Cerita Sex Pemuda Kampung – Matahari hari mulai terbenam di ufuk barat ketika Jamaluddin Indra, yang lebih akrab dipanggil Indra, baru saja bangun dari tidurnya. Dengan mata masih mengantuk, Indra berusaha bangun dan mengambil handuk yang kemudian dililitkan dipinggangnya.
Kemudian dia berjalan menuju sungai, yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumahnya. Pemuda berusia 16 tahun, berwajah ganteng dan bertubuh atletis ini berjalan melintasi persawahan sambil bernyanyi kecil. Indra adalah figur pemuda kampung yang supel, ramah dan pintar bergaul.
Ayahnya Pak Brata adalah seorang petani yang cukup berhasil. Pak Brata memiliki tiga orang istri. Indra anak satu-satunya dari isteri ketiga Pak Brata. Ibunya bernama Ani, biasa dipanggil Bu Ani, seorang penjual kue dipasar yang letaknya tidak begitu jauh dari kampungnya.
Ngocoks Menurut cerita orang-orang kampung, Indra bukanlah anak kandung Pak Brata. Ibunya sudah hamil tiga bulan ketika dikawin Pak Brata. Ibunya dihamili majikannya sewaktu ibunya masih menjadi TKW di Arab. Makanya, wajah Indra mirip dengan orang Arab.
Singkat cerita, Indra sudah hampir sampai disungai. Sore ini, Indra merasakan ada sesuatu yang lain dari biasanya. Dimana sungai tempatnya mandi, biasanya ramai. Tumben hari ini sepi sekali. Oh, mungkin aku bangun kesorean, pikir Indra dalam hati. Sambil melanjutkan langkahnya berjalan.
Indra dikejutkan oleh suara seorang perempuan sedang merintih dan mendesah-desah. Suara itu datangnya dari arah sungai. Indra merasa penasaran oleh suara-suara itu. Dia mendekati arah suara itu.
Alangkah terkejutnya Indra melihat pemandangan didepannya, yang membuat berdiri terpaku. Pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya langsung. Dimana, Mbak Siti tetangganya, sedang mandi sambil meraba-raba buah dadanya.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Indra segera mencari tempat yang agak tersembunyi, mengintip Mbak Siti. Mbak Siti yang dalam keadaan telanjang bulat, tidak menyadari kalau didepannya seseorang sedang melihatnya dengan mata melotot dan jakun yang naik turun.
Wanita berusia 25 tahun, yang sudah setahun ditinggal suaminya menjadi TKI ini, semakin asyik meremas-remas buah dadanya.
“Akh.., ohh.., oohh.., ” desahan-desahan nikmat yang keluar dari mulutnya, membuat Indra semakin terpukau memandangnya. Indra merasakan penisnya menegang dibalik celana dalamnya. Tanpa sadar dia menyusupkan tangan ke balik celana dalamnya.
Indra meraba-raba kemaluannya yang makin lama makin mengeras. Indra semakin bernafsu saat Mbak Siti, meraba-raba vaginanya sendiri. Kemudian Mbak Siti memasukkan jari-jarinya ke dalam vaginanya.
Dicucuk-cucuknya vaginanya sendiri sambil mulutnya mendesah-desah. Membuat Indra semakin tak kuat menahan nafsu birahinya.
Indra melepaskan handuk dan celana dalamnya lalu mengeluarkan penisnya yang sudah berdiri tegak. Diraihnya kemaluannya, kemudian dikocok-kocoknya.
Saat Indra sedang asik mengocok-ngocok penisnya. Tanpa disadarinya Mbak Siti telah berdiri tanpa busana didepannya.
“Kamu lagi ngapaain Ndra,” tanya Mbak Siti.
“Maaf.., Mbak.., maaf,” sahut Indra tergagap, tanpa melepaskan pandangan dari tubuh telanjang Mbak Siti.
“Kamu lihat ini ya,” tanya Mbak Siti sambil menunjuk vaginanya.
Indra hanya diam, tak menyahut. Hatinya berdebar-debar melihat tatapan mata Mbak Siti.
“Kamu suka Ndra,” tanya Mbak Siti sambil tersenyum. Tanpa menunggu jawabab Indra, Mbak Siti menggerakkan tangannya meraih penis Indra.
“Aow, penismu gede sekali Ndra, panjang lagi,” jerit Mbak Siti. Mbak Siti mengelus-elus lembut penis Indra dengan tangan kanannya.
Sementara tangan kirinya meraba-raba buah pelir Indra. Indra merasakan badannya panas dingin. Baru kali ini penisnya dipegang dan dielus-elus seorang wanita.
Mbak Siti yang sudah berpengalaman bersetubuh dengan laki-laki, sangat tahu kalau Indra sangat menginginkannya.
Tanpa melepaskan kocokkannya pada penis Indra, Mbak Siti mendekatkan mulutnya ke mulut Indra. Perlahan dikecupnya bibir Indra. Mbak Siti membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya mengisi rongga mulut Indra yang mulai terbuka.
Indra menyambutnya lumatan Mbak Siti dengan pagutan yang hebat pula. Cukup lama mereka bercumbu. Mbak Siti kemudian melepaskan lumatannya pada mulut Indra.
Kemudian dia menjilati leher Indra. Indra mendesah-desah merasakan nikmat.
Dengan sedikit membungkukkan badannya, Mbak Siti kemudian menjilati dada Indra lalu turun dan berhenti dibawah pusar Indra. Cukup lama Mbak Siti memainkan lidahnya di bawah pusar Indra. Kemudian Mbak Siti berjongkok didepan Indra. Mbak Siti mendekatkan wajahnya keselangkangan aNdra. Mbak Siti menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati kepala penis Indra.
“Oohh.., Mbakk.., akh.., nik.. mat,” desah Indra penuh nafsu, ketika lidah Mbak Siti berputar dan menari-nari dikepala penisnya. Mbak Siti semakin bernafsu menjilati penis aNdra, dari kepala penis sampai kepangkal dijilatinya. Tanpa sejengkalpun terlewatkan.
“Oohh.., Mbak.., Mbak.., enak,” jerit Indra saat Mbak Siti memasukkan penis Indra ke mulutnya.
Kepala Mbak Siti bergerak maju mundur mengulum penis Indra. Penis Indra disedotnya kuat-kuat
sampai pipi Mbak Siti kempot.
“Akhh.., truss.., Mbakk.., truss,” suara Indra seperti mengigau keenakan.
Sekitar lima belas menit berlalu Mbak Siti, menyudahi kulumannya. Kemudian dia membentangkan handuknya diatas rumput.
Indra disuruhnya tidur terlentang. Mbak Siti kemudian berjongkok diatas selangkangan Indra. Diraihnya batang penis Indra, dikocok-kocoknya sebentar lalu diarahkan
tepat kelubang vaginanya.
Mbak Siti mulai menurunkan pantatnya. Sedikit demi sedikit penis Indra memasuki lubang vagina Mbak Siti.
Semakin lama semakin dalam, hingga seluruh batang penisnya amblas kelubang vagina Mbak Siti. Indra merasakan penisnya seperti dipijit-pijit.
Baru pertama kali inilah penisnya masuk kelubang vagina wanita.
Nikmatnya luar biasa. Apalagi saat Mbak Siti mulai menaik turunkan pantatnya, membuat penis aNdra keluar masuk dari lubang vaginanya.
Kenikmatan yang sama juga dirasakan Mbak Siti. Sudah setahun lebih dia tidak merasakan nikmatnya bersetubuh. Apalagi penis Indra jauh lebih besar dari kepunyaan suaminya.
“Ohh.., Ndras.., penismu.., enak banget,” desis Mbak Siti.
Mbak Siti semakin bersemangat menaik turunkan pantatnya. Diselingi gerakkan berputar dan bergoyang ke kiri dan ke kanan.
Indra tak mau tinggal diam, pantatnya disodok-sodokkan ke atas dan ke bawah seirama gerakkan Mbak Siti. Tangannya meremas-remas pantat Mbak Siti.
Sekitar empat puluh menit sudah mereka bersetubuh. Mbak Siti semakin mempercepat gerakan pantatnya, ketika dirasakannya orgasmenya hampir sampai. Demikian juga Indra semakin cepat dia menyodok-nyodokkan pantatnya.
“Keluarin di dalem aja Ndra, lebih enak,” pinta Mbak Siti.
Indra mengaggukkan kepalanya, menyetujui permintaan Mbak Siti. Beberapa detik kemudian tubuh mereka sama-sama mengejang, keringat mereka bercucuran. Dan hampir bersamaan, mereka berteriak lantang ,” Aku.., keluarr.” Dan tumpahlah sperma Indra yang cukup banyak dilubang vagina Mbak Siti.
Mbak Siti kemudian dia turun dari tubuh Indra, dan berjongkok disamping. Diraihnya penis Indra dan dikocok-kocoknya sebentar. Mbak Siti mendekatkan kepalanya keselangkangan Indra.
Sambil tersenyum penuh arti, Mbak Siti menjilati penis Indra. Sisa-sisa sperma dipenis Indra dijilatinya sampai bersih.
Setelah beristirahat sebentar, Mbak Siti kemudian mengenakan pakaiannya. Membiarkan Indra yang masih terlentang tanpa busana.
“Ndra, nanti malam ke rumahku ya, akan kulayani kamu sampai pagi,” bisik Mbak Siti ditelinga Indra. Indra mengangguk, kemudian bangkit dan mengecup bibir Mbak Siti dengan mesra.
“Makasih Mbak, Mbak telah memberiku pelajaran yang luar biasa. Sambil melangkah pergi, Mbak Siti tersenyum bangga, telah berhasil meraih keperjakaan Indra.
Indra kemudian turun kesungai untuk membersihkan. Dia merasa bangga, karena hari ini dia mendapatkan pengalaman yang luar biasa.
Pengalaman pertama kali menikmati enaknya vagina wanita.
Pengalaman yang sudah lama diidam-idamkannya.
Malam harinya Indra datang kerumah Mbak Siti, memenuhi undangannya. Indra berdiri didepan pintu rumah, lalu mengetuknya.
“Mbak, Mbak Siti,” panggil Indra.
“Masuk aja Ndra, nggak dikunci,” sahut Mbak Siti dari dalam.
Indra kemudian masuk lalu mengunci pintu dari dalam. Dia melangkahkan kakinya mendekati kamar Mbak Siti.
Didalam kamar Mbak Siti telah menunggunya. Saat Indra memasuki kamar Mbak Siti, didapatinya Mbak Siti sedang duduk diatas ranjang tanpa mengenakan selembar benang.
Kedua kakinya terbuka lebar-lebar. Mbak Siti menyuruh Indra mendekat dan berjongkok dilantai.
“Ndra, jilatin vaginaku sayang,” pinta Mbak Siti.
Indra menuruti permintaan Mbak Siti. Dia lalu berjongkok dilatai. Wajahnya didekatkan keselangkangan Mbak Siti. Lidahnya dijulurkan dan ditempelkan ke bibir vagina Mbak Siti.
Dan Indra mulai menggerak-gerakkan lidahnya, menjilati bibir vagina Mbak Siti.
Kelentit Mbak Siti dicucuk-cucuk dan disedot-sedotnya. Pantat Mbak Siti terangkat-angkat menerima jilatan Indra. Bibirnya mendesis. Sesekali Indra memindahkan jilatannya kelubang anus Mbak Siti.
“Akhh.., akuu.., tak.., tahan.., Ndra,” desis Mbak Siti sambil meraih kepala Indra dan membenamkannya keselangkangannya.
Beberapa menit berlalu, aNdra menyudahi jilatannya. Kemudian dia berdiri sambil melepaskan seluruh pakaiannya. Setelah semuanya terlepas, Indra meraih penisnya yang sudah setengah tegang.
Dikocok-kocoknya penisnya sendiri hingga tegang penuh. Setelah dirasa cukup Indrapun menempelkan penisnya kelubang vagina Mbak Siti.
Didorongnya tubuh Mbak Siti, hingga terlentang diranjang. Kedua kaki Mbak Siti diangkat tinggi-tinggi, hingga ujung kaki Mbak Siti berada diatas bahunya.
Dengan sekali dorongan saja, penis Indra melesat masuk ke lubang vagina Mbak Siti yang telah basah dan memerah.
“Aow Ndra, pelan-pelan sayang,” jerit Mbak Siti.
Tanpa menghiraukan jeritan Mbak Siti, Indra memaju mundurkan pantatnya, membuat penisnya keluar masuk dilubang vagina Mbak Siti.
“Ndra.., teruss.., sayang.., sodok teruss,” pinta Mbak Siti penuh nafsu.
“Mbak.., enak.., banget.., Mbak,” sahut Indra.
Indra semakin mempercepat sodokkannya ketika dirasakannya vagina Mbak Siti berkedut-kedut, otot-otot vagina Mbak Siti menegang dan menjepit penisnya.
Beberapa menit kemudian Mbak Siti menjerit sangat keras,”Ndras.., akuu.., keluarr,”.
Tubuh Mbak Siti mengejang. Tangannya mencengkeram sprei dengan keras. Dan Mbak Sitipun meraih orgasmenya.
Cairan-cairan hangat merembes dari lubang vaginanya. Membasahi penis aNdra.
“Kamu belum keluar Ndra,” tanya Mbak Siti beberapa saat setelah berhasil menguasai dirinya.
“Mbak akan puaskan kamu Ndra,” kata Mbak Siti, sambil menarik tubuhnya. Mbak Siti kemudian menungging, membelakangi Indra, dengan kaki berpijak dilantai sementara tangannya mencengkeram tepi ranjang.
“Ndra, masukkin penismu keanusku,” perintah Mbak Siti, sambil meraih penis Indra yang ada dibelakang pantatnya.
Indra memajukkan pantatnya, hingga penisnya menyentuh lubang anus Mbak Siti.
“Dorong Ndra, dorong,” pinta Mbak Siti tak sabaran. Indra menuruti kemauan Mbak Siti, didorongnya pantatnya lebih maju.
Dan sedikit demi sedikit batang penisnya memasuki lubang anus Mbak Siti. Setelah seluruh batang penisnya masuk, Indra mulai memaju mundurkan pantatnya. Sempitnya lubang anus Mbak Siti menjepit penis Indra.
Mbak Siti mengimbangi gerakkan Indra dengan menyodok-nyodokkan pantatnya, sambil mencucuk-cucuk vaginanya sendiri. Ceritasex.site
Indra semakin bersemangat mendorong-dorong pantatnya, saat dirasakannya penisnya berkedut-kedut.
“Mbakk.., akuu.., mau., keluarr,” jerit Indra dengan nafas terengah-engah.
“Aku juga Ndra, kita keluarin bareng Ndra,” sahut Mbak Siti.
Beberapa menit kemudian Indra merasakan otot-ototnya menegang. Dan crot.. crot.. crot..
Indra menumpahkan spermanya didalam lubang anus Mbak Siti.
Malam itu mereka bersetubuh sampai pagi. Sampai badan mereka kelelahan dan tertidur.
Sejak saat itu, hampir setiap malam mereka menikmati persetubuhan. Indra ketagihan atas pelayanan yang diberikan Mbak Siti. Begitu juga Mbak Siti sangat puas. Rasa kesepiannya yang telah setahun ditinggal suaminya, kini terobati. Nafsu birahinya yang meledak-ledak kini tersalurkan.
Warning: Novel 21+ Bijaklah dalam memilih bacaan yang sesuai dengan usia anda!.
Ceysa tidak lagi percaya cinta sejak pernah sangat terluka. Baginya, kebutuhannya pada seorang pria hanya untuk menghangatkan malamnya. Tidak ada komitmen, hanya untuk bersenang-senang.
Suatu ketika dia terjebak dengan seorang pria yang jauh lebih muda, yang dibayarnya untuk satu malam lewat sebuah aplikasi dating online. Ceysa pikir, dia tidak beruntung malam itu. Namun siapa sangka, itu menjadi malam yang paling berkesan untuknya.
Akankah Ceysa membutuhkan pria itu lebih dari satu malam?
Ngocoks Di usia kepala tiga, karir Ceysa makin bersinar. Usaha Wedding organizer yang dibangunnya dari nol, kini telah memiliki cabang di mana-mana. Tapi, di balik kesuksesan itu ada kegagalan yang selalu dipertanyakan, yaitu soal percintaannya. Dalam hal ini, Ceysa sangat tidak beruntung.
Ceysa adalah tipe wanita yang sangat sulit untuk jatuh cinta. Sekalinya dia menyukai seorang pria, malah harus berakhir dengan terluka. Sejak saat itu Ceysa tidak mau percaya lagi pada yang namanya cinta.
Ting!. Ceysa melirik ponselnya yang ada di sebelah mouse pad, membuatnya sejenak beristirahat dari kesibukan yang menyita waktu sejak pagi. Ada sebuah notifikasi dari aplikasi dating online, yang memang sedang ditunggu.
Jangan bayangkan Ceysa sudah putus asa sehingga memilih mencari pacar lewat aplikasi kencan, ini bukan yang seperti itu. Aplikasi dating online ini ibarat perantara dalam menemukan teman tidur, hanya sebatas itu. Ya, dia memang gila untuk urusan yang satu ini, tapi membutuhkannya sebagai wanita normal berusia tiga puluh tahun.
Bukannya tidak bisa mencari sendiri, tapi kebanyakan pria di luar sana ingin lebih. Sementara dia hanya membutuhkan hubungan satu malam tanpa harus repot-repot berkomitmen atau basa-basi.
“Vale,” ucap Ceysa menyebut nama pria yang baru saja mengirimkan ketertarikan pada tawarannya di aplikasi itu.
Tidak bisa dipastikan itu nama yang asli atau hanya samaran, dan Ceysa tidak begitu peduli. Toh, dia juga tidak memakai identitas asli. Tidak ada foto atau hal pribadi apapun yang akan muncul, sehingga semuanya aman.
Ceysa membuka profil pria bernama Vale itu. Akunnya terverifikasi, yang artinya bukan seorang penipu. Tidak ada foto, karena memang aplikasi ini sangat menjaga privasi seseorang. Namun di sana tertera detail ciri-ciri fisiknya, meski berpotensi tidak jujur.
Di situ, pria itu hanya menulis kalau dia memiliki kulit yang bersih dan aroma tubuh yang wangi. Tidak ada yang dilebih-lebihkan, tapi justru itu dua hal penting yang Ceysa inginkan.
Dari awal, Ceysa sudah cukup tertarik dengan namanya. Vale, nama yang unik. Lalu profilnya yang sederhana, patut dicoba. Dia pun menekan accept sebagai tanda kalau hubungan mereka bisa dilanjutkan. Selanjutnya tinggal mengirim undangan mengenai waktu dan tempatnya.
Begitu saja.
Ceysa sudah kembali sibuk dengan pekerjaan yang menumpuk. Tidak ada waktu untuk berangan-angan membayangkan seperti apa pria yang akan ditemuinya nanti. Toh, hanya untuk satu malam. Sejauh ini belum ada yang benar-benar membuatnya puas, hingga ingin mengulang malam bersama beberapa pria sebelumnya. Semua hanya untuk satu malam, malah ada yang berakhir sebelum dimulai lantaran prianya menjijikkan.
Tok. Tok. Tok.
“Bu, Pak Fredy dan Ibu Fidya sudah datang,” beritahu asisten Ceysa.
Ceysa pun berdiri, langsung ke luar menyambut dua orang tamu penting yang sudah ditunggu-tunggu. Untuk saat ini, hanya pekerjaan yang bisa membuatnya lebih bahagia. Kala mendapat job besar dari calon pengantin, itu merupakan pencapaian yang luar biasa.
***
Setelah mengirimkan chat pada Blaire kalau dia tidak akan pulang malam ini, Ceysa pun memacu mobilnya. Dia ingin me time di tempat perawatan tubuh lebih dulu, melakukan body spa secara menyeluruh. Secara fisik, harus diakui Ceysa sangat terawat.
Ponselnya berbunyi, Blaire yang menelepon. Ceysa pun memasang ear phone ke telinganya, lalu menerima panggilan itu.
“Halo, Bi?” sapanya.
“Cey, emangnya Lo mau ke mana kok nggak pulang?” tanya Blaire.
“Ada kerjaan nih di luar kota,” bohong Ceysa. Dia tidak mungkin jujur pada sahabatnya itu, bisa-bisa heboh satu kelurahan kalau mereka semua tahu kebiasaan apa yang dimilikinya selama ini.
“Yah … padahal gue sama Allura mau ngajakin Lo shopping malam ini. Lagi ada sale tau, Cey.”
“Kenapa nggak besok malam aja?”
“Cuma malem ini doang sale-nya.”
“Ya udah kalian pergi aja tanpa gue.” Ceysa memutar setir ke kiri, memasuki halaman parkir tempat spa langganannya.
“Ya udah deh, mau diapain lagi kalau Lo sibuk. Ini weekend loh Cey, jangan terlalu keras gitu kerjanya. Sesekali kasih badan Lo istirahat,” omel Blaire.
“Iyaaa. Bawel banget sih.”
“Ya udah, hati-hati ya. Kabarin kalau ada apa-apa.”
“Sip.” Ceysa mematikan mesin mobil. Dia turun dari mobil setelah selesai teleponan.
“Selamat sore Mbak Ceysa,” sapa seorang pegawai tempat spa itu.
Ceysa membalas dengan senyuman. Dia sudah sering ke sana, merupakan pelanggan tetap juga sehingga setiap datang pasti disambut dengan baik.
“Di ruangan VIP kosong tiga ya, Mbak. Silakan,” ucap seseorang.
Ceysa pun mengikuti seorang terapis langganannya. Dia dibawa ke sebuah kamar yang sangat nyaman.
“Hari ini ambil paket komplit ya, Mbak?” tanya terapis bernama Ayu itu.
“Iya, sekalian waxing ya.”
“Oke, Mbak.”
***
Ceysa sudah mengatur tempat untuk malam ini di sebuah hotel berbintang yang terletak cukup jauh. Dia juga telah mengirimkan lokasinya, nomor kamar, serta jam berapa Vale harus datang. Tidak ada basa-basi, pria itu cukup menjalankan perannya sesuai bayaran, lalu pergi.
Selagi Vale belum datang, Ceysa lebih dulu mandi merilekskan pikirannya. Dia hanya mengenakan bathrobe, membiarkan rambutnya tetap basah. Tidak perlu berdandan atau memakai lingerie berlebihan, karena hubungan yang terjadi malam ini hanya sebatas kepuasan.
Ting tong!
Ceysa cukup terkesan Vale datang di waktu yang benar-benar pas, tidak terlalu cepat ataupun terlambat. Dia pun membuka pintu cukup lebar, tapi kemudian terpaku menatap pria yang berdiri di depan pintu.
Dia … Vale?
“Vale,” ucap pria itu sembari memberi setangkai bunga mawar merah dan tersenyum memikat.
Sungguh, Ceysa tidak memungkiri pria berkemeja kotak-kotak ini sangat tampan. Namun yang jadi persoalan, bukankah dia terlihat terlalu muda?
“Hei …” Vale melambaikan tangan di depan wajah Ceysa.
Ceysa tersentak, lalu dengan cepat mengambil bunga itu dan mundur. Pria itu masuk ke dalam, tingginya pas dengan postur tubuh yang ideal. Saat lewat, aromanya benar-benar jenis kesukaan Ceysa, maskulin dan segar.
“Silakan duduk,” suruh Ceysa.
Vale tersenyum dan duduk di sofa itu, sembari matanya melihat-lihat seisi kamar berfasilitas mewah itu. “Kamu harusnya nggak perlu sewa kamar semahal ini,” ucapnya.
Ceysa duduk berhadapan dengan Vale dan menaruh bunga itu ke meja. “Ini demi kenyamanan,” ucapnya tenang.
Vale, si pemilik mata elang itu lantas menatap Ceysa begitu dalam. “Kamu sudah makan?” tanyanya.
“Berapa usia kamu?” tanya Ceysa to the point.
Vale sedikit mengerutkan kening, tapi kemudian terkekeh. “Emangnya kamu nggak lihat di profil aku?” tanyanya.
Ceysa rasanya melihat kalau usia pria itu di profilnya tiga puluh lima tahun. Tapi dia yakin usia Vale lebih muda dari itu. “Bisa tolong dijawab aja?” mintanya datar.
“Aku dua tiga,” jawab Vale. “Sorry, aku sengaja palsuin umur di profil biar nggak diincar sama Tante-tante.”
Shit!
Ceysa memijat keningnya. Dia tidak pernah membayangkan akan tidur dengan pria yang tujuh tahun lebih muda darinya. Jadinya, dia seperti Tante-tante yang mencari kepuasan pada seorang brondong.
“Ada masalah?” tanya Vale bingung.
“Saya udah bayar kamu sesuai kesepakatan. Tapi, bisa kita akhiri sampai di sini?” tegas Ceysa tanpa basa-basi.
Vale mengerutkan kening. “Kenapa?” tanyanya.
“Kamu nggak perlu tau alasannya.” Ceysa kemudian berdiri, “silakan ke luar.”
“Karena usia aku?” Alih-alih menuruti keinginan Ceysa, Vale tetap duduk di sana.
“Saya mohon, kamu pergi sekarang,” ulang Ceysa penuh penekanan.
Vale tersenyum geli. “Aku nggak suka dibayar tanpa bekerja. Kamu udah keluarkan banyak uang untuk semua ini, kenapa harus diakhiri?” tanyanya keras kepala.
“Maaf, saya tidak terbiasa bermain dengan anak kecil,” ucap Ceysa agak kasar.
Vale terkekeh. “Kamu harus mencoba lebih dulu anak kecil ini, baru nanti putuskan apakah permainannya akan menyenangkan atau tidak,” ucapnya menantang.
Saat Vale berdiri, Ceysa merasa gugup dan jantungnya berdebar keras. Dia bisa mencium kembali aroma pria itu. “Sa-saya minta kamu pergi sekarang. Saya tidak …” Ucapan Ceysa terhenti ketika tubuhnya didesak ke tembok, dan dikunci dengan kedua tangan Vale yang kekar.
“Try me,” bisik Vale.
Jantung Ceysa berdebar makin keras ketika bibirnya dilumat oleh Vale. Dia tidak pernah mengizinkan pria mana pun menyentuh wajahnya, tapi kali ini ciuman Vale melemahkannya. Dia tak berdaya dalam permainan bibir dan lidah Vale.
Vale menarik Ceysa menuju ranjang, lalu membaringkannya. Dia melepas kemejanya, memamerkan otot-otot di perut. Lalu dia membungkuk di atas wanita itu dan mencium bibirnya kembali.
Kali ini, Ceysa membalasnya.
“Kamu nggak mau pulang?”
Vale mengancingkan celananya. Lalu memicingkan mata, “ngusir banget nih?” kekehnya.
“Nggak berniat nginep, kan?” sindir Ceysa. Dia tidak pernah membiarkan pria manapun ikut menginap, karena kebutuhannya telah terpenuhi.
“Kalau diizinin sih …” Melihat tatapan tajam Ceysa, Vale tertawa. “Galak banget sih. Ngobrol dulu gimana? Tenang, gratis kok.”
Ceysa mencebik.
Sebotol red wine dan dua gelas telah disediakan di atas meja. Ceysa tidak pernah berpikir akan menjamu pria satu malamnya seperti ini, namun itulah yang terjadi. Mereka duduk di balkon kamar menikmati udara yang menyejukkan.
“Kamu udah lama kerja kayak gini?” tanya Ceysa.
“Nggak juga. Aku baru jadi member di aplikasi itu tiga bulanan,” jawab Vale.
“Oh.” Baru tiga bulan tapi keahlian bercintanya sudah expert, haruskah Ceysa percaya?
“Kamu sendiri?”
“Baru enam bulan,” jawab Ceysa.
“Bukan itu pertanyaannya,” ledek Vale. Dia terkekeh, tapi Ceysa tetap dengan ekspresi tenangnya. “Kenapa pakai jasa aplikasi dating? Aku yakin kamu bisa dapetin pria manapun dengan mudah.”
“Pria manapun yang kamu maksud nggak akan setuju dengan hubungan satu malam. Mereka pasti menuntut hal lainnya,” jawab Ceysa.
Vale menatap Ceysa begitu dalam. Entah apa yang dia pikirkan. “Emang nggak bisa lebih dari satu malam?” tanyanya.
Ceysa balas menatap Vale. “Ini akan jadi pertemuan pertama dan terakhir kita,” tegasnya.
“Kejam banget,” ledek Vale.
Ceysa hanya mencebik. Dia menyesap wine sedikit demi sedikit. Matanya memandang ke langit, begitu banyak bintang di sana. Malam ini cerah.
“By the way, nama kamu siapa?” tanya Vale. “Kita belum kenalan secara resmi.” Dia menyodorkan tangan.
“Kamu nggak perlu tau apapun tentang saya. Apapun yang terjadi di antara kita, jangan dianggap serius,” ucap Ceysa.
Vale menghela napas dan menarik tangannya. “Kamu membutuhkan lebih dari sekedar teman tidur,” ucapnya sok tahu.
“Kayaknya kita udah melewati batas. Aku harap kamu bisa pergi sekarang,” usir Ceysa sembari berdiri.
Saat Ceysa akan masuk ke dalam, Vale menarik tangannya hingga wanita itu duduk di pangkuannya. Protes Ceysa dibungkam oleh ciuman Vale.
Awalnya Ceysa berniat menolak, tapi pria itu membuatnya kembali tak berdaya. Dia pun mengalungkan tangan ke lehernya, membalas ciuman itu sama bersemangatnya. Belum satu jam mereka beristirahat dari lelah, nafsu sudah kembali datang.
Vale menciumi leher Ceysa dengan rakus. Dia suka aroma tubuh wanita itu, manis dan menyegarkan. “Kamu jangan pakai parfum ini saat bersama pria lain,” bisiknya sembari mencium daun telinganya.
Ceysa tidak begitu menggubrisnya, karena yang ada di kepalanya hanya nafsu yang membara. Hasratnya bagai tidak pernah padam, anehnya itu hanya terjadi saat bersama Vale. Laki-laki sebelumnya, lebih banyak membuat Ceysa ilfeel.
***
Ceysa terbangun setelah mentari pagi menampakkan cahayanya lewat tirai jendela yang terbuka. Dia tidak bisa bergerak karena tangan Vale sedang memeluknya. Semalaman mereka tidur di ranjang yang sama dengan posisi seperti ini. Dia sendiri lupa apa yang membuatnya mengizinkan Vale menginap, mungkin karena kelelahan jadi tidak bisa berpikir jernih.
Pelan-pelan Ceysa memindahkan tangan Vale dari tubuhnya. Dia duduk sembari memijat kepala. Masih terasa mengantuk, tapi tidak bisa tetap di sini. Selain alasan pekerjaan yang telah menunggu, dia juga tidak ingin sampai terjebak dengan seorang brondong.
Dengan sangat hati-hati, Ceysa turun dari ranjang. Dia tidak menciptakan suara apapun hingga selesai bersiap. Sebelum pergi, lebih dulu ditulisnya sesuatu di sebuah kertas. Sejenak dia memandang wajah pulas Vale.
“Kamu cukup mengagumkan, tapi sorry kita harus akhiri sampai di sini.” Ceysa bergumam dalam hati.
Setelah itu Ceysa meninggalkan hotel. Dia telah berpesan pada resepsionis untuk membangunkan Vale bila hingga waktunya check out pria itu belum juga pergi.
Selama perjalanan, ingatan tentang percintaannya dengan Vale terus gentayangan di kepala. Sosok itu telah membuatnya terpuaskan semalaman. Bila harus dibandingkan dengan pria lain yang pernah tidur dengannya, Vale yang terbaik.
Andai usia Vale sama dengannya atau jauh di atasnya, mungkin dia akan mempertimbangkan untuk bertemu lagi dengan pria itu. Sayangnya, Ceysa tidak tertarik berhubungan dengan seseorang yang lebih pantas menjadi adiknya. Tujuh tahun perbedaan yang sangat tidak masuk akal untuk bisa dimaklumi.
“Wake up Ceysa, Lo nggak seharusnya mikirin anak kecil itu.”
Cerita Sex Akibat Sering Onani – Aku orang yang mungkin punya kelainan, menyukai orang dari keluargaku sendiri. Aku anak tunggal, mungkin karena aku tidak pernah bertemu wanita lainlah yang membuatku demikian. Sudah semenjak SMP aku mengenal yang namanya bokep, semenjak itu pula aku selalu membayangkan ibuku sambil mengocok penis di kamar mandi.
Ya, onani adalah kebiasaanku ketika pagi hari, akibat itulah aku mulai tumbuh kumis tipis. Tapi aku rajin mencukurnya. Dan aku pun tak jarang beronani ke celana dalam kotor ibuku, sambil sperma kutumpahkan di sana. Ya, kelainan inilah yang ada pada diriku.
Ibu dan ayah sudah bercerai semenjak aku masih SD. Ibuku sebagai single fighter mampu menghidupi kami berdua. Ayah telah menikah lagi dengan wanita lain, setahun sekali mengunjungiku. Saat umur 16 tahun aku sekolah di SMA X.
Awalnya ibuku ndak setuju karena bakal jauh dari rumah. Namun karena dekat dengan rumah Tante Nisa, akhirnya ibuku mengijinkanku. Tante Nisa adalah tanteku, kakak dari ibuku. Umurnya sekarang sih 40-an. Seorang ibu berjilbab besar. Ia ditinggal mati suaminya 3 tahun lalu.
Ngocoks Dan sekarang hidup sendiri dengan dua orang anaknya, cewek semua. Nama anaknya Irma dan Yulita. Tante Nisalah yang menganjurkan agar aku menginap saja di rumahnya, jadi kalau hari sabtu dan minggu baru pulang. Ibuku bisa mengunjungiku kapan saja.
Usaha roti yang dikelolanya pun rasanya tak bisa dilepaskan. Ibuku mempunyai usaha roti. Dan omsetnya cukup lumayan. Tanpa itu aku tak bisa sekolah. Sedangkan Tante Nisa seorang PNS. Aku sudah tinggal hampir satu semester di rumah Tante Nisa.
Ibuku menjengukku setiap 3 hari sekali, kadang juga 1 minggu sekali. Aku pulang setiap Sabtu dan Minggu. Kegiatanku selama di rumah Tante Nisa, tentu saja membantunya mencuci piring, pakaian dan juga membersihkan rumah.
Terus terang Tante Nisa sangat menyukai hasil kerjaku. Menjaga Irma dan Yulita yang masih sekolah SD dan SMP juga membuatnya bangga punya ponakan seperti aku. Aku juga mengajari keduanya dalam masalah pelajaran yang sulit di sekolah.
Tante Nisa baru pulang jam 16:00. Namun ia sudah sangat senang melihat hasil kerjaku membantunya. Lalu bagaimana kebiasaanku onani, tidak berhenti juga. Kali ini aku membayangkan tanteku sendiri. Melepas jilbabnya, lalu aku bayangkan ia memperlihatkan seluruh tubuhnya.
Aku sebenarnya iseng juga. HPku ada kamera, dan aku gunakan untuk merekamnya ketika ia mandi. Dan selama ini tidak ketahuan, bahkan ketika aku onani aku sambil melihat video tersebut. Biasanya setelah onani aku sangat puas bisa membayangkannya.
Suatu malam Tante Nisa sedang nonton tv. Tampak anak-anaknya sudah tidur. Aku tak ada kerjaan lain, akhirnya ikutan nonton juga. Kebetulan saat itu tv-nya lagi main sinetron. Tante Nisa kali ini seperti biasa memakai daster dan jilbabnya masih terjulur.
Namun karena dasternya lengan pendek, aku jadi bisa melihat betapa bersih keteknya. Bahkan sekilas warna branya bisa terlihat ketika ia mengangkat ketiaknya. Warnanya hitam. Wajah Tante Nisa masih mulus, dan ia tampak cantik malam itu.
Di tengah heningnya suasana nonton tv tersebut, ia tiba-tiba menyeletukku, “Kamu sudah punya pacar Nan?” Aku kaget dengan pertanyaanya, “Belum, tante”
Ia mendesah, “Masa’ belum, biasanya anak-anak SMA seumuran kamu itu sudah punya lho”
“Beneran, suwer”, kataku.
“ohh.. ya udah”, katanya.
“Emang kenapa tanya begitu tante?”, tanyaku.
“Kamu jujur sama tante ya”, katanya.
Aku jadi penasaran.
“Kamu sering onani ke celana dalam tante ya?”, tanyanya.
JDERRR, aku bagai tersamber geledek. Aku pun diam lama.
“Berarti bener”, katanya.
“Maaf tante”, kataku.
“Jangan ulangi lagi ya”, katanya.
“Koq tante tahu?”, tanyaku.
“Ya tahulah, habis dicuci masih ada bercak putih. Kan tante ndak keputihan koq bisa ada itu, ya berarti ada pria yang iseng”, katanya sambil tersenyum.
“Maaf tan, habis….”,
“Kenapa?”
“Jujur Kinan suka sama tante, tante orangnya baik, alim, cantik, keibuan, siapa yang tidak suka dengan tante”, kataku.
Mendengar itu tampak Tante Nisa agak tersentak.
“Tapi aku tantemu, mbaknya ibumu, kamu ndak boleh gitu. Lagian masih banyak cewek2 yang ada di luar sana. Aneh2 aja kamu ini, ntar aku pulangin ke ibumu klo kamu nakal seperti ini”, katanya mengancam.
“Terserah tante deh, Kinan sudah jujur. Awalnya Kinan juga merasa aneh punya perasaan ini, tapi sering ketemu tante jadinya begini. Terus terang aku selalu membayangkan tante, kalau hal ini bikin tante marah atau tidak suka, baiklah, Kinan akan nge-kost sendiri saja. Besok Kinan akan pergi”, aku beranjak dari tempat dudukku.
“Kinan!?”, kata tante Nisa.
Aku masuk ke kamarku. Dan menutup pintu. Aku lalu berbaring. Tampak tante Nisa mengejarku. Ia lalu mengetuk pintu.
“Kinan, buka pintunya!”, kata tante Nisa. “Bukan begitu Kinan, kamu harus tahu aku ini bibimu, tantemu, masa’ kamu punya pikiran jorok seperti itu? Kinan….?”
Aku tak peduli. Aku tinggal tidur. Di dalam tidur aku bermimpi bersama tanteku ngentot. Dan aku terbangun dalam keadaan celana basah. Ahh…..sial. Aku segera mandi, karena hari ternyata sudah siang. Selesai mandi tampak Tante Nisa berada di sofa. Ia menatapku. Mungkin ia mau melihat apa aku benar-benar akan pergi dari tempat ini. Aku lalu masuk kamar.
“Kinan, tunggu!”
Aku berjalan mundur lagi.
“Sini! duduk dekat tante!”, katanya.
Aku menurut.
“Maafkan soal tadi malam, aku tak bermaksud kasar kepadamu”, kata tante Nisa. “Terus terang perbuatanmu kemarin itu sungguh keterlaluan. Tapi setelah tante berpikir panjang, mungkin itu karena kamu baru masa puber. Maafkan tante.
Kalau sampai ibumu tahu kamu tidak di sini, maka ia akan khawatir dan aku tak mau hal itu terjadi. Baiklah terserah kamu mau onani pake cd tante atau tidak, silakan asal kamu jangan pergi dari rumah ini.”
Aku koq seperti mendapatkan angin. “Serius?”
“Iya, tante serius”, kata Tante Nisa.
“Sebenarnya, bukan onani sih yang Kinan inginkan, tapi tante!”, kataku.
Tante tersenyum. Ia menarik nafas dalam-dalam. Tampaknya ia memikirkan sesuatu.
“Baiklah, kamu boleh mencintai tante seperti pacar, kalau itu maumu. Tapi jangan yang aneh-aneh. Ini aku lakukan agar ibumu tidak sedih”, kata Tante.
“Aneh-aneh gimana tante?”, tanyaku.
“Ya aneh-aneh”, jawabnya.
Aku menggeleng, “Nggak ngerti”
“Kamu sudah onani masa’ ndak tau?”, tanyanya. “Mengajak yang aneh-aneh ama tante, berbuat mesum.”
“ooo…”, kataku. “Siap”
Aku tersenyum senang. Dan ya, hari itu dimulailah petualangan cintaku dengan Tante Nisa.
Kami benar-benar merasa seperti orang pacaran. Aku pun mulai berani mencium pipinya, memegang tangannya, memeluknya. Ia benar-benar alim. Ia melakukan itu hanya kalau tidak kelihatan Irma dan Yulita. Setiap hari aku mengirimkan surat cinta kepadanya.
Awalnya ia cuek, tapi lambat laun ada hal yang aneh kurasakan kepadanya. Suatu ketika aku sendirian di rumah, tidak ada siapapun. Iseng aku ke kamarnya. Di sana aku melihat buku harian. Dari situlah aku tahu bahwa ia mulai menyukaiku. Contohnya:
Hari ini tgl 17 April, Dia mencium keningku lagi, lalu memberikan surat cinta yang indah. Ia keponakanku sendiri, haruskah aku mencintainya? Aku bingung sekarang. Membiarkan diriku masuk ke hatinya, sedangkan aku tak bisa memasukkan dia ke hatiku.
Apakah aku telah jatuh cinta? Di saat ia bercerita tentang teman wanitanya yang cerewet di sekolah aku cemburu. Oh tidak, aku jatuh cinta. Aku tak membaca semuanya, paling tidak aku tahu bahwa tanteku mulai mencintaiku.
Selesailah UAS semester 1. Besoknya libur panjang. Aku ijin ke ibuku untuk beberapa hari di rumah tante Nisa karena ada yang harus dikerjakan. Irma dan Yulita ikut berlibur bersama sekolahnya. Jadi aku dan tante Nisa sendirian di rumah. Dan hari itu hari sabtu, harusnya aku pulang hari itu menengok ibuku. Namun aku urungkan niat.
Tampak Tante Nisa memasak di dapur. Aku peluk dia dari belakang, kucium wangi tubuhnya.
“Masak apa say?”, kataku.
“Masak sayur lodeh”, jawabnya.
“Kayaknya enak?” pujiku.
Kami lalu sarapan. Tak ada obrolan berarti. Setelah sarapan kami beres2 rumah. Setelah itu kami capek, aku bersandar di sofa. Dan tante Nisa juga duduk disitu. Kami menonton tv, aku membiarkan tante Nisa bersandar di dadaku. Aku kali ini agak sedikit “berani”. Perlahan aku meraba payudaranya.
Awalnya tanganku ditepis, lalu aku pun merabanya lagi. Kali ini malah dibiarkan. Kugesek-gesek bongkahan empuk itu, dan kurasakan puting mengeras dari branya yang tebal dan daster itu. Berikutnya, aku pelorotkan sedikit celanaku, dan peniskupun muncul.
“Ih, Kinan, apa-apaan sih?”, tanyanya.
“Lho, ndak ngapa-ngapain tante koq”, kataku.
“Itu koq dikeluarin?”, tanyanya.
“Kinan sudah lama ndak onani tante, pingin onani sambil memegang tante”, kataku. “Plis tante, sudah kepalang tanggung nih”
Tanteku menelan ludah melihat penisku yang mengacung dan keras.
“Kalo nggak boleh ya tante saja yang ngocokin”, sebenarnya aku cuma bercanda.
“Baiklah”, katanya mengejutkan.
Mulanya aku nggak percaya, tapi ia amati seksama barang ajaib itu. Perlahan-lahan ia pegang dengan jemarinya yang halus itu. Lalu perlahan-lahan ia kocok dengan lembut sampai helm-ku mengeras. Ndak cuma itu, buah pelerku diremas-remas juga. Ohhh….nikmat sekali. Baru kali ini penisku dipegang cewek. Apalagi tanteku sendiri. Aku mulai meraba toketnya. Ia tak protes. Ia pun mulai gelisah setelah lama mengocok punyaku.
“Tante boleh ya buka bajunya?”, tanyaku.
“Eh…ee…i…iya”, katanya.
Ohh my goossh…
Ia membuka dasternya dan jilbabnya.
“Jilbabnya nanti saja tante”, kataku.
Ia heran, tapi tak peduli. Ia kembali lagi mengurut tongkolku. Aku pun makin bergairah setelah melihat bra-nya dan cd-nya yang berwarna hitam tipis itu. Aku mencium bau harum, lalu mulai mencium bibirnya. Fuck, kami benar-benar berpanggutan, ia masih mengocok penisku dan aku meremas toketnya.
Toketnya luar biadab. mungkin ukurannya 35D. Kami benar-benar berciuman, saling menjilat lidah kami. Lalu aku pun membuka pengait bra-nya. Tuing! dada itu menggantung. Ohh…indahnya, putingnya coklat, keras dan kencang. Dadanya putih sekali dan harum. Aku menggigit-gigit toket itu, lalu menyusunya.
“Oh…kinan…ahh….ahhh….terus nak, oh, lupakan aku ini tantemu. Ohh…iya, netek ke tante ya”, katanya merancau. Ia ternyata sudah haus sex.
Ndak butuh lama koq sekarang aku sudah menelanjanginya selama ia menikmati sensasi rangsangan di toketnya. Lalu perlahan aku cium perutnya, ia merebahkan diri ke sofa yang empuk dan panas itu. Kini kulebarkan kedua pahanya.
Tampak rambut yang tipis menghiasi vaginanya, ohh. ternyata ia rajin mencukur. Akupun menyapunya, kujilati apa yang bisa dijilat di tempat itu. Ia meremas kepalaku, rambutku dijambaknya, dan kedua pahanya mengapitku erat, aku tak berhenti. bahkan klitorisnya kusapu, kuhisap, kulumat, dan kugigit-gigit gemas.
Lidahku menyeruak ke dalam lubangnya, rasa asin pelumasnya tak kuhiraukan lagi. Bau khas wanitanya pun sekarang melekat di bibirku.
“Ahhh…Kinan jangan, aaahhh….geli…aaaarggh….maaf kinan, tapi tante keluar….AAAAHHHHH”, desahan panjang membuatku tersentak. Saat itulah ia terkencing-kencing, aku menghindar. Tampak sofa banjir dengan air orgasmenya. Nafasnya tersengal-sengal.
Aku belum disepong nih, pikirku. Segera aku menempatkan pahaku di antara kepalanya. Ia mengerti yang kuinginkan. Dengan mata setengah terbuka karena kenikmatan orgasme ia pun menjilati kepala penisku. OOOHHH….fuck tanteku ini.
Ia jago banget. Ia mengurut penisku sampai ke pangkal jadi tampak penisku mengeras hebat dan ia keluar masukkan kepala penisku hingga separuh ke mulutnya. Ia lakukan itu sambil menyedotnya. Sesekali ia menjilati ujung lubang kencing, ia putar-putar lidahnya di sana. Oh….kalau begini aku bisa jebol nih.
“Udah sayang, aku mau masukin ke tempat itu. Masih perjaka nih”, kataku.
Ia mengerti. Dibukanya pahanya. tampak vagina itu sangat basah dan becek, Aku bersiap di atas, gaya misionari. Ia masih pakai kerudungnya, lalu aku lepas kerudung itu, tampaklah rambutnya yang sedikit berombak, yang aku tak pernah melihatnya kecuali dari videoku itu. Kini wanita ini pasrah dan menginginkanku.
“baiklah tante, tapi kira-kira kita sekarang ngapain tan?”
“ayolah kinan, fuck me kinan, fuck you! entotin tantemu ini”
“apakah tante ini jadi pelacur sekarang?”
“iya, tante ini sekarang jalang, pingin kontolmu, ayo kontolin tante.”
Aku lega mendengar rancauannya itu. Ia benar-benar haus sex. Jadi SLEEBB! Ouuwwwww…fuck!! Ia mengunci kakinya ke pinggangku. Ia menaikkan pantatnya, otomatis punyaku masuk seluruhnya. Walaupun sudah punya 2 anak, tapi vaginanya sangat rapet, mungkin karena tak pernah dipakai.
Perutnya yang rata itu membuatku bernafsu dan…owww…aku goyang akhirnya. Jemari kami saling menyatu. tanteku tak mau lepas dariku, ia mengoyak penisku sepertinya, dan aku menggerakkan maju mundur. Oh tidak, aku mau keluar rasanya, baru 2 menit padahal.
“Tan, ndak kuat nih…ahh….ahh…AHHH”, kataku
“Keluarin nggak apa-apa, aaahh…”, katanya.
Dan CROOOOTTT, entah berapa kali tembakan yang pasti tembakan perjaka yang dhaysat. Keras, dan banyak. Tanteku sampai tersentak merasakannya, ia membelalak, dan melihatku sambil mengerutkan dahinya. Ia melirik ke bawah sana.
Ia meraba dengan jemarinya pangkal penisku yang masuk penuh. Lama kami diam, tanteku memejamkan matanya, menikmati setetes-demi-setetes sperma yang membasahi rahimnya setelah 3 tahun tidak pernah dibasahi. Aku tak mencabut punyaku sampai penisku mengecil sendiri. Aku lalu menarik tubuh tanteku dan kupangku. Ia memelukku, dada kami menyatu dan aku menciumi bibirnya.
“Kinan, ….kita tak boleh begini harusnya”, katanya.
“Tapi aku cinta tante”, kataku.
“Oh…kinan, ponakanku ini sekarang jadi suamiku”, katanya.
Aku meremas toketnya lagi, kami berpanggutan. Lama aku begitu, mungkin sepuluh menit, hingga punyaku mengeras lagi. Kali ini aku suruh dia nungging. Dengang doggy style, kami lebih lama lagi bercinta. Hasil akhirnya 4 ronde kami puas, sofa itu basah sekali, oleh keringat, dan pejuh. Total sehari penuh, tidak, 2 hari 3 malam, aku meladeni tante Nisa yang rupanya good in bed.
Hari ini Irma dan Yulita pulang ke rumah. Nanti siang kami akan menjemput mereka di sekolah. Setelah itu aku akan pergi dari rumah tante Nisa tercinta. Hari itu tante sedang berdandan siap untuk pergi.
“Sayang”, kataku.
“Hai, sayang”, katanya. Kami sudah tidak ribut lagi panggilan apapun. Asal di luar rumah sikap kami harus dirahasiakan.
“Hisap dong”, kataku sambil memelorotkan celanaku. Ia tersenyum.
Kini tante Nisa sedikit agak nakal dalam masalah sex. Ia berlutut sambil mengulum penisku. Aku memaju mundurkan pantatku mencari celah lidahnya. rambutnya kuremas-remas. Setelah 10 menit kemudian.
“Ohhh, nisa, ooohh…pejuhku keluar!!”, kataku.
Muncratlah semuanya di dalam mulutnya. Ia menjilati spermaku, dihabiskannya dan ditelannya.
“udah ah, pagi-pagi koq udah ginian. Nanti kamu pulang lho jangan lupa”, katanya.
“Rasanya ndak ingin pulang aku”, kataku.
“Hush ndak boleh gitu. Kan setelah ini kita masih bisa bersama lagi”, katanya.
“Iya sih”,
“Oya ada satu hal yang ingin kusampaikan”, katanya.
“Apa Nisa?”
“Aku masih subur, jadi…kalau nanti hamil bagaimana ya?”, tanyanya.
“Lho? waduh….”, aku terkejut.
Ia tersenyum. “Nggak apa-apa, toh kamu yang jadi bapaknya”
Ia masih mengurut-urut penisku, lalu ia jilati sisa-sisa sperma yang masih melekat di ujung lubangnya.
Hal itulah yang membuatku berpikir keras.
****
Ibuku sangat kangen padaku. Ketika aku datang ia langsung memelukku. Saking kangennya aku mau makan dimanapun ia bakal mentraktirku.
“Kamu mau apa sekarang Kinan? Ibu bakal ngasih deh”, katanya. yang bener?
“Masa’ sih?”, tanyaku.
“Iya, mau makan di restoran mana ibu akan kasih, soalnya ibu kangen sama anak ibu ini”, katanya sambil memelukku. Dadanya yang besar serasa sesak di perutku. Aku lebih tinggi darinya.
“Kalau permintaan yang lain gimana?”, tanyaku.
“Apa?”, tanyanya.
“Semisal kepingin tidur sama ibu telanjang gitu?”, tanyaku sambil tersenyum.
Ibuku tampak sedikit kaget dan mengerutkan dahi.
“Sekarang?”, tanyanya.
“Iyalah”, kataku.
Ia lalu mengunci pintu lalu melepaskan bajunya satu per satu. WTF?
“Ayo, katanya mau tidur ama ibu telanjang?”, tanyanya menantang.
Entah ibuku gila atau nggak, tapi aku nurut saja. Aku juga telanjang sama seperti beliau. Kami pun tidur di kamarku. Ibuku tidur miring dihadapanku. Tatapan mata kami penuh arti, disatu sisi ia kangen, di sisi lain aku berdebar-debar. Aku baru kali ini melihat lagi tubuh moleknya ibuku tanpa sehelai benang pun. Aku menelan ludah sampai ibuku mendengarnya. Dadanya besar, putingnya coklat, rambut di vaginanya tampak lebat. Tapi ketiaknya mulus.
“Boleh Kinan meluk ibu?”, tanyaku.
“Ya bolehlah, kenapa emangnya?”, tanyanya.
“Ah, nggak apa-apa bu”, kataku. Akupun memeluknya. Dadanya menempel di dadaku. dahi kami bersentuhan, penisku menempel di perutnya. Rasa hangat yang kurasakan.
“Kamu sudah dewasa ya Kinan”, katanya. “Ibu kangen sekali”
“Kinan juga”, kataku. Aku perlahan-lahan menempelkan bibirku ke bibirnya. Kami berciuman. Kumulai berani membelai punggungnya, lalu meremas bongkahan pantatnya. Kontolku sudah tegang sekali, kuyakin ibu juga merasakannya. Apa ibu ndak tahu hal ini? Kami berciuman, dan saling berpanggutan.
“Udah kinan, koq kita malah ginian seh?”, tanya ibu.
“Tapi kinan kepingin bu”, kataku.
Ibuku terdiam sesaat, tampaknya ia berpikir keras.
“Ibu lama ndak beginian, Kinan ndak keberatan jadi partner sex ibu? Sudah terlanjur begini”, katanya.
What? “Ya ndaklah, kinan sudah lama juga kepingin ngentotin ibu sendiri”
Ibu tersenyum, tanpa babibu, kami langsung mengulum satu sama lain. Nafas ibu memburu, ia tak ingat siapa aku lagi, aku juga demikian. Aku sudah tak tahan untuk bisa menyusu kepadanya. Bibirku pun menancap di puting susunya. Kuhisap kuat-kuat sambil kumainkan dengan lidahku.
“Ohh….iya nak, begitu seperti kamu bayi dulu….aahhhhh”, kata ibuku.
Aku terus mengulum dan meremas payudaranya bergantian. Aku hisap kuat-kuat seolah-olah di dalam dadanya itu masih ada ASI, entah itu ASI atau tidak, tampaknya aku mengeluarkan sesuatu dari putingnya, rasanya agak manis dan asam.
Kemudian beliau tidak tinggal diam begitu saja, punyaku diremas-remas dan diurut-urut. Merasa keenakan dengan hal ini, aku sedikit berani untuk memasukkan jemari tanganku ke lubang memeknya yang jarang ditumbuhi bulu itu. Hangat. Itulah tempatku dulu keluar, dan sekarang ini aku bakal menikmatinya.
Tanganku aku masuk dan keluarkan, sehingga seolah-olah malah tampak seperti mengocok sesuatu. Lama sekali aku menyusu sambil mengoyak vaginanya dengan jemariku. Ia pun hanya mengeluh ah dan uh saja.
Aku lalu bangun, lalu duduk di atas dadanya. Buah pelerku menyentuh perutnya bagian atas. Dan punyaku tegak mengacung ke wajahnya. Punyaku panjang, dan menyentuh bibirnya, seolah-olah ia faham maksudku. Ia meremas tokednya, lalu dikempitnya batangku itu.
Ohh…nikmatnya. Hangat sekali, apalagi ditambah ia menjilati lubang kencingku. Ia terus memijat-mijat dadanya, sementara kepala penisku dijilati. Aku terangsang sekali, tetesan sedikit mani keluar dari lubang kencingku. Beliau melihat wajahku.
“Waah….kinan jadi anak nakal sekarang ya, gituin ibu”, katanya.
“Habis ibu mau sih”, kataku.
“Minggir dulu sayang”, katanya.
Aku mengerti lalu minggir ke samping. Kini aku berlutut, dan beliau langsung dengan rakusnya mengulum separuh penisku. Kepalanya maju mundur memompa penisku. Ohh…tidak, enak banget. Lidahnya menari-nari di kepala penisku, seolah-olah tak mau lepas dari situ. Aku berkali-kali berkata, “Ohh..mom, fuck mom, fuck! enak banget…ahh….”
“Sudah, sudah bu, Kinan malah keluar nanti klo sampai begini”, kataku.
Ibuku menghentikan aktivitasnya. Sekarang aku serasa lemas, tapi kemudian jadi bersemangat ketika beliau balik badan menungging.
“Kinan, tolong, masukkan ya?! please….masukkan punyamu yang gedhe itu nak”, katanya.
Tanpa babibu langsung, SLEEEBBB! Wah mantab, pas! Aku lalu bergerak maju mundur. Tapi tampaknya ibu tak ingin berlama-lama begini, ia sepertinya sudah mau keluar, tampak ia menggoyang sendiri pinggulnya. Punyaku serasa dikoyak-koyak, ohh…nikmatnya.
Gila, klo gini terus aku bakal ngecret di tempat aku dibuat dulu. AHHH….Tuh kan, aku sempat nyemprot sekali, tapi aku tahan sekuat tenaga agar jangan keluar dulu, nunggu beliau keluar dulu. “Ohh…tidak bu, ahh….nggak tahan…Kinan ndak tahan, terlalu nikmat”, kataku.
“Tenang Kinan, ibu mau keluar nih…aaaaaahh…ahh..ah…ahhh.oh….ohh…aaaaaa AAAHHHH”, jeritan panjang ibuku sambil pantatnya bergetar menandakan ia telah orgasme, punyaku serasa dijepit oleh daging yang kenyal. Aku meremas tokednya, sambil terus maju-mundur, dan akupun tak sanggup lagi.
“Aduh…aduh…aduh…gimana ini, di luar apa di dalem?”, tanyaku.
“Dalam gak papa”, katanya.
“AAAAHHHHH”, CROOOT..CROOOTTT….CROOOTTT….perlu diketahui, aku nyembur banyak sekali. Lebih dari sepuluh tembakan, Ibuku lemas tengkurap, sambil pantatnya masih menungging, membiarkan penisku mendapatkan sensasi kenikmatan. Penisku sangat ngilu, ketika aku cabut dari lubang itu.
Cairan kental putih mengalir dari lubang yang aku semproti tadi. Mengalir ke paha, lalu jatuh di sprei. Aku lalu berbaring di sebelah ibuku.
Cerita Sex Pengamen Jalanan Tambora – Duduk di bawah kerimbunan pohon 2 gadis yang kutaksir berumur 14 dan 12 tahun. Yang besar membawa gitar okulele dan yang kecil membawa kecrekan yang dibuat dari beberapa tutup botol. Pakaian mereka kelihatan lusuh.
Panas terik membuat keduanya kelelahan. Di tengah keramaian Jakarta, mereka seperti terabaikan. Aku yang baru turun dari Bus Trans Jakarta tertarik memperhatikan mereka. Kuulurkan uang 10 ribu. Mereka menengadah dengan muka heran, meskipun terucap kata “ terima kasih oom”, ketika menerima pemberianku.
“Sudah pada makan,” tanyaku karena waktu sudah menjelang pukul 12 siang. “Belum oom, dapetnya baru dikit,” kata yang kecil. “Mau saya ajak makan,” kataku menawarkan. “Mau banget,” si kecil menyambar.
Ngocoks Sambil menunjuk salah satu restoran fast food yang terkenal dengan ayam gorengnya, aku menawarkan apakah mau makan di tempat itu. Kedua anak itu berpandangan. “Oom disitu kan mahal,” kata yang besar.
“Ah gak apa-apa, yuk ,” aku mengajak mereka berjalan sekitar 50 meter dari tempat mereka berteduh tadi.
Kami berjalan bertiga beriringan. Kontras sekali memang kelihatannya, Aku berbaju rapi kantoran, sementara mereka berdua lusuh dan membawa peralatan ngamen. Kira-kira apa ya kata orang yang melihat kami.
Kami langsung duduk dan aku berikan uang 100 ribu lalu menyuruh anak yang besar memesan makanan. “ Gimana oom caranya,” tanyanya.
“Ya bilang aja mau makan yang mana kan semua ada gambarnya tuh kata ku sambil menunjuk jajaran gambar. Kusarankan mereka memilih paket biar gampang. Aku memilih paket dengan ayam, nasi dan soft drink. Yang besar beranjak dan mengajak adiknya.
Mereka terlihat agak canggung di depan kasir. Namun kasir tampaknya membimbing mereka menentukan pilihan. Tidak lama kemudian mereka membawa makanan dengan dua nampan penuh.
“Mahal banget ya oom,” komentar si kecil sambil memberikan uang kembaliannya. “ udah untuk kamu aja,” jawabku.
“Makasih ya oom,” kata si kecil berseri-seri menerima kembalian yang kutaksir sekitar 30 ribuan.
Kutunjukkan agar di piring mereka masing-masing di tambahi sambal yang kelihatannya tadi tidak mereka ambil. Aku menunjukkan tempat mengambil sambal dan saus tomat, sekaligus aku minta mereka membubuhkannya di piringku.
Mereka kembali dengan piring-piring yang sudah ada sambalnya. Ketika mereka akan melahap, aku cegah agar mereka cuci tangan dulu.
Kami menyantap hidangan siang. Aku sebenarnya kurang suka dengan makanan ini, tapi, mereka lahap sekali. Mungkin juga lapar, tapi mungkin juga suprise menikmati nasi dengan potongan ayam yang besar.
Sambil makan kukorek keterangan latar belakang kehidupan mereka. Sesekali aku mengambil foto mereka berdua yang sedang menyantap hidangan. “ Oom HPnya keren ya,” kata yang besar.
Dari cerita mereka ternyata mereka bukan kakak beradik. Keduanya adalah tetangga. Mereka hidup dengan single parent yaitu ibunya. Tinggal di gang sempit di perumahan yang padat. Ibunya hanya mengandalkan pendapatan dari mencuci baju.
Untuk menambah pendapatan atas dorongan ibunya dan ajakan teman-temannya mereka lalu mengamen. Keduanya putus sekolah. Yang besar tidak menyelesaikan kelas 1 SMP dan yang kecil drop out di kelas 6.
Pendapatan mereka dari mengamen rata-rata sekitar 50 ribu, yang dibagi berdua. Semua hasil ngamen itu diserahkan kepada orang tua mereka.
Mereka juga sering jadi korban pemalakan oleh berandalan yang lebih besar. Sehingga tidak jarang mereka hanya membawa 10 ribu per orang ke rumah.
“Mau sekolah lagi,” tanya ku.
“ Gak ada biaya oom,” kata yang besar.
“ Kalau ada biaya mau sekolah kan,” tanya ku.
“ Ya mau dong oom,” kata yang kecil.
“ Ya kalian harus lebih pandai cari duitnya dong biar ada untuk biaya sekolah,” kataku.
“Gimana caranya oom,” timbal yang besar.
Yang besar bernama Anti sedang yang yang kecil dipanggil Luki.
“Sekarang kalian mau gak masing-masing oom kasih duit 50 ribu, “ tanya ku.
“ Mau banget,” kata mereka serentak.
“Ya kalau gitu kalian harus turuti apa kata oom,” kataku.
“ Di suruh apa oom,” tanya Luki.
“Gini, kamu tau kan di situ ada toilet,” kata ku sambil menunjuk arah toilet.
“Terus” kata yang besar.
“Kalian bawa HP oom ini, yang ada kamerenya ke toilet,” kata ku.
“Untuk apa,” tanya Anti.
“ Kalau kalian mau memotret sendiri, ini kalian masing-masing nanti baru oom kasi duit,” kata ku.
“ Idih malu ah,” kata Anti.
“Orang mau duit kok malu, lagian kalian foto gak usah ada mukanya, badan aja ke bawah. Kan motonya juga di dalam kamar mandi, mana ada yang tau,” kataku.
“Ih oom genit,” kata yang Luki.
“Lu mau nggak Luk, “ tanya Anti yang kelihatannya tertarik juga sama tawaranku mengingat mereka akan mendapat 50 ribu per orang.
“Terserah lu,” kata Luki.
“ Oom kasi tau caranya ya nanti aku yang moto Anti dan gantian Anti moto aku,” kata Luki.
Aku mengajari mereka mengambil foto dengan kamera HP ku yang bisa merekam foto 8 mega. Sebelum ke kamar mandi mereka ku minta mengambil foto masing-masing, dan sekaligus mengambil foto tanpa terkena wajahnya.
Setelah mereka mengerti, kemudian keduanya beranjak ke toilet sambil membawa HP ku. Aku berpesan agar masing-masing mengambil 5 jepretan.
Sekitar setengah jam mereka baru kembali sambil tertawa-tawa malu dan menyerahkan HP ku. Aku segera memeriksa hasil jepretan keduanya.
Terlihat Luki yang pertama kali di foto. Teteknya masih kecil dan baru mulai numbuh, sementara di selakangannya terlihat belahan rapat belum berbulu sama sekali. Memeknya menggunduk.
Hasil Jepretan Anti lumayan bagus, setidaknya dari 5 jepretan ada 3 yang bagus. Aku bisa memperbaikinya dengan mengedit melalui Photoshop. Foto Anti terlihat teteknya agak besar menggembung dan di memeknya sepertinya ada sedikit rambut.
Lumayan juga kedua anak ini cukup cerdas sehingga gambar mereka cukup jelas.
Aku memberikan pecahan 50 ribuan masing-masing ke Anti dan Luki.
Aku mengeluarkan 2 lembar kertas kecil yang ada lemnya (post it), biasanya kugunakan untuk menandai file-file ku di kantor. Di situ kutulis no HP Esiaku. Aku berikan ke mereka masing-masing dan kuminta ditempelkan di gitar dan kecrekannya. “ ini no telp oom, kalau kalian mau duit lagi telp oom,”
“Ya nelponnya dari mana oom, kan kita gak punya HP,” Luki komplain.
“ Ya dari telpon umum kek, atau pinjem sebentar ke orang atau ke Wartel, paling gak abis 1000. Tapi kalau gak bisa nelpon ya nanti Oom ada di tempat kita tadi ketemu jam 1 siang 3 hari lagi.,” kataku.
Kami berpisah hari itu dan aku mendapatkan gambar tetek dan memek kecil dari 2 gadis yang baru tumbuh.
Belum sampai 3 hari HP Esiaku berdering dari no yang gak ku kenal. Waktu itu baru jam 2 siang aku sedang malas-malasan di kantor sehabis kembali dari rapat di luar. “ Oom ini Luki, uang kita dipalak habis sama anak-anak tadi di Senen, jadi kami gak punya ongkos pulang,” kata suara di telepon dengan suara setengah menangis.
Mereka kelihatannya terlantar di Senen. Setelah keberadaan mereka ku ketahui aku berjanji akan menjemputnya sekitar setengah jam lagi.
Ketika mobilku merapat di tempat mereka berdiri dan ketika ku klakson dan membuka kaca jendela, air muka mereka terlihat gembira. Mereka langsung masuk ke mobil ku. Luki duduk di depan dan Anti duduk di belakang.
“oom fotonya masih ada nggak,” tanya anti.
“sudah oom apus, setelah puas ngliat langsung oom apus takut ntar ketahuan bini oom,” kata ku berbohong. Padahal foto mereka sudah tersimpan di flash disk ku.
Ternyata jawabanku melegakan.
“Oom bagi duit dong oom,” kata Luki terus terang dengan nada merengek.
“Boleh aja, asal kalian mau kayak dulu lagi,” kataku.
“ Ih oom kok gak bosen sih,” kata Anti.
“Sekarang oom malah mau kasih kalian 100 seorang.” kata ku.
“ Yang betul oom, ah boong kali,” kata Luki dengan nada gembira.
“ Ya tapi yang ambil fotonya oom sendiri dan kalian masing-masing bukan 5 foto, tapi 50 foto kataku.
“ Ih banyak amat, rugi dong kita,” kata Luki.
“Ya nanti oom tambahin HP Esia dan pulsanya sekalian 50 ribu,” kataku.
“Gimana Ti lu mau gak,” tanya Luki yang kelihatannya antusias.
“”Terserah lu deh,” kata Anti. Aku menangkap mereka mau menerima tawaranku.
“Boleh deh oom,” kata Anti.
Setelah persetujuan itu, aku mampir ke counter HP, Mereka aku minta tetap tinggal di mobil yang kuhidupkan sehingga ACnya tetap menyala. Dua HP seharga 200 ribu, baru, kutenteng. Mereka antusias sekali ingin tau HP macam apa yang kubeli. “ HPnya kayak punyanya mpok Iyah,” kata Luki.
“ Oom nanti kasi tau ya caranya,’ kata Anti yang sudah mendekap kotak HP.
Mobil ku arahkan ke Motel dan sebelumnya, Luki kuminta jongkok bersembunyi di kolong dashboard dan Anti duduk bersimpuh di jok depan sehingga terlihat seperti wanita dewasa. Kaca mobilku agak gelap sehingga petugas motel tidak bisa menengarai kalau di sampingku adalah cewek di bawah umur.
Setelah pintu garasi tertutup, mereka kuajak naik kekamar diatas garasi.
Keduanya melihat-lihat sekeliling kamar dan mencoba menghidupkan TV. Aku menyambar telepon dan langsung memesan 3 porsi nasi goreng, 3 botol aqua ukuran 600 ml dan 3 botol Fanta Merah dingin.
Ketika bel pintu berbunyi mereka kuminta bersembunyi di kamar mandi. Setelah urusan bayar kamar dan makanan selesai dan petugas room service berlalu mereka ku minta keluar dari persembunyian.
Aku memulai aksiku memotret mereka berdua dalam pakaian lengkap. Selanjutnya foto dari mulai mereka membuka baju sampai akhirnya telanjang. Foto berikutnya adalah di kamar mandi. Aku minta mereka agar membersihkan diri dulu sebelum sesi foto selanjutnya.
Berbagai pose mereka mandi sudah kudapatkan. Aku kali ini tidak mengabadikan foto dengan kamera HP tetapi dengan kamera digital, seihingga hasilnya lebih bagus. Mereka pada awalnya memang malu-malu, tetapi lama-kelamaan jadi terbiasa dan menuruti pose-pose yang kuinginkan.
Cerita Sex Cimani Genderuwo – Sebagian tokoh dalam cerita seks birahi ini digambarkan memiliki latar belakang (profesi, kelas sosial, suku dll) tertentu. Tindakan mereka dalam cerita seks birahi ini adalah fiksi dan belum tentu menggambarkan orang-orang berlatar belakang serupa di dunia nyata.
Semua tokoh dalam cerita seks birahi ini adalah fiktif. Kemiripan nama tokoh, tempat, lembaga dan lain-lain hanyalah kebetulan belaka dan bukan kesengajaan. Malam yang sangat gelap mencekam mengiringi kedatangan sebuah mobil Toyota Kijang memasuki suatu desa yang cukup terpencil.
Desa itu bernama desa Cimani Gunderowo, yang dalam bahasa Indonesia berarti Air Sperma Gunderewo. Suatu nama yang tak lazim untuk suatu desa. Desa itu terletak di suatu pedalaman hutan kota Banten. Kurang lebih 150 KM ke arah barat dari pusat kota. Sangat jauh dari hiruk pikuknya kendaraan, dan sangat jarang terjamah oleh orang luar.
Terbukti dari akses jalan yang masih sangat minim untuk menuju ke sana. Sandra, Balqis, dan Gilang. Mereka adalah reporter dari salah satu stasiun televisi lokal. Mereka diberi tugas untuk meliput desa tersebut. Karena ada beberapa laporan masyarakat yang masuk pada pihak redaksi tentang desa tersebut.
Ngocoks Setelah sekian lama berkendara, mereka pun menepikan mobil mereka ketika telah menemukan tempat yang mereka cari. Mereka akhirnya tiba di desa Cimani Gunderewo. Desa itu terlihat sangatlah menyeramkan. Pohon-pohon besar tumbuh mengelilingi desa tersebut.
Lolongan anjing sayup-sayup terdengar di dalam kelebatan hutan, memecah keheningan malam. Sungguh, semakin membuat ngeri tempat itu.
“Yaelah, elu. Yaudah deh, yuk gue anter.” balas Gilang.
“Terus gue gimana guys?” ucap Balqis.
“Elu diem aja disini Qis. Lu jagain mobil. Siapa tau ada warga yang lewat, lu kan bisa minta ijin sekalian tempat tinggal sama mereka.” ucap Gilang.
“Tapi gue takut sendirian disini.”
“Udah tunggu aja Qis. Bentar doang kok.” “Ayoo cepetan Lang, gue udah kebelet.” lanjut Sandra seraya menarik tangan Gilang memasuki hutan.
Mereka pun mulai menghilang di balik pepohonan, meninggalkan Balqis sendirian di dalam mobil. Di suatu desa yang sangat menyeramkan. Balqis, gadis kelahiran Bandung 21 tahun yang lalu. Dia memiliki paras yang cantik khas mojang kota kembang, dengan kulit yang berwarna putih bersih.
Gadis ini memiliki tinggi 159 cm dan berat 42 kg. Payudaranya berukuran 36 B, juga pinggul yang semok membuat dia sangat menarik setiap kaum Adam yang memandangnya. Balqis memiliki seorang tunangan yang sudah ia pacari semenjak ia duduk di kelas 2 SMA.
Umur mereka terpaut 5 tahun. Namun Balqis sangat mencintai tunangannya saat ini, karena dia tak pernah mau merenggut keperawanan Balqis semenjak mereka pacaran dulu. Paling banter mereka hanya melakukan piting dan Blow Job saja. Pria itu sangat menghormati Balqis sebagai perempuan, dengan tetap menjaga keperawanan gadis ini.
20 menit sudah Balqis duduk termenung di dalam mobil sendirian. Dia sudah mengerti lagi dengan kelakuan kedua temannya tadi. Mereka pasti tengah bersetubuh di dalam hutan itu. Karena bosan, Balqis pun mencoba untuk berbaring di sana.
Namun belum lama dia berbaring, terdengar suara ketukan di kaca samping mobilnya. Dan Balqis pun segera menoleh ke asal suara. Dia mendapati sesosok pria paruh baya tengah berdiri di luar mobilnya. Ki Samad, panggil saja begitu. Lelaki ini berusia sekitar 86 tahun. Seluruh wajahnya penuh dengan kerutan.
Dia memiliki tinggi sekitar 152 cm dan berat 60 kg. Namun dia masih bisa berdiri tegap dalam usianya yang hampir satu abad itu. Akhirnya Balqis pun menghampiri kakek itu. Dia mengemukakan maksud kedatangan nya dan kedua teman-temannya pada ki Samad.
Balqis pun meminta sebuah tempat tinggal sementara untuk mereka tinggali selama beberapa hari di desa tersebut. Ki Samad pun mengangguk mengerti, dan mengajak Balqis ke suatu rumah milik warga tak jauh dari mobil mereka.
Balqis mengunci pintu mobilnya, kemudian mengikuti ki Samad memasuki sebuah rumah. Meskipun hanya sebuah rumah yang terbuat dari anyaman bambu, rumah itu cukup nyaman dan layak untuk ditinggali. Akhirnya Balqis pun berterima kasih kepara ki Samad. Sebuah senyum terlukis indah di bibir tipisnya.
“Eh maaf Ki, teman-teman saya sudah lebih dari 1 jam memasuki hutan disana. Kalo aki ketemu sama mereka, tolong beri tahu mereka kalo saya ada disini ya ki. Mereka memakai baju yang sama seperti yang saya pakai ini ki. Mohon maaf sebelumnya kalo merepotkan.” ucap Balqis pada ki Samad.
Ki Samad hanya mengangguk mengerti, seraya menyuguhkan makanan pada Balqis. Lelaki ini tahu kalau Balqis sedang lapar. Dan mereka pun makan bersama malam itu. Meski hanya sekedar makanan yang sederhana, namun cukup membuat Balqis merasa kenyang.
Setelah makan, Balqis pun mulai mengambil hand phone nya dan menyeting recorder. Dia ingin mengorek informasi desa ini pada ki Samad. Balqis pun melayangkan beberapa pertanyaan pada kakek itu.
“Eh ki, maaf sebelumnya. Saya dari stasiun tv XXX dateng kesini untuk mencari informasi dari desa ini. Kalo boleh tau, kenapa desa ini dikasih nama Cimani Gunderewo yaa ki?” tanya gadis itu.
“Oh itu, jadi ceritanya gini neng. Dulu, banyak orang yang dateng kesini untuk pengasihan. Pengasihan Gunderewo tepatnya. Jadi, setiap orang yang mau kaya dateng ke sini sambil bawa perawan sebagai tumbal.” ucap ki Samad bercerita.
“Nah, terus perawan itu dibawa ke gua di hutan sebelah sana. Gua itu dipercaya tempat tinggal nya Gunderewo neng.” lanjutnya.
“Oh gitu ki. Terus para perawan itu di apain lagi ki? Apakah gunderewo itu menampakan diri sama warga disini? Terus, para perawan yang dijadikan tumbal, apakah mereka terlihat kembali?” Tanya Balqis memberondong.
“Yaa, para perawan itu di letakan di suatu ruangan di dalam gua itu. Terus tumbal itu di ikat kedua kaki dan tangannya membentuk huruf X dalam keadaan telanjang, diatas batu persembahan.” jawab ki Samad Serius.
“Gunderewo itu gak pernah menampakan diri sama sembarangan orang neng. Dia hanya menampakan diri ke kuncen ataupun gadis tumbalnya saja. Mereka yang dijadikan tumbal pengasihan Gunderewo tak pernah terlihat keluar lagi dari gua itu neng, warga sini percaya kalo gadis yang ditumbalkan itu dijadikan gundik sama Gunderewo disana.” lanjutnya seraya menatap nanar ke Balqis.
“Oh, iyaa ki. Aki sendiri pernah melihat sosok Gunderewo itu gak?” Tanya Balqis lagi.
Ki Samad hanya mengangguk, sambil pandangan matanya tak pernah lepas dari tubuh seksi Balqis. Membuat Balqis merasa risih dibuatnya.
“Kalo saya boleh tau, gimana rupa dari Gunderewo itu ki?”
“Kenapa neng nanyain hal itu?” jawab ki Samad galak.
“Maaf ki. Ini info yang sangat penting dalam liputan saya. Hal ini akan jadi berita yang sangat penting buat masyarakat luas. Jadi saya mohon maaf kalo aki merasa terganggu dengan pertanyaan saya barusan.” jawab Balqis tertunduk.
“Kalo neng bener-bener ingin tahu rupa dari Gunderewo itu, neng harus masuk ke gua itu. Soalnya saya tau kalo neng ini masih perawan kan. Gunderewo itu pasti dengan senang hati menampakan wujudnya sama neng.” ucap ki Samad seraya tersenyum pada Balqis, menampakan susunan giginya yang telah menghitam.
Balqis nampak terkaget dibuatnya, dia bergidik ketakutaan. Namun tak lama kemudian, Balqis merasa pusing dikepalanya. Seluruh pandangan nya mulai mengabur, dan dia pun jatuh pingsan. Ki Samad tersenyum melihat itu. Semua rencananya berhasil.
Kedua tubuh sedang bergumul di dalam rimbunnya semak-semak. Mereka sedang saling tindih dalam keadaan yang telanjang. Yaa, kedua sosok itu merupakan Sandra dan Gilang. Gilang sedang memacu tubuh montok Sandra dalam keadaan missionaris.
Kedua kaki Sandra berada di bahu Gilang, membuat vaginanya terangkat menghadap Gilang. Hal ini membuat penis besarnya keluar masuk dengan lancar divagina Sandra.
“Aagghh, terus lang. Aggghh, kontol lu enak banget. Agghh,, ogghhh,, yaa terus.. Aggghh..” desah Sandra menikmati genjotan Gilang.
“Aggghhh, iyaa dra. Memek lu juga enak banget.. Agghhh… Kontol gue berasa di pijet di dalam memek lu.. Agghhh…” jawab Gilang sambil mempercepat genjotannya.
Sandra hanya mendesah dan mengerang dibuatnya. Kedua matanya terpejam, menikmati gesekan antara kelamin mereka. Sandra seakan terbang ke langit ke tujuh dibuatnya.
“Aaggghhh,, dra, gue mau keluar.. Aaggghhh… Ooggghh..” ucap Gilang sambil mulai menciumi payudara Sandra.
Sandra kelojotan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian, dia merasakan cairan hangat yang muncrat di dalam vaginanya. Ternyata Gilang telah mendapat orgasmenya yang kedua malam itu.
Tubuh Gilang pun ambruk menimpa tubuh Sandra. Sandra masih terpejam menikmati denyutan penis Gilang di dalam vaginanya. Dia memeluk tubuh Gilang dengan erat. Namun dia pun menjerit ketika membuka matanya. Dia melihat ada beberapa sosok yang mengelilingi mereka berdua, Sandra hitung ada sekitar tujuh orang.
Baca Juga: Cerita Sex Sensasi Bercumbu Darah Perawan Sandra pun segera membangunkan Gilang, namun tak ada respon darinya. Dia pun menggulingkan tubuh Gilang ke samping, dan memcoba memungut pakaiannya untuk menutupi ketelanjangannya. Sandra menjerit kembali ketika dia melihat kedua tangannya yang berlumuran darah segar.
Dia sapukan pandangannya ke arah Gilang, dan menemukan luka sayatan di tubuh Gilang. Ternyata Gilang telah mati di tangan para penduduk setempat.
“Aaaarrrggghhhh! Siapa kalian?” jerit Sandra.
“Biadab kalian! Kalian telah membunuh Gilang. Dasar manusia biadab kalian!” Lanjutnya memaki para penduduk tersebut.
Namun ke tujuh sosok yang mengelilingi Sandra tak mengeluarkan sekecap katapun. Mereka hanya menatap Sandra dengan tatapan lapar. Sebuah senyuman kemenangan mengembang di wajah mereka semua, lalu secara bersamaan mereka menyerang tubuh telanjang Sandra.
“Tidak! Mau apa kalian semua biadab? Tolong! Tolong! Aarrgghh, lepas kan! Tolong! Tolong!” jerit Sandra ketakutan.
Namun jeritannya tak berpengaruh apapun pada mereka semua. Dengan sangat bernafsu, mereka mulai menggerayangi tubuh telanjang Sandra. Mereka meremas payudara Sandra dengan sangat kasar, dua orang dari mereka mengoreki vagina Sandra dengan sangat kasar juga.
Setiap lekuk tubuh Sandra tak ada yang terlewat dari jamahan tangan nakal mereka. Satu persatu dari mereka mulai melepas semua baju mereka. Dan tujuh batang besar mulai terpampang jelas di hadapan Sandra, minta untuk di puaskan.
Sandra bergidik ketakutan melihat ukuran penis mereka. Dia tak sanggup membayangkan apa yang akan segera menimpa tubuh seksinya sebentar lagi. Satu per satu mereka mulai mendekati tubuh telanjang Sandra.
Dan tanpa menunggu lama lagi, sebuah penis besar menembus vagina Sandra dengan sangat kasar. Sandra menjerit kesakitan. Vaginanya serasa disayat oleh silet. Namun jeritannya tak keluar lama, setelah satu penis besar telah menembus bibir tipisnya. Sandra merasa sangat tersiksa dibuatnya.
Satu demi satu penis besar telah keluar masuk divagina dan mulutnya. Satu penis yang keluar setelah menyemburkan sperma, segera digantikan dengan penis besar lainnya.
Tidak memberi Sandra waktu untuk sekedar menarik nafas. Dia sangat lemah kesakitan dibuatnya. Vaginanya mengeluarkan bercak darah, penis besar para penduduk setempat itu telah merobek vaginanya.
Sandra mulai mendapatkan kesadarannya kembali dan mulai berontak, ketika dirasa ada sesuatu yang menggesek lubang duburnya. Sebuah penis besar tengah mencoba untuk menembus lubang duburnya dari belakang.
Sandra menjerit memohon, berharap mereka akan sedikit tiba pada dirinya. Namun usahanya sia-sia saja. Para pemerkosanya itu sama sekali tak peduli pada Sandra.
Dan “aaarrrrggghhh!” Sandra menjerit, dia melolong kesakitan. Sebuah penis raksasa menembus paksa lubang duburnya yang masih perawan dalam satu sentakan kasar.
Sandra tak mampu menerima lagi semua itu. Tubuhnya telah mendapat titik maksimal dalam menerima rasa sakit, dia pun jatuh pingsan. Para penduduk masih terus melakukan aktifitas mereka diatas tubuh Sandra. Mereka sama sekali tak peduli pada keadaan Sandra saat itu.
Mereka terus menggenjot dan meremasi tubuh Sandra secara brutal. Seluruh lubang di tubuh Sandra terus menerus dijejali penis raksasa mereka tanpa jeda sedikit pun. Mereka berniat untuk memberikan luka permanen pada tubuh Sandra. 4 jam kemudian mereka baru selesai dengan tubuh Sandra.
Seluruh tubuh Sandra dipenuhi dengan bercak sperma yang mengering. Lelehan sperma masih merembes dari dalam mulut, lubang vagina dan lubang duburnya yang menganga lebar. Bercak darah pun masih nampak jelas di kedua lubang tersebut. Setelah puas dengan tubuh Sandra, mereka pun mengenakan pakaian mereka kembali.
Tubuh telanjang Sandra yang sudah sangat mengenaskan mereka ikat di pohon pinus. Tak lupa mereka menaruh madu di seluruh tubuhnya, dan menjejalkan bunga pinus di lubang vagina dan duburnya. Sedangkan mayat Gilang, mereka buang ke sungai.
Setelah semuanya selesai, mereka pun kembali ke desa. Meninggalkan Sandra yang masih pingsan di dalam rimbunnya hutan sendirian.
*****
Balqis terbangun setelah mencium bau yang sangat menyengat hidungnya. Dia sama sekali tak ingat dengan kejadian yang dia alami kemarin, kepalanya masih sangat pusing. Dia pun membuka matanya dengan perlahan.
“Wahai Gunderewo, terimalah tumbal dari kami semua. Dan berikan kami hasil panen yang berlimpah.” ucap seorang lelaki.
Mendengar itu, Balqis segera mengerjapkan matanya yang masih mengabur. Tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakan. Dia pun mulai melihat kesekeliling, mengamati keadaan. Balqis menjerit sejadi-jadinya, ketika dia tau keadaan nya saat ini.
“Sadar juga kamu neng.” ucap suara yang tak asing bagi Balqis.
“Ki Samad! Apa yang aki lakukan sama saya? Saya mau diapakan ki? Tolong! Tolong!” teriak Balqis.
“Percuma geulis, gak akan ada orang yang bakalan denger kamu disini. Kamu bakalan aki jadikan tumbal untuk Gunderewo.” ucap Ki Samad.
“Qisdak! Apa salah saya ki? Tolong! Saya gak mau jadi tumbal. Tolong!” teriak Balqis.
Namun tak ada satu pun yang menolongnya. Ki Samad terlihat khusu melanjutkan mantera pemanggilan Gunderewonya. Mulutnya komat-kamit merapalkan mantra. Dan tak lama kemudian, kepulan asap mulai memenuhi ruangan gua tersebut. Balqis meronta, dia mencoba untuk melepas kan dirinya.
Gadis cantik itu tengah terbaring di atas sebuah batu yang datar. Kedua tangan dan kaki nya di ikat ke setiap sudut batu itu. Tubuh seksinya itu tak tertutupi sehelai benangpun, ia telah telanjang. Vagina dan payudaranya terpampang dengan sangat jelas. Membuat orang ingin segera menyantap dan menjamah bila melihatnya.
“Siapa yang berani membangunkanku?” sebuah suara geraman menggema di gua tersebut.
“Ampun Gunderewo. Saya ki Samad.” jawab ki Samad sambil membungkuk.
“Ah, ki Samad!”
“Apa gerangan kamu sampai berani mengganggu tidur lelapku? Huh?” lanjut Gunderewo itu.
“Ampun. Saya bawa tumbal baru buat Akang. Saya cuman minta ditukar dengan hasil panen yang melimpah 2 tahun ke depan.”
Gunderewo itupun mengalihkan pandangan nya pada batu persembahan. Dia tersenyum lebar ketika melihat sosok gadis perawan berparas ayu terbaring di atasnya. Dia kemudian tertawa dengan sangat menggema.
“Hahaha… Tumbal yang bagus Samad. Haha… Baiklah, akan ku buat panen warga desa melimpah untuk dua tahun ke depan. Hahaha…”
“Sekarang pergi lah! Biarkan aku menikmati tumbal ku!” lanjut Gunderewo itu seraya mendekati tubuh Balqis.
Ki Samad pun meninggalkan gua itu dengan segera. Dia tidak ingin mengganggu prosesi yang akan di lakukan Gunderewo itu pada Balqis. Dia sudah terlalu senang dengan apa yang akan dia dapat di ladangnya untuk dua tahun ke depan.
Sesosok mahluk tinggi besar menghampiri tubuh Balqis. Tingginya sekitar 2 meter lebih. Badannya berwarna hitan legam, dengan bau yang sangat menyengat tercium di seluruh tubuhnya. Bulu hitam kasar menghiasi seluruh tubuh mahluk itu.
Sepasang mata merah yang menyala menatap nanar pada Balqis. Taring tajam pun menghias di bibir tebalnya. Balqis terbelalak tak percaya melihat sosok di hadapannya sekarang. Dia berontak lebih keras, mencoba untuk melepaskan ikatan di tubuhnya. Balqis menjerit sejadinya.
Meminta pertolongan kepada siapa pun yang bisa mendengarnya. Namun semua usahanya itu nihil. Tak ada seorang pun yang berani masuk ke gua tersebut. Melihat mangsanya terikat tak berdaya, membuat penis Gunderewo itu menyembul keras.
Batang penisnya sangat besar dan panjang. Diameternya mencapai 15 cm, dan panjangnya hampir 35 cm. Sungguh penis raksasa. Balqis menggidik ketakutan melihat penis Gunderewo itu. Dia tak sanggup membayangkan bila benda sebesar itu menembus liang vaginanya yang masih perawan.
Balqis mulai menangis karena saking takutnya pada mahluk itu. Gunderewo itu mulai tak sabar ingin segera menikmati tubuh Balqis. Dia mulai menjamah tubuh telanjang gadis itu. Tangannya segera menggerayangi tubuh seksi Balqis dengan perlahan.
Mahluk itu mulai merangsang setiap titik sensitif di tubuh Balqis dengan sangat intens. Tangan besar nya meremasi payudara gadis itu dengan perlahan. Sedang kan mulutnya mulai menjilati wajah cantik Balqis. Mahluk itu mencoba mencium bibir mungil Balqis. lidahnya yang panjang dia coba untuk menelusup masuk ke dalam bibir Balqis.
Namun Balqis tak pernah mau membuka mulutnya. Balqis terpejam, dia tak sanggup melihat sosok menyeramkan di depannya itu. Hidungnya mencium bau yang sangat menyengat di depannya. Dia sampai ingin muntah dibuatnya. Bibirnya dia katupkan dengan sangat keras. Dia tak mau berciuman dengan mahluk jelek nan bau ini.
Takan pernah! Karena geram, Gunderewo itu pun mencubit puting kiri Balqis dengan sangat keras. Membuat Balqis membelalak kesakitan. Mulutnya terbuka, menjerit sejadinya. Dan pada saat itu lah, Gunderewo ini menesulupkan lidahnya ke dalam bibir tipis Balqis.
Cerita Sex Air Susu Ibu (Youra) – Namanya Youra. Seorang ibu muda yang baru berusia 27 tahun. Wajahnya yang cantik dengan tubuh bersih terawat membuat semua pelanggannya enggan berpaling darinya. Pelanggan?? Benar! pelanggan! Karena Youra berkerja sebagai seorang lonte.
Terlebih lagi, dia sudah memiliki 7 orang anak! Dan dia tidak memiliki suami sama sekali. Keenam anaknya itu semuanya tidak jelas bapaknya siapa dan yang mana, karena saking banyaknya laki-laki yang dibiarkan membuahi benihnya. Dia doyan dihamili oleh laki-laki yang berbeda tanpa nikah!
Hanya Tedi, anak pertamanya saja yang dia ketahui siapa bapaknya. Si sulung Tedi lahir saat Youra baru berumur 13 tahun, kelas 1 SMP. Waktu itu dia tergoda dengan rayuan sopir tetangganya, hingga akhirnya merekapun berhubungan badan.
Namun saat Youra diketahui hamil, sopir itu malah kabur. Setelah itu hampir dua tahun sekali atau bahkan tidak lama sehabis melahirkan, Youra sudah positif hamil lagi. Sampai saat usianya yang baru 27 tahun seperti sekarang ini, dia sudah mempunyai tujuh anak tanpa suami.
Ngocoks Youra menghidupi anak-anaknya dengan cara melacurkan diri, hal itu sudah dianggap biasa di keluarga mereka. Dia mengelola websitenya sendiri dan menerima tamu langsung di rumahnya, bahkan tidak jarang ia melayani tamunya dihadapan anak-anaknya.
“Kalian jangan nakal yah… Mama mau kerja dulu. Ntar kalau kalian diam, pasti papa bakal kasih kalian uang jajan juga, hihihi” ujar Youra dengan entengnya berkata begitu pada anak-anaknya, bahkan menyebut si pria hidung belang ini ‘papa’ di depan mereka.
“Iya Ma…” jawab anak-anaknya polos.
Maka setelah itu digenjotlah Youra di depan anak-anaknya. Dia tunjukkan adegan-adegan yang tidak pantas ditunjukkan seorang ibu. Dia bersetubuh dengan pria hidung belang saat anak-anaknya sedang bikin pe-er, atau saat anaknya sedang makan.
Entah apa jadinya anak-anaknya ini besok kelak melihat kelakuan binal ibu mereka ini. Anak bungsunya yang sedang dalam tahap menyusui, sering harus berbagi air susu sang ibu dengan para pria hidung belang. Kadang anaknya sendiri tidak kebagian jatah karena tidak ada kesempatan menyusui karena Youra asik melonte.
Eh, si pria hidung belang ini malah keenakan mengentoti Youra, dia pikir kapan lagi ada seorang ibu yang bisa dia entotin seenak hatinya di depan anak-anaknya.
Di lingkungan sekitar, jelas dia menjadi bahan cibiran dan cemoohan tetangga terutama ibu-ibu, tapi dia cuek saja. Pak RT dan pejabat setempat juga membiarkan dia di situ, secara dia tidak melanggar hukum dan lebih-lebih lagi Pak RT dan pejabat-pejabat itu juga langganan setianya, tentu dengan diskon spesial hampir 100%
Teman-teman anaknya, terutama teman-teman si sulung yang masih SMP bertiga orang itu, Riko, Romi dan Jaka sering bermain ke rumahnya, bahkan mereka sering main ke sana saat Tedi tidak ada di rumah. Mereka main memang cuma pengen menggoda ibu temannya yang seksi itu.
Awalnya tentu saja mereka terkejut saat Tedi memperkenalkan ibunya. Tedi dengan entengnya menyebut ibunya lonte, dan ternyata memang benar. Hampir beberapa hari sekali mereka pasti ke sana, seperti hari ini.
“Siang tante…” sapa mereka.
“Eh, kalian… yuk masuk” sahut Youra sambil tersenyum manis.
Mereka terpana saat menyaksikan Youra membukakan pintu hanya mengenakan handuk. Rambutnya terlihat basah, butiran air terlihat meluncur di kulitnya yang mulus.
Membuat darah muda mereka bergejolak karenanya. Terang saja penis mereka langsung menegang. Dalam kondisi Youra yang hanya dililit handuk begitu, merekapun berebut untuk mencium tangannya.
“Maaf yah lama, tante sedang mandi” kata Youra menerima ciuman tangan mereka dengan ramah meski dia tahu mata mereka kelayapan kurang ajar melihat dirinya. Youra tidak mempermasalahkan tingkah mereka yang sering curi-curi pandang ke arahnya. Dia sangat terbuka sekali di rumahnya. Tidak ada privasi sama sekali!
Youra cuek saja, cuma pake handuk kek, telanjang basah-basahan habis mandi kek, sedang menyusui kek. Dia tidak peduli cuma nutupi tubuh dengan selimut habis ngelayani tamu dan mengantarnya keluar sambil kecup-kecup di depan teman-teman anaknya ini.
Tidak salah kalau sejak mereka mengenal Youra, ibu muda lonte inilah yang selalu menjadi objek onani mereka tiap coli.
“Ngmm… tapi kalian jangan berisik yah, tante lagi ada tamu” kata Youra kemudian sambil menempelkan telunjuk di bibirnya, lalu tersenyum dengan manisnya.
“I-iya tante” tentu saja mereka paham kalau yang dimaksud tamu oleh Youra ini adalah pelanggannya, si pria hidung belang. Ya, Youra saat itu sedang melayani tamunya saat teman-teman anaknya itu datang.
“Mumpung kalian ada di sini, tolong jagain anak-anak tante dulu yah… tante mau ngentot dulu. Kalau kalian lapar makan saja… Tuh ada nasi dan ayam goreng di meja makan” ujar Youra ramah pada mereka.
Youra lalu masuk ke kamar meninggalkan mereka yang sedang mupeng berat terhadap dirinya. Ingin sekali sebenarnya anak-anak itu mengintip apa yang terjadi di dalam kamar, tapi mereka masih belum berani.
Merekapun hanya menjaga anak-anaknya Youra yang masih kecil selama Youra ‘berkerja’. Berkali-kali mereka mendengar suara desahan dan erangan kenikmatan si ibu itu.
Setelah menjaga anak-anak Youra, mereka akan mendapatkan hadiah pemandangan Youra yang telanjang dengan bebasnya di rumah. Dengan kondisi Youra yang acak-acakan dan penuh keringat setelah bersetubuh, tentunya membuat nafsu mereka mentok di ubun-ubun. Youra tentunya mengetahui hal itu.
“Hayooo… kalian ngaceng ya lihat tante telanjang? Horni ya? Sana lepasin nafsu kalian di kamar mandi… buang dulu peju kalian sana, gak baik dipendam-pendam terus, hihihi” suruh Youra sambil tertawa melihat mereka gelisah.
Mereka tentu semakin malu, meski akhirnya mereka turuti juga anjuran ibu temannya ini untuk mengocok di kamar mandi untuk membuang peju mereka. Youra memang sangat baik.
Saat teman-teman anaknya itu ingin tahu lebih tentang pekerjaannya sebagai lonte, tarifnya dia, pelayanannya, bapak-bapaknya si anak, Youra akan menjawabnya dengan enteng. Anak-anak itu bertanya banyak hal dan Yourapun bercerita banyak. Jika sudah begitu, mereka pasti ngobrol dengan asiknya.
“Terus, sedia main lewat pantat juga gak tante?” tanya mereka penasaran. Saat itu mereka asik mengobrol dimana Youra masih telanjang bulat dan sedang menyusui bayinya! Youra sendiri tahu kalau dia terus diperhatikan mata nakal anak-anak ini dari tadi. Tapi dia tidak ambil pusing dan terus saja menyusui bayinya dalam keadaan begitu.
“Anal maksudnya? hayo… Romi, kamu suka yang main-main belakang gitu yah?”
“Suka sih tante kalau liat di bokep, hehe” kata Romi mengakui.
“Iya tuh tante, si Romi kalau minta bokep sama aku nanyanya yang anal-anal mulu, hahaha” timpal Riko.
“Kalau digangbang pernah nggak tante?” kini Jaka bertanya.
“Pernah, tuh sehari sebelum Tedi kenalin kalian ke tante, tantenya digangbang di sini sama 5 cowok. Rumah tante jadi rame banget hari itu”
“Yah.. bro… si Tedi telat nih ngajak kita” ucap Jaka pada teman-temannya.
“Dasar kalian, pengen lihat tante digangbang yah? Kapan-kapan yah… hihihi” kata Youra cekikikan. Dia menanggapi omongan mereka dengan riangnya.
“Pengen banget tante, hehe” jawab mereka, Youra lagi-lagi tertawa geli.
“Terus anak-anak tante gimana tuh? Mereka ngelihat dong kemarin mama mereka dipake rame-rame?”
“Iya, anak tante yang kecil sampai nangis-nangis liat mamanya digituin rame-rame…” jawab Youra tanpa merasa bersalah sama sekali.
“Wah… Enak yah si Tedi, punya mama kaya tante” ujar Riko.
“Hmm? Kenapa emang? Tedinya belum pernah macam-macam kok sama tante, paling cuma liatin mamanya ini ngentot doang…”
“Udah bisa liat adegan ngentot langsung aja udah enak benar tuh tante, benar gak bro?”
“Iya tante… kita juga pengen”
“Huuu… Dasar kalian ini” Youra kemudian meletakkan bayinya yang sudah tertidur itu ke sebelahnya. Dia gunakan bantal kursi untuk menutupi buah dadanya.
Tentu saja hanya seadanya saja yang tertutupi, malah hampir tidak ada gunanya sama sekali karena buah dada dan putingnya yang masih menetes-neteskan air susu itu dapat terlihat dengan jelasnya.
Yang ada hanya makin membuat anak-anak remaja itu makin mupeng melihat pemandangan itu. Penis mereka yang tadi baru saja menumpahkan pejunya kini ngaceng kembali dibuatnya.
“Ayo, mau tanya-tanya apa lagi nih? tanya aja” kata Youra yang memang tertarik ngobrol hal seperti ini dengan mereka.
“Itu… emangnya Tedi gak ada rasa pengen gituan yah tante?” tanya Jaka.
“Maksud kalian… ngentotin tante?”
“Iya tante, itu maksudnya, ngentotin mamanya sendiri, hehe”
“Hahaha, ada-ada aja sih pertanyaan kalian ini. Kalau itu kalian tanya langsung sama Tedi dong. Hmmm… tapi tante udah janji kok sama dia, kalau dia bisa masuk SMA favorit, tante bakal kasih dia hadiah boleh ngentotin tante” terang Youra.
“Hah??” tentu saja mereka terkejut bukan main mendengarnya.
“Soalnya tante merasa gak enak juga sama Tedi, tuh anak tante yang nomor dua aja udah pernah berkali-kali” sambung Youra lagi yang membuat mereka semakin terkejut.
“Maksudnya si Norman udah pernah ngentot sama tante? Yang masih kelas 5 SD itu?” tanya Romi tercengang.
“Iyaa… si Norman itu seharusnya udah kelas 2 SMP, tapi dia itu goblok dan sering gak naik kelas. Kalian lihat aja tuh kan kemarin gayanya, preman dan urakan banget. Susah tante ngatur anak tante yang satu itu. Pulang ke rumah cuma untuk minta duit, makan dan tidur doang”
“Kok bisa sih tante?” tanya Romi lagi, dia masih tidak menyangka kalau ternyata wanita ini juga pernah ngeseks dengan anak kandungnya sendiri.
“Iya, waktu itu dia pulang mabuk. Itu anak kebangetan banget, kecil-kecil udah ngerokok dan minum”
“Te..terus tante?”
“Ya itu, tante gak bisa ngelawan waktu dia mabuk dan memaksa minta ngentot, akhirnya tante kasih juga sekali. Gak tahunya sekali dikasih akhirnya dia minta terus. Ya tante pasrah saja digituin terus sama anak tante sendiri. Bandel banget kan dia?”
“Kok bisa nakal gitu yah tante si Norman?”
“Duh, gak tahu juga tuh… keturunan bapaknya mungkin. Waktu itu tante hamil dia kan karena habis dikeroyok preman-preman pasar, mungkin nurunin sifat bapaknya tuh, hihihi” Sungguh binal, dengan santainya Youra menceritakan hal segila itu sambil tertawa-tawa.
“Tapi kalau ntar tante hamil sama anak tante sendiri gimana tuh?” tanya Riko.
“Ya mau gimana lagi, terima aja… Berarti ntar mereka jadi ayah sekaligus kakak tuh…” ujarnya sambil tertawa, santai sekali Youra mengatakannya. Dia seperti tidak menganggap hal itu masalah besar bila sampai dihamili oleh anak-anak kandungnya sendiri!
“Eh, kalian mau nginap di sini tidak? Besok hari minggu kan? Tedi lagi di rumah pamannya, jadi gak ada yang jagain tante” tanya Youra, tentu saja mereka langsung menyetujuinya. Mana tahu bisa dapat durian runtuh nanti malam, soalnya mereka selama ini cuma bisa onani sendirian saja.
Tiba-tiba pintu depan terbuka. Norman, anak kedua Youra yang bengal si calon preman itu pulang.
Cerita Sex Pemburu Berondong – Jam weker dimeja kamarku berdering pada jam 09 00 pagi, memang aku mensetting pada jam itu, karena tadi sampai terdengar adzan subuh aku masih belum bisa memejamkan mata untuk tidur.
Aku menggeliatkan tubuhku terdengar kerotokan pada pinggangku, dengan malas aku bangkit dari tempat tidur… Ups aku lupa kalau aku tadi tidur dengan tubuh telanjang bulat.
Kuliat tubuhku dari pantulan cermin besar mmm… dalam usia hampir kepala 4, kulihat tubuhku masih bagus dilihat… buah dadaku yang berukuran bra 36 B masih cukup kenyal, pinggangku masih ramping tak berlemak, pinggul dan pantatku kata mas Seno, almarhum suamiku adalah bagian yang terindah dari tubuhku, sangat seksi dan serasi dengan sepasang kakiku yang panjang… wajahku…?
Kata mas Seno lagi, katanya wajahku lebih pantas dibilang seksi daripada cantik… entahlah penilaian lelaki memang susah dijabarkan oleh perempuan… Sssssshhh… ooohhh… gila, lagi-lagi gairah birahiku meletup dengan tiba2… di depan cermin besar itu aku meremasi buah dada montokku sendiri yang kian mengencang… ammpuuuun… sudah 2 hari 2 malam ini aku sangat menderita karena birahi gila ini… entah berapa belas kali selama 2 hari 2 malam ini aku bermasturbasi…sampe tubuhku benar-benar loyo.
Ngocoks Bahkan pada hari pertama aku sempat melakukan masturbasi di belakang kemudi mobil di tengah keramaian jalan tol, saking ngga ketahan… Semalam, dengan diiringi adegan-adegan syur film bokep koleksi almarhum mas Seno… aku melampiaskan hasrat birahiku secara swalayan, mungkin lebih dari 10 kali sampai pagi menjelang…
Maka betapa jengkelku, sekarang belum setengah jam mataku terbuka, gelegak birahi itu meletup lagi… kali ini aku melawan, aku masuk kamar mandi, kuguyur tubuhku dengan shower air dingin… agak menggigil juga tubuhku… Aku memang wanita berlibido tinggi.
Sejak ABG aku sudah mengenal masturbasi… menjelang lulus SMU aku mengenal persetubuhan dan berlanjut menjadi doyan disetubuhi… Masa kuliahku adalah masa euphoria sex, karena aku kuliah di Bandung sementara orang tuaku di Jakarta…
Pada awal masa kuliahku, aku pantas dijuluki pemburu seks… beberapa kali aku diusir dari tempat kost yg berbeda, dengan sebab yg hampir sama… yang aku ingat, sore pulang kuliah diantar teman kuliahku, aku lupa namanya… pokoknya keturunan Arab…
Aku lupa bagaimana awal mulanya, aku bisa nyepong kemaluan Arab ganteng itu di dalam kamarku dalam keadaan pintu ngga terkunci dan Ipah pembantu ibu kost yg nyinyir itu nyelonong masuk kamarku utk menaruh pakaianku yg habis diseterikanya… aku tengah terkagum-kagum dengan volume batang kemaluan Arab ganteng yang lebih besar dari lenganku dan minta ampun panjangnya.
Malam itu juga aku disidang dan harus keluar dari rumah kost itu Tapi buatku ga ada masalah karena malam itu si Arab ganteng memberikan tumpangan sementara di rumah kontrakannya… tentu saja gairah birahiku yang binal dimanjakan oleh Arab ganteng itu… sepanjang hari… bahkan sampai beberapa hari aku tinggal di rumah kontrakan si Arab ganteng yang berantakan…
Kejadian yg lain pernah juga tengah malam, lagi seru-serunya ML sama cowok baruku… tiba-tiba pintu didobrak petugas ronda yang rupanya sudah lama memperhatikan kebiasaanku masukin cowok malam-malam… cowokku dengan tengilnya berhasil kabur…
Sementara aku lagi-lagi terpaksa harus cari kost baru lagi… Satu lagi yang ga bakal aku lupa, affairku dengan bapak kost, biar sudah tua tapi ganteng dan handsome dan yang membuatku bertekuk lutut… mmm… aksi ranjangnya boo’… selalu membuatku bangun kesiangan esoknya…
Sayang aku menikmati kencan ranjang dengan bapak kost baru tiga kali keburu ketangkap basah sama istrinya… abis siang bolong bapak itu ngajakin naik ranjang… apesnya lagi aku ga akan mampu menolak, kalo tetekku sudah kena diremasinya… baru mau dua kali aku mendapatkan orgasme… eeh…pintu di ketok-ketok dari luar dan terdengar suara ibu kost memanggil namaku…
Mendengar itu bapak kost yg sedang memainkan batang kemaluannya di liang sanggamaku, jadi gugup dan efeknya justru membuatnya orgasme, untung gak telat nyabut… pejunya berhamburan di atas perutku banyak sekali… bisa ditebak endingnya… aku harus angkat kaki dari rumah kost saat itu juga…
Nasihat sahabat-sahabatku, banyak merubah perilaku seksualku yang liar… Dengan susah payah aku berhasil menekan hasrat birahiku yang memang luar biasa panas dan aku mengumbarnya… awalnya mana sanggup aku menahan seminggu tanpa aktivitas seksual… bakal uring-uringan dan kepala terasa pecah…
Sampai akhirnya aku ketemu dengan mas Seno aktivis mapala kakak kelasku… ngga hanya sosoknya yang jantan… permainan ranjangnyapun luar biasa… permainannya yang agak kasar, mampu membuatku mengerang-erang histeris… Aku ga nyesel, harus married dengan mas Seno karena keburu hamil
Buktinya aku berhasil menyelesaikan kuliah, walaupun sambil mengasuh Astari buah cintaku dengan mas Seno Status ekonomi kamipun tergolong bagus… Sampai akhirnya 5 tahun yg lalu, kecelakaan mobil di jalan tol merenggut mas Seno dari kami berdua…
Selama 5 tahun menjanda, mungkin karena kesibukanku mengurus dan melanjutkan usaha mas Seno yang sedang menanjak pesat dan keberadaan Astari anak tunggalku sudah menginjak usia gadis remaja, aku hanya 2 kali terlibat affair dengan lelaki yg berbeda, itupun juga hanya having fun semata, penyegaran suasana disela-sela kesibukan bisnis… Kehidupan seksualku datar, tanpa gejolak… sesekali aktivitas masturbasi cukup memuaskanku…
Setelah tubuh terasa segar, kukenakan kimono dan keluar kamar…
” Heee… Ron kamu disini ? kok ga sekolah ?” Kudapati Ronie di belakang komputer Astari. Ronie adalah kakak kelas Astari yang hampir setahun ini akrab dengan anak gadisku itu Anak muda yang sopan dan pandai cerminan produk dari keluarga yang cukup baik dan mapan
” Iya tante, saya hari ini kebetulan banyak pelajaran kosong jadi bisa pulang lebih awal dan tadi Tari minta tolong saya nungguin tante yg lagi sakit kali aja butuh apa-apa” Sahut Ronie sopan, membuatku terharu… Lumayan ngobrol dengan Ronie, penderitaanku agak berkurang…
” Ron, kamu bisa mijit ga ? tolongin pijitin tante dong bentar… leher tante kaku…” pintaku ke Ronie tanpa canggung, karena memang kami sudah akrab sekali, bahkan buatku Ronie kaya anakku sendiri Ronie duduk menghadap punggungku pijatan demi pijatan kurasakan… tanpa kusadari sentuhan tangan lelaki muda itu terasa nikmat selayaknya sentuhan lelaki yang tengah membangkitkan birahi perempuan… aku mulai mendesah resah…
Percikan api birahi dengan cepat membakarku tanpa ampun… sementara tanpa kusadari kimonoku sudah semakin melorot, terdesak tangan Ronie yang kini memijit daerah pinggangku, atas permintaanku sendiri untuk memijit lebih turun… uuuhh… dadaku terasa sesak akibat tete’ku yang semakin mengencang…
Aku ingin ada yang meremasinya… Sssshhh ooohhh… gilaaa… ngga tahaann… kupegang kedua tangan Ronie, tangan kiriku memegang tangan kirinya dan tangan kananku memegang tangan kanannya kutarik kedepan melingkari tubuhku dan kutangkupkan di buah dadaku…
” Eehh… tante…?” bisik Ronie bingung dari belakang tubuhku
” Ron… tolong remasi tete’ tante…” desisku resah… merasakan sentuhan tangan lelaki pada buah dadaku yg tengah mengencang… Benar-benar hilang sosok Ronie yg sehari-hari adalah pacar Astari anakku yang ada dibenakku saat itu Ronie adalah lelaki muda bertubuh tegap… Ooouuh… Ronie mulai meremasi kemontokan buah dadaku…
” Yaaaaahh hhh…hhh… enaaaak Ronn ulangi lagi sayaaang oooohhh… ” tubuhku menggeliat resah… kugapai kepala Ronie dan kutarik ke arah tengkukku yang terbuka karena rambutku kusanggul keatas… Ronie tak menolak dan melakukan permintaanku untuk menciumi tengkukku
” Ciumi leher tante… hhhmmm sssshhh yaaahh kecupin sayaaang aaaaccchh… sssshhh ” bisikan dan desah mesraku menuntun Ronie melakukan apa yg kuminta…Aku makin gemas, tubuhku gemetaran hebat… baju kimonoku tinggal menutupi tubuh bawahku karena tali pinggangnya masih terikat
Kubalikkan tubuhku, sejenak kupandangi wajah ganteng Ronie yang matanya terbelalak liar menatap nanar tubuh bagian depanku dengan mimik ngga karuan Kulingkarkan kedua lenganku di lehernya dan dengan penuh gairah kusosot bibir manisnya…
Anak muda ini gelagapan menghadapi liarnya bibirku yang mengulum bibirnya dan nakalnya lidahku yang menggeliat menerobos masuk rongga mulutnya… Tapi insting lelakinya segera mengantisipasi, segera dapat mengatasi seranganku
Baju seragam Ronie dengan cepat kulolosi dan… ooohh… dada yg gempal dan bidang dari salah satu tim inti basket di sekolahnya ini membuat gairahku semakin binal… Kudorong tubuh Ronie untuk rebah disofa… nafas jantannya mulai tak beraturan Mmm… pejantan muda ini mulai mengerang-erang dan tubuhnya menggelepar, tatkala bibir dan lidahku menjelajahi permukaan kulit dadanya, bungkahan dada jantannya kuremas dengan gemas.
Aksi bibir dan lidahku terus melata sampai ke pusarnya… Sssshhh… celananya tampak menggembung besar entah ada apa dibaliknya ? filmbokepjepang.sex jantungku berdegup semakin kencang melihatnya… dan mataku terbelalak dibuatnya, sampai aku harus menahan nafas, ketika retsluiting celana abu-abu itu terbuka… kepala kemaluan jantan menyembul keluar dari batas celana dalamnya…
Aku dengan tergopoh-gopoh karena tak sabar melorotin celana seragam sekalian dengan celana dalam putihnya sampai ke lutut Ronie… Ooooohhh my God ! teriakku dalam hati… menyaksikan batang kemaluan Ronie yang mengacung di antara pahanya… begitu macho, begitu gagah, begitu indah bentuknya… dengan kepala kemaluannya yang besar tampak mengkilat…
Tanganku terasa gemetaran ketika hendak menyentuh nya… Kembali tubuh Ronie menggerinjal kecil ketika tanganku bergerak mengocok batang kemaluannya… aku makin binal, kudekatkan wajahku untuk mengulum kepala kemaluan yang menggemaskan itu, sambil tetap tanganku bergerak mengocok batang kemaluannya…
Mendadak tubuh tegap itu meregang hebat diiringi erangan keras… dan bibirku yang setengah terbuka dan tinggal beberapa sentimeter dari kepala kemaluan itu merasakan semburan cairan hangat dengan menyebarkan aroma khas yg sangat kukenal dan kurindukan… apalagi kalo bukan peju lelaki… tanganku refleks mengocok batang kemaluan Ronie makin cepat sambil tanganku yang lain mengurut lembut kantung pelirnya…
Sementara kubiarkan peju yang sangat kental itu menyembur wajahku… sesekali kusambut peju itu dengan lidahku… mmmm… rasa peju yg khas itu kembali dikecap oleh lidahku…Terus terang aku sempat kecewa, dengan bobolnya peju Ronie… Tapi beberapa saat batang kemaluan yang masih dalam genggamanku, kurasakan tak menyusut sedikitpun masih tetap keras…
Tanpa buang waktu, aku merangkak diatas tubuh Ronie yang menggelosoh di sofa… dengan posisi tubuhku jongkok mengangkangi tubuh Ronie, di atas kemaluan Ronie… kutuntun batang kemaluan perkasa yang masih belepotan peju itu kearah liang sanggamaku yang sudah basah kuyub dari tadi…
Wooohh… ternyata kepala kemaluan itu terlalu besar untuk masuk ke liang sanggamaku… Akhirnya dengan sedikit menahan perih, akibat otot liang sanggama yang dipaksa membuka lebih lebar kujejalkan dengan sedikit memaksa ke liang sanggamaku yang sudah tak sabar untuk segera melahap mangsanya…
” Iiiiihhh… bantu dorong sayang… Oooooowwwwww…” Aku merengek panjang ketika sedikit demi sedikit amblas juga batang kemaluan Ronie menembus liang sanggamaku diiring rasa perih yang menggemaskan…
” Sssshhh… mmmhh… ayun pinggulmu keatas sayaaang ” kembali aku menuntun pejantan muda ini untuk memulai persetubuhan…
” Aaaww… aahh… ooww pelahan duluuu sayaaang… burung kamu gede banget… perih tauuk ” aku ngedumel manja… ketika Ronie mengayun pinggulnya kuat sekali… Terasa tubuhku bagaikan baterai yang baru dicharge… aliran energi aneh itu mengalir menyebar ke seluruh tubuhku… membuat aku semakin binal memainkan goyangan pinggulku… sementara Ronie ternyata cukup cerdas menyerap pelajaran, bahkan mampu segera mengembangkan… dengan posisi tubuhku diatas, membuatku sangat cepat mencapai orgasme…
Entahlah atau karena besarnya batang kemaluan Ronie yang menyungkal rapat liang sanggamaku, sehingga seluruh syaraf dinding liang sanggamaku rata dibesutnya… Luar biasa ! dalam waktu kurang dari 5 menit setelah orgasmeku yg pertama, kembali aku tak dapat menahan jeritku mengantar rasa nikmatnya peju orgasme yang kedua… dan…
hhwwwoooo… aaaammmpppuuunnn !!!! Rupanya Ronie tak mampu menahan lebih lama bobolnya tanggul peju nya… tubuhku dihentak-hentaknya kuat sekali… seakan ingin memasukkan seluruh batang kemaluan sepeler-pelernya ke liang sanggamaku… diiringi erangan mirip suara binatang buas sekarat…
Aku menangis menyesal setelahnya, berkali-kali Ronie memohon maaf atas kejadian yang terjadi siang itu…Tapi anehnya gairah seksualku yang meletup-letup tak terbendung itu, mereda setelah kejadian siang itu… Aktivitas berjalan normal kembali, tapi sudah hampir seminggu ini, aku tak pernah melihat Ronie datang ke rumah
” Dia lagi sibuk Ma… dapat tugas antar jemput saudara sepupunya yang masih SD…” Jawab Astari ketika aku menanyakan tentang Ronie yang tak pernah muncul… Terus terang saja, sejak kejadian itu… pikiranku sangat kacau, disisi aku sebagai Mama Astari aku sangat menyesal dan sedih atas kejadian itu, tapi disisi aku sebagai seorang wanita yang masih punya hasrat dan naluri betina yang utuh… aku tak ingin melupakan kejadian itu… bahkan aku berharap kejadian itu terulang lagi…
Hampir sebulan lamanya Ronie tak muncul ke rumah, akupun maklum, Ronie sebagai remaja hijau, tentu mengalami shock dengan kejadian itu… disitulah muncul rasa berdosaku kepada Ronie dan Astari anakku… Tapi jujur sejujurnya ada terselip rasa rinduku memandang wajah anak muda itu… Aku sering mengintip dari balik gordiyn jendela, saat Astari turun dari boncengan Ronnie… kenapa hatiku berdebar-debar dan sedikit desiran birahiku menggelegak…
Pikiranku makin kacau… setelah beberapa kali kulihat Ronnie mulai nongkrong lagi dirumah… kulihat Ronnie masih salah tingkah di depanku, walaupun aku sdh berusaha menetralisirnya iiihhh tapi buat aku… otakku jadi ngeres begitu melihat wajah Ronnie yg innocent…
Betapa tidak… terbayanglah ekspresi wajahnya ketika tengah menyetubuhiku beberapa waktu yang lalu… ekspresi wajahnya yang begitu sensual dimataku pada saat dia melepas semburan spermanya… suara erangan dan nafas birahinya seakan nempel ditelingaku…
Maka kekacauan inilah yang mendorongku menerima tawaran Adrian seorang rekan bisnisku untuk makan siang di sebuah hotel berbintang dan setelahnya akupun tak menolak ketika ia mengajakku memasuki sebuah president suite di hotel itu, dengan alasan untuk mencari ketenangan membicarakan pekerjaan…
Walaupun yang terjadi kemudian adalah rayuan-rayuan mautnya yang kusambut positif… dari remasan tangan… kecupan bibir… jilatan lidahnya yang nakal pada leherku… desah resahku… remasan gemasku… dan… lolosnya pakaian kami satu persatu… payudaraku yang mengencang akibat remasan tangan dan cumbuan bibirnya… hhmmm… jilatannya pada clitorisku…
Batang kemaluannya yang berbentuk indah, perkasa… memaksa bibirku untuk mengulumnya… ooowww… nikmat hentakan tubuhnya menekan tubuhku… sodokan kejantanannya pada liang sanggamaku mengantarkan kenikmatan orgasmeku dua kali berturut-turut…
2 jam kami melewatkan waktu untuk making love siang itu, kekaguman Adrian atas permainan ranjangku yang begitu hot dan lihay… beberapa kali aku berkencan ranjang dengan Adrian lelaki tinggi besar berstyle dandy… kepuasan sex kuraih dengan sempurna dengan kelihayannya dia memperlakukan perempuan di atas ranjang…
Tapi bayangan sensual wajah bocah innocent bernama Ronnie itu tak juga sirna… Sampai pada suatu malam hujan turun dengan deras… rupanya malam itu Ronnie sedang dirumah, berbincang dengan Astari di ruang tamu… sedangkan aku nonton TV diruang belakang…
” Ma, mas Ronnie mo pulang tuh…” terdengar suara Astari dari belakangku…
” Eh… pulang ? hujannya gede banget, tunggu reda aja jauh lagi rumah Ronnie ” jawabku spontan sambil bangkit dari dudukku berjalan ke ruang depan… kulihat jam memang sudah terlalu malam untuk bertamu…
” Ronn… ujan begini lebat, udah malem lagi… ntar ada apa-apa di jalan… sudah deh Mama kasih kamu nginep disini, tidur di kamar atas, besok subuh Mama bangunin kamu…” ujarku, terdorong rasa sebagai orang tua yg khawatir kepada anaknya… Ronnie menunduk salah tingkah ga berani menolak
” Tapi Ronnie harus telpon rumah dulu tante…” sahutnya pelan… dan akhirnya justru aku yang menelpon kerumah Ronnie memintakan ijin orang tua Ronnie, yang ternyata menyambut baik…
Malam semakin larut, sementara hujan semakin hebat diserta guntur dan kilatan petir… Aku tergolek di ranjang, tak dapat memicingkan mata… Siang tadi kembali Aku melewati kencan ranjang dengan Adrian… tapi… entah kenapa kali ini…
Susah sekali aku mencapai orgasme… sampai 2 kali Adrian menumpahkan spermanya… sedangkan aku tak sekalipun Gilaaa… kenapa justru sekarang wajah bocah itu yang terbayang-bayang di malam dingin ini… iiihhh… birahiku meletup- letup gila… ampuuunn… sekarang bocah itu ada dilantai atas…
Tunggu apa lagi ??? mmmm… bisikan setan aku tak mampu menahan tubuhku yang berjalan manapaki tangga… dan kini aku di depan pintu kamarnya… tanpa mengetuk kubuka pintu… ternyata Ronniepun masih belum tidur…
” Ronnie kamu belum tidur ?” tanyaku gagap… kenapa aku jadi salah tingkah sekarang…?
” Tante juga belum tidur…?” sahutnya… iiihh… jawabannya begitu tegas… aahh… siapa yg menuntunku duduk diranjangnya… mmm… darahku berdesir ketika tahu mata Ronnie menatap dada montokku yg memang tak mengenakan bra, sehingga puting susuku tercetak menonjol dibalik gaun tidurku yg memang berbahan tipis, sehingga semburat kecoklatan aura puting susukupun nampak jelas, kembali aku kehilangan kontrol…
Dan entahlah bagaimana awalnya dan siapa yang mengawali… bibirku sudah dalam lumatan bibir Ronnie… sergapan nafsu birahiku tak dapat kuelakkan dan remasan lembut tangan lelaki muda pada buah dadaku melambungkan gairah seksualku… gelitikan lidah nakalnya pada puting susuku membuat tubuhku menggeliat erotis disertai erangan manjaku… satu demi satu pakaian beterbangan meninggalkan tubuh kami… aku begitu hot dan bergairah mencumbui tubuh pacar anakku itu…
Tapi aku sudah melupakan siapa Ronnie, yang aku tahu Ronnie adalah lelaki muda yang siap memenuhi kebutuhanku ooowww… aku tak menyangka kali ini Ronnie lebih lihay dan lebih berinisiatip melakukan serangan, sampai aku hampir tak percaya ketika Ronnie menyurukkan wajahnya di selangkanganku dan mencumbui bibir kemaluanku…
” Ronnn… sssshhh… kamu piiiinteer sekarangg… ooohh ammpuunn nikmaaaatnyaa…” desahku merasakan nikmat cumbuan lidahnya pada clitorisku, membuat Ronnie tambah semangat… Ketika permainan yang sesungguhnya berjalan… sebagai wanita dewasa yang telah berpengalaman menghadapi gairah lelaki…
Nikmatnya Keluar Di Dalam | Aku dibuat megap-megap menghadapi serangan pejantan muda ini… hajaran batang kemaluannya yang perkasa pada liang sanggamaku tak kenal ampun… membuat aku mengerang merintih bahkan menjerit setengah histeris… untung suara hujan yang lebat di timpa suara guruh meredam suaraku…
Luluh lantak tubuhku dihajar aksi ganas Ronnie… tapi buatku adalah sebuah sensasi seksual yg sangat luar biasa yang mengantarku meraih dua kali kenikmatan orgasme… tubuh telanjang kami terkapar lunglai di ranjang yang kusut spreinya, tak ada sesal kali ini…
“Ronnie jujur sama Tante… setelah waktu itu kamu maen sama perempuan mana…?” tanyaku datar dg nada dingin
” Aaah… nggak, sekali-sekalinya cuma sama Tante ” jawab Ronnie agak gugup menyebut namaku
” Ga mungkin, kamu mendadak bisa begitu canggih mencumbu Tante…?” desakku… dan akhirnya Ronnie menceritakan pengalaman setelah pengalaman seksualnya yang pertama, Ronnie banyak nonton blue film dan otak cerdasnya banyak menyerap gaya dan cara bercinta dari film-film biru yang ditontonnya…
“Mmmmm… kaciaaan… kamu tentunya kangen mencumbu Tante ya sayaang…?” bisikku sambil kudaratkan kecupanku ke bibirnya, tubuhku bergerak menindih tubuh atletis Ronnie, tubuhku direngkuh dan tubuh kami menempel ketat… kuajarkan permainan lembut… mmmm…
Anak pintar ini dengan cepat menguasai permainan baru yg kuajarkan… dengan telaten setiap inchi tubuhku dirambahnya dengan remasan, gerayangan tangannya yang nakal… jilatan dan kecupannya merambah setiap bagian tubuhku yang sensitif… tubuhku menggeliat erotis… kadang menggelepar liar… rintihanku mulai terdengar… tak dapat kutahan desah gelisahku… diselingi jeritan gemas…
” Ayo sayaang…hh hhh… Tante udah ga tahan dengan peju mu…” bisikku lembut, setelah aku nggak tahan lagi merasakan kuluman dan jilatan Ronnie pada clitorisku…
” Aoooouuuhhh… Roooonnn… hhh…hhhh…” suaraku terdengar bergetar memelas… mataku meredup sayu menatap wajah imut Ronnie, manakala liang sanggamaku untuk kesekian kalinya ditembus batang kemaluan bongsor milik Ronnie, namun kali ini Ronnie menekan pelan sekali, sehingga terjadi gesekan nikmaaaaat yang lama sekali… sehingga kedua kakiku yang melingkari pinggangnya seakan mengejang, tak tahan menahan kenikmatan yang luar biasa…
“Enaaak Tante ?” bisiknya lembut sambil tersenyum manis, ketika liang sanggamaku sudah tak ada tempat lagi bagi batang kemaluannya… iiih… menggemaskan bibirnya… aku menjawab dengan mengangkat alis… bibirku kembali menyambar bibir yang menggemaskan itu…
Ciuman dan kuluman panjang dimulai, dorongan gelegak birahi kami memang luar biasa, permainan semakin panas dan semakin liar, ekspresi kami total menyembur tanpa kendali…kembali tubuhku dihentak-hentak oleh tenaga perkasa Ronnie dengan garangnya… jeritan dan rintihanku silih berganti ditimpa dengus nafas birahi ronnie yang mengeros buas…
“Aaaahhhkkk… Roonnnie ssaayaang… aammppuuunn…ooowww… ssshhh… niiikmaaat banggeet ssiih…???” rengekku dengan suara memelas, namun tarian pinggulku dengan gemulai masih dengan sengit mengcounter rajaman batang kemaluan Ronnie di liang sanggamaku sehingga terdengar bunyi berceprotan di selangkanganku… gillaaa susah untuk kuceritakan sensasi malam itu…
“Tante…hhh…hh Ronnie ampiir keluaar peju uu… sssshhh ” desis ronnie dengan suara bergetar… matanya garang menatapku… iiihhh mengerikan, tapi aku sngat menyukai ekspresi ini
” Ayoooo sayaanggg… semburkan peju bareng Tante… ooouuuuhhhh… !!” Ya ammppuuun… mengerikan sekali… tubuhku terguncang-guncang hebat, akibat hentakan tubuh Ronnie menghajar liang sanggamaku pada detik puncak… mulutku menganga lebar tanpa suara, tanganku mencengkeram erat pinggiran ranjang… dan entah apa yang terjadi, karena pada saat itu orgasmekupun meletus dahsyat…
Entah berapa lama suasana hening, hanya suara nafas kami terengah-engah yg terdengar… hujan di luar rupanya sudah berhenti juga…
” Tante… boleh Ronnie pulang sekarang, hujan kayanya sudah berhenti…” suara Ronnie memecah keheningan…
” Hmmm… sebenernya Tante masih pingin meluk kamu, pingin cumbuin kamu sayaaang… ini ditinggal buat Tante aja yah ?” sambil kuremas batang kemaluan yg masih sembab…
“ Titit kamu buat Tante aja ya sayaang… jangan buat orang lain… apalagi buat Astari… awas Tante bisa marah besar ” sambungku dengan nada serius… Ronniepun mengangguk tegas Kuantar Ronnie ke garasi tempat motornya diparkir, kubiarkan tubuhku bugil, telanjang bulat…
Gila… digarasi masih sempat kulakukan oral sex sampai keluar peju nya… kutelan habis peju segar yg menyembur di dalam mulutku… Capek yang luar biasa kurasakan setelahnya, badan rasanya lengket-lengket dan bau gak jelas.
Enemies the Same Bed – Nolan terlihat bergembira, menari dengan para wanita yang seksi dan nakal. Dia biarkan tubuhnya di sentuh atau bergesekan dengan mereka. Wajah tampan Nolan dengan kesan bad boy handsome itu anehnya begitu diminati wanita-wanita di dalam club.
Padahal sudah banyak gosip beredar, betapa nakal, playboy dan banyaknya hati wanita yang dipatahkan olehnya. Tapi, sepertinya semua gosip itu tidak menjauhkannya. Nolan melepas kaca mata gayanya lalu berkedip pada wanita cantik yang terus memepetnya itu.
Tanda dia tertarik untuk bercumbu dengannya. Wanita itu terlihat senang, pasrah saja saat Nolan tarik menuju tempat yang lebih privat. Keduanya terus bercumbu, saling tumpang tindih di sofa.
Hanya sebatas itu. Membuat wanitanya pelepasan tanpa penyatuan. Kenapa? Nolan itu pilih-pilih jika akan bercinta. Hanya wanita yang menurutnya tidak jijik maka akan dia perlakukan bagai ratu hingga pagi menyapa.
Ngocoks Wanita itu terengah di atas sofa dengan tanpa penghalang apapun. Nolan tersenyum manis nan memikat. “Sayangnya, kamu belum beruntung malam ini, baby..” lalu beranjak dari atasnya.
“Nolan, serius?” wanita itu menatap sayu, sudah sangat ingin.
Nolan tidak merespon, dia meneguk segelas alkohol lalu pergi untuk mencari kesenangan lagi namun langkahnya terhenti saat mendapat panggilan suara dari seseorang.
“Serius? Oke.” Nolan bergegas pergi dari club itu, membayar seseorang untuk mengantarkannya ke tempat tujuan. Nolan meneguk air putih, mencoba sadar dari pengaruh alkohol.
“Dia ga mau gue paksa pun,” Adit terlihat kesal menatap sahabat perempuannya yang kini terisak dengan memar di beberapa bagian tubuhnya yang terlihat.
“Ayah lo gila!” Nolan meraih lengan Azura dan memotretnya dengan paksa. “Lo bawa dia, Dit!” perintahnya.
“Kalau lo mau kita bertiga temenan, nurut! Semua demi kebaikan lo! Ayah lo udah candu alkohol, gila!” tambah Nolan.
Azura tidak bisa lagi menolak jika itu urusannya dengan Nolan. Jiwanya selalu tunduk pada satu sahabatnya itu.
“Kita—”
“Lo masih mabuk, tunggu di sini, temen adik gue mau bawa baju, kasihin di meja. Abis itu lo nyusul ke kantor polisi. Bawa kuncinya,” Adit menggendong Azura yang kacau.
Nolan tidak membantah. Dia menurut saja. Dia menunggu sambil menghilangkan bau alkohol dan menyadarkan diri juga.
Nolan tak perlu izin, dia masuk ke kamar Adit untuk meminjam pakaianya.
***
“Meresahkan, pak. Dosanya bukan buat mereka tapi satu kampung. Lebih baik anak kota itu terus di kota,” Yeti berseru kesal.
“Iya, sabar bu. Kita akan usut,” pak Lukman terlihat sabar.
“Ga sekali dua kali, ada perempuan datang dan lama di dalam bahkan nginep, banyak saksinya kok pak,” Hartuti menyahut, dia juga salah satu saksi itu.
“Kita pastikan dengan baik-baik, jangan dengan emosi,” Lukman terus menenangkan warganya dengan sabar.
“Mereka hanya anak pindahan, orang tua tidak jelas karena ga pulang-pulang..” seru Fadla kesal karena kampungnya jadi tercemar.
“Di sini bukan negara bebas!” seru yang lain membuat keadaan kembali bising dan saling mengompori. Mereka sudah tidak bisa sabar lagi. Terlalu banyak saksi.
“Dasar Caca! Pelupa! Udah tahu besok wawancara, mana nyuruh lagi, untung sahabat dari SMP ketemu lagi kuliah, udah 6 tahunan!” dumelnya sambil membuka gerbang rumah.
Adhya menelan ludah gugup. Apa di dalam ada Adit? Dia berdebar tak sabar, dia kagum pada kakak dari temannya itu.
Adit kakak yang begitu baik di matanya.
Adhya menekan bel. Dia menunggu dengan mengulum senyum.
“Apa ini cara Caca deketin gue sama kak Adit ya?” gumamnya pelan. “Cih! Bisa aja caranya,” gumamnya salah tingkah.
Pintu terbuka.
“Ha— Ck! Pa’aya,” decaknya malas, bukan Adit yang membukanya. Ternyata buaya jadi-jadian.
Nolan tertawa pelan, menatap Adhya gemas. Marahnya malah lucu. Dia pun memakai kaos Adit sambil berjalan mengekori Adhya.
“Sugar, mana Caca?” biasanya mereka itu berdua bagai anak kembar.
“Ga usah kepo!” Adhya meraih paper bag yang dia yakini itu pakaiannya dan Caca. “Dia jadinya nginep di rumah ga akan pulang, bilangin ke kak Adit juga, katanya telepon dari dia ga diangkat,” jelasnya malas.
“Ga minum dulu?” Nolan tersenyum manis, mencoba memikat namun sayangnya Adhya tidak pernah terpikat. Bahkan dari jaman mereka satu kampus.
“Ga, ogah berdua sama pa’aya di tempat tertutup gini,” rempongnya dengan kedua tangan tidak bisa diam.
Terkesan centil, tapi jutek nan lucu.
Nolan kembali tertawa dengan manisnya. “Enak tahu, banyak yang bisa kita lakuin kalau berdua di tempat kayak gini,” lalu mengedipkan sebelah mata genit.
Adhya mendengus dan mengayunkan langkah lalu membuka pintu. Tubuhnya membeku kaget.
Sudah banyak ibu-ibu dan bapak-bapak di depan rumah tanpa ada suara, hanya memasang wajah marah.
“Sinilah, kita berduaan dul—” Nolan sama kaget.
“Nahkan, pak!” seru bu Yeti nyaring.
Sekitar menjadi keos tak terkendali.
Nolan dan Adhya mengerjap tidak paham.
***
“Ha?” Adit berdiri dari duduknya dan pamit meninggalkan Azura dengan polisi yang tengah mengintrogasinya.
Adit terus berbicara dengan Nolan lewat panggilan suara itu. Nolan terdengar emosi karena tersudutkan oleh semua warga.
“Lo tunggu di sana, tapi Azura—”
Nolan menghela nafas kesal di balik telepon. Dia menyuruh Adit untuk membereskan Azura terlebih dahulu. Dia tidak akan bisa menemani mereka di kantor polisi.
Adit terlihat cemas. Nolan dan Adhya seperti tersangka saat ini. Padahal yang sering ada di rumahnya itu Azura.
Adit menatap ponselnya yang penuh dengan panggilan dari adiknya Caca.
***
“Dad! Kita oh astaga!” Nolan meninju angin dengan teramat marah.
Warga tidak bisa diajak kerja sama. Terus mendahulukan emosinya. Padahal dia dan Adhya tidak melakukan apapun.
Mungkin saja mereka salah paham juga terhadap Adit dan Azura.
Nolan merasa apes.
“Kamu mau digiring keliling kampung dengan tuduhan itu? Kamu juga kenapa ngomong gitu, mereka salah paham!”
Mina hanya diam hanyut dalam pikirannya. Bibirnya tersungging, padahal sekitarnya penuh emosi dan keos.
“Ekhem!” dia melepaskan kaca mata gayanya. “Oke, mommy putuskan. Lebih baik kamu nikahi Adhya.. Hanya itu jalan agar emosi warga reda,” putusnya dengan ringan.
Adhya yang menangis di pelukan Caca yang sama kesal plus merasa bersalah menatap kaget ibu-ibu nyentrik itu.
Mina menatap Adhya dengan senyum manis nan cantik. Mirip sekali seperti senyum pemikat Nolan. Ternyata turun dari ibunya.
“Maukan jadi mantu mommy?”
Adhya kenal Mina karena dia sahabat arisan bundanya.
“Biar mommy yang obrolin ke bunda, gimana?” tanyanya bahagia.
Nolan mendatarkan wajahnya. Dia rasanya akan meledak. Mommynya itu memang benar-benar!
“Viral!” seru Caca saat ponselnya ramai dipenuhi kiriman video Adhya dan Nolan yang duduk dikelilingi warga tantrum.
Semua menoleh ke arah Caca. Sekitar semakin menekan untuk menikahkan keduanya karena sudah membuat kampung itu kian tercemar.
***
“Tidak, mereka sudah kita nikahkan. Ke depannya harapan kita tidak ada lagi yang kumpul kebo, di mana pun tempatnya. Mengingat dosa yang menanggung itu bukan hanya pelaku, tapi seluruh warga desa..” pak Lukman terlihat tenang menjawab wartawan yang turun langsung mencari kebenaran.
“Pihak keluarganya bagaimana pak? Kata kabar yang beredar mereka dari keluarga mampu, hanya terjebak di rumah sahabat..”
“Untuk pihak keluarga mereka menerima. Kedua keluarga ternyata juga berhubungan baik, membuat semua mudah. Benar, ini rumah teman keduanya.”
Adhya mematikan televisi yang masih membahasnya dan Nolan. Padahal semua salah paham. Tapi para orang tua malah mengambil kesempatan.
Wawancara kerja gagal, dia malah menikah. Namun dia tetap akan mencari pekerjaan setelah semua berita tentangnya reda.
Adhya merasa menjadi artis dadakan karena diburu. Bahkan dia kini nyangkut di apartemen Nolan sebagai istrinya.
“ARGGHHH!” teriak Adhya frustasi. Dia sampai marah pada orang tuanya karena malah setuju dan bahagia menikahkannya dan Nolan.
Apa mereka tidak tahu predikat buruk Nolan di kota ini?
“Wah.. Followers gue naik, nama gue makin keendus,”
Adhya menatap kesal Nolan yang begitu santai setelah seminggu berlalu. Memang laki-laki dan perempuan itu berbeda.
“Jangan sentuh mie gue!” Adhya kebelet ingin buang air.
Nolan tersenyum. “Mau kemana, manis? Baru juga gue duduk.” coleknya pada lengan Adhya.
Adhya mengusapnya jijik sambil terus menuju kamar mandi. Semua masih terasa tidak adil. Kenapa juga orang tuanya tidak membujuknya yang marah.
Menyebalkan.
***
“HABIS?!” mata Adhya rasanya akan lompat dari tempatnya. Ada api emosi membara di dalam dua mata indah itu.
Adhya menoleh dengan perlahan penuh ancaman. Dia tatap Nolan yang anteng dengan ponsel yang dipenuhi perempuan itu.
“Dihabisin!” suaranya menggeram penuh penekanan. Nafasnya mulai terengah.
Nolan melirikan matanya lalu tersenyum manis. Adhya merasa dagunya dimainkan. Dia akan meledak!
“AGH!” jerit Nolan terus menerus saat Adhya ganas menyerangnya dengan gigitan, pukulan dan tendangan membabi buta tanpa arah itu.
Keduanya terlihat seperti serigala penakut yang di serang kucing liar pemberani.
Beberapa saat kemudian…
Nolan berada di ujung sofa, meringis menatap semua luka gigitan di beberapa tubuhnya. Sampai ada yang membiru, sungguh ganas.
Adhya juga di ujung sofa satunya tengah mengendalikan diri. Dia masih ingin melampiaskan itu tapi takutnya dia berlebihan.
Dia tidak ingin menciptakan tragedi lain.
“Ashh..” Nolan merasa seluruh badannya nyut-nyutan. Adhya kecil-kecil ternyata kuat juga.
Atau mungkin karena dia tidak menangkis dengan tenaga. Jika terjadi, mungkin Adhya akan terpental.
“Hiks..”
Nolan menoleh. “Yah, cengeng.” oloknya sambil mengintip wajah Adhya yang kedua lengannya sibuk menyeka air mata.
“Hiks..”
Adhya kesal. Dia sungguh merasa tidak adil. Menikah impiannya bukan begitu. Bukan dengan Nolan yang bagai musuh!
“Gue masakin lagi, ck!”
“UDAH GA MAU!” teriak Adhya dengan menatap Nolan kesal dan berkaca-kaca.
Nolan menghela nafas panjang. Dia mengacak rambut Adhya hingga kembali garang lalu kabur secepat mungkin.
“Makasih mienya, gue ke club bentar— ck! Bego!” Nolan putar balik. “Gue masih belum bisa KELUAR!” kesalnya sambil berteriak frustasi.
Adhya menatap marah dan memilih mengambil ice cream di kulkas.
Nolan kembali duduk di sofa. Dia tidak biasa ada di rumah. Rasanya tersiksa bagai di kurung. Dia ingin segera bebas.
Nolan melirik Adhya yang datang dengan ice cream.
“Minta dong, sugar..”
Adhya tidak merespon, ceritanya masih marah karena mienya di rebut.
“Pelit nanti giginya sempit,”
“KUBURAN!” kesal Adhya.
Nolan yang sengaja hanya terkikik geli lalu meraih sendok di tangan Adhya, mengabaikan lengan satunya di gigit Adhya lagi karena merasa di rebut lagi.
Nolan hanya mendesis lalu terkekeh dengan mulut penuh ice cream. Nolan meraih lagi lalu menarik lengannya hingga gigitan terlepas kemudian menjejalkan sesendok ice cream agak kasar ke mulut Adhya hingga gigi dan sendok terdengar bertabrakan.
“Iiihhh!” Adhya membenarkan ice cream yang meluber.
Nolan mengecup pipi Adhya lalu berlari kabur ke kamar dan menguncinya. Dia ingin melakukan panggilan dengan beberapa incarannya.
NOLAN K.O
Nolan membuka mata, melirik sampingnya yang kosong dan pastinya si manis berada di sofa lagi. Mungkin.
Nolan mendudukan tubuhnya agak kesal. Sudah dia bilang untuk tidur di sampingnya, dasar penakut.
Pengendalian dirinya itu kuat. Sudah sering berurusan dengan perempuan membuatnya tidak akan mudah berdiri.
“Dimana lagi?” Nolan meregangkan leher sambil berjalan mencari keberadaan Adhya yang tidak kunjung dia temukan.
Nolan melirik jam di dinding. Ternyata masih pukul 8 malam. Berarti dia tertidur satu jam kurang lebih.
Nolan menguap sambil mengedarkan pandangannya. Mengabaikan rambut yang berantakan dan wajah tampannya yang tetap tampan sekali pun baru bangun tidur.
Nolan terlihat sangat percaya diri. Dilihat oleh siapa pun dia tidak akan malu.
“Sugar?” Nolan terus mengayunkan langkah kesana-kemari. “Tu anak nekad keluar apart apa giman—”
“Aaaaaaaggghhhh!”
Nolan terpejam bukan karena agar tidak melihat milik Adhya, tapi karena suaranya yang nyaring.
Belum membuka mata wajahnya sudah tertimpuk botol samphoo. Membuat Nolan urung membuka mata dan meringis sakit.
“Aaggghhh.. Mesum aaaaaghhh!” terus saja heboh sendiri dengan melempar apapun dan Nolan juga sibuk merasakan sakit di wajahnya sambil menghindar dari benda melayang lainnya.
Mendengar teriakan nyaring tak kunjung berhenti dia membuka matanya cepat, melangkah pun tak kalah cepat dan menghimpit Adhya kesal di tembok kamar mandi yang dingin.
Adhya bergetar namun mengangkat wajahnya berani. Memeluk handuknya dengan kuat. “A-apa, HA?!” nafasnya memburu panik.
Nolan menatap lurus. Hanya begitu. Teng! Entah kemana emosinya lenyap. Dia tidak fokus setelah melihat Adhya yang mendongak, lehernya basah dengan rambut sama basah.
Nolan menelan ludah. “Indah..” lalu tersenyum manis andalannya. Tatapan kesalnya berubah usil.
“A-A-Apa?!” Adhya semakin memeluk erat dirinya yang terus terpojokan.
Dengan usil Nolan menggerakan telunjuk tangan kanannya menyentuh garis leher lalu berhenti dibelahan dada yang mengintip di balik handuk.
Adhya terengah menahan amarahnya.
BUG!
“ARGH!” Nolan ambruk.
Dia K.O saat miliknya ditendang kaki pendek Adhya. Wah, dia tidak bisa berkata-kata selain merasa kesal dan sakit.
Adhya melotot panik. Nolan terlihat seperti sekarat. “Astaga! Aduh, astaga..” gumamnya panik.
***
“Iya, sayang.. Nanti kita ketemu ya,”
Adhya menyedot minuman susu bercampur jelly di dalamnya itu. Memakai gaun tidur bermotif strawberry bagai bocah.
Adhya memicing sebal. Baru beberapa puluh menit yang lalu kena batunya karena menggodanya kini sudah menggoda yang lain.
“Iya, cantikku.. Kamu seksi gemoy, jangan diet, ga bagus..”
“Hueekk!” Adhya duduk dengan kesal sambil menyambar remot untuk menyalakan televisi.
Nolan hanya melirik Adhya dengan senyum geli. “Udah dulu ya, istri aku lagi morning sickness..” lalu mematikan panggilan begitu saja tanpa peduli pasti wanita itu akan ada drama cemburu.
Adhya menganga kesal. “Wah! Gila, cewek-cewek itu juga gila!” serunya tak habis pikir.
Nolan tertawa pelan dengan tampannya. Dia menghadap Adhya dengan tatapan gemasnya. “Mereka kesepian, cuma butuh temen buat denger keluhannya,” jelasnya dengan mengulum senyum geli mendengar penjelasannya sendiri.
“Lo buka jasa sikolog apa gimana, cih! Alesan aja!” Adhya menyedot lagi minuman kesukaannya, mengangkat kedua kakinya ke atas sofa dan duduk dengan memeluk kakinya.
Nolan kembali tertawa pelan, menatap bibir yang menyedot lubang botol ukuran kecil itu. Lucu.
“Sugar.”
“Yes, pa’aya..” sahut Adhya malas.
Nolan tertawa pelan, celetukan Adhya baginya selalu saja lucu.
“Lo ga kepikiran kasih jatah?”
Adhya sontak terbatuk-batuk lalu menendang Nolan, dia mulai tantrum. Dan anehnya lagi, Nolan malah terbahak menerima reaksi itu.
Dia menangkis lalu menarik kedua kaki Adhya hingga Adhya terlentang dengan minuman kesukaannya tumpah di seluruh wajah.
Nolan melotot kaget. “Astaga! Pffffttt.. Sorry,” lalu kabur dan terbahak..
***
“Ga sopan banget. Ke suami lo-gue, ga ada embel-embel kakak.. Ke Adit aja kakak,” Nolan memiting leher Adhya.
Adhya melotot ngamuk, dia menggigit lengannya sampai Nolan melepaskan jeratan dengan meringis. Lagi dan lagi.
“Banyak banget gigitan bu’aya ditubuh pa’aya,” kekehnya.
Adhya kesal. Moodnya baik hanya saat Adit berkunjung ke apartemen Nolan dan memberinya makan siang.
Nolan dan Adhya memang masih belum bisa kaluar dari apartemen. Malu juga jika ada yang kenal.
“Lo pengangguran?” Adhya baru ngeh soal itu. Nolan bisanya mabuk, main ke club.
“Ga.”
Adhya memicing. “Terus lo mau kasih gue makan uang darimana?” tanyanya serius namun terdengar kesal.
“Gue punya beberapa kontrakan, bisnis kuliner. Adit yang bantu urus,” jawab Nolan sekenanya.
“Kontrakan?”
“Sebelum itu gue mau tanya. Terus gue dapet apa dari pernikahan ini?” Nolan tersenyum manis.
Dia penasaran apa Adhya tidak pernah tertarik padanya. Kenapa? Aneh sekali.
“Pembantu!” ketus Adhya.
Nolan mengulum senyum. “Pembantu? Mana ada! Tuh liat, dapur berantakan bekas masak ga tahu siapa,” godanya.
Adhya mendengus. “Kita sama-sama dirugiin di sini!” balasnya.
“Ga tuh, kok gue merasa beruntung dapet istri cantik agak jutek ini,” Nolan tersenyum manis sekali.
Adhya menatap dengan jijik. “Iuhh.. Biasa aja senyumnya!” sebalnya.
“Kenapa? Bikin deg-degan ya?” Nolan condong mendekati Adhya, menatap wajah itu dengan tatapan usil.
“GUE LAPER!” bentak Adhya galak, dia tahu Nolan sedang usil padanya.
Adhya memilih memakan makanan yang diantarkan Adit dengan perasaan senang lagi. Mengabaikan celotehan tidak penting Nolan.
***
“Kesel banget, tokoh utamanya tolol!” amuk Adhya dengan wajah cemberut lucu. Dia merangkak naik ke atas kasur dan kembali menatap televisi.
Nolan yang asyik dengan selir-selirnya hanya melirik sekilas Adhya lalu mengabaikan segala keluhan dan protes tidak penting itu.
“Cowok bajingan kayak babi tahi anj*ng—”
Nolan menepuk mulut Adhya sampai tersentak kaget di duduknya merasakan tamparan ringan di bibirnya.
“Masih kecil difilter ngomongnya!” tegur Nolan so serius dan paling dewasa lalu mengulum senyum geli. “Oke, maaf-maaf. Jangan gigit,” kekehnya.
Adhya tetap melompat dan menyerang Nolan dengan gigitan maupun pukulan random. Bukan masalah sakit di bibirnya, tapi di jantungnya.
Adhya sangat amat terkejut tadi. Rasanya jantung copot.
“Berhenti!” Bahaya, Nolan menjauhkan wajah Adhya dari bahu yang kini gigitannya jadi seperti vampire. “Leher jangan!”
Adhya melotot kaget saat kepalanya dijauhkan kasar sampai tubuhnya setengah terpental ke kasur, Nolan juga melotot kaget. Tadi itu refleksnya.
“Kepala gue di lempar, lo PIKIR BOLA!”
Nolan tertawa pelan, menatap Adhya geli dengan terus menahan tawanya.
“Lo selalu ngeselin!” Adhya memukulkan keningnya ke kening Nolan.
Keduanya sontak memekik kaget dan sama sakit. Mereka meringis, mengusap kening masing-masing.
Mereka pun debat sesaat, Adhya melanjutkan marahnya hingga terlelap di samping Nolan yang mencari hiburan di ponselnya.
Kepalanya jadi pening. Dia melirik Adhya yang menggeliat mengubah posisi tanpa terjaga. Terdengar mendengkur halus.
Nolan menusuk pipi Adhya sekali. “Kenapa ya dulu sering berantem? Apa karena reaksi Adhya lucu? Iya, dia lucu kalau ngamuk.” kekehnya.
Nolan menghela nafas berat. Menikah dengan Adhya memang tidak sepenuhnya buruk. Tapi, menikah dengan cara begitu rasanya buruk.
Keluarganya dan keluarga Adhya sebelas dua belas. Seenaknya dan aneh. Kena skandal malah dimanfaatkan dengan riang gembira.
“Apa mommy pikir gue, g*y? Dih, bau t*i!” gumam Nolan bergidik jijik.
Nolan mematikan ponselnya. Dia menarik selimut, membenarkan selimut Adhya lalu terhenyak saat Adhya bergerak berbalik dan berakhir merapat padanya.
Apa dingin? Nolan meraih remot AC dan mengatur suhunya agar lebih hangat.
“Malam ini gue izinin lo meluk gue,” Nolan mendekat dan menarik Adhya ke dalam pelukannya. Rasanya nyaman ternyata tidur dengan guling hidup.
Cerita Sex Games Tahun Baru – Selamat malam sobat Ngocokers yang setia. Cerita ini bermula ketika aku (Evan) dan istriku (Vanesha) mengikuti perayaan pesta malam tahun baru di sebuah café yang berlokasi di hotel bintang lima di kawasan Senayan.
Kami berdua sudah menikah selama kurang lebih 5 tahun dan saat ini kami sudah berumur hampir 32 tahun, meskipun sudah mulai menginjak umur 32 tahun tetapi istriku masih awet muda dan sexy mengingat dia rajin merawat diri ke sebuah klinik kecantikan yang cukup mahal dan juga mengikuti senam aerobik untuk menjaga kelenturan tubuhnya.
Untuk mengisi waktu luang dan kejenuhan atas rutinitas harian kami, maka pada saat malam pergantian tahun kami memutuskan untuk mengikuti perayaan malam tahun baru yang meriah dan ramai. Dalam pesta itu istriku mengenakan rok mini berbahan kaos warna merah muda yang melekat di kulit sehingga menonjolkan bokongnya yang padat dan sexy.
Entah kenapa malam itu istriku ingin tampil sexy sehingga untuk menutupi auratnya dia mengenakan celana dalam model g-string berwarna senada dengan warna rok mininya dan untuk atasannya dia mengenakan BH dengan model yang senada dengan celana dalam g-string nya sementara sebagai penutup di bagian atas dia mengenakan kaos tipis berwarna krem.
Ngocoks Sebagai gambaran saja istriku mempunyai ukuran yang cukup ideal untuk seorang wanita walaupun tidak bisa dibilang sempurna. Tingginya 165cm dan ukuran dadanya 34 B serta ukuran celananya adalah size M. Warna kulitnya putih mulus dan sangat lembut serta halus mengingat dia suka sekali melakukan perawatan tubuh di klinik kecantikan.
Kami tiba di café tersebut masih cukup pagi (jam 22.00) mengingat hari itu adalah acara perayaan pesta malam tahun baru dan kami langsung memesan makanan ringan dan segelas bir untuk menghangatkan badan dan menambah gairah semangat pesta.
Semakin malam suasana café semakin ramai dan meriah dengan diiringi musik yang menghentak-hentak memacu semangat dan gairah.
Ketika jam sudah menunjukan pukul 23.00, MC dengan diiringi music yang lembut mulai berkelilingi ruangan dan mencari 3 orang wanita yang akan diajak bermain games yang menghebohkan sebagai acara penantian detik-detik pergantian tahun.
Tanpa kuduga tiba-tiba MC yang sedang mencari-cari wanita untuk diajak bermain games itu menghampiri istriku yang berpenampilan cukup menggiurkan dan sexy.
Untuk gambaran saja mengenai MC dimana dia berkulit gelap dan berbadan tegap serta kekar seperti layaknya orang dari Indonesia Timur, parasnya jauh dari ganteng, sekilas terlihat mirip dengan Direktur Avenger Mr. Fury, tidak seperti penyanyi KPop yang digandrungi para perempuan tetapi MC ini mempunyai kharisma yang kuat dan pandai merayu.
MC itu terus merayu istriku untuk ikut dalam games tsb dan MC itu memberitahukan ke istriku bahwa hadiah bagi pemenangnya adalah sebuah kalung 10gr emas bertahtakan berlian.
Mendengar hadiahnya yang bernilai itu membuat istriku tertarik untuk mengikuti games tersebut meskipun dia belum mengetahui apa sebenarnya games yang akan dimainkan, istriku melirikku untuk meminta persetujuan agar dia diperbolehkan mengikuti games itu.
Tidak terbesit pikiran yang negative maka aku memberikan persetujuan kepadanya dan istriku sangat gembira dan dia langsung menciumku sebagai tanda terima kasih karena mengijinkannya ikut dalam games tsb.
Sebelum maju ke panggung istriku masih menyempatkan diri untuk menenggak bir yang masih tersisa di gelas untuk lebih meningkatkan gairah dan semangat supaya dia dapat memenangi games tsb. Setelah itu istriku bergegas ke panggung dan berkumpul bersama dengan 2 orang wanita yang juga ingin mengikuti games.
Saat di panggung nampak mereka diberikan pengarahan yang cukup serius oleh MC dan ternyata istriku diminta untuk menandatangani sebuah surat pernyataan dan aku sebagai suami diminta untuk juga menandatangani surat tersebut sebagai tanda persetujuan.
Karena menganggap remeh isi surat pernyataan itu maka kami tidak lagi membaca secara detail akan tetapi langsung membubuhkan tanda tangan di atas surat pernyataan itu sebagai tanda persetujuan dari kami.
Tak lama kemudian istriku dan 2 orang wanita lainnya sudah berkumpul kembali di atas panggung dan setelah itu memberikan sedikit basa-basi lalu memberitahukan kepada para pengunjung bahwa games kali ini cukup meriah dan dapat menambah gairah di malam tahun baru.
MC dengan gaya yang elegan dan misterius mengumumkan bahwa gamesnya adalah menari striptease dimana wanita yang paling berani atau banyak melepaskan pakaian yang dikenakan maka akan dinobatkan sebagai pemenang games dan berhak untuk mendapatkan kalung emas 10gr bertahtakan berlian.
Aku kaget dan panik ketika mengetahui games yang akan dimainkan adalah striptease akan tetapi aku optimis dan yakin kalau istriku akan batal mengikuti games ini akan tetapi setelah selang beberapa waktu terlihat MC dan istriku berserta 2 orang wanita itu terlihat berdialog dengan serius sambil membolak-balik surat pernyataan yang sudah ditanda-tangani.
Tidak berapa lama istriku kembali menghampiriku sambil membawa surat pernyataan tsb sambil menjelaskan kepadaku bahwa dia harus mengikuti games ini atau diharuskan membayar denda pembatalan sebesar Rp 25.000.000 dan tentu saja hal ini membuatku langsung panas dingin karena tidak mungkin kami membawa uang sebanyak itu.
Akhirnya setelah berdiskusi dengan cukup tegang akhirnya istriku tetap ingin ikut games ini daripada dikenakan denda sebesar demikian. Istriku berjanji dia akan pura-pura saja mengikuti games ini tetapi dia tidak akan menanggalkan pakaiannya sama sekali sehingga dinyatakan kalah.
Tak lama kemudian MC sudah meminta semua peserta games untuk kembali ke atas panggung karena games akan segera dimulai. Hal ini tentunya membuat para pria mulai berdesakan di bagian depan panggung sehingga dapat melihat dengan jelas para wanita yang menjadi perserta games ini.
Sebelum games dimulai MC menjelaskan aturan main games ini dimana waktu menari hanya satu buah lagu saja yang berdurasi kurang lebih 5 menit dan wanita yang paling banyak menanggalkan pakaian adalah pemenang sedangkan yang paling sedikit akan dinyatakan kalah sedangkan bagi wanita yang tidak menanggalkan satu buah pakaian akan diberikan hukuman memblow job penis seorang pria.
Selesai memberikan penjelasan mengenai aturan games maka para wanita diminta siap di tempat masing-masing . Saat ketiga wanita itu berdiri berjajar sebenarnya timbul rasa bangga dalam diriku karena dari ketiga wanita itu istrikulah yang paling cantik dan sexy serta terlihat mulus dan halus kulitnya.
Setelah semua peserta sudah bersiap di tempat maka MC pun memulai memberikan hitungan mundur 5, 4, 3, 2, 1…… mulai….. dan lagu pun langsung bergema dengan keras untuk mengiringi ketiga wanita itu bergoyang dan menari.
Awalnya mereka masih terlihat malu-malu dan sungkan bergoyang terlebih lagi menanggalkan pakaian, akan tetapi sang MC dengan cerdik dan pandai memanaskan persaingan ketiga wanita itu dengan memberikan pujian-pujian.
Sehingga membuat salah satu wanita mulai berani bergoyang dan makin lama makin hot goyangan sehingga membuat istriku dan seorang wanita lagi juga mulai terbawa suasana dan emosi untuk menunjukan siapa wanita yang paling cantik, sexy dan menarik dimata para pria.
Tidak terasa sebuah lagu hampir sehingga MC memutuskan menambah sebuah lagu lagi supaya memberikan waktu yang lebih kepada para wanita untuk lebih leluasa menonjolkan kemolekan dan kesexyan tubuh mereka.
Melihat suasana yang sudah memanas maka MC memberikan komando kepada pada para pria yang berdiri di depan panggung untuk mulai memberikan semangat dan menyoraki para wanita untuk menanggalkan pakaian mereka.
“Buka ayo buka…… buka …. buka….. ayo buka!!” sambil bertepuk tangan terus para pria memberikan semangat dan menyoraki para wanita untuk menanggalkan pakaian mereka.
Entah karena terus-menerus diberikan semangat dan disoraki salah satu wanita mulai berani menanggalkan kemeja yang dikenakan sehingga terlihatlah dengan jelas BH putih yang menutupi payudara yang tidak lerlau besar dan BH itu melekat di tubuhnya yang kecoklatan. Sambil terus bergoyang dan menari dengan disemangati dan disoraki para pria terus menerus
Akhirnya wanita kedua juga mulai berani melepaskan kaosnya sehingga terlihat BH coklat menutupi payudara yang besar dan BH itu melekat di tubuhnya yang hitam….
Kemudian entah kerasukan apa istriku juga terlihat berusaha untuk melepaskan pakaiannya tetapi istriku cukup cerdik dan dia hanya melepaskan BH merah mudanya dahulu tanpa melepaskan kaos tipis warna krem yang melekat ditubuhnya.
Melihat tindakan istriku itu maka membuat para pria bersemangat menyoraki istriku dan bertepuk tengan sambil terus berteriak “ayo buka…. buka…. buka ….. buka….. ayo buka…”, melihat itu kedua wanita merasa iri dan cemburu sehingga mereka pun dengan nekat melepaskan pengait BH mereka sehingga sekarang para pria dapat melihat jelas payudara kedua wanita itu dengan bebas….
Sambil terus menari kedua payudara wanita itu terlihat berguncang-guncang memanaskan suasana malam tahun baru dan istriku pun nampaknya tidak mau kalah dengan kedua wanita itu dan lagi-lagi istriku membuat kejutan dengan melepaskan celana dalam g-string nya sehingga secara kedudukan berimbang untuk semua wanita karena mereka masing-masing melepaskan 2 buah pakaian.
MC mulai mengingatkan kepada para wanita bahwa lagu akan segera berakhir jadi diharapkan para wanita lebih berani lagi untuk menanggalkan pakaian sehingga dapat memenangkan games striptease ini.
Melihat waktu yang sudah mulai menipis maka sang MC yang memang dari awal terlihat menginginkan istriku yang menjuarai games ini karena memang istrikulah yang paling cantik dan sexy maka MC pun mulai mengarahkan para pria untuk menyoraki dan memberikan semangat kepada istriku untuk melepaskan kaosnya sehingga dapat memenangkan games ini.
MC pun mulai berteriak memanggil nama istriku dengan menggunakan mic sambil memberikan aba-aba kepada para pria untuk mengikuti sorakannya
“ ayo Vani… ayo Vani…. buka…. buka …. buka kaosnya….buka kaosnya!” sorakan itu semakin menggema memenuhi ruangan pesta untuk menyemangati istriku untuk membuka kaosnya
Para lelaki itu sebenarnya bukan menginginkan istriku yang menang, siapa pun yang menang bagi mereka adalah tidak penting tetapi dapat melihat para wanita itu telanjang adalah tujuan mereka sehingga dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi mereka.
Karena merasa tersanjung atau apa aku tidak tahu tetapi akhirnya kulihat dengan jelas istriku melepaskan kaosnya sehingga membuat para pria itu semakin menggila dan bersorak sambil bertepuk tangan memberikan dukungan kepada istriku.
Di lain sisi kedua wanita lainnya yang merasa terpinggirkan mulai menari seadanya dan tidak bersemangat lagi. Tak lama kemudian lagu kedua pun berakhir dan istriku pun dinyatakan sebagai pemenang karena paling banyak menanggalkan pakaian.
Setelah lagu berhenti terlihat istriku tersipu malu dan menutupi payudara yang berukuran 34B itu dengan kedua tangannya akan tetapi MC pun melarangnya dan terus merayu istriku untuk tidak menutupi payudaranya yang indah dan menantang itu.
Sambil tersipu malu kulihat istriku akhirnya menurunkan tangannya sehingga tidak menutupi payudaranya lagi dan tentu saja kejadian ini membuat para pria yang berdiri di depan panggung sangat bersuka cita karena dapat melihat istriku yang sexy nyaris telanjang saat itu hanya mengenakan rok mini merah muda saja tanpa memakai apa-apa lagi di dalamnya.
Sambil terus memuji dan memberikan selamat kepada istriku karena memenangi games striptease ini sang MC ternyata berniat menelanjangi istriku yang tinggal mengenakan rok mini merah muda itu.
MC itu pun terus menunda pemberian hadiah kalung emas yang menjadi hak istriku tetapi malah merayu istriku untuk menanggalkan rok mini merah mudanya sebagai penutup terakhir tubuhnya sebagai hadiah untuk para pria yang memberikan semangat sehingga istriku menjadi pemenang games striptease ini.
Sambil terus merayu MC mulai mengajak para pria yang sudah mulai bernafsu dan mempunyai pikiran nakal untuk kembali menyemangati dan menyoraki istriku untuk menanggalkan pakaian terkahir istriku. Para pria itu kembali secara kompak dan penuh semangat menyoraki dengan lantang
Para pria itu pun terus dengan penuh semangat dan nafsu bertepuk tangan dan menyoraki istriku untuk menanggalkan rok mini merah mudanya.
Terlihat jelas semua pria menginginkan isriku memperlihatkan tubuh mulus dan sexy tanpa seutas benang pun yang menutupinya, sang DJ pun turut serta memanasi suasana dengan memutarkan lagu yang berdentam-dentam untuk membangkitkan gairah istriku sampai ke puncak.
Entah karena terbawa suasana atau rasa bangga karena terus menerus dirayu dan disemangati para pria yang notabene tidak dikenal oleh istriku maka dengan pasrah istriku akhirnya menanggalkan rok mini merah mudanya.
Sehingga saat itu juga para pria bersorak-sorai gegap gempita seperti mendapatkan durian runtuh dimana yang menjadi durian adalah tubuh istriku yang telanjang bulat berdiri di atas panggung. Terlihat jelas MC pun sangat puas dapat membuat istriku menanggalkan rok mini merah mudanya dan berdiri telanjang bulat di atas panggung.
Kali ini istriku pun sudah tidak malu lagi berdiri di atas panggung dalam keadaan telanjang bulat dan dilihat oleh para pria yang sangat bernafsu sekali melahap tubuh polos istriku dengan tatapan yang nakal dan liar.
Aku pun yang melihat kejadian ini tidak dapat melukiskan perasaanku saat melihat istriku berdiri telanjang bulat di atas panggung, rasa cemburu, malu dan bangga serta nafsu bercampur aduk akan tetapi karena terbawa suasana saat itu malah rasa bangga dan nafsu yang dominan dalam diriku.
Aku sangat bangga dan nafsu melihat tubuh telanjang istriku yang berdiri di atas panggung menjadi tontonan para pria yang liar dan penuh nafsu itu.
Payudaranya yang mulus dan sekal itu menggantung bebas tanpa ada seutas benang pun yang menghalanginya dan selain itu bulu kemaluan istriku yang terawat rapih dan bersih juga nampak terlihat menggoda para pria yang berdiri di depan panggung.
Akhirnya MC pun berkenan untuk memberikan hadiah kalung emas kepada istriku dan MC berniat untuk langsung mengalungkannya ke leher istriku yang jenjang dan mulus itu.
Untuk memudahkan pemasangan kalung maka istriku pun diminta berbalik membelakangi para pria sehingga kali ini para pria disuguhi pantat istriku yang sekal dan montok.
Cerita Sex Kepuasan Jasmani – “Dek, ayo buruan… sebelum aku kesiangan…” kata mas Andri, suamiku. Dia berdiri di samping meja makan yang telah bersih dari peralatan makan, sambil mengurut perlahan batang penisnya. “Iya… aku datang…dasar tikus hutan ….” Candaku sambil tertawa.
Aku letakkan piring dan gelas kotor di dapur, lalu aku kembali kearah ruang makan. Aku lepas cd yang membungkus vaginaku dan aku lempar ke atas tumpukan cucian kotorku. Cd itu adalah cd terakhirku, karena semua cd yang aku miliki belum sempat aku cuci.
Sekarang, satu-satunya baju yang masih menempel di tubuhku adalah daster batik berbelahan dada rendah yang menggantung sepanjang separuh pahaku. Adalah suatu rutinitas, hampir setiap pagi aku harus melayani nafsu suamiku yang menggebu-gebu. Nafsu seks yang seolah-olah tak pernah ada habis-habisnya.
Sepertinya, yang ada diotaknya ketika ada aku, hanyalah tentang seks…ngentot…make love…ngewe. Hanya itu saja. Aku, sebagai istrinya hanya bisa tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala saja melihat tingkat yang aku anggap lucu ini.
Ngocoks Aku mendekat, sambil menurunkan tali pundak daster miniku. Daster itu meluncur turun dengan cepat, dan langsung menampakkan kepolosan tubuh putihku. Putingku telah ereksi, dan vaginaku juga mulai basahr. Dikecupnya kening, pipi, hidung, leher dan bibirku.
Karena aku mudah sekali terbakar nafsu birahi, tak perlu menunggu terlalu lama untuk pemanasan. Langsung saja lidah kami bergulat. Tangan kiri mas Andri mulai memelintir dan meremas putting payudaraku, dan tangan kanannya merogoh vaginaku dari depan.
Aku pun tak mau tinggal diam, aku raih batang penisnya yang sudah menegang dengan kedua tanganku dan aku kocok penis mas Andri, naik turun dengan cepat.
“Memek kamu cepet sekali basah dek… Kamu dah sange ya sayang?” tanyanya sambil tersenyum. “Ya iyalah…. Syapa coba yang ga sange klo jari mas mengobok-obok memek adek kayak gitu..” Mas Andri tersenyum, ia menatap wajahku yang sudah mulai memerah sayu.
Mas Andri mendadak menghentikan gulat lidahnya, dan mengarahkan mulutnya ke payudaraku. HAP. Dia langsung mencaplok dada kananku. Disedotnya kuat-kuat, lidahnya menari lincah diatas putingku. Geli. Tak lama, mulutnya pun pindah ke payudaraku yang kiri. HOP. “Annnnggg…” kali ini giginya ikut bermain, dengan menggigit perlahan puttingku yang mulai mengeras.
“Owhh… sssshh” Aku hanya bisa mendesis menerima semua perlakuannya. “Mas, sekarang ya….” Bisikku lirih. “Aku sudah tak tahan”. Mas Andri mengangguk-anggukkan kepalanya.
Tubuh telanjangku dibalik menghadap kearah meja makan dan ia mendekap tubuh mungilku dari belakang. Walau sudah berubah posisi, kedua tangannya masih saja menggerayangi tubuhku. Tangan kiri meremas perlahan payudaraku, dan tangan kanan mencolokkan beberapa jemari gemuknya ke dalam vaginaku.
Aku merasakan penisnya berada tepat di belahan bokongku, digesek-gesekkannya penis itu dengan penuh perasaan. “Mas.. ayo…. Dimasukkin … Adek udah nggak kuat lagi….” rengekku memelas.
Mengerti akan hasratku yang tak bisa aku tahan lagi, mas Andri lalu mendorong pundakku ke depan dan bertumpu pada meja makan.
“Lebarin kakimu dikit dek…. Nah gitu” aku terperanjat ketika merasakan, tangan kanan suamiku mencoblos perlahan vaginaku dari arah pantat. “Pemanasan…” katanya menenangkanku. Disodok-sodokkan jemari gemuknya beberapa kali di vaginaku.
Cairanku membanjir. Dengan perlahan, mas Andri mulai mengarahkan kepala penisnya kearah vaginaku. Digesek-gesekkan batang penis itu diluar bibir kemaluanku. Ia berusaha melumasi seluruh batang penisnya dengan cairan vaginaku.
Mas Andri mengambil ancang-ancang. Kurasakan kepala penisnya diantara bulatan bokongku. Perlahan ia mulai mendorong batang penisnya dan mulai menyeruak masuk. Benda itu begitu hangat, kenyal namun keras. Sambil tetap meremas-remas kedua dadaku dengan satu tangan, mas Andri mendorong sedikit demi sedikit kepala penisnya.
“CLEP” kepala penisnya telah masuk. “Uhh…” aku mendesah sambil memejamkan mataku rapat-rapat. Walau aku sudah terbiasa dengan ukuran penis mas Andri, namun tetap saja, ada sedikit rasa nyeri yang timbul.
Mas Andri menggeser-geser posisi tubuhku, mencoba membuatnya menjadi lebih mantap ketika kami bersetubuh. Perlahan, batang penisnya mulai ia dorong masuk ke vaginaku. Aku merasakan denyut-denyut pelan yang membuat organ kewanitaanku semakin membanjir basah. Sedikit demi sedikit, sampai batang sepanjang 16 cm itu benar-benar hilang ditelan organ kewanitaanku.
“Mmm…mas….” Suaraku gemetar menahan nafsuku. “Kenapa dek…? Enak…?” mas Andri mengecup punggungku ketika melihat aku mengangguk-anggukkan kepalaku.
Saking nafsunya, cairan vaginaku menjadi tak terbendung, karena aku merasakannya mulai turun, mengalir kearah pahaku.
“CLEP… CLEP… CLEP… “ mas Andri mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Mengaduk dan menusukkan batang penisnya dalam-dalam. Semakin lama semakin cepat. “PLAK… PLAK… PLAK…” Suara tubuh kami ketika saling bertabrakan.
“SREEK…SREEK…SREEK…” Meja makan yang aku buat sebagai tumpuan tubuhku juga perlahan mulai bergerak, tiap kali pinggul mas Andri menabrak pantatku. Kaki mejanya berderit-derit, tergeser oleh gerakan liar kami berdua. “DUG… DUG… DUG…” Suara bibir meja ketika menabrak tembok dan desahan suara kami memenuhi ruang makan yang sempit ini. “Enak dek…?” tanyanya dari arah punggungku sambil terus meremas payudaraku.
Saking enaknya, aku hanya bisa menggigit bibir bawahku, tersenyum mendesis sambil mengangguk-anggukan kepalaku. Mulut mas Andri tak henti-hentinya mengucapkan kata “Aku sayang kamu dek” tiap kali ia memompa penisnya diliang vaginaku. Terkadang ia mengecup dan menjilat punggungku. Aku hanya bisa menundukkan kepala sambil melenguh keenakan, merasakan tusukan-tusukan tajam penis mas Andri.
“Pagi hari yang berisik… “ pikirku tiap kali kami bersetubuh. Karena memang benar, kami adalah pasangan yang tidak bisa diam, selalu bercinta tiap kali ada kesempatan. Tak peduli akan waktu, tempat ataupun situasi.
Oleh karenanya aku panggil suamiku tikus hutan, karena nafsunya mirip dengan aktivitas makhluk kecil itu, hanya bercinta dengan pasangannya sampai dia mati.
Gelombang kenikmatan itupun perlahan datang. Jantungku bercetak semakin cepat, nafasku memberat, siap menyambut orgasme pertamaku di pagi hari ini.
“Shhhh… Aku mau keluar mas…ayo… tusuk memek adek lebih dalam…” kataku menyemangatinya.
Tanpa menunggu perintahku untuk yang kedua kalinya, mas Andri semakin mempercepat sodokannya. Tubuhku terhentak-hentak dengan keras, tiap kali menerima sodokan penis mas Andri.
Penisnya terasa begitu cepat, keluar masuk dengan ritme yang semakin cepat. Meja makan tempat aku menyandarkan tubuhku pun sepertinya ikut merasakan dorongan brutal mas Andri, berderit dengan keras dan menabrak tembok seiring desahan kenikmatan kami berdua.
“Shhh…ayo mas… aku sudah dekat.. aku mau keluar …. Ssshhhh…” erangku kepada suamiku. Dengan tangan kiri yang masih menopang badanku, aku pegang pantatnya dengan tangan kanan. Aku gerak-gerakan pantat semok itu kearahku, berharap mas Andri semakin mempercepat goyangannya. “Mas…ayo…. sodok aku dengan keras… tusuk aku dengan tititmu… aku mau keluar mas…”
Ditengah-tengah pendakian kami keatas gunung kenikmatan. Tiba-tiba mas Andri menghentikan sodokannya. Dia terdiam, menusukkan penisnya dalam-dalam ke arah vaginaku, dan….
“Aaahhhhhhkkkkk……… ahhhh… ahhhh… “ mas Andri berteriak lirih. Gumpalan cairan hangat langsung memenuhi rongga rahimku. Tak begitu banyak, namun cukup membuat liang rahimku agak sedikit penuh. Mas Andri mendorong tubuh gemuknya ke arahku dengan brutal tiap kali penisnya memuntahkan lahar panasnya. Sampai aku merasa sakit pada bagian paha depanku yang terkena bibir meja.
Enam kali sodokan keras aku terima pada vaginaku ketika suamiku ejakulasi, sebelum akhirnya ia merubuhkan tubuhnya kearahku. Berat sekali. Nafasnya tersengal-sengal.
“Aku sayang kamu dek…” ucapnya sambil mengecup bagian belakang leherku. “Iya.. Aku juga sayang kamu mas” jawabku lirih. Kesal, karena aku masih belum mendapatkan orgasmeku.
Sekali lagi, mas Andri gagal memberiku kenikmatan yang telah lama aku inginkan. Tidak sampai 5 menit dia sudah terpuaskan, mas Andri selalu saja begitu, terlalu cepat ejakulasi.
“Mas… aku masih pingin… ayo ngewe lagi… ayo mas…” kataku. “Aduh… mas dah terlambat dek… ntar malem ya kita sambung lagi…” elaknya. Selalu saja, kata-kata itu yang menjadi alesan.
Mas Andri memeluk tubuh telanjangku sambil tersenyum penuh kepuasan. Sebagai istri yang harus selalu patuh, aku harus menyembunyikan rasa ketidakpuasanku. Aku harus bisa ikut tersenyum melihat kepuasan yang terpancar dari wajahnya, dan membiarkan kehausan nafsuku hilang dengan sendirinya.
“PLOP” Aku masih merasakan kedutan pelan di dinding vaginaku ketika batang penis mas Andri yang telah lemas, jatuh keluar dengan sendirinya. Sekarang penis itu menggelatung tak berdaya di luar bibir vaginaku. Meneteskan lendir kenikmatan kami berdua di belakang paha dan betisku.
“Dek, aku berangkat dulu, khawatir ketinggalan angkutan… dah siang nie” kata mas Andri sambil mengangkat badan lebarnya dari punggungku. Dia menepuk pantat semokku dan balikkan badanku yang masih tengkurap diatas meja makan,
Aku sekarang dalam posisi telentang, menatap langit-langit rumah kontrakanku. Dengan kaki yang menjuntai di tepi meja makan. Mas Andri tiba-tiba mencium vaginaku dan menyeruput cairan yang keluar dari vaginaku.
“Hayo… kamu lupa ya dek?” tanyanya sambil tertawa. “Hahaha.. geli mas… geli…iya iya…adek inget….” Jawabku berusaha menjauhkan mulutnya dari selangkanganku.
Memang sudah menjadi kebiasaan, jika setelah kami bersetubuh, aku selalu membersihkan seluruh batang penisnya dengan mulutku.
Aku segera bangun, turun dari meja makan dan langsung berjongkok di depan selangkangan suamiku. Aku raih batang penisnya yang menggelantung lemas itu, dan aku jilat perlahan. Kuhirup dalam-dalam aroma kewanitaanku yang bercampur dengan spermanya.
Sejak pertama kali kami bersetubuh, aku memang suka sekali meminum sperma, teksturnya mirip dawet, minuman khas dari pulau jawa yang terbuat dari campuran gula merah dan santan kelapa, terlebih lagi aromanya, mirip aroma daun pandan.
Kubuka mulutku lebar-lebar, lalu aku masukkan seluruh batang penisnya. Aku kecap, hisap dan urut batang penis lemasnya dengan mulutku. Berharap penis itu bisa tegang kembali. Namun setelah beberapa menit aku oral, sama saja, penis itu tetap menggelayut lemas.
“Nah…..Dah bersih mas…” kataku. “Dah… sana berangkat kerja…”
Mas Andri menyuruhku berdiri, dan sekali lagi, ia kecup keningku. “Kamu yakin? Nggak mau menunggu besok Minggu buat mengerjakan semua pekerjaan rumah ini…? Kamu mau mengerjakannya semua ini sendirian? Jangan terlalu capek ya istriku sayang” tanyanya begitu mengkhawatirkanku.
“Iye baweeeeel… aku yakin… dah ah… jangan menganggap aku cewek manja seperti dulu… aku dah berubah… sana buruan berangkat” kataku pada suamiku tercinta.
Dengan tubuh telanjang bulat dan vagina yang masih meneteskan cairan kenikmatan kami berdua, lalu aku antar mas Andri ke pintu depan sambil bergelayutan manja dipundaknya.
“Dah ah… sana buruan pakai dasternya… ntar ada orang yang ngliat loh…” kata suamiku. “Ah.. kagak ada yang bakalan ngeliat mas… khan rumah kita paling tertutup…” “Berani yaaaa……. “ Kata mas Andri sambil mencubit pantatku.. “He he he… Iyeeeee….”
Diciumnya kening dan bibirku tuk terakhir kali, dan tak lupa salam berangkat kerja andalannya. Meremas kedua belah dadaku, memelukku dari depan dan menepuk keras-keras kedua bongkahan pantat semokku.
“Salam sayang buat mimi imutku… jaga baik-baik ya dek” katanya sambil tersenyum manja. “Jaga juga dedenya… jangan diapa-apain sampai ntar malam kamu pulang ya mas” sambungku. Mimi dan
Dede adalah panggilan sayang kepada alat kelamin kami masing-masing. Mas Andri melambaikan tangan, dan melangkah menjauh meninggalkan aku sendirian di rumah kontrakan baruku ini.
Mas Andri, suamiku, berumur 32 tahun, berpostur agak gemuk, 170cm/90kg, dan berkulit putih mirip denganku. Dia baru saja diangkat jabatan menjadi seorang pengawas lapangan disebuah Perusahaan Pengeboran Minyak Internasional. Mas Andri adalah seseorang yang bijaksana dalam pengambilan keputusan, pandai dan penuh dengan perhitungan.
“Bukannya pelit dek… tapi khan lumayan… kita bisa menghemat uang jutaan rupiah perbulan loh kalo tinggal di rumah ini… daripada aku harus menyewa rumah mewah dekat kantor… toh beda jaraknya cuma 1 jam…” itulah kalimat yang selalu di ulang-ulang ketika aku sedikit ngambek karena keputusannya mengambil rumah yang “jauh dari peradaban ini”.
Rumah kontrakanku adalah rumah petak, yang terbagi menjadi beberapa bagian, teras, ruang tamu, ruang tidur, dapur, kamar mandi dan halaman belakang untuk cuci dan jemur. Aku dan suamiku kebagian rumah paling ujung. Rumah yang paling jauh dari pintu masuk komplek kontrakan, namun memiliki ukuran paling besar diantara rumah kontrakan yang lain.
***
“Hari yang cerah untuk memulai aktifitas” kataku dalam hati. Aku ambil daster kecilku yang teronggok di kaki meja makan lalu aku mulai mengenakannya lagi melalui atas kepalaku. Malas sekali rasanya ketika aku mulai mengenakan dasterku. Sepertinya sangat nyaman jika bisa hidup seperti kaum nudis yang tak perlu repot-repot menggunakan selembar bajupun ketika beraktifitas.
Kubawa piring dan gelas kotor ke dapur, aku letakkan di dalam bak pencucian. Aku pandang tumpukan cucian kotor yang sudah lama teronggok dan mulai mengeluarkan bau tak sedap di sudut kamar mandi.
“Sabtu ini akan menjadi hari yang melelahkan. Ayo Liani, kamu pasti sanggup menjalani ini semua” aku menyemangati diriku sendiri dan mulai mengerjakan pekerjaan rumahku itu. Aku harus bisa menjadi istri yang bisa diandalkan oleh suamiku.
Menyapu, mengepel dan mencuci piring bisa aku lakukan dengan cepat. Namun ketika aku akan memulai mencuci tumpukan baju kotor, langsung terbayang betapa lelahnya tubuhku nanti malam.
Ternyata menyeret bak cucian basah itu begitu susah, berat, dan licin. Perlu tenaga ekstra untuk bisa memindahkannya ke dari kamar mandi ke halaman belakang.
“Lagi mau nyuci mbak?” Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara seorang pria. Celingukan aku mencari asal suara itu.
“Banyak juga cuciannya mbak… dah berapa minggu tuh baju-baju nggak dicuci?” tambahnya lagi.
Ternyata suara itu berasal dari penghuni rumah kontrakan di samping tempat aku tinggal. Mas Osman, begitu tetanggaku biasa memanggilnya, adalah seorang satpam yang bekerja di perumahan dekat komplek kontrakan tempat aku tinggal.
Selama aku tinggal disini, baru pertama kali ini aku melihat seperti apa bentuk suami mbak Narti sebenarnya. Mas Osman berumur sekitar 40 tahunan. Posturnya mirip dengan suamiku namun agak kurus 170cm/60kg dengan kumis tipis yang dipotong rapi diatas bibir tebalnya.
Kulitnya coklat kehitaman dengan rambut kriting pendek. Sedangkan istrinya, Mbak narti, berusia 35 tahunan, berperawakan gemuk dengan payudara yang meluap-luap, khas badan ibu-ibu, adalah seorang pelayan toko yang juga bekerja pasar dekat komplek rumah kontrakan kami.
“Iya…” jawabku sekenanya. “Dah hampir 2 minggu nie belum diapa-apain….” tambahku lagi. Sebenarnya aku sudah mengenal siapa mas Osman, karena hampir setiap hari aku melihatnya berangkat kerja, tapi selama aku dan suamiku tinggal di rumah kontrakan ini, belum pernah sekalipun aku bercakap-cakap. Hanya kenal sebatas sapa dan cerita saja.
“Saya Osman mbak…suami si Narti..” katanya lagi sambil menjulurkan tangan. “Mmm… Nama saya Liani… “ jawabku sambil menyalami tangannya.
Langsung saja tubuhku merinding begitu menyentuh tangan mas Osman. Tangan itu begitu dingin, hitam, dan keriput, sangat kontras dengan tanganku, putih, mulus. Entah kenapa, begitu aku melihat wajah dan postur tubuh mas manto.
Aku langsung terbayang akan cerita-cerita pemerkosaan sadis yang menimpa kepada para perantau di tanah orang. Apalagi saat itu aku hanya mengenakan daster pendek tanpa baju dalam sama sekali. Memamerkan kaki panjang dan belahan dadaku.
“Mas Andri kerja mbak?” tanyanya lagi, membuyarkan lamunanku. “I… Iya… baru saja berangkat” “Oooowwwh….. saya permisi ya mbak… gerah habis mencuci…mau mandi dulu” jawabnya sambil tersenyum. “Iya….silakan” kataku sambil melihat deretan cucian mas Osman yang masih meneteskan air sabun.
“Sopan juga dia…” ternyata aku salah pikir terhadap mas manto. Walau hanya dari perkenalan singkat tadi, aku merasa kalau mas Osman tak seperti orang-orang kebanyakan. Sopan, tak seperti orang yang berpandangan jahil terhadap wanita berbusana seksi sepertiku barusan.
Aku berpostur badan sedang, malah aku kadang merasa sedikit gemuk, 165cm/50kg, berkulit putih dengan ukuran buah dada yang cukup besar. Yang membedakan aku dengan wanita lain adalah pinggangku sangat kecil dan kakiku agak lebih panjang dari kebanyakan teman-temanku.
Mata bulat lebar, bibir merah dan rambut panjang hitamkulah yang selalu aku banggakan. Sebenarnya aku kurang begitu suka dengan baju seksi, tapi aku lebih memilih baju yang berukuran kecil, karena merasa nyaman aja ketika digunakan untuk beraktifitas.
“PRAK….” Bak cucianku pecah, ketika aku mencoba menggesernya kehalaman belakang. Pecah karena tak kuat menahan beban rendaman baju kotor kami. Air cucian kotorpun langsung keluar dari sela-sela bak cuci pecahku, menggenang, disertai bau apek yang cukup menyengat. “Sialan… belum juga mencuci…” emosiku langsung meninggi…” sabar Liani… sabar…”
Aku diam sejenak, memikirkan apa yang harus aku lakukan. “Daripada beli, mungkin lebih baik aku pinjam saja sebentar.” Pikirku “Mas Osman..” Walau pintu halaman belakang rumahnya terbuka begitu saja, tapi aku berusaha tuk sopan. Aku ketuk pintu rumahnya beberapa kali.
Tak ada jawaban. “Mas Osman..” aku panggil namanya lagi dengan suara lebih lantang.
“Iya sebentar…” jawabnya dari dalam rumah. “maaf tadi saya masih mandi… ada apa ya mbak??” tanyanya sambil mengikatkan handuk kecil berwarna hijau yang sudah lusuh dan sedikit berlubang di pinggangnya yang ramping. Badannya basah kuyup, dengan rambut yang juga masih meneteskan air..
“Ada apa ya mbak? Kok kayaknya kebingungan gitu? Tanyanya. Aku tak menjawab, aku masih terkesima melihat postur tubuhnya, badannya begitu hitam, kekar, dengan bongkahan dada dan lengan yang menonjol disana-sini.
“Mbak?” tanyanya lagi. “Ada yang bisa saya bantu?” “Eeh…maaf…anu….. bak cuci aku pecah” kataku terbata-bata. “Apa boleh aku pinjem bak cucinya? Ntar begitu sel………..”
“Boleh-boleh… bentar ya saya ambilin dulu” potongnya sebelum aku menyelesaikan kalimat. Mas manto buru-buru masuk, dan mengambil bak mandi yang tergeletak di sudut lantai kamar mandinya.
Ketika dia membalikkan badan, kembali aku terkesima melihat otot-otot kekar badannya. Punggungnya lebar dan pantat yang hanya ditutupi handuk merah lusuh itu begitu semok. Aku sedikit tertawa ketika melihat kaki mas manto. Pahanya besar tapi betisnya kecil. Mirip badan tokoh film kartun yang memang hanya badan bagian atasnya saja yang besar, namun bagian bawahnya kecil
Dan dari disinilah cerita itu dimulai.
Ketika dia membungkuk tuk mengambil bak cuci miliknya, bagian belakang handuk itu otomatis meninggi, mengikuti gerak badannya. Dan dari sela-sela paha belakang mas manto, aku melihat barang yang tak seharusnya tak liat. Hitam, panjang menjuntai, dengan ujung besar berwarna merah kehitaman.
DEG….
Detak jantungku terasa berhenti sejenak. Langsung saja aku tinggalkan pintu rumahnya dan masuk kedalam rumahku. Aku tutup pintu dapur, dan langsung saja aku duduk terjatuh. Lututku lemas dan dadaku berdebar-debar mengingat hal yang baru saja aku lihat. Aku melihat barang yang seharusnya tidak boleh aku lihat, barang yang menjadi symbol kejantanan dan kebanggaan kaum pria.
Ya, barang itu biasa disebut penis, titit, atau kontol.
Walau sekilas, seumur-umur, baru saja aku melihat barang yang bukan milik suami aku sendiri. Walau sekilas, tapi aku bisa membayangkan bagaimana bentuk keseluruhan dari barang milik mas Osman itu. Hitam, besar, dengan urat-urat yang mengelilingi sekujur batangnya, berkepala merah kehitaman dengan mulut kemaluan yang lebar menganga, bau amis asam selangkangan yang menusuk hidung dan rambut kemaluan yang lebat.
“Mbak… loh… kemana orangnya….?” Suaranya terdengar pelan dari sebelah rumah. “Mbak…ini bak cucinya……” panggilnya dari samping rumahku. Mas manto pun akhirnya mengantarkan bak cuci miliknya ke halaman rumahku. Karena melihat aku yang tak langsung keluar, mas Osman mendekat kearah pintu dapur, mengintip kedalam dari jendela dapur, dan mengetuknya perlahan. “Mbak Liani… ini bak cucinya…” panggilnya.
Andai saja mas Osman agak menunduk dan melihat kebawah, mungkin saja ia bisa melihatku yang meringkuk di balik pintu dapur rumahku. Meringkuk menahan malu yang seharusnya tak aku rasakan. toh yang terlihat adalah bukan aurat tubuhku.
Detak jantungku masih berdetak begitu kencangnya sampai aku sama sekali tak berani untuk bergerak. Susah rasanya aku berdiri dengan kedua kakiku. Lemas, tak bertenaga. Dengan gerak super pelan, aku mencoba berdiri, memasang telinga, untuk mendengarkan, mungkin saja ia masih ada di dekat jendela.
Tenagaku perlahan pulih, setelah melihatnya berdiri tak jauh dari pintu dapur. Membelakangiku sambil berkacak pinggang. Dari balik korden tipis jendela dapur, aku amati gerak-geriknya.
Dengan muka kebingungan, mas Osman hanya bisa celingukan ke arah rumah kontrakanku lalu mengamati banyaknya cucian kotor yang terhampar di depannya. Karena mungkin merasa iba, diapun membantu memindahkan cucian kotor yang ada di bak cuciku yang telah pecah, ke bak cuci miliknya.
Sekali lagi, ketika mas Osman memindahkan baju-baju kotorku, aku pun kembali melihat barang hitam miliknya. Handuk kecilnya naik turun. Memperlihatkan barang yang ada dibaliknya setiap kali ia membungkukkan badan untuk memindahkan cucian kotorku.
Ketika sedang dalam posisi membungkukkan badan tuk mengambil baju-bajuku, tiba-tiba mas manto terdiam. Masih dalam posisi menungging. Lama sekali. Dan selama itu pula aku menatap tajam ke arah benda yang bergelatungan di balik handuk kecilnya. Bergoyang goyang seiring gerakan pantat mas Osman.
“Apa yang dia lakukan” tanyaku dalam hati. Ternyata hal yang membuatnya terdiam adalah…. Tumpukan baju dalam kotor milikku. Iya, benar sekali, mas manto mengamati baju dalam kotorku.
Tiba-tiba mas manto berdiri, membalikkan badannya dan melihat kearah rumahku, matanya celingkuan mencari dimana aku gerangan. Dia berpindah posisi, memutari bak cucian kotorku, mengawasi segala gerakan dari dalam rumah. Matanya sangat tajam, mengamati setiap sudut rumahku dengan seksama.
Namun aku yakin dia tak bisa mengetahui posisiku, karena terhalang oleh korden tipis jendela dapurku. Karena menurutnya aman, diapun membungkukkan badannya kembali dan dengan tangan kirinya, dia mengambil salah satu cd kotorku. Cd putih dengan pinggiran berenda.
Dengan mata yang masih celingukan penuh rasa was-was, dia mengamati dalam-dalam cd kotorku itu. Diamati bercak lendir lengket berwarna putih yang menepel di bagian depan cdku. Dan dengan jemari tangan kanannya, disentuhlah bercak lendir itu, dikorek-korek.
Lalu, apa yang sama sekali tak pernah aku bayangkan terjadi. Mas Osman, tanpa rasa jijik sedikitpun, menjilat jemari tangan bekas mengkorek cd kotorku. Karena kurang puas, dia menghirup, menjilat dan mengecapnya, seolah-olah itu adalah makanan paling enak sedunia. Gila. Dia lakukan itu semua dengan tanpa rasa jijik sedikitpun.
Tiba tiba, perlahan namun pasti, ada sesuatu yang bergerak dari dalam handuk kecilnya. Penisnya mulai ereksi. Naik, sedikit demi sedikit, semakin menggembung, mengembung dan mengeras. Ereksi dengan diiringi kedutan denyut nadi yang ada di batang penisnya.
Handuk kecilnya tersingkap, terdorong ke atas, oleh batang kejantanan seseorang yang sama sekali belum aku kenal dekat. Penis hitam yang sempurna, keras, berurat, dengan ujung berwarna merah pekat.
Buah zakarnya mengelantung pasrah, ukuran zakarnya pun tak kalah hebohnya, sebesar jeruk nipis. Penis itu terlihat begitu gagahnya, mulai meninggi keatas disertai dengan kedutan yang berirama. Naik, naik, naik dan terus naik. Berkedut naik, sampai melewati pusarnya.
Sekarang yang ia lakukan sungguh nekat. Sama sekali tak khawatir akan adanya orang yang melihat. Dia berdiri dihalaman belakang rumahku, menghadap tepat kearahku dengan penis yang tegak mengacung sambil menjilat dan mengecap cd kotorku dengan rakus.
Merasa tak cukup hanya mengecap satu cd kotorku, dengan tangan kanannya yang masih bebas, diapun kembali mengambil cd kotorku. Kali ini yang berwarna hijau muda dengan gambar bunga bunga di bagian vagina.
Sekarang di kedua tangannya, ia memegang cd kotorku. Tapi kali ini ada yang berbeda. Cd hijau yang ada di tangan kanannya tak hanya ia cium dan jilat saja. Melainkan……Ia pakai sebagai sarana masturbasinya. Ia lilitkan cd hijauku ke batang penisnya dan ia mulai menggerakkan tangan kanannya maju mundur.
Makin lama makin cepat, main cepat dan makin cepat. Dia mengocokkan penis yang terbungkus cd hijauku dengan kecepatan tinggi. Dengan sangat bernafsu dan brutal.
Melihat tingkah laku mas Osman, detak jantungku pun semakin berdebar-debar tak karuan. Tubuhku menghangat, nafasku memberat, putingku mengeras dan yang paling tak aku sadari, kemaluanku mulai membasah. Secara reflek, aku sentuh cd yang aku pakai, dan aku raba belahan bibir kemaluanku.
Aku basah. Aku horny.
Aku terhanyut akan tingkah laku kurang wajar yang telah dipertontonkan oleh mas Osman. Bagian depan cdku terasa sangat hangat dan basah oleh cairan kewanitaanku. Astaga, aku benar-benar dibuatnya mabuk kepayang.
Mas manto. Seseorang yang sama sekali belum aku kenal dengan dekat, berani berbuat hal yang begitu nekat. Begitu gila, yang sama sekali tak pernah aku bayangkan. Dengan tanpa rasa malu sama sekali ia masturbasi dengan menggunakan cd kotorku. Dihalaman belakang rumahku.
Badan kekar berotot, kulit hitam yang basah oleh air bekasnya mandi, ditambah sinar matahari yang menerangi halaman belakangku, membuat apa yang ia lakukan terlihat begitu seksi. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasakan perasan yang berbeda kepadanya. Perasan yang tak bisa aku lukiskan dengan kata-kata. Hanya ada rasa penasaran dan ingin tahu yang begitu menggebu.
Mas manto semakin mempercepat kocokannya. Badannya membungkuk dan membusur. Otot-otot tangan dan lehernya mengejang. Ia merem melek, pupil matanya tak terlihat, hanya putih. Ia terlihat begitu menikmati semua yang sedang ia lakukan
Melihatnya begitu menikmati akan apa yang sedang ia perbuat, aku jadi ikut merasakan kenikmatan. Tiba-tiba, muncul perasaan aneh dari dalam diriku. Perasaan nakal, binal, liarku sepertinya muncul. Ingin rasanya aku membuka pintu dapurku dan mendekap tubuhnya, mencium bibirnya dan meraih penisnya.
Ingin rasanya aku membantu menuntaskan semua hasrat nafsunya. Menjilat batang penis yang begitu besar, hitam, panjang. Ingin sekali aku merasakan tusukan dan sodokan penis dahsyatnya di liang vaginaku. Dan… Aku ingin mas Osman menumpahkan semua spermanya di dalam rahimku.
“Liani…..mbak Liani….terima persembahanku untukmu….. mbak Lianiku…..” bisiknya lirih sembari dia mempercepat kocokannya. “Mbak Lianiku….?” Tanyaku dalam hati. Heran. “Ooooooohhhhh…..mbak Liani……………..”
Mas manto tiba-tiba menghentikan kocokan tangan kanannya dan dengan cd di tangan kiri, ia berusaha menampung semua tumpahan cairan kenikmatannya.
“Crut… crut… crut… crut…”
Mas manto orgasme. 8 tembakan sperma menabrak cd putih di tangan kirinya. Semburan benih-benih kejantanan seorang lelaki menyemprot keluar dari mulut penisnya yang lebar. Begitu banyak. Sampai-sampai cd putihku yang ia gunakan untuk menampung tumpahan cairan nafsu mas Osman, tak mampu membendung itu semua.
Cairan itu merembes keluar dari cd hijauku yang ia gunakan untuk melilit penisnya, dan menetes jatuh ke atas cucian kotorku. Sungguh menakjubkan melihat ekspresi wajahnya. Semua terjadi seperti dalam gerakan slow motion. Andai aku punya handycam, pasti aku kan merekam semua kejadian barusan.
Penisnya berkedut dengan hebatnya. Berkedut sambil memuntahkan semua cairan spermanya.
Kami berdua dikejutkan oleh suara SMS dari HP milikku. Suara yang walau lirih, tapi terdengar begitu lantangnya. Memecah kesunyian yang terjadi selama beberapa menit ini.
Mas Osman terlihat begitu panic, dia bingung, celingukan, mengkira-kira, kapan aku bakal menampakkan diriku dari dalam rumah. Dia juga bingung dengan benda yang sekarang masih ada di kedua telapak tangannya.
Cd putih yang ia gunakan tuk menampung tumpahan sperma dan cd hijau yang ia gunakan tuk membungkus batang penisnya, semua basah karena sperma. Dibuang sayang, di letakkan di bak cucian pun khawatir aku akan curiga.
Karena kehabisan akal, mas manto akhirnya melepas handuk kecil yang melilit pinggang dan meletakkannya di pundak. Astaga, sekarang aku dapat melihat keseluruhan tubuh telanjang beserta penis raksasa mas Osman yang masih menggelatung lemas setelah dikocoknya habis-habisan.
Penis itu telihat seperti buah terong, panjang, besar, berwarna hitam kemerahan dengan ujung kepala yang menggelembung. Dan anehnya lagi, penis itupun masih berkedut dan mengeluarkan sperma. “Ga ada habisnya tuh peju” pikirku kagum.
Dengan cepat, mas Osman langsung mengenakan cd putihku yang penuh dengan spermanya. Cd tersebut dipaksa untuk dapat masuk, karena mas Osman tak dapat menemukan lokasi tuk menyembunyikan cd tersebut.
Janggal sekali aku melihatnya mengenakan cd wanita. Ujung kepala penisnya tak dapat sepenuhnya tertampung. Masih menjulang keatas, melawati karet kolor cdku. Sampai-sampai ia harus bersusah payah tuk menekuk batang penisnya ke bawah, kearah pantat, supaya tak terlihat lagi.
Biji testisnya pun terlihat tak nyaman, menggelambir keluar dari masing-masing celah celana dalamku. Dan cd hijau, yang juga terciprat spermanya, ia sembunyikan di dalam tumpukan baju kotorku. Setelah itu, ia segera melilitkan kembali handuk kecilnya, dan bertingkah seperti tak ada apa-apa..
“Mbak Liani…” panggilnya. “Mbak…Ini bak cucinya…” “Eeh iya… sebentar mas….” Jawabku. Aku mencoba mengatur nafas, menyembunyikan deru nafsuku yang juga masih menggebu-gebu ini..
“Maaf mas… tadi mas Andri telpon, jadi mas Osman langsung saya tinggal deh…” “Oh gapapa mbak…ini baju kotornya sudah saya pindahkan ke bak cuci saya… jadi mbak Liani tinggal meneruskan saja…” mas Osman berkata sambil mengurut-urut telapak tangannya di depan selangkangan, mencoba menutupi gundukan penis yang aku kira mulai menggeliat lagi.
“I….iya…ma kasih mas… jadi ngerepotin nie ceritanya….” Kataku. “Ah.. gapapa kali mbak…. Lagian aku kasian kalau melihat cewek secantik mbak Liani harus bercapek-capek sendirian gini….” Katanya tersenyum meringis. “Wah… sepertinya dia mulai merayuku” batinku. Aku hanya bisa tersenyum-senyum mendengar kalimat mas manto.
“Hhmmm… anu mas… kalau boleh… apa saya bisa….….” “Boleh boleh…mo apa ya?” potongnya. “Anu… apa bisa saya minta tolong buat …..sekalian penuhin bak cuci dengan…..?” “Wah bisa banget mbak.. tenang aja… “potongnya lagi. “bahkan kalau mau… saya bisa bantu mbak liani nyuci’in bajunya…”