjalan menuju dipan di dekat situ persis menempel di tembok kayu dinding rumah, lalu duduk di dipan dengan bersandar di tembok kayu itu. Dipan itu agak panjang sehingga kalau untuk duduk dapatlah tiga atau empat orang duduk di sana.

    Arjuna mencuci tangannya lalu duduk di sebelah ibunya, kalau dari posisi Harun maka ibu Arjuna lebih dekat ke Harun, namun karena posisi Harun di belakang pohon dan batu itu ada di tengah-tengah, maka posisi Arjuna di sebelah kiri Harun, sekitar jam 10, kalau mau menggunakan istilah tentara.

    Ibunya Arjuna kemudian mengusap dahinya yang berkeringat dengan punggung tangan kirinnya sehingga memperlihatkan ketek putih yang berbulu halus.

    Harun menyangka ibunya Arjuna akan memarahi anak itu, namun yang mengherankan Harun, Dewi malah tersenyum saja dan membiarkan anaknya itu.

    Harumnya ketek ibu..

    Arjuna menggunakan tangan kirinya melingkari perut ibunya dan memeluk perempuan itu. Dewi mendesah yang membuat Harun menelan ludahnya. Ada permainan gila di sini! Arjuna memang semprul! Tentu saja Arjuna tidak mau ke rumah Harun, di rumah Arjuna ada yang lebih seru, rupanya!

    Harun hanya dapat meneguk ludah berkali-kali ketika melihat Arjuna mulai beraksi. Arjuna mulai menjilati ketek ibunya dengan lahap. Dewi hanya mendesah-desah saja sambil terkadang tertawa kecil. Tiba-tiba tangan kiri Arjuna menarik kain ibunya dengan keras sehingga kain itu terjatuh. Ternyata Dewi telanjang bulat di balik kain itu!

    Tubuh semok Dewi yang putih kini menjadi pemandangan indah bagi Harun. Tubuh ibu Arjuna memang tak seramping ibu Harun, namun walaupun agak gemuk, namun gemuknya Dewi sungguh menawan hati.

    Kedua payudaranya yang besar walaupun sedikit turun tetap memberikan setrum syahwat ke kontol Harun. Harun terpaksa melorotkan celananya dan mulai mengusap-usap kontolnya sendiri.

    Sementara secara cepat kain Dewi telah dilempar Arjuna ke dipan di sampingnya sehingga kini Harun dapat melihat perut Dewi yang sedikit buncit dan juga selangkangan Dewi yang penuh jembut.

    Tangan kiri Arjuna mulai meremasi payudara kanan ibu kandungnya itu, sementara lidah Arjuna berkali-kali menyapu ketiak ibunya membasahi bulu ketek halus yang menjaga ketiak itu.

    Tak lama Arjuna berdiri lalu melepaskan celana pendeknya sehingga kini Arjuna pun bugil. Sementara itu Dewi merebahkan diri di dipan menunggu serangan lanjutan. Arjuna tak mau hilang tempo dan bergegas menindih ibunya tanpa memasukkan dulu kontolnya. Rupanya masih mau foreplay.

    Harun makin mempercepat tangannya yang sedang meloco zakarnya sendiri namun matanya tidak terpejam dan memelototi terus gerakan ibu dan anak itu.

    Arjuna menindih ibunya. Mereka berdua kini berpelukan dan mulai berciuman dengan hot. Tak dipercayainya ibunya Arjuna yang terlihat lugu dan pemalu selama ini menunjukkan cara berciuman yang sangat panas. Lidah Dewi dan anaknya beradu berkali-kali saling menjilat dan terkadang meminum ludah campuran mereka berdua.

    Arjuna mengangkat kepalanya, mulutnya berkomat-kamit mengumpulkan ludah lalu perlahan dikeluarkannya ludahnya yang sudah banyak itu ke atas mulut ibunya yang kini sedang terbuka dengan lidah menjulur ke luar.

    Ludah Arjuna yang pekat perlahan menetes ke lidah ibunya yang terjulur. Harun dapat melihat busa dan cairan ludah Arjuna perlahan jatuh ke lidah ibunya.

    Jun haus. Mau minum teh tawar.

    Arjuna bangkit, ibunya bangkit pula. Ibunya dengan telanjang bulat masuk ke dalam rumah sementara Arjuna yang kontolnya telah tegang gantian tidur di dipan itu. Tak lama ibunya datang membawa teko teh dan gelas. Ia menuang teh itu ke dalam gelas. Lalu teko dan gelas itu di taruh di meja di samping dipan, di bagian atas kepala Arjuna.

    ibu udah gosok gigi?

    Belum. Mandi juga belum.

    gitu baru istriku..

    Harun tersentak kaget. Arjuna memanggil ibu kandungnya sebagai isteri? Hebat juga.

    Dewi bersimpuh di atas tubuh Arjuna. Sebelumnya, kontol Arjuna di tarik dulu ke atas sehingga sejajar dengan perut Arjuna. Dewi lalu duduk lalu menindih Arjuna. Kedua dada mereka menempel. Dewi mengambil gelas teh itu lalu meminumnya namun tidak ditelan. Dewi kumur-kumur cukup lama. Sambil memegang gelas, Dewi mengarahkan mulutnya ke mulut Arjuna.

    Arjuna membuka mulutnya. Perlahan Dewi memuntahkan teh itu kedalam mulut Arjuna hingga habis sementara Arjuna meminumnya dengan antusias. Proses itu terus diulang hingga akhirnya gelas itu habis. Selalu Dewi berkumur air teh sebelum menyuapinya ke anaknya.

    lagi, anakku?

    lagi, ibuku yang melahirkanku.

    Maka Dewi kembali menyuapi air teh dari mulutnya ke dalam mulut anaknya berkali-kali. Tehnya tampak panas karena ada uap yang keluar walau tidak tebal, menjadikan kedua insan itu kini bertambah gerah dan keringat mengucur begitu deras di kedua tubuh mereka yang telanjang.

    Kedua tangan Arjuna sepanjang proses minum ini mengelus punggung dan pantat ibunya dari atas ke bawah ke atas ke bawah lagi dan seterusnya. Akhirnya teh itu habis. Namun kini Dewi yang berusaha mengeluarkan ludah dari tenggorokannya dan akhirnya mulai mengalirkan ludahnya ke dalam mulut anaknya.

    Arjuna meminum ludah ibunya lalu mereka mulai berciuman lagi, kali ini ganas sekali. bibir mereka berpagutan liar, kepala mereka bergoyang ke kanan ke kiri berusaha mencapai tiap jengkal bibir lawan mereka.

    Lidah mereka saling menjilati dan memasuki rongga mulut satu sama lain. Ludah mereka kadang beruntai menyatu bagaikan kalung liur yang menyatukan lidah mereka. Mereka saling meludahi lidah dan menelan liur lawan mainnya. Bibir mereka sudah basah oleh cairan ludah masing-masing.

    Dewi tiba-tiba mengangkat tubuhnya sehingga duduk, mengarahkan kontol anaknya ke liang senggamanya sehingga kepala kontol Arjuna tepat di depan lubang kehormatannya, lalu secepat kilat menduduki kontol itu sehingga kontol besar Arjuna ambles ke dalam liang senggamanya.

    Mereka berciuman lagi, namun kali ini kedua pantat mereka bergoyang-goyang mengikuti irama persetubuhan terlarang. Harun melihat persetubuhan ini menjadi gelap mata dan mengocoki kontolnya dengan liar. Tubuh seksi ibu Arjuna yang putih, sekal dan basah oleh keringat itu sungguh idaman lelaki normal.

    Dewi menyodorkan buah dadanya kepada anaknya. Arjuna secara lahap mengenyoti payudara kanan ibunya sementara tangan kirinya asyik meremasi payudara yang sebelah kiri.

    Dewi mulai berteriak-teriak karena nikmat persetubuhan. Suaranya begitu syahdu, bagaikan teriakan bintang bokep membuat Harun bertambah nafsu menyaksikannya. sumber Ngocoks.com

    Kedua pantat ibu dan anak itu semakin cepat saling menumbuk dan menarik, hanyut dalam sensasi nikmat bersenggama. Mereka berdua terbuai nikmatnya rasa dua kelamin berlainan jenis yang bersatu dan bergesekkan.

    Perasaan nikmat itu terus menerus bertambah seiring semakin cepatnya kontol Arjuna menggosoki liang senggama milik ibunya, yang menyebabkan Harun juga menyesuaikan kecepatan kocokan kontolnya, seakan-akan Harunlah yang sedang bersetubuh dengan Dewi.

    Bau kelamin Dewi yang basah begitu kuatnya, apalagi Dewi belum mandi. Harun begitu mabuk akan bau ini sehingga ingin sekali ia nimbrung kegiatan tabu ibu dan anak itu, namun Harun merasa cukup hanya dengan meloco sambil mengintipi persenggamaan Harun dan ibunya.

    Sehingga ia berusaha menekan keinginannya itu dan melampiaskan pada kocokannya di kontolnya sendiri. Sementara itu, kedua selangkangan ibu dan anak itu sekarang berbenturan keras sekali sehingga bunyinya sangat jelas terdengar, kedua pantat ibu dan anak itu bergerak pada kecepatan penuh dan seirama.

    Sungguh indahnya persenggamaan ini sehingga membuat Harun sangat iri. Harun melihat kedua tubuh insan sedarah itu yang kini sudah penuh keringat, tampak mengkilat terkena cahaya matahari dan kedua tubuh itu bergerak seirama bagaikan dua penari yang sudah melatih tarian mereka berkali-kali dan sudah hafal dengan gerakan-gerakan yang harus dilakukan.

    Tiba-tiba saja Dewi melenguh dan melengkungkan punggungnya sambil berteriak, Arjuna pun berteriak tanda sudah mengalami orgasme. Keduanya tampak menekankan selangkangan mereka satu sama lain serentak dan penuh dengan tenaga.

    Akhirnya keduanya terkulai di dipan itu menyebabkan Harun akhirnya ejakulasi dan menyemproti batu di samping pohon besar itu dengan spermanya.

    Bersambung…

    Itil Service
    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
  • Perampokan Tragis

    Perampokan Tragis

    News Online Itil

    Cerita Sex Perampokan Tragis – Perkenalkan namaku Ryan Hardjadinata Koehler, usiaku 21 tahun. Aku sendiri adalah anak pertama dari 3 bersaudara. adik pertamaku cowok bernama Sergi sekarang dia kuliah di perguruan tinggi di Jakarta semester 3 usia 19 tahun berwajah tampan warisan dari papaku.

    Sedangkan adik keduaku cewek bernama Natasha masih duduk di bangku SMA kelas 3 usia 17 tahun mirip dengan mamaku terutama dari segi kecantikan.

    Papaku sendiri bernama Rudi Hardjadinata Koehler keturunan Jerman-Sunda berusia 44 tahun tinggi 175 cm masih tampan dan segar, sedangkan mamaku bernama Ratna Juwita Assegaf keturunan Arab-Jawa berusia 43 tahun dengan kulit putih, tinggi 170 cm dan payudara yang aduhai khas keturunan Arab yaitu 38D.

    Perpaduan darah Jerman-Arab-Sunda-Jawa rupanya berperngaruh pada fisikku. Tinggi tubuhku saat ini 180cm, berat 75kg, ukuran penis 21 cm ditambah dengan kulit putih, hidung mancung dan mata kebiruan membuatku jadi rebutan para wanita.

    Cerita Sex Perampokan Tragis
    Cerita Sex Perampokan Tragis

    Ngocoks Namun karena saat aku sedang menyelesaikan skripsiku, aku memutuskan untuk tidak pacaran dulu. Oh ya saat ini berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Bandung.

    Perkenalkan namaku Ratna Juwita Assegaf seorang wanita ibu rumah tangga peranakan Arab-Jawa berusia 43 tahun. Aku adalah ibu dari 3 orang anak yang tampan dan cantik yaitu Ryan 21 tahun, Sergi 19 tahun, dan Natasha 17 tahun.

    Suamiku bernama Rudi berusia 44 tahun yang kunikahi 22 tahun yang lalu adalah seorang insinyur yang sering mendapatkan kontrak proyek di luar kota ataupun luar negeri yang membuatnya sering berada di luar rumah.

    Sebenarnya selama ini hubunganku dengan suamiku cukup harmonis dan setiap kali berhubungan intim aku selalu mendapat kepuasan yang cukup.

    Namun dikarenakan dia sering berada di luar kota atau luar negeri, frekuensi hubungan intimku dengannya menjadi tidak terlalu sering, terkadang kalo tidak sedang banyak proyek kami bisa melakukannya seminggu dua kali layaknya pasangan normal, namun ketika dia sedang sibuk bisa hanya sebulan sekali atau dua bulan sekali kami berhubungan intim.

    Sebulan yang lalu tepat pada ulang tahun pernikahan kami yang ke 22 tahun, suamiku memberikanku hadiah sepasang anting emas cantik yang membuatku senang sekali karena ternyata suamiku masih ingat dengan ulang tahun pernikahan kami.

    Aku pun memakai anting emas itu dengan bangga karena sebagai wanita pada umumnya aku memang senang dengan perhiasan seperti kalung, cincin, gelang, anting yang sebagiannya aku simpan di rumah dalam bentuk kotak perhiasan biasa dan sisanya aku simpan di bank dalam bentuk Safe Deposit Box.

    hadiah dari suamiku Rudi

    Pada saat hari ulang tahun pernikahan itu aku menyampaikan niatku pada suami untuk melepas KB Spiral yang aku pakai selama ini.

    Aku beralasan karena di usia 43 tahun ini sudah semakin kecil kemungkinan untuk hamil lagi, lagipula frekuensi hubungan intimku dengan suamiku tidak terlalu sering jadi menurutku aman jika untuk melepas KB Spiral di usia dan keadaan yang sekarang.

    Suamiku pun langsung menyetujuinya saat itu, toh dia berpendapat di usia sebegini sangat kecil kemungkinan bagi kami untuk memiliki momongan lagi. beberapa hari kemudian aku pun pergi ke dokter kandungan untuk melepas KB Spiralku dan semuanya berjalan lancar tanpa masalah.

    Aku pun tidak sadar bahwa keputusan melepas KB Spiral itulah yang pada akhirnya akan berakibat fatal pada diriku di kemudian hari.

    Seperti biasa liburan kuliah kali ini kuhabiskan dengan jalan-jalan hangout bersama teman-teman SMA. Hari Sabtu menjelang sore yang cukup gerah ini aku pun memutuskan pulang ke rumah untuk beristirahat karena kecapaian.

    Ketika aku turun dari grab car di depan gerbang rumah berpagar tembok. Pintu pagar berderit ketika kubuka, hmm, agak aneh, biasanya aku harus teriak-teriak atau memencet bel minta dibukakan.

    Memasuki halaman sempat tertegun melihat dua sepeda motor parkir di halaman, aku tak mengenalinya karena aku tahu persis jenis sepeda motor apa yang dimiliki teman-teman semasa SMA yang biasanya ngumpul kalau aku pulang.

    Dan rasa heranku belum habis ketika memasuki rumah dengan amat terkejut kudapati mama tengah duduk terikat di kursi dengan mulut dibekap sehelai kain. Kedua kakinya terikat di masing-masing kaki kursi dan tangannya terlipat di belakang.

    Mama?! teriakanku belum habis ketika mendadak sebatang logam dingin menempel di leherku dan tanganku dipiting seseorang, jangan bergerak atau gue gorok, ujar seseorang dengan suara parau.

    Sadarlah aku kalau ini adalah perampokan dan yang menempel di leherku saat ini adalah sebuah belati, kulirik dan kudapati dua orang menggunakan zebo untuk menutup wajah.

    Mamaku saat itu hanya mampu membelalak dan mengeluarkan air mata sambil mengeluarkan suara tersendat. Dan segera tanganku diikat salah satu perampok dengan seutas tali dan menyuruhku berlutut.

    Seorang lagi mendekati mama dan membuka selubung yang menutupi mulutnya, katakan dimana ibu menyimpan perhiasan dan uang atau kita gebukin anak ibu, ujarnya seraya menjambak rambut mama, ingin kuterjang dia namun posisiku tidak menguntungkan dengan posisi tangan terikat dan dibawah ancaman senjata tajam.

    Tak lama si perampok pergi ke lantai atas dan turun dengan ngomel-ngomel, masa cuma segini, ujarnya kepada mama sambil membanting kotak perhiasan kecil di hadapannya. Kami gak pernah nyimpan uang cash di rumah kecuali sekedarnya, perhiasan juga saya simpan di bank, ujar mama terbata-bata dengan wajah kian memucat.

    Itil V3

    wah, kayaknya harus kita kasih pelajaran nih Har, ujar si perampok yang kecewa dengan perolehannya. Ia mendekati mama, menghunus pisaunya… jangan, tolong jangan lukai kami, mama memohon setengah menangis.

    Aku pun sangat geram namun tak bisa berbuat banyak. Tapi yang terjadi di luar dugaan, si perampok menyelipkan pisaunya di lengan kaus mama hingga batas kerah dan preekk-prekk, kaus T shirt mama tersingkap hingga menampakan bahunya yang putih bersih dan tali BH nya.

    Lalu bak tukang kuliti hewan, ia robek bagian depan kaus mama, kembali suara sobekan kain terdengar dan dengan kasar dia renggut kaus itu dari bagian punggung sehingga nampaklah payudara mama yang masih tertutup BH, mama hanya bisa memohon dengan suara lirih campur isak tangis.

    Kurang ajar kalian!!, teriakku sambil berusaha berdiri.. eit-eit… sabar anak mama, permainan belum selesai, ujar si Har, perampok yang sedari tadi memegangku. Mama memberi isyarat dengan gelengan kepala agar aku menyerah.

    Aku kembali terduduk dengan wajah tertunduk lesu dan marah, namun melihat mama setengah telanjang membuat sekilas pikiran nakal melintas, dalam hati aku memuji betapa mama masih sangat sexy dan memang masih cantik serta layak menjadi obyek khayalan banyak lelaki tak terkecuali rekan-rekanku pun kerap berkomentar nakal soal mama.

    Si perampok dengan kasar segera meremas-remas payudara mama yang cukup besar itu, mengeluarkan dari mangkuk BH nya dan membetot-betot ringan putingnya yang kecoklatan itu, mama hanya bisa meringis dan terisak. sumber Ngocoks.com

    Lalu kembali ia sisipkan pisau di tali BH mama hingga terputus dan terlepas & terhempas ringan di pangkuan mama. Kembali ia remas-remas payudara mama dan mempermainkan putingnya. Cukup lama ia mempermainkan payudara mama di hadapanku dan rekannya sambil tertawa-tawa dan memberi komentar nakal soal mama.

    Membuatku kian marah namun… juga perlahan benda di selangkanganku bergerak-gerak hingga mendesak celanaku. Mama melakukan perlawanan dengan menegangkan otot lehernya dan menutup rapat-rapat bibirnya, Har… hajar, ancamnya,

    Si Har tiba-tiba memukul perutku membuatku terbatuk-batuk, mengetahui mereka mulai menyakiti anaknya, perlahan mama menyerah dan dengan wajah jijik membuka bibirnya dan dengan paksa si perampok mendesakan batang kontolnya ke mulut mama membuatnya terbatuk-batuk dan kian deras mengeluarkan airmata.

    ooh… terus bu, hisap terus.. ahhh, erangnya sambil menjambak rambut mama dan satu tangan lain meremas-remas kasar payudara mama sambil sesekali memelintir putingnya. sumber Ngocoks.com

    Mama tak punya pilihan lain selain menuruti kemauan bejat si perampok, mengulum dan menjilat batang kemaluan dan biji pelir si perampok sampai akhirnya si perampok menarik kepala mama, menahannya hingga mama nyaris tak bisa bernafas dan menghujamkan kontolnya dalam-dalam sambil mengerang…

    ahhh… ahhh… hisap sampai habis bu… ahhhss, teriaknya dengan tubuh mengejang. Sadarlah aku kalau ia tengah ejakulasi di dalam mulut mama yang matanya hanya menampakan putihnya saja, dan mama mau tak mau harus menampungnya dengan paksa.

    Sekian menit berlalu ketika si perampok melepaskan kepala mama, mama dengan berlinang air mata dan wajah memerah terbatuk-batuk dan memuntahkan cairan putih kental ke lantai.

    Bersambung…

    Itil Service
    1 2 3 4
  • Akhir Pekan

    Akhir Pekan

    News Online Itil

    Cerita Sex Akhir Pekan – Cerita dewasa sedarah keluarga ini begitu heboh. Sex gangbang terjadi antara ayah dengan ketiga anak gadisnya. Ketiga anak kandung tersebut secara bergantian memuaskan nafsu birahi ayahnya, sementara mereka sendiri juga penyuka sesama jenis alias gadis lesbian. Silakan baca cerita dewasa selengkapnya berikut ini…

    Aku dan istriku tak pernah memiliki apa yang anda biasa sebut dengan kehidupan seks yang menarik. Saat kami melakukan seks, biasanya hanya dalam posisi yang wajar saja.

    Irama kehidupan seks kami yang boleh kukatakan membosankan itulah, aku mulai berfantasi tentang ‘hal dan orang lain’. Untuk bahan fantasiku, aku membiasakan menonton film porno di malam hari setelah semua orang di rumah tidur.

    Yang mengejutkanku, kebanyakan film porno itu selalu melibatkan seorang gadis muda. Dalam usia kepala tiga, aku tak pernah memikirkan wanita yang lebih muda sampai aku menyaksikan film-film itu. Aku sadar kalau ternyata gadis-gadis muda sangatlah panas.

    Cerita Sex Akhir PekanCerita Sex Akhir Pekan

    Ngocoks Hal lain yang menarik perhatianku adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat populer. Aku mulai tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.

    Melihat film-film itu untuk berfantasi mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihat cara mereka berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka.

    Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun pagi untuk melihat putingnya yang mengeras di balik pakaian tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang sempurna.

    Yang tertua adalah Irma. Dia mempunyai puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya.

    Irma juga mempunya pantat yang kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis berusia separuh umurnya.

    Yang paling muda Tia. Tia mungkin yang paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya duduk dan tak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh.

    Dan di samping itu dia tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada di antara cowok daripada cewek. Eva yang di tengah, di antara anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus.

    Bagiku, dia mempunyai tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang hingga melewati bahunya, dan matanya selalu nampak mempesona.

    Masalahnya dia yang paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal itu. Di antara anak-anakku, Eva lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Eva lah yang ada dalam benakku!

    Kisah ini bermula dengan Irma dan temannya Cindy. Cindy setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab. Cindy selalu menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Cindy sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.

    Suatu malam saat Cindy menginap, aku mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar suara berisik dari kamar Irma.

    Kupikir mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.

    Aku mendekat ke pintu kamar Irma dan lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan kenikmatan.

    Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Cindy dan Irma berbaring di lantai dengan Tia diantara mereka. Kepala Cindy berada diantara paha Irma dan kepala Tia ada di sela paha Irma..

    Setelah mataku dapat menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak naik turun dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang kubayangkan.

    Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Cindy menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Irma. Mata Irma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Cindy.

    Aku terus memperhatikan mereka hingga paha Irma mencengkeram kepala Cindy dan terlihat sepertinya dia akan ‘memecahkan’ putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada wajah Cindy.

    Kelihatannya Cindy juga telah orgasme dalam waktu yang sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Irma dengan cairan vagina yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya.

    Aku terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat kutengok, kulihat Eva sedang berdiri di depanku. Eva memandangku dengan mata indahnya dan bertanya..

    “Apa Papa menikmatinya?” lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.

    “Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya.”

    Itil V3

    “Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?” tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan pelan.

    Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..

    “Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa.” Aku dengar suara Irma saat aku mulai menjauhi mereka.

    “Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!”

    Sedihnya, aku tahu apa yang telah kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya satu, tapi empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi nyata.

    Aku pergi ke kamarku dan berbaring disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..

    “Bagaimana denganku?” kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.

    Dia bergerak naik di atasku dan segera memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.

    Melihat isteriku yang berusaha meraih orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Irma. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin menghentikan aku.

    Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.

    Isteriku mulai melemah. Aku belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

    Aku mulai merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya.

    Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.

    “Tadi sungguh hebat” kata isteriku.

    “Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi.”

    Saat aku bangun keesokan harinya, isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja mendapatkan orgasmeku saat kudengar..

    “Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?”

    Kubuka mataku segera dan terkejut saat melihat Irma dan Cindy berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat kucegah seiring dengan bayangan wajah Cindy yang belepotan dengan cairannya Irma yang melintas di benakku.

    “Ups, terlambat!” kata Irma saat mereka meninggalkan kamar.

    Aku langsung bangkit dan segera mandi. Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.

    “Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang.”

    Isteriku berjongkok di depanku dan memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar.

    Penisku makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke tenggorokannya. Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin ditekankan ke rambut kemaluanku. sumber Ngocoks.com

    Lalu kurasakan dia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang disembunyikan dariku.

    Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan dikeluarkannya lagi.

    “Kamu menyukainya sayang?” tanyanya.

    Sebelum aku dapat menjawabnya dia melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..

    “Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu.” katanya.

    Isteriku berdiri dan berputar. Dia membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.

    “Siapa suruh mengalihkan senjatamu?” tanyanya.

    “Kembalikan ke tempat semula!”

    Dia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk begitu saja, hanya kepalanya saja.

    Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan ke belakang dan memperhatikan aku memasukkan batang penisku seluruhnya. Aku tak dapat menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya dan mendorong lebih keras lagi untuk memastikan aku telah memasukinya seutuhnya.

    Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat merasakan setiap mili senjataku didalamnya, aku terpukau akan pemandangan penisku yang terkubur dalam lubang anusnya. Lalu perlahan aku bergerak mundur.

    Saat hampir seluruhnya keluar kemudian kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-benar keluarkan penisku dan menggodanya, mengoleskan kepalanya saja pada lubang anusnya.

    Lalu benar-benar kusingkirkan menjauh dan melesakkan batang penisku kembali kedalam lubang anusnya. Aku bergerak maju mundur dengan cepat. Pelan, cepat, pelan dan keras.

    Bersambung…

    Itil Service 1 2

  • Balas Dendam

    Balas Dendam

    News Online Itil

    Cerita Sex Balas Dendam – Aku dimarahi. Dibentak, bahkan aku ditampar, ketika aku ketahuan diperkosa oleh Pakde ku. Aku tidak bisa menjaga diri. Aku tak mampu menolak. Aku selalu tidak senonoh berpakaian.

    Sejuta kesalahanku yang benar-benar membuatku menangis sedih. Aku dipaksa diam, tak boleh menceritakan aib keluar. Aku yang diperkosa oleh Pakde ku, malah aku yang dimarahi.

    Semua memarahiku. Ayahku, ibuku, kakekku, nenekku dan mungkin, kalau seduni atau, semua manusia di dunia ini akan membarahiku. Biadab!!! Makiku sendiri dalam hati. Di kamar, aku hanya bisa menangis. Selain menahankan sakit di memekku, aku juga harus menahan sakit di hatiku. Bajingan !!!

    Saat itu mulai datang rasa dendam di hatiku. Aku suka uring-uringan. Dalam usiaku 14 tahun, aku sudah mengerti dendam. Ya.. dendam, itu saja. Lama kelamaan, peristiwa itu diam begitu saja. Pakdeku tak berani datang lagi ke rumah.

    Cerita Sex Balas DendamCerita Sex Balas Dendam

    Ngocoks Aku kembali ikut ayah dan ibuku ke ladang, ke sawah, ke kebun karet dan kemana saja aku disuruh, aku tetap mau dan tidak membantah. Dalam hatiku, tunggu, aku akan balas dendam. Akan kulampiaskan dendamku pada semuanya.

    Dua bulan kejadian itu semakin menjadi biasa, seperti tidak ada laki yang mengungkitnya. Aku hanya diawasi dari jauh. Dan aku juga memang tidak mau dekat dengan laki-laki mana pun, seperti apa yang ayah dan ibu takutkan, aku tak boleh dekat dengan laki-laki manapun kecuali abangku dan adikku.

    Aku boleh dekat hanya dengan Peklek ku yang berusia 20 tahun dan kakinya kecil sebelah dan dia sejak kecil ikut dengan ayah dan ibuku. Aku memiliki empat orang abang dan satu kakak serta satu adik laki-laki persis di bawahku dan satu adik perempuan paling bungsu.

    Perlu sobat Ngocokers ketahui bahwa Abangku yang paling tua itu  bernama Mansur. Usianya 25 tahun belum menikah. Dia selalu mendapat tugas menjaga delapan ekor kerbau dan harus dimandikan setiap sore sebelum dikandangkan.

    Di daerah kami, kamu hampir semua masyarakatnya hanya memakan kerbau, karena sejak zaman dulu sapi tidak menjadi makanan kami. Aku mulai diperintahkan ikut Mansur ngangon dan ikut memandikan kerbau. Kami berbasah ria di sungai kecil.

    Aku selalu melihat abangku Mansur melirik selangkanganku, karena rokku yang tipis dan tua basah kutup. Celana dalamku membayang. Mampu kau, bisik hatiku. Aku akan menggodamu, batinku pula.

    Sambil menyirami kerbau, abangku bertanya, apakah waktu diperkosa itu sakit atau enak. Aku bilang sangat enak dan nikmat. Pakde juga sangat nikmat. Aku tahu, abangku ini belum pernah bersetubuh denga siapapun juga.

    Dengan hati-hati dia memohon, dan sangat rahasia, kalau memang enak dan nikmat, bagaimana kalau kita lakukan secara diam-diam. Dan kita menjaga rahasia ini dengan baik,” bisiknya saat aku menggosok punggung kerbau.

    Dia juga menyenggol tetekku. Dalam hatiku, perangkapku sudah mengena. Padahal ketika itu (kutulis cerita ini, setelah enam tahun kemudian) usiaku baru 14 tahun. Aku tersenyum genit dan mengangguk.

    Abangku menambatkan kerbau ke tepian sungai dan aku memintanya untuk ke semak pohon gelegah (seperti tebu) di tepi sungai yang rimbun. Begitu abangku datang, aku langsung mengelus-elus kontolnya. Kuminta dia duduk di batu pinggir sungai setelah membuka celananya.

    Memekku yang juga sudah berlendir, merasakan ingin juga dimasuki. Aku kangkangi Bang Mansur dan kutuntun kontolnya memasuki memekku. Aku mengoyangnya dengan cepat sembari melihat situasi di siang bolong itu.

    Kulepas tetekku dan kuminta dia isap-isap. Baru beberapa kali aku menggoyangnya, dia sudah orgasme. Padahal aku baru saja mulai menikmatinya. Langsung dia kumaki.

    “Masih muda, tapi Pakde jauh lebih hebat,” kataku mengecilkan dirinya. Dia kuyu dan meminta maaf. Aku kembali bermain dengan kerbauku. Dua puluh menit kemudian kupangil lagi Bang Mansur ke gelegah dan aku elus-elus kontolnya. Kuminta dia mengisapi tetekku dan mengelus-elusnya.

    Setelah aku mau merasakan orgasme, kuminta dia kembali duduk di atas batu dan aku kembali mengangkanginya, langsung kumasukkan kontolnya ke memekku dan aku mengoyangnya dengan penuh konsentrasi sampai aku pun orgasme.

    Tak lama, Bang Mansur pun orgasme pula. Tapi dia belum tahu, kalau aku sudah orgasme lebih dulu. Kembali dia kumaki. “Kok cepat amat sih?” kataku setengah membentak pura pura kesal. Kembali dia meminta maaf.

    Penggembala lainnya sudah pada menyeret kerbaunya pulang ke kandang. Kami masih menyirami kerbau kami agar bersih, agar tak dimarahi ayah. Satu persatu kerbau kami tuntun ke atas dan mengikatnya. Tinggal satu lagi. Suara azan sudah terdengar, keadan sudah lengang.

    Kembali kuelus-elus kontol Bang Mansur dan dia tegang kembali. Aku menunggingkan tubuhku dan kuminta dia mencucuknya dari belakang. Aku merasakan nikmat luar biasa sampai aku cepat orgasme, tapi aku sembunyikan orgasmeku.

    Akhirnya Bang Mansur juga orgasme. Sejak saat itu, Bang Mansur kujadikan budak. Apa saja yang kusuruh dia mau melakukannya. Hinga aku hanya formalitas saja ikut menggembala.

    Sebenarnya Bang Mansur sendirian yang bekerja, mulai dari menjaga, menyabit rumput, memandikan kerbau. Setelah semua selesai, aku memberinya hadiah ngentot sekali.

    Lama-lama Bang Mansur sudah mampu menahan emosinya, hingga permainan kami sudah sama-sama menimati. Kami selalu melihat situasi dan kami selalu melakukan persetubuhan jika ada kesempatan dan luang.

    Saat ke delapan kerbau kami merumput, kami duduk di bawah pohon rindang. Abangku tiduran berbantalkan batu. Ada semak setinggi dengkul mengelilingi, hingga jika tidur tidak akan kelihatan. Aku membuka celana dalamku dan menyelipkannya di pepohonan.

    Itil V3

    Langsung kukangkangi Bang Mansur. Kurapatkan memekku ke mulutnya. Aku minta dia menjilatinya. Mulanya aBang Mansur tak setuju. Kuhadir dan kubentak dia.

    “Mau enggak?” ancamku. Akhirnya dia melakukan juga. Aku menikmatinya, ketika Pakde menjilati memekku. Semua yang dilakukan Pakde aku praktekkan pada Bang Mansur. Aku merasa nikmat sekali. Kuelus kontol bang Mansur, ternyata sudah tegang.

    Begitu aku orgasme, kuberikan dia hadiah. Kulepas celananya dan kumasukkan kontolnya ke memekku. Aku cepat memutar pantatku dan menarik cucuk kontolnyadi dalam memekku sampai akhirnya dia muncrat.

    Aku cepat ke tepi kali dan mencuci memekku dan kencing. Bang Mansur menyusulku, setelah aku siap cebok. Dia juga mencuci kontolnya dan kencing. Aku tersenyum dan Bang Mansur juga tersenyum.

    Kini aku yang tiduran sampai pulas, sementara bang Mansur menyabit rumput yang nanti dinaikkan ke punggung kerbau untuk dibawa pulang ke kandang. Bila telah petang Bang Mansut memandikan delapan ekor kebau plus tiga di antaranya sedang bunting di sungai, sementaraaku hanya duduk di tepi sungai mengawasinya.

    Aku sealu mengatakan letih dan capek, setelah bersetubuh. Aku tak mau capek. Kalau aku capek, besok atau lusa aku tak bisa bersetubuh lagi. Bang Mansur pun rela mengerjakan semuanya sendirian.

    Padi sudah bunting. Abangku harus bekerja di kebun karet bersama bapakku, sedang ibuku tetap berjualan di pasar. Untuk mengawasiku, diperintahkan adikku bernama Tono berusia setahun di bawahku, yakni 13 tahun.

    Jika aku berhasil menggodanya, tingga tiga abangku yang harus kugoda. Agar mereka semua bisa kuperbudak untuk melepaskan dendamku.

    Kebun karet kami hanya berkisar 500 meter dari kampung. Hanya saja kebun karet itu letaknya di selatan, sedang sawah kami letaknya di Timut. Sedangkan ladang tanah darat, letaknya di Utara. Dari kampung semua tempat berkisar 500 meter sampai 600 meter.

    Hanya pasar tempat ibuku berjualan letaknya hampir 1 kilo meter. Kami hanya ditugasi mengangon dua ekor kerbau sembari ami harus mengusir burung dari dangau bersama adikku Tono. Dia sudah bersunat. Dan tingginya melebihi tingi tubuhku.

    Sebagai adikku yang bungsu dan aku satu-satunya perempuan, dia memang sngat dimanja oleh semuanya, terlebih olehku. Tapi dia suka nakal. Terkadang aku yag mengerjakan pekerjaannya, sementara dia pergi bermain bola dengan teman-temannya.

    Tapi kali ini, dia harus aku berikan pelajaran. Pokoknya semua isi keluarga harus mampu kuperdaya. Terlalu sakit bagiku yang diperkosa, justru aku yang dipersalahkan dan tidak boleh melaporkan kepada siapapun, karena harus menjaga aib keluarga.

    Setelah menambatkan kerbau tak jauh dari sawah, agar kerbau tidak memakan padi yang sedang bunting bahkan ada sebagian yang sudah keluar dari perutnya, kami duduk mengawasinya dan mengawasi burung dari atas dangau.

    Aku selalu memepetnya dan mulai menempelkan tetekku pada tubuhnya. Aku sengaja duduk mengangkang dan memperlihatkan pahaku dan celana dalamku antara kelihatan dan tidak.

    Aku ajak dia bercerita semabri mengusir burung-burung. Mulai dari cerita sepak bola sampai kepada cerita Bik Warni yang pernah sekali kupergoki, ketika adikku mengintipnya mandi.

    “Waktu itu Bik Warni mandinga telanjang Ton?” tanya. Dia menceritakan kalau Bik Warni teteknya besar sekali. Memangh benar, mungkin di kempung kami tetek Bik Warni dan Tetek Supiyah yang terbesar.

    “Rambut itunya lebat, enggak,” tanya terkikikan seakan malu-malu. Tono mulai bercerita tentang Bik Warni. Kemudian dia juga dia bercerita, kalau Bik Warni bersetubuh dengan suaminya dan diintip.

    Kalau di mandi dan diintip oleh Tono dan dua orang teman-temannya, Bik Warni tersenyu saja. Dia tahu siapa yang mengintip, tapi membiarkannya saja. Aku mulai memancing dengan pertanyaan, menurutnya bagaimana tetekku.

    “Pasti lebih kecil.” katanya.
    “Kamu kalau dikasi kesempatan mau enggak mengisap tetek Bik Warni yang besar itu,” pancingku. Tono terkekeh sembari mengsir burung. Burung-burung yang diusir pun bertebangan.

    “Mana mungkin dia menyuruh kami megisap teteknya.” Tono menjawab sekenanya.
    “Kalau senadainya di suruh, mau enggak?” tanyaku. Lagi-lagi Tono terkekeh.
    Bercerita seperti itu, sesekali Tono memegang burungnya. Mungkin dia sudah terpengaruh. Aku mulai memancing lagi.

    “Kalau tetek ku, kalau aku suruh kamu mengisapnya, kamu mau enggak, Ton?” kataku. Dia melihatku,. Dadaku berdebar-debar menunggu jawabannya. Tono kemudian menunduk dan tidak menjawab.

    “Hayo dijawab dong, masak ditanya aja kamu enggak mau jawab. nanti aku tak mau lagi bermain dengan kamu,” kataku seolah merajuk. Tono tetap tak menjawab. KUtarik kaos ku ke atas dan aku memang tidak pakai BH. Kuperlihatkan tetekku pada Tono.

    “Ini Ton, ayo dong…” kataku. Tono hanya melihatnya saja dan tersenyum. Aku melirik celananya yang sudah mulai menyalah.. Kuraih tangannya dan kuarahkan ke tetekku agar dia mengelusnya. Uh… tangan itu menempel di tetekku.

    “Di eleus-elus,” kataku. Tono melakukannya dan aku menjadi birahi dibuatnya. Burung-burung sesekali kami usir. Tono juga tidak perhatian lagi kepada burung-burung. Kutarik tengkuknya dan mengarahkan bibirnya ke tetekku yag mungil dan kenyal.

    “Diisap, dik,” kataku. Tono mulai mengisapnya perlahan-lahan. Aku semakin merasakan nikmat. Aku menidurkan tubuhk dan meminta tono mengisapnya dari atas. Tono pun melakukannya.

    Aku juga meraba-raba burungnya. Kumasukkan tanganku ke dalam celananya dan mengelus burunga yang semakin mengeras. Smapai akhirnya aku memegang kuat kepalanya dan aku pun orgasme.

    Aku kembali mengsir burung. Tono mulai memindahkan kerbau dan mengarit rumput seadanya. Setelah mahgrib kami pulang ke rumah. Kami tersenyum-senyum saja. Besok paginya kami pergi lagi ke sawah mengsuir burung dan membawa dua ekor kerbau.

    Kami kembali melakukannya. Sampai pada hari ke empat, Tono yang melakukannya sendiri tanpa permintaanku. KUlayani saja permintaannya. Hari berikutnya, Tono bercerita bagaimana Bik Warni disetubuhi oleh suaminya.

    Aku hanya mendengar saja tak memberikan respons apa-apa. Hanya tanganku saja sebelah menerik-narik tali pengusir burung dan sebelah lagi mengelus-elus burungnya. Dua burung sekaligus. Satu burung-burung yang bisa terbang yag satunya lagi burung yang bisa mengeras.

    “Kita seperti Bik Warni, yuk…” katanya. Aku diam tak menjawab. Ketiga kali dia mengajak, aku merebahkan tuuhku di lantai dangau yang berdinding itu. AKu menutup mataku berpura-pura keletihan.

    Hanya beberapa detik menunggu, Tono mulai menyingkap rokku dan menurunkan celanaku. Aku diam saja. Kuintip dari sudut mataku, Tono melepaskan celananya. Saat itu perlahan kukangkangkan kedua kakiku. Tono mencelupkan burungnya ke memekku.

    Berkali-kali tak bisa masuk, karean dia tak tahu lubangnya. Kuangkat sedikit pantatku dan saat Tono persis burungnya di lubangku, kucangkat pantatku sampai kepala burungnya memasuki lubangku. Saat itu Tono langsung menekannya dan menindihku.

    “Kok.. kamu berbia\uat ini pada kakakmu, dik?” tanya ku pura-pura, tapi nadaku tidak marah. Seakan heran saja. Tono nampaknya sudah tak perdulu dan terus menekan burungnya memasuki memekku. Kudiamkan saja.

    Kemudian secara laruirah atau memang karean mengintip, Tono mulai mencucuk cabut burungnya dalam memekku. Tak lama dia melenguh dan menekan kuta tubuhku. Saat itu kulingkarkan kedua kakiku ke pingangnya agar dia tak mencabutnya.

    AKu merasakan semprotan spemanya dalam lubangku dan aku menjepit pinggangnya dengan kuat di pinggangnya, baru kulepas setelah aku juga melepas nikmatku.. Perlahan aku merasakan burungnya keluar dari lubangku. sumber Ngocoks.com

    Cepat Tono memakai celananya dan aku duduk termenung. Dia lari ke kerbau dan memindahkannya dan kemudian menyabit rumput. Pulangnya kami sama-sama diam. Aku tak mau menegurnya seakan marah.

    Besok paginya kami sama-sama diam ketika menyeret kerbau kami ke sawah dan menambatkannya di tempat lainpula. Dari atas dangau dia sendiri yang berteriak-teriak mengusir burung, sementaraaku hanya menarik-narik tali saja. Kupancing lagi dengan dengan memperlihatkan celan dalamku. AKu tau matanya terus menerus meliriknya.

    “Kayak kemarin lagi yuk…” suaranya perlahan. Aku diam saja. Aku hanya menolehnya sejenak saja.
    “Kayak kemarin dong,” katanya lagi. Aku diam. Smapai akhuirnya atu ditariknya untuk rebah. Kau sudah kena, pikirku. Aku diam.

    Tono menyingkap rokku dan melepas celana dalamku. Kemudia menusukku dan kami bersetubuh. AKhirnya kamu melakukannya secara teruatur tiap hari sekali. Tono mulai kuperintah. Mengatakan aku letih terus menerus disetubuhinya.

    Aku mau memandikan kerbau, tapi aku tak mau lagi disetubuhi, kataku. Atau kulaporkan pada ayah dan ibu, kalau kamu juga telah memperkosaku, ancamku. Kulihat wajahnya pucat. Akhirnya dia mnegerjakan semua pekerjaan. Aku hanya tinggal menarik-narik tali saja. Tono juga yang berteriak-teriak mengusir burung.

    Terkadang kami melakukannya dimana ada kesempatan. Tapi aku tetap berusaha tidak meminta. Jika aku ingin, aku sengaja memancingnya dan jika burungnya sudah mengeras dia pasti meminta bahkan memaksa. AKu pun pura-pura mau, padahal aku memang juga mau.

    Bersambung…

    Itil Service 1 2 3

  • Keluarga Gila

    Keluarga Gila

    Cerita Sex Keluarga Gila – Rina duduk di pematang sawah yang kering akibat kemarau berkepanjangan. Di depannya terlihat ibunya yang sedang kencing tanpa malu dan atau mencoba menutupi kegiatannya. Mau tak mau, Rina melihat urin yang keluar dari selangkangan mamanya. Teriknya matahari membakar wajah dan atau kulit Rina. Juga membuat tenggorokan Rina kering.

    Selain ibunya, Rina juga sering melihat tante dan bahkan kakaknya kencing di hadapannya. Detik berganti dengan menit dan menit pun silih berganti.

    Kini Rina telah memiliki anak bernama Erna. Seorang siswi menengah pertama yang sudah mulai mens sedari dasar. Detik berganti dengan menit dan menit pun silih berganti.

    Rina memilah isi keranjang pakaian kotor putrinya lantas mengeluarkan cd kotor putrinya. Rina hirup aromanya. Terlihat secuil bercak kekuningan yang lantas Rina jilat dan hisap meski tidak mengeluarkan tetesan.

    Cerita Sex Keluarga Gila
    Cerita Sex Keluarga Gila

    Ngocoks Setelah dirasa puas, Rina mengambil cd putrinya lantas ke kamarnya dan mengunci pintu. Setelah terkunci Rina langsung merebahkan diri di lantai tanpa pusing – pusing ke kasurnya. Rina kembali menikmati cd putrinya itu.

    “Kenapa bersih amat sih membersihkan memeknya?” batin Rina sambil menghirup aromanya.

    Saat tangan kiri memegang cd putrinya, tangan kanan Rina langsung menyusup ke dalam cdnya sendiri lantas mengelus – elus klentitnya sendiri. Elusan tangan di kelentitnya membuat Rina cepat keluar. Aneh, padahal saat bercinta dengan suaminya, Rina tak pernah keluar secepat ini.

    Meski telah keluar, namun Rina merasa belum puas seutuhnya. Dengan enggan, Rina kembalikan cd putrinya ke keranjang sebelumnya. Saat di kamar putrinya, Rina melihat wadah tissue yang kosong. Rina lantas ke warung dengan maksud membeli tissue.

    Baru saja melangkah dengan pasti keluar pintu rumah, Rina dikejutkan oleh seorang kakek yang memegang tongkat di tangan kiri sedang tangan kanan dalam posisi meminta.

    Rina tidak merasa iba, namun tangannya tetap memberi recehan.

    “Terimakasih bu, semoga rezekinya semakin banyak dan segala maksud dan tujuan tercapai.”

    “Iya, sama – sama kek.”

    Di perjalanan, tiba – tiba Rina merasa mendapat wangsit yang mengatakan agar Rina membeli Tisu yang banyak.

    “Wah, jangan – jangan ini efek sedekah kali?” batin Rina.

    DI rumah, tisu yang banyak itu Rina ambil satu bungkus lantas ditaruh di kamar putrinya. Sisanya Rina ambil dan diremas hingga membentuk bola. Bola – bola tisu itu lantas disumpal ke jalur pembuangan di kamar mandi.

    +-+

    Setelah selesai menyumpal, Rina sabar menanti kepulangan putrinya.

    “Assalamualaikum.”

    “Waalaikumsalam. Ayo makan dulu, udah mama siapin perkedel buat kamu.”

    “Asik. Wah, ini ada kelapa muda siapa nih mah?”

    “Siapa yah? Siapa lagi kalau bukan buat kamu.”

    Erna makan dengan lahap, tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Dulu Rina suka menyuruhnya untuk langsung ganti pakaian, namun Erna jarang menurut. Akhirnya Rina biarkan saja.

    “Gimana sekolahnya sayang?”

    “Gak gimana – gimana mah. Ini beli di mana sih mah, air kelapanya banyak bener. Dagingnya malah sedikit.”

    “Tadi ada yang lewat. Tumben kamu sudah pulang jam segini.”

    “Yah mama, pulang jam segini dibilang tumben. Giliran telat setengah jam aja dimarahi.”

    “Namanya juga orangtua. Wajar kalau cemas. Apalagi zaman sekarang.”

    “Emang kenapa kalau zaman sekarang mah?”

    “Mama takut kamu dibawa temen terus diapa – apain.”

    “Diapa – apain bagaimana?”

    “Mama takut kamu diculik sayang.”

    “Mama mah gitu aja ngomongnya. Bukannya ngomong yang baik – baik. Ya udah, biar gak ada yang nyulik, ntar – ntar pulangnya minta dianterin temen deh.”

    “Temen siapa? Pacar? Kamu belum boleh pacaran, masih kecil.”

    “Emang kenapa mah? Temen aja udah banyak yang pacaran.”

    “Pokoknya gak boleh.”

    “Ya udah, Erna mau kerjakan pr dulu di rumah temen.”

    “Temen siapa?”

    “Sukma mah.”

    “Ganti dulu pakaiannya.”

    “Iya dong mah.”

    @@@

    “Mah, kayaknya kamar mandinya mampet tuh.”

    “OH gitu? Ya udah ntar nunggu papa dibetulin deh.”

    “Oh, yang udah Erna pamit dulu ya. Assalamualaikum.”

    “Waalaikum salam.”

    Begitu putrinya keluar, Rina langsung melepas busana hingga tiada sehelai benang pun menempel di tubuhnya. Rina lantas beranjak ke kamar mandi. Di kamar mandi terdapat genangan air agak kekuningan campuran urin anaknya dengan air.

    “Untung gak kencing di kloset,” batin Rina.

    Rina lantas berlutut dan kedua tangannya menyentuh lantai. Mulutnya mulai minum mencicipi. “Ohhhh…” lenguh Rina. Lantas kembali minum. Tangan kanan Rina mulai mengelus klentitnya. Elusan dan tegukan membuat Rina keluar dan kembali melenguh. “Ohhh…”

    Tubuh Rina mengejang hingga membuatnya tak tahan berlutut. Rina berbaring di lantai dan langsung terpaku saat melihat wajah putrinya yang terlihat jijik.

    Saat mata Rina mulai berkedip, putrinya melangkah pergi. Dapat Rina dengar suara pintu depan yang ditutup dengan keras.

    * * *

    “Erna mana mah?”

    “Lagi kerja kelompok pah di rumah sukma.”

    “Sampai jam segini?”

    “Iya. Katanya juga mau sekalian nginep.”

    “Tumben mama izinin.”

    “Iya pah, mama juga mesti belajar memberinya tanggung jawab. Lagian dia juga udah mulai gede.”

    “Wah, ada apa nih tumben – tumbenan.”

    Setelah meluangkan waktu di tempat pemakaman umum setempat, Erna mulai memikirkan langkah yang akan diambil. Memang, saat butuh ketenangan, Erna lebih memilih menyepi di tempat pemakaman umum.

    Sekitar jam sembilan malam, Erna datang tanpa dendam, dia terima keadaannya.

    “Lho, katanya mau nginep di rumah temen, kok gak jadi?”

    Erna diam menyadari pertanyaan mama. Setelah menebak arah pembicaraan, maka Erna pun buka mulut, “Iya, gak jadi mah, males ah.”

    “Betul itu, apalagi ayah tidak setuju kamu bermalam di rumah teman.”

    “Iya yah. Erna tidur dulu.”

    ***

    Rina mendesah gelisah saat sedang digauli oleh suaminya. Bahkan hingga suaminya tidur, pikiran Rina masih melayang menyadari ketenangan anaknya.

    ***

    Sekitar dua minggu Rina menderita akibat anaknya tidak berbicara dengan dia. Namun, Rina tak berani berbicara lebih dahulu. sumber Ngocoks.com

    “Cukup satu kata, kenapa?”

    Rina paham akan maksud dan tujuan dari pertanyaan putrinya itu. “Kehidupan rumah tangga, meski terlihat bahagia tapi tetap membuat mama stress. Memang kadarnya tidak separah orang lain. Tetap saja, keinginan untuk membahagiakan suami dan melihat kamu sukses terkadang membuat urat syaraf mama menegang.

    “Namun, saat mama mencium aromamu, aroma pakaianmu, mama merasa mendapat pelarian dari stress dan tuntutan kehidupan. Mama seperti mendapat wangsit, keseimbangan, nilai plus dan min.

    “Mama merasa plus mama terpenuhi saat menjalankan peran sebagai seorang istri dan atau ibu. Lantas, mama merasa min mama terpenuhi saat mama melakukan apa yang, mungkin bagi orang lain, kotor.”

    Hening.

    Hening..

    Hening…

    “Kalau memang itu yang mama mau, biar Erna bantu mama mengekspresikan diri tanpa khawatir akan penilaian dari Erna. Itu juga kalau mama setuju.”

    “Maksudmu apa?”

    Tangan Erna lantas mengelus kepala mama. Rina diam saat kepalanya dielus putrinya. Saat elusan sedikit menggenggam, maka kepala Rina mengikut langkah tangan putrinya.

    Rina kini berlutut seiring dengan tekanan pada kepalanya. Tanpa Rina sangka, kepalanya masuk ke dalam rok pendek yang dipakai putrinya hingga wajahnya mengenai celana dalam putrinya.

    “Minum semua mah, hisap dan jilat kalau perlu!”

    Sebelum benar – benar mengerti perkataan putrinya, tiba – tiba wajah Rina basah oleh urin yang merembes dari celana dalam putrinya. sumber Ngocoks.com

    Setelah paham, Rina membuka mulut dan berusaha membuat urin putrinya masuk ke mulut. Setelah tak ada lagi aliran urin yang keluar, Rina meneguk hingga habis. Karena masih basah, celana dalam putrinya dihisap oleh Rina.

    “Enak. Terus jilat… Oh… Buka mah, buka cd Erna!”

    Rina menurut. Dengan tangannya Rina menurunkan CD putrinya hingga lepas. Setelah itu, kepala Rina kembali dibimbing menuju ke selangkangan putrinya.

    “Bersihin dong mah”

    Jilatan Rina semakin semangat saat kepalanya dielus – elus.

    “Enak mah… Terus jilat… ahhh… disana mah… ah…”

    Rina menghentikan jilatan saat putrinya orgasme. Rina biarkan tubuh putrinya menikmati hasil dari jilatannya.

    “Sudah mah ah, capek. Rina mau rebahan dulu.”

    “Iya nak.”

    Rina senang akhirnya putrinya mau berbicara dengannya.

    Rina senang akhirnya putrinya mau memenuhi keinginannya.

    Rina senang akhirnya apa yang dilakukannya kembali diulangi oleh putrinya.

    Jika dan hanya jika putrinya mengelus kepalanya, maka Rina pasrahkan kepalanya dipandu oleh tangan kecil putrinya.

    Bersambung…

    1 2 3 4 5
  • Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya

    Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya

    Cerita Sex Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya – Cerita ini sumpah tidak ada hubungannya dengan kasus Sapi yang menimpa salah satu petinggi Partai, apalagi dengan kenaikan harga daging sapi yang sampai sekarang menggila harganya. Cerita ini murni hanya khayalan dari imaginasi liar sang penulis.

    Namaku Juju. Delapan belas tahun. Hidup di kota kecil. Ibuku Sri, seorang ibu rumah tangga biasa. Keluarga kami mempunyai kebun yang tak kecil-kecil amat. Setelah lulus SMA, ayah memaksaku membantunya mengurus perkebunan.

    Aku tak pernah berpikir aneh-aneh terhadap ibuku. Hingga dua tahun yang lalu, saat ayah membawaku ke kandang sapi. Sapi kami hanya tinggal seekor sapi jantan dan induknya. Tapi jangan salah, sapi kami termasuk kualitas nomer wahid. Ternyata hari itu ayah mengawinkan sapi jantan itu dengan induknya sendiri.

    Cerita Sex Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya
    Cerita Sex Buah Jatuh Tidak Jauh dari Pohonnya

    Sekarang kita kawinkan mereka

    Kenapa?

    Agar kemurniannya tetap terjaga.

    Tapi kan mereka sapi betina itu ibunya si jantan?

    Semua betina memang jalang. Dia pasti senang dibuahi anaknya.

    Ngocoks Aku malu melihatnya, tapi kulihat sapi jantan itu tak keberatan dan malah kelihatannya senang-senang saja membuahi induknya. Aku terkejut menyadari betapa cepatnya sang induk dibuahi.

    Sejak saat itu, mulailah fantasiku akan ibuku datang secara tiba-tiba. Lalu setelah aku tahu warnet, aku terkejut membaca betapa banyaknya cerita tentang persetubuhan ibu dan anak serta betapa banyaknya anak lain yang juga memiliki fantasi sepertiku.

    Nafsuku akan ibuku sendiri mulai membara. Suatu sore di dapur ibu sedang membersihkan meja, sedangkan sendok piring dan gelas ditaruh dulu di lantai. Lekukan pantatnya terlihat dari daster.

    Untungnya ada rice cooker di lemari di atas meja. Tiba-tiba keberanianku muncul. Lalu aku mendekat, kutempelkan kontolku ke pantat ibuku.

    Awas ma, aku mau ambil ricecooker di atas

    Kugesek celanaku di dasternya sambil mengambil ricecooker. Ibu terkejut tapi tetap diam saat kuambil ricecooker. Lalu ku taruh di tempat lain.

    Kenapa gak nyuruh mama aja sayang.

    Aku gak mau mengganggu mama.

    Sejak saat itu aku pelajari beberapa trik baru untuk menikmati ibuku saat ada kesempatan. Kadang ibu menyuruhku agar segera nikah. Mungkin ia menyadari kalau aku sering mencuri kesempatan menikmati tubuhnya, tapi ia tak pernah marah dan menghentikanku.

    Hingga tiba saatnya, cintaku berkhianat. Eh, kok malah nyanyi, hehehehe.

    Hingga tiba saat kulihat ayah dan bibiku sedang bersenggama di dekat kandang sapi. Mereka terkejut saat melihatku dan tentu saja kelihatan tidak senang. Bibi lantas pergi tapi ayah tetap ditempat.

    “Kau takkan bilang pada mama atau pamanmu.

    Aku terpaku beberapa saat.

    Ok. Tapi ada syaratnya.

    Apa syaratnya?

    Gimana rasanya kalau mama juga seperti papa.

    Akan kubunuh dia. Kenapa? Apakah dia…

    Tentu tidak. Tapi Juju punya rencana.

    Rencana apa?

    Jika ayah ingin juju tutup mulut, maka papa mesti biarkan apa yang akan juju lakukan sama mama.

    Emang mau ngapain

    Sama seperti yang dilakuin papa sama bibi

    Maksudmu.

    Aku mengangguk. Ayah terdiam sebentar.

    Tapi dia mamamu!

    Ayah juga dengan bibi. Tapi terus aja tuh.

    DIAM!

    Tapi gimana kalau mamamu gak mau?

    Itulah kenapa ayah mesti biarkan juju.

    Maksudmu kamu mau memaksa mama?

    Udahlah yah, pokoknya ayah tenang aja.

    Pikirmu mamamu mau apa?

    Tidak, ayah tak bisa

    Yah, ayah kan senang-senang di sini. Yang kumau hanya ayah biarkan juju. Juju takkan lapor pada siapa-siapa, asal ayah biarkan juju dan juju jamin rahasia kita tetap aman.

    Kau memang bajingan.

    Gimana lagi, buah jatuh tak jauh dari pohon.

    Akan kubunuh kalau kau bicara.

    Tentu saja tidak akan yah.

    Akhirnya kami tenang kembali dan menjalani hidup normal lagi. Sorenya, aku dan ayah bermain kartu. Cukup menyenangkan hingga akhirnya ayah mengajak bertaruh uang. Ibu hanya duduk melihat sambil menyulam.

    Ayah bilang kalau uangnya sudah habis. Gimana kalau mama aja yang jadi taruhannya, asal kamu all in semua uangnya. Aku setuju. Tapi keberuntungan tetap berpihak padaku. Ayah kalah. Aku senang tiada terkira. Ibu juga bercanda sambil bilang kalau sekarang aku miliknya.

    Akhirnya malam menjelang. Kami pun tidur dan bangun di pagi hari. Ayah pergi ke ladang dan kubilang padanya agar membawa bibi ke ladang.

    Sehabis sarapan, kututup semua pintu dan kubilang pada ibu karena sekarang ia miliku, maka sekarang ibu mesti duduk di pangkuanku. Awalnya ibu terkejut dan menolaknya, tapi setelah aku merajuk akhirnya mau juga.

    Setelah ibu duduk dipangkuanku, kuelus susunya yang masih terbalut daster. Ibu terkejut dan akan berdiri tapi kutahan bahunya agar tetap duduk.

    Kamu ngapain nak? Aku ini ibumu!

    Memang kenapa bu?

    Tak boleh nak, aku istri ayahmu.

    Ayah tak ada. Di sini hanya ada kita.

    Tidak. Mengapa kau begini nak?

    Karena aku ingin ibu.

    Kau bakal dibakar di neraka jika kau membuat ibumu menangis.

    Tapi aku di surga mulai saat ini.

    Juju, jangan nak. Biarkan ibu pergi.

    Baiklah. Jika ibu buka seluruh pakaian ibu dan ke kamar denganku.

    TIDAK. Gimana bisa kau berkata seperti itu?

    Karena aku ingin kamu, ibu. Aku ingin kamu terserah ibu suka atau tidak.

    Tidak boleh bajingan. Di mataku kau seorang pengecut.

    Aku marah mendengarnya. Kutekan bahunya. Kubuka paksa dasternya

    Kita liat nanti siapa yang pengecut.

    Ibu mulai menangis dan memohon agar aku meninggalkannya sendiri. Ia terbaring di lantai dan hanya terbalut bh dan cd nya. Tapi justru malah terlihat seksi. Aku pun berbisik pelan.

    Aku takkan melakukan apa apa bu asal ibu berlutut.

    Ibu tak mendengarnya dan tetap menangis.

    Lakukan bu atau ibu akan merasa tersiksa sepanjang hidupmu.

    Ibu akhirnya berlutut dengan enggan. Kulepas celanaku dan berdiri di belakangnnya. Aku ikut berlutut dan mulai kubuka cd nya. Ibu mulai menyadari dan menahan cd nya tapi tenagaku lebih besar. Saat cd nya mulai lepas ibu bilang tidak dan mencoba menaikkannya kembali.

    Lalu kumasukan kontolku dari belakang. Memeknya sangat kering dan lumayan menyakitkan. Tapi cairan pelumasku agak membantu. Ibu teriak dan bilang tidak tapi tak bisa berbuat apa-apa.

    Kutekan kontolku lebih dalam dan berhenti.

    Oh yes bu! Jangan pedulikan kesucianmu bu. Lihatlah sekarang. Siapa yang membuka cd mu dan memasukan kontolnya ke memekmu? Ibu tak suci lagi. Dan aku, anakmu mengambil kesucianmu. Kau bukan lagi ibuku sekarang!

    Kucabut kontolku dan kutusukan lagi. Lalu kucium ibuku dari belakang.

    Tubuhmu sempurna bu. Tubuh seorang dewi cinta. Jangan disia-siakan dengan ayah saja.

    Kubuka bh nya dan kuremas susunya dengan tangan kananku.

    Aku suka milikmu bu. Dan aku akan menikmatinya kapanpun aku mau.

    Kuremas lagi susunya.

    Aku takkan berhenti. Bahkan jika ayah datang, aku entot terus di depannya. Ia akan mencoba melerai kita! Atau ia akan membiarakan saja dan melihat istrinya dientot. Tak perlu lagi khawatir akan kesucianmu di matanya. Menurutmu ia hanya ngentot kamu?

    Tinggalkan saja ia bu. Ia tak cocok ngentot memekmu. Mulai sekarang juju yang akan merawat ibu. Tinggalkan dia dan tidurlah denganku. Kan kuurus ibu tak seperti anak lainnya. Jika ibu mau, ibu masih tetap jadi istrinya.

    Kumasukan lagi kontolku. Kuentot lagi. Ibu menangis dan marah.

    Dasar kau tak punya malu. Kau perkosa ibumu dan kau mau melacurkanku?

    Ibu takkan dilacurkan. Justru tubuh ibu sangat berharga bagi juju. Juju takkan menjual ibu. Ibu milik juju. Ibu akan jadi ibu yang seksi. Ibu yang akan mengurus kebutuhan sekskual anaknya!

    Tidak dalam hidupmu bajingan. Mungkin kau memperkosaku sekarang tapi aku takkan pernah menyerah padamu. Kau tak layak untuk tubuhku.

    Aku tetap mengentotnya.

    OO tapi ibu berikan tubuhmu pada orang seperti ayah.

    Ia orang baik. Ia tak memperkosa istri orang lain.

    Itu hanya pikiranmu bu.

    Apa maksudmu? ia tergugah, mencoba menghentikanku dan melihatku.

    Jangan berhenti bu. Aku belum selesai ngentot. Aku tetap ngentot.

    Tapi. Ia teriak saat kuremas susunya keras keras agar perhatiannya teralihkan.

    Ibu tahu ibu terlihat seksi saat sedang kesakitan. Ini momenku bu. Jadi diam saja biar aku menyelesaikannya!

    Ibu terdiam meski memeknya kuentot. Yang terdengar hanyalah suara daging beradu. Lalu kuturunkan tanganku dan kuelus itilnya. Ibu mengerang saat jariku menyentuh itilnya. Aku terkejut lalu tetap memainkan itilnya. Lalu kurasakan spermaku akan keluar. Kutekan lebih dalam kontolku dalam memek ibu.

    Crot crot crot akhrinya spermaku keluar di dalam memeknya. Sesaat kurasakan sesal telah kuentot ibuku lalu aku ingat kata-kata ayah semua betina memang jalang. Memikirkan ibu sendiri membuatku menjadikannya betinaku. Kucabut kontolku dan pergi ke kamar mandi.

    Saat keluar, kulihat ibu sudah kembali memakai dasternya. Ia juga membereskan semua barang. Aku berpaling agar tak melihat wajahnya dan pergi ke kamarku. Perasaanku campur aduk. Aku merasah senang keinginanku ngentot ibu terkabul. Tapi aku juga merasa kasihan pada ibu. Aku tahu akan lebih mudah seandainya ibu mau dientot.

    Setelah beberapa saat “Kamu mau susu?” Kubilang iya lalu mandi. Selesai mandi ibu memberi susu. Kami berdua minum susu sambil duduk.

    “Ibu tahu yang tadi juju lakukan tak terpikirkan dan tak sengaja. Tapi, tolong jangan membicarakannya lagi.”

    “TIDAK bu, kenapa aku harus melupakannya?”

    “Ibu tak tahu. Kadang kamu melakukan sesuatu tanpa dipikir dahulu.”

    “Aku takkan melupakannya bu!”

    Hening.

    “Apa maksudmu tadi soal ayah?”

    “Memangnya apa yang kubilang? Aku tak bilang apa-apa.”

    “Kamu bilang ayah tak bisa dipercaya.”

    “Aku hanya bilang mungkin. Tapi aku tak yakin.”

    “Tidak, tadi justru terdengar yakin. Bicara juju!”

    “Tidak. Memang tak ada apa-apa.”

    “Ibu mohon ju. Ibu perlu tahu.”

    “Tidak. Percuma saja tak ada gunanya.”

    “Ada. Jika juju jujur, ibu bisa mengerti kenapa juju perkosa ibu.”

    Aku tak enak mendengarnya.

    “Sekarang kasih tahu ibu yang sebenarnya.

    Hening.

    “Juju melihat ayah dan bibi di dekat kandang sapi kemarin.”

    Hening.

    “Apa juju yakin? Mungkin mereka hanya sedang ngobrol!”

    “Tidak bu.”

    “Apa mereka lihat juju?”

    “Ya.”

    “Terus?”

    “Mereka mecoba kabur.”

    “Ibu masih tak percaya.”

    “Juju bilang juju melihatnya. Kalau ibu pingin tahu lagi, ibu mesti bayar.” Aku bercanda.

    “Juju sudah ngerasain tubuh ibu. Apa lagi yang juju mau?”

    “Juju ingin lagi.” Aku berimprovisasi.

    Ibu terkejut.

    “Juju suka tubuh ibu kan? Oke, jika juju bisa kasih bukti ayahmu dengan bibimu, maka ibu akan lepas pakaian ibu dan tidur dengan juju!”

    “Yakin? Janji?”

    “Ibumu tak pernah ingkar janji.”

    “Lalu pake baju ibu dan ayo ikut juju!”

    “Apa? Kenapa… secepat ini?”

    “Ya. Mungkin kita akan beruntung!”

    “Ibu sudah dibaju. Tunggu sebentar lagi masakan mau mateng.”

    “Oke.”

    Beberapa menit kemudian ibu siap pergi dan kami pun ke ladang. Kami mengambil jalan pintas agar tak ada orang yang melihat. Kami pun sampai ke dekat kandang sapi. Kusuruh ibu sembunyi dekat semak dan melihat ke arah lebak (seperti lebak bulus)

    Lalu kami diam. Menunggu dalam lindungan semak. Tapi sampai sore, tak ada apa pun. Kami pun pulang sambil ibu marah marah karena merasa dibohongi. Esok paginya, beberapa saat setelah ayah keluar rumah, kembali kubawa ibu ke semak kemarin.

    Setelah sampai akhirnya kami melihat mereka. Mereka sedang berciuman sambil berbaring dan ayah ada di atas bibi. sumber Ngocoks.com

    “Anjing dasar ******. Akan kubunuh mereka!”

    “Setelah ibu memuaskan juju!”

    Kulihat ibu pergi ke dapur. Ia tetap mengutuk sebentar, lalu mencoba menenangkan diri. Setelah kulihat ada kesempatan, aku pun bersua.

    “Ibu akan memenuhi janji ibu kan?”

    “Ibu akan menepati janji ibu.”

    Ibu melihatku dan mendikatiku sambil membuka dasternya. Bh dan cd nya juga dilepasnya.

    “Ayo ju. Tubuh ini milik juju. Entot ibu, puaskan nafsumu. Kau dan ayahmu sama saja. Juju ingin ngentot dan tak peduli memek siapa ini!”

    Selain sange, aku juga merasakan egoku. Ku ambil kembali daster dan melemparkannya ke ibu.

    “Kemarin ibu kupaksa. Tapi sekarang aku mau ibu yang menyerahkan diri atas kemauan ibu sendiri. Menawarkan diri ibu sendiri kepadaku. Kalau gak gitu, juju gak akan menyentuh ibu.”

    Aku berhenti sejenak lalu melangkah menuju kamarku. Setelah di kamar, aku berbalik.

    “Aku tak tahu tentang ayah tapi aku peduli memek siapa yang kuentot! Aku hanya ingin memek ibu bukan setiap memek! Mungkin ibu pikir tak wajar tapi juju cinta ibu!”

    Lalu kututup pintu kamar dan kukunci. Lalu aku berbaring di ranjang. Aku bangga bisa mengontrol diri saat dia berdiri hanya memakai cd dan bh dan kontolku tegang ingin ngentot. Aku tahu ibu merasa dipermalukan saat melihat aksiku.

    Malamnya ibu dan ayah bertengkar saat ayah pulang. Ayah tak senang aku mengingkari janjiku. Ibu menangis tapi kemudian terdiam. Kulanjutkan taktikku pada ayah agar bisa ngentot ibu.

    Kami tahu paman akan kerja sampai beberapa hari ke depan. Jadi kubujuk ayah agar pergi dan tidur dengan bibi. Di malam pertama paman pergi, ayah mengunjungi bibi sekitar jam 9 malam. Aku dan ibu tidur di kamar masing-masing malam itu.

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Antara Nafsu dan Logika

    Antara Nafsu dan Logika

    Antara Nafsu dan LogikaSelamat malam sobat Ngocoks. Perlu diingat untuk para pembaca Ngocokers yang setia bahwasanya tulisan ini hanyalah fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahkan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.

    Saya harap para pembaca Ngocokers untuk bijak dalam cerita dewasa ini. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian ataupun cerita, maka itu semua hanya kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan dari penulisnya.

    “Eh yang itu cakep tuh..”
    “Nggak ah cakepan yang kanannya.. Lebi imut…”
    “Ah nggak nurut gue cakepan yang kiri..”

    Cerita Sex Antara Nafsu dan Logika – Ini kebiasaan teman-temanku setiap jam istirahat ketiga pada hari Kamis. Kami, siswa-siswi SMA, pulang sekolah pukul 13.30 setiap harinya; sementara siswa-siswi SMP sudah mengakhiri pelajaran pada pukul 11.45, bertepatan dengan jam istirahat ketiga kami.

    Setiap saat itulah, teman-temanku berdiri bersandar di balkon dan menonton siswa-siswi SMP sekolah kami yang sedang berjalan pulang sekolah. Seringkali mereka mengomentari siswi-siswi mana yang imut atau cantik, dan terutama yang menurut mereka memiliki tubuh yang seksi.

    Cerita Sex Antara Nafsu dan Logika
    Cerita Sex Antara Nafsu dan Logika

    Ngocoks Beberapa temanku bahkan sering bersiul pada mereka, atau menggoda mereka, hanya untuk menarik perhatian salah satu dari cewek-cewek SMP yang cantik-cantik itu. Hari ini pun begitu, sementara aku duduk di bangku panjang sambil mendengarkan iPod ku.

    “Dit! Dit! Vany tuh!”

    Nah, di antara semua cewek SMP yang lain, ada satu cewek yang paling menarik perhatian hampir semua temanku (dan sepertinya hampir semua cowok di SMA dan SMP, dan mungkin bahkan beberapa bapak guru). Cewek itu adalah Stevany, adik perempuanku. Stevany 4 tahun lebih muda dariku, dia duduk di kelas 2 SMP.

    Sebenarnya Vany sama seperti cewek-cewek yang lain; dengan tinggi badan 153 cm dan berat 46 kg, Vany tergolong kecil mungil, tidak tinggi semampai. Rambutnya yang hitam pun hanya dipotong pendek sebatas leher. Memang wajahnya sangat imut dan kulitnya pun putih mulus tanpa cacat, tapi bukan itu yang membuat teman-temanku tergila-gila padanya.

    “Duh gilak tuh anak cute banget sih!!”
    “Sexy banget, maksud lu..!?”

    Yap… Kontras dengan wajahnya yang sangat imut seperti anak kecil, Vany bisa dibilang sangat sexy. Alasan utamanya—dan aku yakin bagian inilah yang selalu dilihat oleh hampir semua cowok—Vany memiliki dada berukuran 34 C, yang termasuk sangat besar untuk anak seusianya. Bentuknya pun sangat bulat dan penuh.

    “Duh gue ngaceng… Gede banget gilak…”
    “Hus! Ada kakaknya tuh.. Ntar lu dibunuh… Hahaha”

    Tiba-tiba teman-temanku ber “Oooh…!!” seru. Aku melongok ke arah lantai dasar, mencari tahu penyebab “Ooh..!!” tiba-tiba itu. Pantas, pikirku. Vany sedang berlari berkejar-kejaran dengan beberapa cewek lain.

    Aku tahu apa yang diperhatikan oleh teman-temanku: dada Vany yang berguncang-guncang menggiurkan saat ia berlari. Aku melirik ke arah teman-temanku, dan aku dapat melihat tonjolan-tonjolan tegang di bagian tengah celana panjang mereka.

    “Heh! Udah! Adek gue bukan tontonan!” ujarku. Teman-temanku menoleh.
    “Yee… Salahnya adek lu punya badan kayak gitu..” kata Martin, salah satu temanku.

    “Toket kayak gitu, lebih tepatnya,” kata yang lain.
    “Ah, udalah! Nyebelin…” kataku gusar. Aku berdiri dan berjalan pergi, meninggalkan teman-temanku yang menatapku gelisah.

    Sebenarnya hal ini sudah membuatku gelisah beberapa waktu belakangan ini. Sejak adikku kelas 6 SD, entah kenapa seolah-olah dadanya seperti dipompa; pertumbuhannya pesat sekali!

    Hampir setiap pergantian semester, adikku ini mengeluh bra-nya sudah kesempitan, dan ternyata ukurannya sudah bertambah besar lagi.

    Di saat teman-teman seusianya masih belum mengenakan bra, Vany sudah mulai memilih bra mana yang harus dikenakannya, dan saat teman-temannya mulai merasakan pertumbuhan di dada mereka, milik Vany bahkan sudah jauh lebih besar dari milik ibuku.

    Dan, yang paling membuatku khawatir, adalah kenyataan bahwa bagaimana pun, aku juga seorang cowok normal, yang juga bisa terangsang bila melihat sepasang dada yang bulat dan sangat besar seperti miliknya.

    Bahkan sudah beberapa lama ini aku menahan godaan untuk tidak melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang kakak pada adiknya

    Sabtu, 7 Juni 2008 – 21.15

    “Kaak… Deek… Turun sini!! Udah mulai nih upacaranya!”
    “Iyaa… Bentar aku turun!!”

    Ayahku memanggil. Beliau dan Ibuku sedang menonton upacara pembukaan Euro 2008 di ruang keluarga. Ayahku memang sangat menggemari sepak bola, begitu pula dengan aku dan Vany.

    Hanya ibuku yang tidak terlalu suka sepak bola, tapi karena dikeroyok 3 orang penggemar bola di rumah, akhirnya ibu menyerah dan ikut menonton. Toh, beliau ikut senang melihat upacara pembukaan yang meriah.

    “Heeii bagus loh ini!!” suara ibuku yang memanggil kali ini.
    “Yaya bentaarr!!! Nanggung!!” aku berteriak.
    “Ngapain sih, kamu?”

    Aku tak menjawab. Aku sedang melihat foto-foto liburan keluargaku yang terakhir ke Bali. Well, sebenarnya hanya foto Vany yang kulihat… Sudah beberapa minggu—mungkin beberapa bulan—terakhir ini aku sering menghabiskan malamku memelototi foto-foto Vany di komputerku. Makan apa sih kamu, aku sering berpikir begitu. Koq bisa jadi segede itu…

    Aku sampai ke foto-foto kami di pantai… Vany mengenakan tank-top putih dan kain sarung Bali di foto itu.
    Aku menekan tombol ‘next’, foto berikutnya. Vany sedang bermain air di pantai. Tank-topnya basah, samar-samar memperlihatkan bikininya yang berwarna biru muda, tampak kesulitan menahan dadanya yang besar. Celanaku mulai menyempit di bagian selangkangan.

    Next’ lagi… Oh, ini video, batinku. Masih Vany yang bermain air. Tapi kali ini ia berlari kecil. Mataku terpaku pada dadanya yang berguncang-guncang. Sangat menggiurkan. Aku merasakan tonjolan di celanaku semakin membesar. Aku merogohkan tanganku ke dalam celana, dan perlahan mulai mengocok penisku yang sangat tegang.

    Aku memejamkan mata, pikiranku mulai melayang…

    “Heh! Kakak liat apa tuh sampe melotot gitu?!”

    Aku melonjak kaget di kursiku. Astaga! Aku lupa mengunci pintu tembusan antara kamarku dan kamarnya! Vany berjalan mendekat. Cepat-cepat aku menarik tanganku keluar dari celana. Tapi aku tak tahu bagaimana menyembunyikan tonjolan besar dari balik celanaku ini! Vany sudah membungkuk di belakangku.

    “Eeh… Nggak koq… Ini lagi ngeliat foto-video waktu kita ke Bali terakhir…” kataku gugup. Aku buru-buru menarik bantal kecil di ranjangku untuk menutupi selangkanganku.

    “Hoo… Hm? Koq isinya fotoku semua?” katanya sambil menekan-nekan tombol next-next-next-next… Memang foto-fotonya sudah aku kelompokkan kedalam satu folder sendiri.

    “Eeh? Eh… Mm… Biar gampang milihnya kakak kelompokin ke dalem satu folder gitu…”
    Jantungku berdegup-degup kencang.

    “Ooo… Yaya…” aku merasakan ada nada keraguan dibalik suaranya, “Yuk turun.. Udah mulai tuh! Lucu loh ada sapi-sapi segala!”
    “Oke oke.. Yuk…”

    Aku mematikan komputerku. Vany menggamit lenganku saat kami berjalan keluar kamar dan turun ke bawah. Kami duduk bersebelahan.

    “Kak,” tiba-tiba dia berbisik. Sangat pelan.
    “Hm?”

    “Kakak ngaceng ya tadi waktu ngeliat fotoku? Dosa loh kaak… Hihihi…” bisiknya.
    “HAH?! Eh… Ng… Nggak koq!” ujarku gelagapan.
    “Aku liat koq kak tadi…” bisik Vany. Senyum jahil melintas di wajahnya yang imut.

    “Eh…”
    “Bilang mama aahh…” senyumnya semakin jahil.
    “Ehh! Eh jangan Van!” bisikku panik.
    “Hehehe nggak dehh…”

    Kami terdiam… Tomas Ujfalusi dan Alexander Frei, kapten Swiss dan Ceko, berjalan memasuki lapangan. Pertandingan segera dimulai.

    “Kak,” bisiknya lagi.
    “Ya?”
    “Punya kakak gede banget…”

    Cepat-cepat aku menarik bantal.

    Selasa, 10 Juni 2008 – 01.40

    “Kak, bangun! Udah mau kick off tuh!”
    “Mmm…”
    “Aaa… Kak! Luca Toni tuh! Gattuso! Pirlo! Aaa… Buffon Kak!”
    “Mmm….”
    “Kaakk… BaanguuUnn…”

    Pagi itu pertandingan grup C Euro 2008, Belanda vs Italia. Kami menonton di kamarku. Vany memang pendukung setia Italia, sedangkan aku pendukung baru Belanda.

    Sebenarnya aku pendukung setia timnas Inggris, tapi sayang sekali Inggris tidak lolos tahun ini, jadi aku beralih mendukung Belanda. Aku dengar tahun ini pelatih Van Basten membawa kejutan dalam timnas Oranye.

    “KAAK! Udah kick off!!! Kak…. Kaaakkk.. Bangguunn..!!! Iih nyebelin!!” Vany habis kesabaran, mengguncang-guncangku hingga terbangun.

    “Eeehhh… Eh… Ehh… Iya iya iya udah bangun ini!!” kataku mengantuk. Vany terus mengguncang-guncang badanku, tidak mempedulikan protesku. Tapi pemandangan yang aku lihat setelah itu benar-benar membuatku tidak mengantuk sama sekali.

    Vany rupanya telah duduk mengangkang di atas perutku. Baju tidurnya yang putih-pink terlihat tipis sekali dini hari itu. Dadanya yang besar menggelayut, dan samar-samar aku melihat 2 tonjolan kecil di masing-masing ujungnya. Vany nggak pake bra?

    “Bangun,” ulangnya, nyengir.
    “I… Iya…” entah kenapa aku merasa mukaku terbakar. Rupanya Vany menyadarinya. Nyengirnya makin lebar.
    “Kenapa mukanya merah, Kak…” suaranya pelan, menggoda. Vany mendekatkan wajahnya ke arahku, hingga hanya berjarak beberapa senti saja. Penisku mulai menegang. Aku menelan ludah, memberanikan diri.

    “Van…”
    “Hm?”
    “Kamu… Kamu beneran liat kakak ngaceng waktu itu?” tanyaku gugup.
    Vany mengangguk, tersenyum.
    “Koq bisa gitu, Kak? Sampe setegang itu?”

    “Yah… Eh…”
    “Apa karena… Punyaku gede?” dia tidak menunggu jawabanku.
    “Yah…” Aku mengangguk. “Iya… Jujur, iya…”

    “Hmmm…” muka Vany memerah. Ia berkata pelan, “Emang segede itu ya?”
    “Well… Buat anak seumuran kamu sih gede banget, Van…” kataku. “Kamu tau banyak cowok yang nafsu banget sama punyamu?”

    “Iya…” katanya perlahan. “Kakak juga?”
    Aku tak dapat menjawab. Aku merasa bersalah. Tapi Vany tersenyum.
    “Gapapa, Kak…” ujarnya. “Aku gapapa koq kalo kakak yang nafsu… Hehee…”

    Penisku semakin tegak berdiri.
    “Be… Bener?” Ia mengangguk. Vany menunduk, mengecup pipiku. Dadanya menekan dadaku. Tepat saat itu tanpa sengaja pantatnya yang empuk menyenggol penisku yang sudah sangat tegang. Vany melonjak kaget.

    “Kak… Kakak tegang lagi…” bisiknya perlahan. Ia berbalik, memunggungiku, menatap tonjolan besar di balik celana pendekku. “Be… Besar banget…”

    Saat itu 2 hal bergejolak di dalam diriku: nafsu dan logika. Logikaku berkata aku ini kakaknya, dan sesexy apa pun Vany, dia adikku. Tapi nafsuku berkata, Vany itu cewek yang luar biasa sexy, yang sedang duduk di atas perutku menghadapi penisku yang tegang.

    Nafsu memang selalu lebih kuat dari logika.

    Aku mendudukkan diri, sehingga Vany merosot ke pangkuanku. Penisku benar-benar terjepit di antara kedua pahanya yang mulus sekarang. Aku merasakan penisku berdenyut-denyut tegang.

    “Kak…?” bisik Vany.

    Aku mulai mencium belakang telinganya dengan lembut, kemudian turun ke arah rahang belakangnya. Aku mencium perlahan tapi pasti, sesekali menjulurkan lidahku untuk menjilatnya lembut.

    “Hhh… Ka…k…” Vany mendesah pelan.

    Perlahan, lehernya kulumat. Vany menelengkan kepalanya, sehingga dapat dengan cukup mudah aku mencium lehernya. Nafasnya semakin berat.

    “Mmhhh… Kak.. Kaakk… G… Ga boleh l…lohh… Mmhh…” desahnya perlahan, memperingatkanku. Aku tak peduli.

    Vany mulai menggeliat keenakan, membuat penisku tergesek pahanya. Bahkan walaupun di dalam celana, aku merasakan nikmatnya. Tak tahan, aku menanyakan sesuatu padanya yang mungkin sangat ingin ditanyakan oleh hampir setiap cowok di sekolah.

    “Van… Boleh kakak pegang toket kamu?”

    Vany terdiam. Aku bisa merasakan pertentangan di dalam dirinya. Namun, sekali lagi, nafsu mengalahkan logika. Vany mengangguk lambat.

    Tak menunggu disuruh dua kali, perlahan-lahan aku menjangkaukan tanganku di bawah ketiaknya, dan dengan lembut aku meremas kedua buah dadanya yang besar dan menggiurkan itu.

    Sensasi empuk dan bulat penuh memenuhi tanganku yang tak cukup besar untuk meremas buah dadanya secara keseluruhan. Aku bisa merasakan putingnya. Benar dia tidak memakai bra.

    “Aahh… Kaak… Mmmhh… Pe… lan.. Pelan…” Vany mendesah nikmat. Kedua tangannya mencengkeram erat seprei di ranjangku.

    Aku masih menjilati lehernya, kali ini cukup cepat. Kedua tanganku meremas-remas dadanya yang empuk dan besar, yang sudah menjadi kencang karena terangsang. Jari-jariku memainkan putingnya yang sudah tegang dan keras.

    “Koq udah keras banget gini, Van?” bisikku menggodanya.
    “Mmhh… Abisnya… Mmmhh…”

    “Kalo diginiin jadi tambah keras nggak?” Aku menjepit kedua putingnya di antara jari telunjuk dan jempolku, kemudian memelintirnya perlahan-lahan.
    “Aaahhh… Aaaahhh… Kaakkk..!!!”

    Saat itu aku merasakan penisku tersiram sesuatu. Rupanya Vany sudah sangat basah sehingga cairannya ikut membasahi penisku. Aku meremas dadanya semakin kencang, sambil terus melumat leher dan belakang telinga Vany.

    “Ooohh… Kakk… Kak.. Kalo gini teruss… Aku… Akku…”
    “Kamu kenapaa?” Tangan kananku memainkan putingnya, sementara yang kiri meremas lebih kuat.
    “Aku… Aaahhhh… Mmmhh… Kaakk… Mmhh…”
    “Kenapa…”
    “Ga… gapapa… Ooohh… Ka…k..”

    Aku merasakan penisku semakin tegang, nafas Vany pun semakin tak karuan. Ia menggeliat-geliat keenakan, merangsang penisku semakin hebat.

    “Van, pegang penis kakak donk…”
    “Mmmhhh… Ga… Ga… Ga bo…leh ah, Kak… Hhhh…”
    “Boleehh… Ayo… Gapapa koq…” aku membujuknya.

    Ragu-ragu, Vany melepaskan cengkeraman tangan kananya, dan meletakkan jari telunjuknya di kepala penisku. Rasanya sudah mau kuledakkan saja spermaku saat itu.

    “Van, digenggam aja…”
    “G… Ga ah kak… Gini aja…. Mmhh…” Ia memainkan jari telunjukknya di sekitar tonjolan di balik celanaku itu. Itu saja cukup, pikirku. Aku meremas dadanya yang besar semakin liar, memainkan putingnya dan menjilati lehernya dengan ganas. Aku mulai menggosok-gosokkan penisku ke selangkangannya yang sudah sangat basah.

    “Aaahhh… Kaakk… Kak… Aku… Aku bisa.. Aku bisa kelu…arr.. Mmmhhh…”
    “Keluarin aja… Mmhhh… Gapapa…” Aku menggerakkan pahaku semakin kuat, rasanya aku sendiri sudah mendekati klimaks.

    Aku mengeluarkan penisku dari celanaku, membuatnya bergeletar liar menggesek selangkangan dan paha Vany. Remasanku semakin kencang dan liar. Aku benar-benar sudah mau keluar.

    “Kaakkk… Kaakkk… Aku… Aku KELUAR… aaAAHHH… AAHHH!!!”

    Slllsssrrrlsshhhhh…. Aku terkejut saat penisku tersemprot cairan vaginanya. Vany orgasme dan squirting, menyemprot penisku dengan sangat kuat. Tak butuh waktu lama untukku untuk mencapai giliranku.

    “Ooohhh… VAAANNN!!! MMMMHH!!!”

    Aku meledakkan spermaku satu, dua, empat, enam kali dalam jumlah besar, melumuri paha dan perutnya, bahkan ada yang menyemprot hingga dada dan wajahnya yang imut. ngocoks.com

    Vany terkulai ke ranjang. Ia terlentang, dadanya yang besar bergerak naik-turun mengatur nafas. Putingnya masih sangat tegang. Aku mengatur nafas. Penisku masih sangat tegang, mungkin karena hasrat yang sudah kupendam begitu lama untuk merasakan empuknya dada Vany yang besar. Aku siap untuk melangkah lebih jauh lagi.

    Tapi saat itu logika kembali ke pikiranku. Tidak, batinku. Ini sudah cukup parah buat kakak-adik. Aku melirik Vany yang tergeletak lemas, celananya basah kuyup. Paha, perut, dadanya yang besar dan wajahnya berlumuran cairan putih kental milik kakaknya. Aku tersenyum.

    “Thanks Van…” bisikku.
    “Hhh… Hhh…” Vany masih terengah-engah. “I… Hhh… Iya… Sama-sama…”

    Aku terdiam, terpaku menatap layar TV. Rafael van Der Vaart sedang bersiap mengambil tendangan bebas untuk Belanda.

    “Kak…”
    “Ya?”
    “Jangan lagi ya… Dosa…” bisiknya lemah menegurku.
    “Oke…”

    Van der Vaart menendang bola lambung, tinggi ke arah tiang jauh. Buffon menepis.

    “Van…”
    “Hm?”
    “Tapi…” terlintas pikiran jahil dalam benakku, “Enak nggak?”

    Joris Matijsen mengambil bola muntah, mengopernya pada Wesley Sneijder. Aku menoleh, dan dalam gelap, aku melihat senyum mengembang di wajah Vany yang kelelahan.
    “… Enak, Kak…” jawabnya. “Enak banget…”

    Ruud van Nistelrooy meneruskan tendangan Sneijder ke gawang Buffon.

    “Van…”
    “Ya?”
    “Belanda gol tuh…”
    “APA?! KOQ BISA!!!!”

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7
  • Skandal Terselubung

    Skandal Terselubung

    Cerita Sex Skandal Terselubung – Pak Wijaya adalah seorang pengusaha yang kaya raya di daerahnya. Usianya relatif muda, 46 tahun, kalau dibanding dengan kesuksesannya.

    Kesuksesannya selain disebabkan oleh naluri bisnisnya yang handal serta keuletannya juga karena kehebatannya menjalin hubungan dengan bapak-bapak pejabat yang memegang peran kunci untuk proyek-proyeknya.

    Memang bisnisnya adalah sebagai kontraktor untuk proyek-proyek pemerintah. Pejabat paling penting di instansi terkait yang paling berpengaruh terhadap kesuksesan atau kegagalan bisnisnya adalah Pak Heru.

    Ia selalu berusaha mendekati Pak Heru, namun sejauh ini Pak Heru, walau baik kepadanya, namun bersikap “menunggang banyak kuda.”

    Cerita Sex Skandal Terselubung
    Cerita Sex Skandal Terselubung

    Ngocoks Kelebihan Pak Wijaya dalam hal melobi Pak Heru adalah usianya kurang lebih sama dan hobi mereka sama-sama doyan perempuan. Sering mereka pergi bersama-sama ke klab-klab malam eksklusif atau menginap di hotel-hotel berbintang 5.

    Sebagai pengusaha yang licin dalam hal melobi, Pak Wijaya juga men-servis banyak hal menyangkut kehidupan pribadi Pak Heru, mulai dari mencarikan sopir pribadi, membiayai instalasi car audio anak sulungnya, sampai (tentu saja) dalam hal cewek.

    Ia telah paham mengenai tipe cewek-cewek high-class kesukaan Pak Heru. Tidak hanya cewek dalam negeri saja yang pernah disuguhkan, namun juga cewek-cewek import dari berbagai negara.

    Pak Heru sendiri sebenarnya telah berumah tangga selama 20 tahunan lebih. Namun dasar bandot tua, istrinya yang sudah stw dan keluarganya tak terlalu diperhatikannya.

    Meski sukses sebagai pengusaha, namun kehidupan rumah tangga Pak Wijaya tidak sesukses bisnisnya. Ia menikah dalam usia yang relatif muda, 22 tahun, namun hanya bertahan 2 tahun saja.

    Setelah itu kawin cerai beberapa kali dan kini ia hidup menduda dalam lima tahun terakhir ini. Disamping kawin cerai ia juga menjalin banyak affair dengan sejumlah wanita.

    Yang unik adalah beberapa tahun kemudian ia kembali menjalin affair dengan bekas istri pertamanya meski pada saat itu ia sedang mempunyai seorang istri sah.

    Dari hasil affair dengan istri pertamanya itu, ia mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Meliany atau kalau di rumah biasa dipanggil A-mei. Usia A-mei kini 19 tahun dan telah menjadi seorang gadis dewasa.

    Kulitnya yang putih dan wajahnya yang cantik mengundang daya tarik yang tinggi terhadap para cowok. Ia sedang duduk kuliah tahun pertama. Di kampus, ia termasuk cewek beken.

    Bahkan sewaktu orientasi studi, baru beberapa hari masuk saja, ia telah menjadi bahan pembicaraan terutama diantara para cowok. Maklumlah karena disamping cakep dan mempunyai daya tarik tinggi, orangnya juga easy-going. Ditambah lagi anak seorang pengusaha kaya.

    Karena terlalu sibuk dengan bisnisnya, Pak Wijaya jarang sekali meluangkan waktu dengan putrinya. Dan sebagai kompensasinya ia sangat berlebihan dalam memberikan hal-hal material kepadanya.

    Akibatnya A-mei tumbuh menjadi cewek yang agak cuek dan suka semaunya sendiri. Bahkan omongan papanya pun tidak digubrisnya. Malah seringkali justru papanya yang takut dengannya. Itulah akibat karena terlalu dimanja namun kurang perhatian.

    Pada suatu hari, terjadi hujan badai yang menyebabkan banjir besar di banyak tempat di dalam kota. Akibatnya petang itu, sepulang dari kunjungan kerja di daerah, Pak Heru tertahan 2 jam di bandara karena sopirnya tak bisa menuju kesana.

    Akhirnya ia menelpon Pak Wijaya dan berharap agar Pak Wijaya bisa membereskan ketidaknyamanan yang terjadi pada dirinya saat itu. Memang sebelum-sebelumnya Pak Wijaya selalu mampu membereskan hal-hal yang tidak menyenangkan seperti ini.

    Namun malam itu sepertinya ia menemui jalan buntu, karena tidak ada kamar hotel yang memadai yang masih kosong. Akhirnya, Pak Wijaya menawarkan untuk menginap di rumahnya yang besar dan mewah. Kebetulan lokasi rumahnya tidak terlalu jauh dari bandara.

    Sebenarnya kalau tidak terpaksa ia tidak terlalu suka mengundang Pak Heru menginap di rumahnya, terutama karena ada puterinya yang telah menginjak umur dewasa itu.

    Ia tidak ingin mendekatkan putrinya ke lingkungan bisnis yang tidak bersih apalagi dengan Pak Heru yang doyan main perempuan itu.

    Namun kali ini ia tidak punya pilihan lain. Apalagi di saat seperti ini dimana sedang ada proses tender sebuah proyek besar, yang kalau goal bakal memberikan keuntungan finansial yang jauh lebih besar dibanding proyek-proyek sebelumnya.

    Dalam kondisi seperti sekarang, tentu adalah suatu tindakan bunuh diri kalau ia tidak menolong Pak Heru disaat dalam kesulitan. Sebelumnya Pak Heru pernah bertemu dengan A-mei dua kali. Namun dalam suasana yang sekedar basa-basi di tempat yang banyak orang dan itu pun cuma sebentar.

    Setelah perjalanan lebih kurang satu jam, sampailah Pak Heru di rumah Pak Wijaya. Sehabis mandi dan menaruh kopor di dalam kamar yang akan ditinggali malam itu, mereka berdua makan malam bersama.

    Sehabis makan malam, terjadi insiden kecil yaitu ketika Pak Heru yang akan menuju ke kamar mandi secara kebetulan berpapasan dengan A-mei yang baru keluar dari kamarnya.

    Melihat A-mei seketika wajah Pak Wijaya jadi merah padam, karena saat itu A-mei mengenakan daster rumah dari bahan yang agak tipis tanpa memakai bra. Nampak jelas tonjolan kedua putingnya di balik daster yang tipis itu.

    Namun oleh karena sudah terlanjur, mau tak mau dikenalkannya A-mei kepada Pak Heru. Dengan seolah-olah seperti tidak terjadi apa-apa diajaknya bicara gadis muda itu. Tentu sambil matanya tak menyia-nyiakan pemandangan indah di depannya itu.

    Pak Wijaya hanya dapat tersenyum kecut saja dengan kejadian itu. Dalam hati ia agak geram dengan A-mei. Padahal sebelumnya, ia telah memberitahu mengenai kedatangan Pak Heru. Malah ia menganjurkan supaya lebih baik tidak keluar dari kamarnya.

    Dan kini terbukti kalau omongannya tidak digubrisnya.

    Sejak kehadiran A-mei, Pak Heru jadi bergairah, matanya berbinar-binar melihat kecantikan dan kebeliaan A-mei, serta daya tarik femininnya secara keseluruhan.

    Daster hijau muda yang dikenakan A-mei memang sangat cocok dipakainya dan pas dengan kulitnya yang putih, membuat dirinya nampak cantik menarik. Ukuran payudara A-mei termasuk kecil, boleh dibilang dadanya termasuk ‘rata’.

    Mungkin itu sebabnya kalau di rumah ia kadang suka tidak memakai bra. Meski payudaranya kecil namun putingnya cukup menonjol, sehingga nampak jelaslah tonjolan kedua puting payudaranya di balik sekedar kain daster yang tipis.

    Dan disaat membelakanginya, di bawah rambutnya yang sebahu, nampak jelas tidak ada tali bra atau kaus dalaman di punggungnya. Yang terlihat menerawang justru celana dalam di balik dasternya yang terlihat karena perbedaan warna dengan kulitnya. Tentu hal ini semua tak lepas dari penglihatan Pak Heru.

    Sementara Pak Wijaya saat itu merasa tak nyaman dan serba salah dengan kehadiran A-mei di dekat mereka. Ia tahu benar kesukaan Pak Heru adalah tipe-tipe cewek oriental seperti A-mei begini.

    Telah cukup banyak cewek-cewek seumuran putrinya yang disuguhkan ke Pak Heru demi kelancaran proyeknya. Kini sepertinya ia kena batunya karena tentulah saat itu Pak Heru jadi terangsang terhadap putrinya!

    Namun ia tak bisa berbuat apa-apa karena sungguh tak sopan kalau ia bersikap terlalu intrusif apalagi di depan tamu pentingnya. Tak lama setelah itu A-mei balik masuk ke kamarnya lagi sehingga hatinya agak lega karena terlepas dari suasana yang serba salah itu.

    Sebenarnya, belakangan ini diam-diam Pak Wijaya juga sering merasa terangsang oleh putrinya, terhadap cara berpakaiannya, sikapnya, dan daya tarik seksualnya.

    Apalagi kalau putrinya itu lagi ingin mendapatkan sesuatu dan bersikap manja terhadap dirinya dengan memegang tangannya dan mendekatkan tubuhnya ke dirinya. Ia merasakan harumnya aroma tubuh serta hangatnya tubuh gadis yang telah tumbuh menjadi dewasa itu.

    Dan tidak jarang ia melihat payudara putrinya di balik bajunya yang tipis atau dikala putrinya sedang menunduk dikala memakai kaus longgar dengan belahan dada rendah.

    Ia tidak merasa bersalah akan hal ini selama ia tidak berbuat tak senonoh terhadap putrinya. Menurutnya itu adalah wajar karena putrinya mempunyai daya tarik seksual yang tinggi.

    Dan rasa tak bersalahnya itu menjadi makin kuat setelah akhirnya ia menyadari kalau A-mei sebenarnya bukan anak kandungnya. Memang istrinya dulu sering berbuat affair dengan banyak lelaki selain dirinya.

    Mengetahui kalau Pak Wijaya sangat mendambakan anak dan saat itu adalah orang yang bisa memberikan uang paling banyak kepada dirinya, maka dikaranglah cerita bahwa bayi yang dikandungnya itu adalah anaknya.

    Sehingga selama ini Pak Wijaya secara regular selalu membiayai ongkos hidup mereka. Hal itu terjadi sampai akhirnya mantan istrinya sendiri yang membocorkan rahasia itu.

    Semenjak berhasil menggaet dan menjadi peliharaan orang kaya dari Hongkong yang jauh lebih kaya dari Pak Wijaya, mantan istrinya itu tidak merasa perlu menjaga hubungan dengannya.

    Akhirnya ketika terjadi sebuah pertengkaran mulut yang meningkat menjadi sangat emosional, tanpa dapat dicegah lagi keluarlah pernyataan yang sebenarnya dari mantan istrinya.

    Sejak beberapa tahun terakhir ini sebenarnya ia mulai curiga. Karena semakin dewasa A-mei, semakin jauh kemiripannya dengan dirinya. Dan kecurigaannya itu pada akhirnya terbukti. Namun kini publik luas telah terlanjur menganggap bahwa A-mei adalah putrinya.

    Untuk menjaga reputasinya dengan tidak membuat berita skandal baru, maka ia memutuskan untuk tetap mengakui A-mei sebagai anak dan membiayai seluruh kebutuhannya.

    Namun ia semakin kurang meluangkan waktu dengan A-mei dan tidak terlalu ngurusin kehidupan pribadinya. Insiden malam itu justru ternyata memunculkan suatu ide brilyan di dalam benak Pak Wijaya.

    Apabila ide ini dijalankan pada momen yang pas, ia bisa mendapatkan keuntungan ganda, yaitu mendapatkan keuntungan finansial yang besar sekaligus membalas dendam terhadap penipuan yang dilakukan terhadap dirinya selama bertahun-tahun.

    Caranya yaitu dengan mengumpankan A-mei secara halus dan diam-diam kepada Pak Heru, kroninya itu! Apabila telah “memakan” A-mei, tentu Pak Heru jadi tak enak hati terhadapnya, sehingga besar kemungkinan ia mendapat proyek-proyek besar berikutnya.

    Sementara dengan statusnya sebagai “ayahnya”, tentu tidak ada seorang pun yang akan menyangka bahwa ia adalah Master Planner dari rencana busuk itu. Bahkan tidak akan ada orang yang tahu karena hal itu akan diatur terjadi di dalam rumahnya.

    But that’s the story for another time because nothing happened that night.

    Semenjak malam itu, telah beberapa kali Pak Heru mampir ke rumah Pak Wijaya atas undangannya menikmati masakan bikinan Mbok Yem yang rasanya sangat sesuai dengan lidah Jawa seperti Pak Heru.

    Kini A-mei menjadi semakin kenal dekat dengan Pak Heru. Apalagi dalam beberapa kesempatan, Pak Wijaya sengaja menarik diri sehingga ada banyak kesempatan mereka untuk saling bercakap-cakap sendiri.

    Weekend itu, Pak Heru kembali datang ke rumah karena diundang makan malam oleh Pak Wijaya. Saat Pak Heru sedang duduk bercakap-cakap dengan Pak Wijaya, ia melihat A-mei yang baru keluar dari kamarnya.

    Ia mengenakan kaus tank-top ketat warna pink dengan belahan dada rendah serta celana sport putih yang, yah, benar-benar pendek. Lekukan bagian atas payudaranya nampak jelas terbuka sementara payudaranya yang kecil tapi sexy terbungkus oleh bra dibalik kaus tank-top nya yang nampak menonjol.

    Ia memakai bra berwarna biru tua, terlihat dari tali bra di bahunya. Kontras sekali dengan kulitnya yang putih. Sementara celana pendeknya menampilkan sebagian besar pahanya yang putih mulus.

    “Oom Heru hari ini nginap disini lagi ya? Sebentar ya Oom, A-mei mau pake treadmill yang ada di kamar yang nanti Oom pake. Oom masih mau ngobrol sama Papi dan nggak buru-buru mau masuk kamar khan?”

    “Ini anak, bukannya olahraga dulu dari tadi. Khan Papi tadi sudah bilang kalo Oom Heru mau datang hari ini. Jadi mengganggu orang yang ingin istirahat saja.”

    “Ooh, nggak apa-apa kok. A-mei pake saja treadmill-nya dulu. Oom belum mau masuk ke kamar kok,” kata Pak Heru dengan mata berbinar-binar.

    “Papi gimana sih. Tuh, Oom Heru aja nggak keberatan kok.”

    “Ya udah, kalau mau olahraga buruan sana.”

    “Kalau gitu kita ngobrol dulu aja. Nanti kita makannya sama-sama, tunggu A-mei selesai olahraga. Apalagi biasanya habis olahraga khan jadi lapar.”

    “Iya, betul Oom. Ya udah A-mei olahraga dulu ya,” katanya sambil membalikkan badan. Nampak pantatnya menonjol dibalik celana putihnya yang super mini itu.

    Sementara A-mei berolahraga, kedua pria setengah baya itu ngomong ngalor-ngidul, mulai dari proyek-proyeknya, masalah mobil, uang, sampai, tentu saja, masalah cewek.

    Setengah jam kemudian, A-mei telah selesai berolahraga. Bajunya basah melekat ke tubuhnya yang penuh dengan keringat. Mukanya kemerahan. Dadanya naik turun karena napasnya terengah-engah.

    “Wah, dari tadi ngobrol terus, ngobrolin apaan sih? Kok kayaknya asyik banget.”

    “Papi ngomongin bisnis sama Oom Heru. Ayo, kamu mandi dulu, nanti kita makan bersama.”

    “Wah, habis olahraga nggak boleh langsung mandi. A-mei ikutan ngobrol bentar ya. Supaya ngerti bisnis juga,” kata A-mei sambil duduk di samping Pak Wijaya.

    Sementara mereka bercakap-cakap, Pak Heru semakin berbinar-binar memandangi wajah cantik dan tubuh indah A-mei yang basah oleh keringat itu.

    Sampai tak lama kemudian, akhirnya A-mei meninggalkan mereka untuk mandi.

    Petang itu, mereka makan bersama. Saat itu A-mei memakai baju rumahan dari kain yang halus dan tipis yang terdiri dari baju atasan dan rok dengan corak yang sama. Kali ini tentu ia memakai bra. Setelah ngobrol beberapa saat, akhirnya Pak Wijaya mohon diri.

    “Wah, sorry nih, friend, gua istirahat dulu ya. Kepala gua rada pusing nih. Ngobrolnya diterusin aja dulu. A-mei, nanti kalo sudah selesai, suruh Mbok Yem beresin meja makan ya. Oom Heru adalah tamu kita malam ini, kalo dia perlu apa-apa, kamu bantu juga. Papi mau masuk kamar dulu.”

    “Yah, Papi. Padahal ngobrolnya lagi seru-serunya nih.”

    “Kepala Papi lagi kumat peningnya. Ya udah kamu ngobrol dulu aja sama Oom Heru. Tapi nanti tidurnya jangan terlalu malam ya.”

    Malam itu…

    Pak Heru tiduran di kamarnya. Pikirannya dipenuhi oleh A-mei sampai-sampai penisnya menegang dengan keras. Yah, saat itu ia sedang terangsang hebat oleh A-mei. Terutama setelah ia bercakap-cakap berduaan denganya.

    Semenjak Pak Heru sering datang ke rumah, A-mei menjadi semakin akrab dengannya. Akrab bukan dalam arti cinta namun lebih sebagai figur seorang ayah atau kakak laki-laki yang selama ini sangat kurang didapatkan dari ayahnya sendiri.

    Baginya, Pak Heru adalah orang yang bisa dipercaya, mempunyai pengalaman banyak, menyenangkan dan enak diajak bicara.

    Kini ia semakin akrab sehinga sering membahas hubungan dengan cowoknya kepadanya dan kini sentuhan-sentuhan fisik kecil disaat mereka berdua berinteraksi sudah bukan hal yang aneh lagi.

    Namun bagi Pak Heru, hal itu tentu diartikan berbeda, karena pikirannya (seperti umumnya cowok) lebih berorientasi ke seks. Seringkali pikirannya bercabang, antara rasa respek terhadap temannya dan putrinya dengan hasrat seksual terhadap putri temannya itu.

    Hal itu membuatnya makin terobsesi terhadap A-mei. Namun, sudah tentu ia tidak bisa mengatakan terus terang kepada Pak Wijaya. Walaupun selama ini Pak Wijaya selalu memenuhi keinginannya, namun tentu ia tidak akan mengorbankan kehormatan putrinya sendiri.

    Memikirkan kecilnya kemungkinan untuk itu, ia jadi semakin terobsesi untuk mendapatkannya. Untuk menghilangkan keruhnya pikirannya itu, ia keluar dari kamarnya untuk berjalan-jalan. Saat itu seluruh ruangan sudah gelap.

    Lampu kamar Pak Wijaya juga sudah gelap. Namun kamar A-mei masih terang dan terdengar suara musik dari dalam. Terjadi pergolakan batin pada dirinya sebelum akhirnya setan di benaknyalah yang menang.

    Mumpung lampu kamarnya masih menyala, pikirnya, kalau nggak sekarang kapan lagi. Ia mengetuk pintu kamar A-mei. Tak lama, A-mei membuka pintunya. Ia masih memakai baju yang sama, namun ia tidak memakai bra.

    “A-mei, sorry ya. A-mei belum tidur khan. Oom mau minta tolong, gimana ya cara jalanin treadmill. Besok pagi-pagi Oom mau olahraga juga,” katanya mengada-ada.

    “Ooh, gampang, Oom. Tinggal dinyalain aja tombol powernya, lalu timer dan kecepatannya di-set.

    “Nah, itu yang Oom nggak gitu paham. A-mei bisa tolong tunjukin sebentar.”

    “OK, Oom. Nggak masalah.”

    “Nah, gini nih, Oom. Cara pakainya.”

    (Sementara itu terdengar suara pintu kamar yang tertutup secara otomatis)

    “Wah, terima kasih deh. Untung ada A-mei yang ngajarin. Oom minta maaf ya ngeganggu A-mei malem-malem.”

    “Ah, nggak apa-apa kok Oom. A-mei juga masih belum tidur.”

    “Biasa A-mei tidur jam berapa?”

    “Nggak tentu Oom. Biasanya antara jam 12 – 1. Kadang A-mei minta Mbok Yem mijitin. Kalo habis dipijitin gitu, badan jadi enak, jadi A-mei tidur lebih cepat.”

    “Jadi malam ini tidur agak malam karena nggak dipijit Mbok Yem?”

    “Nggak juga, Oom. Soalnya A-mei masih ngecek email sambil dengerin musik. Tadi sebenarnya memang A-mei pengin minta Mbok Yem pijitin. Tapi A-mei lupa bilang tadi, gara-gara keasyikan ngobrol. Jadi Mbok Yem Keburu tidur. “

    “Wah, Oom jadi nggak enak nih. Gara-gara ngobrol sama Oom, A-mei jadi nggak bisa dipijitin sama Mbok Yem. Sebagai gantinya, gimana kalau sekarang Oom yang mijitin A-mei?”

    “Wah, nggak bisa Oom.”

    “Lho, kenapa?”

    “Soalnya…soalnya, biasanya kalo dipijitin Mbok Yem, A-mei nggak pake baju,” katanya sambil tertunduk malu.

    “Lho ya bajunya nggak perlu dibuka dong,” katanya sambil memegang rambut A-mei.

    “Oom cuman mau pijitin tangan dan punggung kamu sebentar aja kok. Soalnya Oom merasa nggak enak, gara-gara ngobrol sama Oom, kamu jadi nggak bisa dipijitin Mbok Yem. Cuman sebentar aja kok.

    Hitung-hitung, nebus kesalahan Oom tadi. Kalo nanti mau udahan, bilang aja sudah cukup gitu. OK? Oom nggak punya pikiran jahat sama A-mei kok. Apa jangan-jangan A-mei takut kalau sama Oom.”

    “Bukan gitu Oom. A-mei bukannya takut Oom punya pikiran jahat. Tapi A-mei nggak mau ngerepotin Oom.”

    “Ah, nggak kok. Oom nggak merasa direpotin. Ayuk, kamu duduk aja di sini,” katanya sambil langsung mendorong A-mei supaya duduk di ranjang. sumber ceritasex.site

    Setelah A-mei duduk di tepi ranjang, mulailah kedua tangan Pak Heru meremas-remas dengan lembut kedua bahu A-mei dari belakang. Ia duduk di samping belakang A-mei, sementara kedua tangannya terus meremas-remas bahunya.

    Paha A-mei makin terlihat karena rok-nya makin terangkat naik karena duduk. Terciumlah aroma yang harum semerbak dari rambut dan tubuh A-mei. Di dalam hati, Pak Heru mengucapkan mantera jampi-jampi yang didapat dari dukunnya yang dipercayai ampuh untuk menaklukkan hati wanita.

    Mula-mula A-mei agak tegang namun makin lama makin merasa rileks. Ditambah lagi suasana lampu kamar yang agak redup. Sampai-sampai ia memejamkan mata merasakan pijitan Oom Heru.

    Mengetahui dari body language A-mei yang semakin rileks, tangan Pak Heru mulai berpindah-pindah, dari bahu ke pundak dan bergerak lagi ke punggung sampai seluruh bagian punggung A-mei telah habis dijelajahinya.

    Malah kedua tangannya sempat masuk ke balik bajunya, memijiti punggungnya, merasakan kulit punggungnya yang halus secara langsung tanpa ada tali bra yang melekat di punggungnya.

    A-mei semakin larut terbuai sampai-sampai ia sedikit mendoyongkan tubuhnya ke belakang dan kepalanya. Sementara Pak Heru semakin berusaha mendekatkan tubuhnya ke tubuh A-mei.

    Demikianlah, yang satu mendoyongkan dirinya ke belakang, yang satunya lagi memajukan dirinya ke depan. Sampai akhirnya tubuh A-mei tersandar sepenuhnya ke Pak Heru. Punggungnya betul-betul menempel ke dada Pak Heru.

    Bersambung…

    1 2