Author: admin

  • Pacaran Itu Dilarang

    Pacaran Itu Dilarang

    Cerita Sex Pacaran Itu Dilarang – Namaku Adinda, Umurku 20 tahun. Saat ini aku masih duduk di bangku kuliah di salah satu universitas terkenal di kota Jakarta. Setiap hari aku selalu disibukan dalam hal hal yg positif.

    Selain kuliah, aku juga sibuk mengajar di sebuah bimbel, walaupun gajinya tak begitu tinggi tapi setidaknya masih bisa menutupi keperluan kuliahku tanpa harus meminta dari orang tua ku yg berada di pulau sumatera.

    Di sini aku tinggal di sebuah tempat kos berbentuk bedeng sederhana yg memiliki one gate system yg dihuni oleh teman teman kos yg baik dan ramah. Kami tak pernah pelit untuk saling membantu antar sesama teman kos, dalam hal apapun.

    Aku sengaja memilih tempat kos disini karena walau agak jauh dari kampusku, tempat nya juga terkesan baik. Di tempat kos ini, laki laki dilarang masuk, jadi jika ada yg mengajak teman laki laki atau pacarnya, maka yg diajak itu harus menunggu diluar.

    Cerita Sex Pacaran Itu Dilarang
    Cerita Sex Pacaran Itu Dilarang

    Ngocoks Begitulah kebijakan pemilik kos tempat ku tinggal ini yg sangat aku sukai. Seumur hidupku, aku belum pernah mengalami apa yg orang sebut dengan pacaran. Jangankan pacaran, berjalan berduaan dengan teman pria ku saja aku tak pernah.

    Bukannya aku tak menyukai laki laki, namun aku yg sejak SMA aktif di kegiatan Rohis dan dikampus aktif dalam organisasi keislaman membuat ku paham bahwa pacaran itu dilarang.

    Aku lebih memilih single dan menjaga diriku baik baik hanya untuk suami ku kelak. Kulihat jam menunjukan pukul 7 pagi. Aku sedang duduk diatas tempat tidurku sambil menunggu sesuatu datang.

    SFX : tok tok tok

    Sebuah suara pukulan antara dua kayu terdengar datang dari kejauhan. Aku segera memandangi cermin memastikan tak ada semili pun aurat ku yg tampak. Aku segera berlari menuju gerbang memanggil penjual makanan yg telah menampakan wujudnya.

    Aku : mang, mie ayam nya semangkok ya.

    Aku memberikan sebuah mangkok yg sudah ku bawa dari kamar ku kepada penjual mie ayam itu. beliau ini sudah setiap hari lewat didepan kos ku. Biasanya banyak teman teman kos ku yg membeli namun karena ini adalah hari minggu, maka teman teman ku biasanya bangun kesiangan.

    Penjual mie ayam : ini neng, seperti biasa dibanyakin sayurnya

    Aku menyambut mangkok panas itu dengan hati hati agar jemari tangan ku tak bersentuhan dengan jemari penjual mie ayam itu. setelah ku serahkan uang nya, aku segera masuk ke kamar dan menikmati sarapan pagi dengan mie ayam kesukaan ku.

    Setelah menyelesaikan santap pagi, aku segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi yg ada didalam kamarku. aku melepas kerudung panjang ku yg belum ku lepas sejak membeli mie ayam tadi, lalu disusul oleh blus merah muda ku,

    Dengan begitu terpampanglah payudara yg ukuran nya tak begitu besar, hanya 34A, yg masih tertutup oleh bra hitam yg juga langsung ku tanggalkan sehingga payudara ku mencuat. Kemudian aku melepaskan kaitan rok panjang ku dan meloloskan nya melalui kedua kaki ku.

    Kemudian disusul oleh celana training panjang yg juga selalu ku pakai agar betis ku tak tersingkap disaat aku berjalan. Kini tampaklah kedua kaki jenjang ku yg putih mulus tanpa celah yg tak pernah dilihat oleh laki laki manapun bahkan teman perempuan ku pun tak pernah melihatnya karena aku tak pernah memakai celana hotpants walau didalam kos atau rumah.

    Kini aku hanya tinggal menggunakan celana dalam pink yg juga ku loloskan hingga tampaklah memek ku yg selalu ku rawat dan bulu nya ku cukur setiap seminggu sekali.

    Aku mengguyur tubuh mulusku dengan air dari gayung. Aku mengambil botol sabun cair dan menumpahkan isinya ketelapak tangan ku. aku pun langsung memakaikan sabun cair itu ke seluruh tubuhku mulai dari lengan, payudara, perut, leher dan juga kaki. Busa busa sabun itu nyaris menutupi tubuhku. Lalu ku bilas semua busa itu hingga tubuh mulusku terpampang lagi. Dengan cepat ku selesaikan mandi ku.

    Aku keluar kamar mandi dengan handuk yg melilit menutupi tubuh mulai dari dada hingga 10cm dari pangkal paha ku. aku kaget ketika ku lihat jendela kamar ku masih terbuka. Khawatir jika ada orang lain walaupun itu perempuan yg akan melihat aurat ku. ketika aku bergegas menutup jendela, handuk ku pun terlepas dan terjatuh kelantai hingga membiarkan tubuh telanjang ku terlihat jelas.

    Tak bisa ku bayangkan jika suami ibu kos disini melihatku seperti ini, aku pasti akan sangat menyalahkan diriku dan menyesalinya. Ku tutup jendela dan ku rapatkan gorden agar tak satupun mata dapat memandangiku yg sedang telanjang kini didalam kamar ku.

    Masih ku biarkan handuk itu tergeletak dilantai kamar ku karena sudah ku pastikan tak ada celah untuk mengintip dikamarku ini. Lagipula mana mungkin ada perempuan yg begitu niat nya mengintip wanita lain dan aku pun yakin bahwa tak ada yg memilki kelainan seksual ditempat kos ini.

    Ketika aku hendak mengambil handuk yg terkapar itu, aku terpeleset karena lantai yg basah akibat tetesan air ditubuhku hingga aku terjatuh kelantai dan pantatku terasa sakit, dan kaki ku yg terpeleset tadi tanpa sengaja mendorong handuk itu hingga terkena ke lantai kamar mandi yg masih sangat basah.

    Aku perlahan bangun sambil memegangi pantat ku yg sakit dan mengambil handuk itu, sayangnya handuk itu sudah lumayan basah dan tak bisa lagi ku gunakan.

    Akhirnya ku putuskan untuk langsung memakai pakaian saja. Belum sempat ku membuka lemari pakaian, handphone ku bordering. Ku lihat Dika, teman kuliah ku yg menelpon. Aku sebenarnya malas mengangkat telpon dari laki laki tapi karena aku dan Dika memiliki urusan tugas kelompok, maka aku terpaksa mengangkatnya.

    Setelah Dika selesai membicarakan masalah tugas kelompok, ia belum juga ingin menutup telepon itu malah ia meminta waktu agar aku bersedia mendengar curhatan nya.

    Awalnya aku ragu namun karena Dika ini termasuk orang yg sangat baik, aku mengizinkan nya untuk menceritakan masalahnya padaku. Akibat terlena mendengar curhatannya, aku tak sadar membaringkan tubuhku diatas kasur dan aku baru ingat jika aku belum memakai pakaian apapun.

    Ingin sekali aku menghentikan pembicaraan nya namun ia terus saja berbicara tanpa memberi celah dan tanpa sadar jemari tangan ku memegang putting ku dan memutar mutarnya.

    Aku : awwww

    Aku tak sengaja mendesah saat putting ku dipelintir oleh jemari ku sendiri

    Dika ; kenapa din?

    Aku : ohh gak apa Dik, aku tadi kejepit, terusin aja ceritanya

    Dika : ohh kirain kenapa.. iya aku lanjut nih

    Sambil mendengar cerita dari Dika tanpa bisa ku kontrol tangan ku menggeraygi perut dan payudaraku. Lalu aku pun tak sadar meremas payudaraku yg ku lihat putting nya sudah mengeras.

    Aku : ssshhhhhhhhh ahhhhh

    Tak bisa ku kendalikan, desahan itu terdengar kembali dari mulutku

    Dika : kamu kenapa lagi din? Kok mendesah gitu?

    Aku : ah gak apa apa Dik. Kepedesan tadi makan mie ayam cabe nya kebanyakan

    Dika : kamu kok kayak orang lagi…

    Aku : hahh lagi apa?

    Dika : ya lagi itu

    Aku : lagi apa?

    Aku khawatir jika dia tahu apa yg ku lakukan

    Dika : lagi apa ya? Lagi gak tahu.. hahahahaha

    Dika tertawa dengan keras, aku malu karena melakukan ini dan lebih lebih lagi aku melakukannya saat sedang berbicara di telepon dengan teman laki laki ku. salah ku sendiri kenapa mau mendengar curhatannya dan menunda memakai pakaian.

    Namun sensasi mengobrol dalam keadaan telanjang ini memberi sensasi berbeda pada diriku, apalagi saat aku meremas payudaraku. Ah kenapa aku jadi begini, aku tdk boleh meneruskannya. Aku pun belum pernah melakukan ini sebelumnya karena aku selalu menghindarinya.

    Aku : Dik, sudah dulu ya. Ada yg mau aku kerjain dulu.

    Dika : yaah kan belum selesai.

    Aku : kita sudah ngobrol 10 menit lebih Dik. Maaf ya, aku gak mau ngobrol lama lama sama laki laki.

    Dika : iya deh, kalo gitu kapan kapan aku telepon lagi ya

    Aku : lihat saja nanti ya.

    Aku menutup telepon dan ku lihat air di tubuhku sudah mongering dan justru memek ku lah yg basah.

    Aku : ini basah karena apa ya? Apa ini yg orang sebut dengan terangsang?

    Aku mengambil tisu disebelah kiri tempat tidurku dan mengelap tisu itu ke permukaan memek ku dan mengelapnya agar ia mongering.

    Tapi yg ku lakukan justru membuat memek ku makin basah dan aku makin merasa kenikmatan yg tak pernah ku lakukan. Payudara ku pun makin membesar. Oohhh aku semakin tak sadar diri, aku ingin terus merasakan kenikmatan ini.

    Gerakan tangan ku semakin cepat mengelap memek ku dengan tisu dan semakin kuat meremas payudara ku. aahhhh desahan ku pun makin menjadi jadi seakan aku lupa jika ada orang yg bisa mendengar desahanku dari luar kamarku.

    Oohhhh aku makin tak tahan, rasanya makin menuntut untuk dipuaskan dan aku makin tak terkendali lagi. Ku buang tisu tadi dan aku tekankan jari telunjuk ku ke klitorisku dan rasanya semakin enaak. Tangan kiriku bergantian meremas remas kedua payudaraku yg terlihat seperti ingin meledak.

    Dan dalam ditengah kenikmatan itu, aku merasa aka nada yg keluar dari memek ku dan saat cairan yg tak ku tahu namanya keluar dari lobang memek ku, disaat itu aku merasa kenikmatan yg aku tak pernah dapatkan dan bersamaan dengan keluarnya cairan itu aku menyebut sebuah nama,

    “Angga”.

    Memek ku berkedut seiring berkurang nya cairan itu keluar dari memek ku. Aku merasa lemas dan tak berdaya. Aku terkulai lemah diatas tempat tidurku dengan air mata menetes dari sudut mataku. Aku menyesal telah berbuat seperti itu tadi.

    Benar benar tak mencerminkan diriku yg kesehariannya selalu menjaga kesucian diriku dan memakai kerudung panjang sepinggang serta gamis longgar dan kaos kaki yg menutupi kaki ku. namun saking lemasnya, aku tak mampu bangun untuk mengambil pakaian dan aku pun terlelap tidur dengan keadaan telanjang bulat.

    Mata ku perlahan terbuka. Terasa sekujur tubuhku terasa dingin dan lelah. Wajar saja, aku tertidur tanpa memakai busana sehelai pun. Aku teringat bahwa aku telah melakukan apa yg mungkin orang orang sebut dengan masturbasi.

    Hatiku merasakan emosi yg tinggi saat ku teringat pada bagaimana aku menikmati perbuatan itu. aku mengutuk dan mencaci diriku yg gagal menjaga kesucian ku dan dengan rela bermasturbasi padahal sebelum ini aku sangat membenci perbuatan itu, dan hanya akan denga suami ku kelak aku akan melakukan nya untuk yg pertama kali dalam hidupku tapi yg ada aku malah menikmati permainan tangan ku sendiri.

    Ohh jika ku bisa memutar waktu, aku pasti akan mencegah diriku untuk berbuat demikian. Air mata mulai mengalir disudut mata ku.

    Aku pasti malu berjumpa dengan teman teman akhwat ku, malu berjumpa dengan teman teman yg menganggapku sebagai gadis baik baik, dan terutama aku akan malu pada Dika yg mendengar ku mendesah tadi. Ahh perasaan ini berkecamuk dalam hatiku.

    Aku makin tak mampu bangkit dari ranjang ini sementara tubuh ku semakin kedinginan. Rasanya ingin menghilang selamanya dari dunia ini atas kesalahan yg ku lakukan ini.

    Ku lirik jam dinding, jarum pendek hampir mengarah ke angka 11. Berarti aku telah tertidur selama dua jam. Ya ampun, aku melewatkan serial favoritku, acara kamen rider versi Indonesia disalah satu stasiun televisi swasta. Aku sangat suka menonton serial itu, dari season pertama hingga sekarang jarang terlewatkan, eh kok malah bahas serial kamen rider ya..

    Ku buka lemari pakaian yg terbuat serbuk kayu itu. ku pilih pakaian kaos lengan panjang berwarna putih dengan motif bunga jingga di ujung lengan nya dan rok tipis bermotif bunga berwarna coklat muda.

    Saat memakai pakaian itu, ku perhatikan wajah ku lumayan cantik dan tubuh ku pun cukup menarik. Terpesona aku menantap tiap lekuk tubuh ku dicermin dank u jatuhkan kaos yg ku hendak ku pakai. Aku mendekati cermin itu dan menatap bagian bagian vital tubuhku.

    Ku perhatikan payudaraku yg bulat dengan putting coklat nya mengacung, memek ku yg mulus karena tiap minggu selalu ku cukur bulu nya, pinggang ku yg ramping dan pantat ku yg sekal yg tak pernah terjamah oleh siapapun namun ku kini ku remas dengan gemas pantatku.

    Perlahan tangan ku meraba halus permukaan perut ku dan perlahan naik ke payudaraku. Saat rabaan halus ini menyentuh putting, ku rasakan seperti tersengat aliran listrik. Mataku terpejam menikmatinya.

    Wajahku sungguh erotis saat ku lihat melalui cermin. Tangan ku yg tadi bermain di area pantat mulai berpindah kedepan. Ku elus elus memek ku dan ingin sekali ku masukan jariku kedalam nya. Ahhh aku tak berani, aku takut jika aku kehilangan keperawanan ku karena ini.

    Terus ku elus memek ku hingga ia mulai kembali basah. Ooohh aku mendesah kenikmatan. Sesekali ku lihat kearah jendela siapa tahu gorden nya tersingkap dan ada orang yg mengintip aksi hina yg ku lakukan ini.

    Gerakan jari tangan ku makin cepat menggosok bagian yg menonjol di memek ku . Tangan ku satu nya tak lagi meremas payudaraku, melainkan bertumpu pada tembok dimana posisi ku saat ini tengah menungging dengan paha yg dilebarkan.

    Aku makin terangsang saat melihat diriku sendiri yg sedang menahan nikmat melalui cermin. Rasanya makin menjadi jadi, buat aku makin ingin terus melakukan ini tiap saat dan rasa itu muncul lagi, rasa seperti ada yg ingin keluar dari memek ku, seperti rasa ingin pipis, makin mendekati, makin nikmati, ku percepat gesekan jari tangan ku dan…

    Seseorang : dindaaa?? Kamu didalam?

    Seseorang memanggil namaku dan membuatku refleks menghentikan masturbasi ku yg sudah hampir menemui puncak kenikmatan nya. Rasa “ingin pipis” itu mennghilang akibat rasa cemas dan kaget yg ku alami. Bagaimana jika dia mendengar desahan ku tadi, atau ada sebuah celah dimana ia bisa mengintip apa yg ku lakukan tadi.

    Aku cepat cepat mengusir pikiran itu dan buru buru memakai pakaian yg tadi ku ambil tanpa memakai pakaian dalam karena sangat terburu buru.

    Aku : iyaa aku didalam, tunggu sebentar.

    Aku terburu buru memakai rok panjang ku dan untung saja tdk terbalik.

    Aku membuka pintu dan Tiara sudah berdiri disana sambil mengetik sesuatu di layar android nya.

    Aku : eh, ada apa Tia? Tumben pagi pagi sudah mampir?

    Tiara : tumben apa nya? Kamu yg tumben sampe jam segini masih tutup pintu

    Aku : oh tadi lagi dari toilet, jadi pintunya ku tutup

    Tiara : ah dari pagi juga ditutup, kamu sakit?

    Aku : nggak, kenapa? Aku pucet ya?

    Tiara : nggak, tapi kamu keringetan gini

    Aku : ohh a..aaku tadii habis beres beres rumah jadi keringetan

    Tiara sedikit mengintip kedalam kamar ku.

    Tiara : masih berantakan, apa yg diberesin

    Aku : ehhmm anu.. kan belum selesai, ti. Iya belum selesai.

    Tiara : ohh, temenin aku ke rumah Iwan ya

    Aku : hah, kerumah Iwan? Kapan?

    Tiara : sekarang. Kapan lagi emangnya.

    Aku : ngapain kerumah dia, jalanan nya serem. Banyak anak anak nakal disana.

    Tiara : ya justru itu aku minta temenin kamu, yg lain pada gak bisa. Ada yg lagi buat tugas, ada yg mau ke mall, ada yg sakit.

    Aku : huhh, kenapa gak besok atau sore nanti saja?

    Tiara : ya soalnya aku butuh sekarang. Dia jam setengah satu ini mau pergi sama bokapnya mancing, kan aku mau pinjem buku buat besok bahan presentasi. Mau yaa?

    Aku : kenapa gak dia nya saja yg kesini?

    Tiara : ya gak tahu, kamu kan tahu dia itu resek banget. Kalo giliran ditraktir makan dia mah duluan.

    Aku : ya sudah, aku ganti baju dulu ya

    Tiara : ahh gak usah, nanti dia keburu pergi. Baju ini saja.

    Aku : iya iya, tapi aku pake kaos kaki dulu

    Tiara : iya buruan.

    Aku mengambil dan memakai kaos kaki berwarna krem dan sepasang sepatu wedges hijau menghiasi kaki ku. Panjang kaos kaki itu setinggi lutut maka aku rasa tak perlu lagi memakai celana training dibalik rok ku. Lalu bagaimana pakaian dalam ku, ah Tiara masih sedang berada didalam kamar ku, mana mungkin aku mengambil bra dan celana dalam didalam lemari kecil yg berada disebelah nya.

    Sudahlah, untuk pertama dan terakhir aku keluar tanpa memakai pakaian dalam. Lalu ku ganti kerudung ku yg tadi berwarna putih menjadi warna hijau tua. Kerudung ini panjang nya sepinggang hingga tak aka nada yg tahu jika aku tak memakai bra dan semoga juga tak ada yg menyadari jika aku tak memakai celana dalam.

    Aku : kita naik apa?

    Tiara : naik angkot lah. Kan kita gak ada motor

    Aku : kan masuk kejalan rumah nya jauh

    Tiara : ya maka nya aku buru buru kesana

    Tiara berbeda sekali dengan ku. Ia adalah seorang gadis yg modis dan selalu bergaya seksi. Tapi dia bukan wanita yg gampang dirayu laki laki. Justru ia pernah memukul wajah laki laki yg pernah menggoda nya di jalan menuju kosan kami, maklum katanya dulu dia pernah juara 1 lomba silat disekolah nya jadi wajar kalo dia berani dan aku sendiri merasa aman saat bepergian bersama dia, kecuali hari ini karena aku tak memakai pakaian dalam.

    Sebuah angkot yg kami tunggu pun tiba. Tiara melambaikan tangan nya dan sopir angkot itu pun menghentikan kendaraan nya. Kami menaiki angkot itu. tiara mendapat kursi paling dekat dengan pintu dan ketika aku melihat kedalam angkot, hanya tinggal satu kursi kosong, yaitu ditempat paling ujung disamping preman yg nampaknya sedang asik mendengar lagu melalui earphone nya.

    Terpaksa aku harus menungging untuk menuju kursi ujung itu dan disaat itu aku tersadar bahwa rok yg ku pakai ini sebenarnya sedikit ketat dan agak tembus pandang.

    Ekspresi muka ku berubah ketakutan, ku harap orang orang di angkot ini tak menyadari bahwa aku tak memakai celana dalam. Nampaknya harapan ku meleset, preman disamping ku mulai berani memandangi sekujur tubuhku terutama bagian paha ku yg juga cukup tembus pandang.

    Untung saja bagian memek ku masih tertutup oleh kaos ayng panjang nya hingga beberapa centi dibawah pangkal paha. Aku benar benar merasa malu dan serba salah dalam posisi seperti ini. Ditambah lagi laki laki didepan ku pun memandangi rok ku.

    Ah tdk mungkin jika dia memandangi rok ku karena rok ini bagus dan ingin bertanya berapa harga dan dimana belinya, pastilah ia memperhatikan isi dibalik rok ini.

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Sang Sahabat Suami

    Sang Sahabat Suami

    Cerita Sex Sang Sahabat Suami – Ana meletakkan bayinya di atas boks, lalu dia sendiri rebah di atas sofa di ruang tengah, merasa agak sedikit kelelahan. Suaminya, Roy, bilang padanya kalau ada seorang sahabat lamanya yang akan datang dan menginap di akhir pekan ini.

    Jadi disamping mengurus bayinya, dia mempunyai sebuah pekerjaan tambahan lagi, menyiapkan kamar tamu untuk menyambut tamu suaminya itu. Pikirannya melayang pada sang tamu, sahabat suaminya yang akan datang nanti, Bagas.

    Bagas adalah sahabat lama suaminya saat kuliah dulu. Dia cukup akrab dengan mereka. Ana sudah cukup mengenal Bagas, lebih dari cukup untuk menyadari bahwa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya.

    Sebuah perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam hatinya yang sudah terikat janji dengan Roy waktu itu. Dan perasaan itu tetap hidup di dasar hatinya hingga mereka berpisah, Ana akhirnya menikah dengan Roy dan sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.

    Cerita Sex Sang Sahabat Suami
    Cerita Sex Sang Sahabat Suami

    Ngocoks Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya. Di satu sisi meskipun dia dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan berpikiran terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai seorang istri yang wajib menjaga kesucian perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang suami.

    Tapi di sisi lain Ana tak bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain tumbuh di hatinya terhadap Bagas hingga saat ini. Seorang pria menarik berumur sekitar tiga puluhan, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam selalu membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya yang tinggi tegap membuatnya sangat menawan.

    Ana seorang wanita ayu yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli tubuhnya setelah melahirkan. Mungil, payudara yang jadi sedikit lebih besar karena menyusui dan sepasang pantat yang menggoda.

    Rambutnya lurus panjang dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya batu karang. Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya.

    Ah… seandainya saja dia mengaenal Bagas jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya! Ana pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan hati kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya.

    Vaginanya terasa bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh dirinya sendiri yang masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak kenikmatan menerpa tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing celananya lalu menurunkan resleitingnya.

    Tangannya menyelinap di balik celana dalam katunnya yang berwarna putih, melewati rambut kemaluannya hingga sampai pada gundukan daging hangatnya. Nafasnya terasa terhenti sejenak saat jarinya menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi yang sangat kuat.

    Dia terdiam beberapa waktu. Roy pulang 2 jam lagi, dan Bagas juga datang kira-kira dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa mencegah dorongan hati kecilnya.

    Toh dia tak menghianati suaminya secara lahiriah, hanya sekedar untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi lain hatinya mencoba beralasan membenarkan kobaran gairahnya yang semakin membesar dalam dadanya.

    Ana menurunkan celana jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu dari himpitan kain celana jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga, lalu dia kembali rebah di atas sofa.

    Dari pinggang ke bawah telanjang, kakinya terbuka. Pejamkan matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke pangkal pahanya, membuat dirinya merasa se nyaman yang dia inginkan.

    Dia nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan Bagas sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat.

    Ana tak pernah berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Roy saja belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang ada sesuatu dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.

    “Ups! Maaf!” terdengar sebuah suara. Matanya langsung terbuka, dan dia tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut ruangan.

    Dia baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama lebih dari 10 menit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imajinasinya hingga tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam rumah. Dan dia sadar kalau bayangan pria itu adalah Bagas, dengan terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera memakainya lagi.

    “Mafkan aku Ana,” kata Bagas, “Nggak ada yang menjawab ketukanku dan pintunya terbuka.” dia berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi dia sudah melihat banyak!

    Pemandangan yang disaksikannya saat dia memasuki ruangan ini membakar pikirannya. Istri sahabatnya berbaring dengan kaki terpentang lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya.

    Pahanya yang lembut dan kencang tebuka lebar, rambut kemaluannya yang hitam mengelilingi bibir vaginanya. Penisnya mengeras dengan cepat dalam celana jeansnya.

    “Nggak apa-apa,” jawab Ana dari ruang keluarga, “Kamu boleh masuk sekarang.” dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan dia berbaring di atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangannya. “Aku sangat malu.” katanya kemudian.

    “Ah, kita semua pernah melakukannya, Ana!” jawab Bagas. Dia berdiri tepat di samping Ana, seperti ingin agar Ana dapat melihat seberapa A?a,?EskerasnyaA?a,?a”? dia. Dia tak dapat mencegahnya, wanita ini sangat menggoda. Dia merasa kalau dia ingin agar wanita ini bergerak padanya!!!

    “Tetap saja memalukan!” katanya, menyingkirkan tangannya dari wajahnya. Vaginanya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme tadi! Sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan menggelembung pada bagian depan celana Bagas.

    Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih saja pria ini memergokinya. Sekarang Bagas menjadi lebih terbakar lagi, ini lebih dari cukup.

    “Nggak ada yang harus kamu permalukan, setidaknya itu pendapatku setelah apa yang sudah aku lihat tadi!” katanya tenang. Ana menatapnya penuh dengan tanda tanya.

    “Aku jadi benar-benar terangsang melihatmu seperti itu,” dia menjelaskan, “Sebuah perasaan yang belum pernah ku alami sebelumnya.” kata-katanya, adalah kenyataan bahwa dia sangat menginginkannya, membuat Ana semakin basah.

    Dia menyadari betapa istri sahabatnya ini A?a,?EstertarikA?a,?a”? akan perkataannya tersebut dan Bagas memutuskan untuk lebih menekannya lagi.

    “Lihat akibatnya padaku!” katanya, tangannya bergerak mengelus tonjolan pada bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa dikatakan A?a,?EswajarA?a,?a”?, belum ada batas yang dilanggar.

    Saat Bagas melihat A?a,?EsnodaA?a,?a”? basahnya di atas permukaan sofa itu dan mata Ana yang tak berpaling dari seputar pinggangnya, Bagas memutuskan akan melanggar batas tersebut.

    Ana hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya ini membuka kancing dan menurunkan resleiting celananya. Ana tak bisa mengingkari bahwa dia menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan kata yang tepat untuk mencegah pria ini.

    Dan saat dia menyaksikan pria di depannya ini memasukkan tangannya dalam celana dalamnya sendiri, vaginanya terasa semakin basah. Bagas mengeluarkan penis kedua dalam hidup Ana yang dilihatnya secara nyata, disamping penis para bintang film porno yang pernah dilihatnya bersama suaminya dulu.

    Nafas Ana tercekat, matanya terkunci memandangi penis dihadapannya. Dia belum melihat keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat berbeda dengan milik suaminya. Tapi ternyata A?a,?EsperbedaanA?a,?a”? itulah yang semakin membakar nafsunya semakin lapar.

    “Suka apa yang kamu lihat?” tanyanya pelan. Ana mengangguk, memberanikan diri memandang ke atas pada mata Bagas sebelum melihat kembali pada penisnya yang keras. Bagas mengumpat betapa beruntungnya sahabatnya. Dia ucapkan sebuah kata.

    “Sentuhlah!”

    Ragu-ragu, dengan hati berdebar kencang, Ana pelan-pelan menyentuh dengan tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini dengan jarinya. Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain milik suaminya, dalam enam tahun belakangan.

    Perasaan dan emosi yang bergolak di dadanya terasa menegangkan, dan dia inginkan lebih lagi. Bagas melihat penisnya dalam genggaman tangan istri sahabatnya yang kecil, dan dia hanya melihat saat Ana pelan-pelan mulai mengocokkan tangannya.

    Terasa sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Ana tak dapat hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar itu. Bagas bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya beberapa inchi saja dari wajah Ana.

    Bagas menyentuh tubuh Ana, tangannya meremas pahanya yang masih terbungkus celana jeans. Tanpa sadar Ana membuka kakinya sendiri melebar untuknya, dan tangan Bagas bergerak semakin dalam ke celah paha Ana.

    Terasa desiran kuat keluar dari vaginanya saat tangan Bagas mulai mengelusi dari luar celana jeansnya, Ana menggelinjang dan meremas penisnya semakin kencang.

    Dengan tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Ana dan mendorongnya semakin mendekat. Ana tak berusaha berontak. Matanya masih terpaku pada penis Bagas, dia menunduk ke depan dan dengan lembut mencium ujung kepalanya.

    Lidahnya terjulur keluar dan Ana kemudian mulai menjilat dari pangkal hingga ujung penis barunya tersebut. Sekarang giliran Bagas, tangannya bergerak melucuti pakaian Ana.

    Ana yang sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak menghiraukan apa yang dilakukan Bagas. Diciumnya kepala penis Bagas, menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar referensi yang dimilikinya).

    Tangan Bagas menyelinap dalam celana dalam Ana, tangannya meluncur melewati rambut kemaluannya. Ana melenguh pelan saat tangan Bagas menyentuh kelentitnya.

    Dia membuka lebar mulutnya dan memasukkan mainan barunya tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya berputar pelan melingkari kepala penis dalam mulutnya. Bagas mengerang, merasakan kehangatan yang membungkus kejantanannya.

    Dia menatapnya dan melihat batang penisnya menghilang dalam mulut Ana, bibirnya mencengkeram erat di sekelilingnya dan matanya terpejam rapat.

    Bagas menjalankan jarinya pada kelentit Ana, menggoda tombol kecilnya, mulut Ana tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Bagas. Dorongan gairah yang hebat membuat Ana semakin bernafsu mengulum naik turun batang penis Bagas. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar merespon tarian jari Bagas pada kelentit sensitifnya.

    Jari Bagas mengeksplorasi lubang hangatnya Ana, membuat lenguhannya semakin sering terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau melepaskan mulutnya dari batang penis Bagas.

    Ana tak lagi memikirkan apa yang dia perbuat, dia hanya mengikuti nalurinya. Ini benar-benar lain dengan dia dalam keseharian, sesuatu yang akan membuat suaminya mati berdiri bila dia melihatnya saat ini.

    Semuanya meledak begitu saja. Sesuatu yang dimiliki pria ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya dan Bagas sangat menikmati perbuatannya. Masing-masing masih tetap asik dengan kemaluan pasangannya. Dan Ana menginginkan lebih dari ini. Mereka berdua menginginkan lebih dari sekedar begini.

    Ana menelan seluruh batang penis Bagas, menahannya di dalam mulutnya untuk memenuhi kehausan gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh rambut kemaluan Bagas, ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokannya, hampir membuatnya tersedak.

    Bagas mengeluarkan tangannya dari balik celana dalam Ana yang membuatnya sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa hilang.

    Diraihnya tepian celana jeans Ana dan dengan cepat Ana mengangkat sedikit pantatnya dari atas sofa, yang mau tak mau membuatnya melepaskan batang penis itu dari mulutnya, dan mempermudah sahabat suaminya ini melepaskan celananya dari kakinya yang halus.

    Nafasnya tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Bagas menarik celana dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati kakinya dan Ana menendangnya menjauh dari kakinya sendiri.

    Membantu Bagas menelanjangi tubuh bawahnya. Bagas sekarang berlutut di lantai dan menatap takjub pada segitiga menawan dari rambut kemaluan Ana.

    Dia menyentuh vagina Ana dengan tangan kirinya, menjalankan jari tengahnya pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang penisnya sendiri.

    Ana mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya terpejam rapat, dia sangat meresapi rasa yang diberikan selangkangannya. Bagas mengoleskan kepala penisnya pada pipi dan hidung Ana. Saat sampai di mulutnya, Ana membuka mulutnya segera dan Bagas langsung mendorong penisnya masuk.

    Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya dan Ana membuka matanya perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun pada batang penisnya.

    Bagas semakin melesakkan jarinya ke dalam vagina Ana, membuat Ana memejamkan matanya lagi, mengerang. Vaginanya terasa sangat basah! Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang itu, bergerak keluar masuk saat ibu jarinya mengerjai kelentit Ana.

    Kini, celana jeans dan celana dalam Bagas sudah jatuh merosot di atas lantai, Bagas menarik penisnya keluar dari mulut Ana dan langsung menendang pakaian bawahnya menjauh.

    Dia menunduk, tangannya bergerak ke bawah bongkahan pantat Ana, mengangkatnya dari atas sofa agar bagian bawah tubuh istri sahabatnya ini lebih terekspose ke atas. Ana meraih penisnya dan segera memasukkannya kembali ke dalam mulutnya. Bagas mendekatkan kepalanya pada daging nikmat Ana.

    Masih tetap menahan pantat Ana ke atas, mulutnya mencium bibir vagina Ana, mencicipi rasa dari istri sahabatnya untuk pertama kalinya.

    Mulut Ana langsung mengerang merespon, sejenak menikmati sensasi yang diberikan Bagas sebelum kembali meneruskan A?a,?EspekerjaanA?a,?a”? mulutnya. Lidah Bagas melata pada dinding bagian dalam dari vagina Ana, menjilati sari buah gairah yang dikeluarkannya.

    Ana merasa bibir Bagas menjepit tombol sensitifnya dan lidahnya bergerak pelan pada sasarannya. Erangan semakin tak terkendali lepas dari mulutnya akibat perlakuan Bagas kali ini.

    Batang penisnya terlepas keluar dari cengkeraman mulut Ana. Bagas semakin menaikkan pantat Ana, menekan vagina Ana pada wajahnya dan lidahnya semakin bergerak menggila. Jantung Ana serasa mau meledak, nafasnya terasa berat… sangat dekat…

    Bersambung…

    1 2 3
  • Hal Tergila (Tukar Ibu)

    Hal Tergila (Tukar Ibu)

    Cerita Sex Hal Tergila (Tukar Ibu) – Cerita ini hanya fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahakan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.

    Ibu: sayang anter ibu ke dr. kandungan yuk? ajak ibu saat membukakan pintu kamarku. Aku: lho kenapa sama sony sih bu, kan itu anaknya robi, bukan anaknya sony! Berarti robi dong yang harus nganter ibu ke dr. kandungan, waktu kandungan ibu 4 bulan, ibu pergi kedokternya sama robi jawabku sambil terus berusaha fokus kearah layar laptop, karena saat itu aku sedang bermain PES 2013 di laptop.

    Ibu: robi di bbm ga aktif sayang, katanya dia sedang sakit, kemarin malem waktu ibu bbm-an, dia bilang sakit kepala terus ga bisa bawa mobil ujar ibu sambil memasang wajah dengan penuh harapan.

    Cerita Sex Hal Tergila (Tukar Ibu)
    Cerita Sex Hal Tergila (Tukar Ibu)

    Ngocoks Aku: ya udah ayo bu, aku ganti baju dulu padahal kemaren siang ibu masih main tuh sama robi, sampai sampai si robi engga berangkat kesekolah, eh ternyata malah bolos buat menyepuh anaknya dasar si mesum tuhhh ujar ku kesal kepada ibu sambil mematikan laptopku.

    Ibu: ya makannya ibu heran juga kenapa dia bisa sakit kaya gitu ayo cepet ganti baju dulu sayang.. keburu siang balas ibu sambil meninggalakanku.

    Perkenalkan namaku sony, aku masih berumur 17 tahun, dan aku memiliki seorang ibu yang sudah menjanda satu tahun lebih. Ibuku bernama Putri, ibuku kini baru menginjak umur 40 tahun, paras wajah nya yang sangat cantik membuat para lelaki tertarik kepada ibuku, begitu juga ayahku yang sudah meninggal dunia, ayah sangat mencintai ibu dan sangat menyayangi ibu, bahkan ayah merelakan apapun demi ibu.

    Sekarang aku sedang menikmati liburan akhir semesterku, aku baru saja naik ke kelas 12 di salah satu sekolah menengah atas di Bandung. Aku memiliki seorang sahabat dekat yang bernama robi, dia adalah sahabat dekatku dari kelas 2 SD dan kini satu SMA denganku.

    Ibu robi bernama Utari, umur ibu utari tidak terlalu jauh dengan ibuku, ibu Utari baru berumur 38 tahun. Aku akan menceritakan kejadian gila didalam hidupku, Kejadian ini memang diluar dugaanku, dan mungkin kejadian ini hanya terjadi didongeng atau didunia gila sepertiku.

    Aku dan robi telah memutuskan untuk tukar ibu, ini terjadi ketika aku dan robi masih duduk di kelas 11 SMA, awalnya hanya candaan saja, karena jujur saja aku sangat tertarik dengan ibu nya robi, begitupun robi yang sangat tertarik kepada ibuku.

    Saat itu aku dan robi berbincang tentang bokep yang sering kami tonton, bokep itu menceritakan pertukaran ibu dari dua orang sahabat, hingga kedua ibu mereka hamil oleh teman anaknya sendiri, kami sangat tertarik dengan film itu dan ingin sekali mencoba hal gila itu.

    Setelah aku dan robi berdebat untuk melalkukan hal paling gila di dalam hidup, kami merencanakan segala hal agar ibuku dan ibu Utari tertarik dengan keinginanku, dan rupanya aku mendapatkan giliran pertama yang harus mengajak ibu untuk menjalankan hal gila ini, aku sangat takut dengan rencana ini, namun aku juga ingin ini terjadi pada ibu Utari yang sudah aku impi impikan dijauh hari.

    Malam itu aku sedang menonton tv dan ngobrol bersama ibu di ruang tv, ibu yang sedang mengenakan daster pendek terlihat anggun dihadapanku, ibu sangat putih mulus dan wajahnya yang cantik membuatku ada perasaan cinta kepada ibuku.

    Aku: bu.. aku kan udah cukup umur nih untuk mengenal seks ujarku memberanikan diri untuk berbicara yang tidak tidak dihadapan ibu kandung ku sendiri.

    Ibu: heem terus kenapa sayang? Tanya ibu sambil menatap kedua bola mataku,

    Aku: gini bu.. jujur saja aku punya keinginan.. tapi mungkin ini tidak akan terjadi bu balasku sambil kembali menatap bola mata ibu yang indah itu.

    Ibu: memangnya kamu ingin apa sayang? kembali ibu bertanya dengan nada keheranan,

    Aku: gini bu aku tau kalau selama ini ibu suka membayangkan ayah kalau sedang mastubarsi ibu selalu memainkan terong di dalam memek ibu ujarku sambil menundukan kepala karena takut ibu marah kepadaku.

    Ibu: hemmm.. kamu suka ngintip ibu ya terus kalau ibu kaya gitu memang nya kenapa? nada suara ibutersengar sepertitidak marah dengan perkataanku.

    Aku: aku suka horny kalau liat ibu seperti itu.. dan aku suka onani kalau ibu selesai main sama terong ibu.. balasku mencoba menaikan kembali wajahku dan menatap wajah ibu, rupanya ibu tersenyum kepadaku.

    Ibu: idihhh kenapa kamu engga bilang kalau kamu suka horni kalau liat ibu kaya gitu balas ibu sambil tersenyum manis kepadaku.

    Aku tidak menyangka dengan jawaban ibu, rupanya ibuku ini sama nakal nya seperti aku,

    Aku: jadi ibu mau ngocokin sony kalau sony lagi horni? tanyaku sambil tersenyum nakal kepada ibu.

    Ibu: haha.. kamu ini ada ada aja nakalin ibu kamu sendiri kalau kamu mau ya ibu juga mau kok sayang ibu tertawa kegirangan saat mendengar ucapanku.

    Aku: gapapa dong bu.. dari pada harus main sama wanita yang engga bener.. nanti sony jadi penyakitan lho ihhh balasku tak mau kalah oleh ibu.

    Ibu: ya udah sini.. kamu mau ibu kocokin? tawar ibu dengan nada manja,

    Aku langsung mendekati tubuh ibu yang sedang menyender ke sofa, dan langsung saja aku peluk ibu.

    Aku: bu boleh sony cium bibir ibu sambil mainin susu ibu? tanyaku sambil memeluk ibu dari samping.

    Ibu: hihi.. boleh sayang.. ayo sini sayang.. cium bibir ibu lumat lidahibu semau mu balas ibu sambil membelai rambutku.

    Aku langsung melumat bibir ibu dengan halus, tangan kananku meremas susu ibu dengan halus, dan rupa nya kontol ku sudah mulai tegang saat meremas susu ibu dar balik dasternya itu.

    Ibu: nghhhhhemmmm.. ada yang bangun tuh sayangggg hihi ujar ibu disela sela ciuman kami,

    Aku: hihi mau masuk sarang nya kali buhihi balasku dengan seenakanya kepada ibu,

    Ibu: hihi ayo sayang masuk sarang nya aja ujar ibu sambil melepaskan lumatan kami,

    Aku: bu sebenarnya bukan ini yang sony mau sony akan tunjukan sesuatu sama ibu. Ujarku sambil melepas pelukan ibu dan memperlihatkan sebuah kaset bokepkepada ibu.

    Ibu: memangnya itu apaan sayang? tanya ibu heran melihat kaset yang ada digenggaman tanganku,

    Aku: udahhh ibu nonton aja yaaa sony puter nih filmnya

    Akupun langsung mendekati tv dan menyalakan dvd yang ada dibawah tv, langsung saja aku putar film yang membuatku menjadi gila ini

    Aku: buu coba liat dehhh ujarku saat film nya mulia dan ada dua pria yang sedang berciuman dengan dua wanita yang berbeda.

    Ibu: ihhh kenapa mereka main nya barengan gitu sayanggg? ujar ibu terheran heran saat melihat ada dua pria dan dua wanita sedang bertelanjang bulat dan berciuman mesra.

    Aku: sebenarnya mereka itu ibu dan anak bu ujarku sambil kembali duduk disamping ibu,

    Selama film itu berputar aku menjelaskan tujuanku memutar film ini, meskipun ibu tidak suka dengan rencanaku, aku terus membujuk agar ibu ingin melakukan hal yang ada didalam film itu. Akhirnya ibu pun mengikuti kemauan ku.

    Ibu: ya udah kalau itu mau kamu ibu coba dulu aja mungkin aja enak sayanghihihi ujar ibu setelah mendengar penjelasanku.

    Aku: huuuu awas kalau ibu ketagihan. Ejekku sambil memeluk ibu,

    Ibu: kamu juga awas kalau ketagihan sama tante utari sayanggg.. balas ibu tak mau kalah,

    Aku: hihi jadi kapan dong bum au kita mulai. Besok katanya robi mau kesini ujarku sambil mengelus susu ibu.

    Ibu: ya udah kalau gitu besok robi nya suruh kerumah aja ya sayang balas ibu dengan senyuman nakal nya

    Aku: hihih oke ibuku sayanggg. Bu kocokin donggg sony horni banget pintaku sambil menatap wajah ibu.

    Ibu: hihi.. ayo sini sayanggggg ibu langsung membukakan celana pendekku,

    Aku langsung membenarkan posisi yang enak dan melumat bibir ibu. Malam itu aku bersama ibu bermesraan, namun aku tidak sampai tidur bersama ibu.

    Pagi hari nya aku bangun dan melakukan olahraga rutin ku di halaman rumah, saat aku sedang asik melakukan full up, robi nge bbm.

    Robi: ehh bro gimana jadi? tulisnya

    Aku: jadi dong bro.. nanti siang lo kesini aja oke balasku

    Robi: oke siap bro

    Setelah robi nge bbm, ibupun menghamipriku dengan baju daster nya yang belum diganti, meskipun semalan air maniku tumpah kedaster ibu.

    Ibu: sayanggg sarapan dulu yu? ajak ibu sambil tersenyum manis kepadaku,

    Aku: iya bu balasku dengan singkat sambil mengikuti ibu kedalam rumah,

    Ibu: sayang sir obi kerumah jam berapa? tanya ibu saat berjalan menuju meja makan

    Aku: kata nya siang bu ibu udah ga sabar yaaa hayoooo ejekku sambil duduk di kursi meja makan.

    Ibu: ihhh kamu ada ada aja sayangggg. Ibu tersenyum malu kepadaku

    Kami langsung melahap makanan yang sudah ibu siapkan. Setelah sarapan selesai aku langsung pergi kekamar, ibu sendiri langsung membersihkan rumah. Tak terasa waktu cepat berputar, dari tadi aku bermain game PES di kamar, rupanya ada bbm dari robi.

    Robi; bro gua didepan rumah nihhh tulisnya,

    Aku langsung keluar dari dalam kamar, aku tidak melihat ibu saat aku berjalan menuju ruang tamu, setelah diruang tamu aku langsung membukakan pintu rumah.

    Robi: ehh brooo mana nyokap lo ga nahan nihh ujar robi saat didepan pintu rumah,

    Aku: ahhh dasar lo.. niat banget gimana nyokap lo.. mau engga? tanyaku sambil mengajak robi masuk kedalam rumah.

    Robi: kalau nyokap gua sihh terserah gua aja mungkin nyokap gua mau aja kali ujarnya saat duduk di kursi.

    Ibu: sayanggg siapa yang dating? teriak ibu dari raung tv

    Aku: ini bu robi jawabku sambil melirik robi,

    Robi: wahhh broo gua ga nahan nihh ujar nya sambil membuka sweaternya,

    Aku: ya udah ayo kita ke ruang tv aja ajakku sambil berdiri dan berjalan ke ruang tv,

    Ibu: ehhh robi kemana aja nih ga liburan? tanya ibuku saat aku dan robi ada di ruang tv

    Aku: hemmm aku mengeles saat ibu mulai modus

    Robi: engga nih tante robi liburannyakesini aja yaaa? ujar robi sambil tersenyum nakal kepada ibuku.

    Ibu: hihi ibu tersenyum nakal saat mendengar perkataan robi,

    Aku: halaahhhh to the pint aja lo mah bro ujarku sambil melirik ibu yang mulai nakal sama robi.

    Robi: haha gapapaa dong bro kan tujuan nya itu ujar robisambil tertawa lepas kepadaku,

    Ibu: hihihi.. udah udah jangan berantem ahh.. sini duduk, ajak ibu kepada kami yang masih berdiri di depan ibu

    Aku: tuhhh nyokap gua juga sama udah ga nahan kali ujarku sedikit membisik kepada robi,

    Setelah kami berdua duduk di samping ibu dan berbincang bincang tentang sekolahkami kemarin, rupanya robi dan ibu sudah mulai bermain mata.

    Ibu: robi mau minum apa? tanya ibuku saat menawarkan minuman,

    Robi: susu aja tante.. celetuknya sambil meilirk susu ibu,

    Aku: hadeuhhh ya udah ahh sony tinggal dulu yaaa bu aku kerumah sony dulu yaaaawas lo jangan keterlaluan sama nyokap gua ujarku pada ibu dan robi yang sudah mulai dilanda nafsu birahi.

    Ibu: hihiya udah hati hati sayang.. pake mobil aja takut hujan ntar pulang nya ujar ibu saat aku pergi meninggalkan mereka berdua.

    Aku: baik bu jawabku dengan nada rata,

    Aku masih tidak percaya bahwa ini benar benar terjadi, dan akupun masih terheran heran dengan sikap ibu yang langsung saja menerima robi gitu aja, hemm tapi ya udah lah gapapa.. aku sekarang langsung pergi ke rumah sony aja.

    Saat di perjalanan, aku dan ibu utari bbm-an, hingga akhirnya aku sampai dirumahnya, dan menunggu nya didepan pintu rumahnya.

    Ibu Utari: tunggu sebentar son.. ibu pakai jilbab dulu balas ibu utari,

    Aku: iya bu balasku di bbm,

    Setelah beberapa menit mununggu, akhirnya bu Utari menghampiriku,

    Ibu Utari: ayo masuk son..

    Aku: iya bu aku langsung masuk kedalam rumahnya,

    Ibu Utari: mau minum apa son? tanya bu Utari saat aku duduk di kursi,

    Aku: air putih aja buu ujarku sambil melirik susu nya,

    Ibu Utari: jangan panggil ibu dong son.. panggil aja mama yaa.. biar enak.. hihihi ujar bu Utari saat meninggalkan ku untuk mengambil minuman.

    Aku: iya deh.. mama ujarku sambil tersenyum nakal kepada bu Utari,

    Saat ibu utari mengambilkanaku minum, aku nge bbm sir obi sama ibu,

    Aku: ehh bro lagi ngapain sihhh? tulisku, cukup lama robi membalas bbm ku,

    Robi: haha.. lagi disepongin ibu lo.. enak banget.. lo belum apap apa bro? balasnya,

    Aku: belum nih bro.. ya udah selamat menikmati bro balasku,

    Saat aku membalas bbm robi yang terakhir, rupanya bu Utari sudah ada disampingku,

    Ibu Utari: kalian anak muda kok punyahal gila sihhh ujar bu Utari sambil menatapku,

    Aku: hihi.. gapapa dong mahh.. kan nyoba nyoba.. hihi ujarku sambil tertawa kecil kepada bu Utari.

    Ibu Utari: ya udah ayo.. kamu mau apa dari mama? ujar bu Utari saat aku menatapnya,

    Aku: ihh.. mama to the point aja.. sama kaya anak nya ledekku kepada bu Utari,

    Ibu Utari: hihihi emang nya kamu ga suka kalau mama langsung to the point kaya gitu? tanya bu Utari sambil menatap kedua bola mataku.

    Aku: heheee suka kok mama.. balasku sambil tersenyum,

    Bu utari langsung mendekapku, saat itu diluar rumah rupanya hujan deras, ini membuatku semakin bergairah untuk meniduri bu Utari.

    Ibu Utari: sonnn. Cium ibu hari ini ibu milik kamu sayanggg cumbu ibu rengek bu Utari saat aku memeluk tubuhnya.

    Aku: baikk mahhrupanya nafsu mama besar juga ujarku lalu melumat bibir nya yang sedikit tebal itu.

    Kami berciuman mesra di atas kursi, hujan deras membuat ruang tamu ini semakin penuh oleh birahi. setelah beberapa menit berciuman, bbm ku menyala, ketika aku melihat bbm, rupanya robi mengirimkan gambar, dan ternyata ibuku yang sudah telanjang bulat di potret oleh robi bukan hanya itu, saat ibuku mengulum kontol robi pun ia kirimkan, sialan, (cerita nya bang saman 6969) rupanya si robi niat banget buat bersetubuh sama ibu gua.

    Ibu Utari: apaan sih soncoba mama liat bu Utari langsung mengambil

    Aku: mahhh.. sony bukain ya baju nya sony pengen memek mama sama susu mama ujar ku lancing pada bu Utari.

    Ibu Utari: huhh.. rupanya kamu gam au kalas sama robi ya sayanggg ayo bukain baju mama nikmati memek mama sentuh mamadengan halus sayanggg ujar bu Utari saat melihatku yang sudah dilanda nafsu.

    Aku: baik mama sayanggg aku mencium bibirnya, setelah itu aku bangkit dan melepaskan pakaian bu Utari, tapi jilbab nya aku tak lepaskan.

    Ibu Utari: kenapa jilbab nya ga di lepasin aja son? tanya bu utari yang yang sudah telanjang bulat dihadapanku.

    Aku: hihihi mama terlihat lebih cantik kalau pakai jilbab.. sony mau negntotin mama kalau mama pakai jilbab ujarku sambil mencopot semua pakaianku.

    Setelah kami berdua bertelanjang bulat, rupa nya udara dingin terasa oleh tubuh kami berdua,

    Ibu Utari: sayanggg main dikamar aja yuk? ajak bu Utari saat aku akan kembali duduk di sampingnya.

    Aku: iya bu balasku dengan nada lurus,

    Aku dan bu Utari berjalan menuju kamarnya, saat berjalan, terlihat tubuh yang sangat menggoda, tubuhnya seperti AGB saja, mungkin karena bu Utari sering senam dan merawat tubuhnya, pantat nya yang menggoda membuatku semakin bernafsu. Akhirnya kami sampai di kamar Bu Utari

    Ibu Utari: sayanggg sini.. nikmati mama baru mu ini nikmati tubuh mama tuhhh kontol kamu udah ngaceng gitu.. sini biar mama sepongin dulu ujar bu Utari menggodaku saat duduk di ranjangnya.

    Aku: nghhh baik mama sayanggg jawabku yang tak mampu lagi menhan nafsu birahi,

    Aku menghamipiri bu Utari yang sedang duduk di tepi ranjangnya, kontolku yang sudah tegak membuat bu Utari semakin dibalut birahi.

    Ibu Utari: kontol kamu panjang sayangg lumayan gede juga kalau punya robi sihh pendek tapi gede.. ujar bu Utari saat menggenggam kontolku dengan kedua tangannya.

    Aku: hhhmmm mama sering main sama robi? tanyaku saat kontolku mulai dijilat olehnya,

    Ibu Utari: hemmm.. sering sayang tapi kalau main.. robi ga pernah keluar didalem memek mama.. soalnya mama ga pakai KB balas bu Utari sambil mencoba memasukan kepala kontolku kedalam mulutnya.

    Aku: huhhhhgeli mahhh aku melenguh saat kepala kontolku masuk kedalam mulutnya.

    Akhirnya semua kontolku masuk kedalam mulutnya, rasa geli luar biasa yang saat ini aku rasakan, aku melihat bu Utari sangat berrnafsu dengan kontolku.

    Ibu Utari: hemmm kontol sony bau ihhhtapi enakeuemmmm ujar bu Utari saat mengulum kontolku.

    Aku: ahhh teruss mahh.. enak aku mengerang ngerrang saat kontolku di kulum,

    Setelah beberapa menit kontolku dikulum, hp ku bergetar, ada bbm masuk kepadaku, aku langsung mengambil hpku di pinggir tubuh bu Utari, rupa nya robi, dia sedang mengentoti ibuku, da nada VN nya, ahhhrobiiahh kontol kamu masukenak sayangguhh tante suka kontolmuuhh itu lah VN dari robi, saat aku mendengarkan nya, rupa nya bu Utari pun mendengarnya.

    Ibu Utari: heemmm udahh ahh sayang gentian kamu yang jilatin memek mama masa robi udah ngentotin ibu kamu.. kamu nya di sepongin terus.. ujuar ibu Utari, perkataan itu membuatku semakin iri, dan langsung saja mendorong tubu bu Utari untuk berbaring, paha nya langsung mengangkang dengan lebar

    Aku: ihhh memek mama kok harum gini bagus mahh tembem banget memek mama.. ujarku, aku langsung melumat memek nya dan memainkan itil nya dengan lidahku.

    Setelah cukup lama aku memainkan memek nya dengan lidahku, akhirnya Bu Utari mencapai puncak kenikmatannya,

    Ibu Utari: uhh. Sonnn hisappp yang kuattt.. mama kelarrrrrruhh tubuh bu Utari mengejang ngejang dan paha nya merapat, kepalaku terjepeit oleh paha bu Utari.

    Aku membiarkan bu Utari menikmati puncaknya, dan kepalaku masih ada di memek bu Utari,

    Ibu Utari: ngghhhh sonn entotin mama sekarang cepetan keburu memek mama rapetnnghhh erang bu Utari menyuruhku agar segera memasukan kontolku kedalam memek nya

    Aku: baik mama sayang.

    Ibu Utari langsung mengangkang kan kedua paha nya, kepala akupun langsung menjauh dari memek nya, dan aku langsung memegang kontolku untuk diarahkan kedalam memek bu Utari. Dengan posisi aku dihadapan memek nya dan bu Utari masih di atas ranjang, membuat aku mudah untuk memasukan kontolku kedalam memeknya.

    Ibu Utari: ahhhh kamu nakal sayanggg jangan di gesek gesek aja masukin kontol kamu kedalam memek mama cepetttsonyy

    Aku: hihihi emang nya mama mau di apain sih? tanyaku sambil terus menggosok memek nya yang bash itu dengan kontolku,

    Ibu Utari: mama mau di entotmama mau kontol kamu kedalam memek mamauhhhh.. cepetan sayangggg

    Aku: hihihi.. iya iya nih terima kontol sony yaaa.. mama sayanggg ujarku sambil mencoba memasukan kepala kontolku kedalam memek bu Utari,

    Ibu Utari: cepettt. sonyymemek tante gatelll. nghhh erang bu Utari saat kepala kontolku masuk ke liang memek nya,

    Aku: hihih mama ga sabar bener mama pakai jilbab tapi mulut nya kotor banget… apalagi memek nya bawel banget.. godaku saat kontolku amblas kedalam memek bu Utari.

    Ibu Utari: ngggghhhh. Kontol kamu panjang sayanggg gapapa dong sayang kan mama ini ibu yang alim hihi ayo sayang terus benamin kontol kamu ke memek mama lenguh bu Utari saat kontolku masuk kedalam memek nya

    Aku: hihih.. dasar ibu alim yang doyan kontol ABG. Ledekku pada bu Utari sambil tersenyum nakal,

    Bersambung…

    1 2 3
  • Desainer Busana

    Desainer Busana

    Cerita Sex Desainer Busana Korban Pemerkosaan – Hari Minggu pagi jam 6:00 terdengar suara meraung-raung sirene sebuah kendaraan. Sebuah mobil ambulans keluar dari sebuah pertokoan di wilayah Ciledug yang sedang dalam tahap pembangunan. Sesaat kemudian mobil polisi mengikuti di belakangnya.

    Minggu pagi itu beberapa pekerja bangunan baru saja menemukan sesosok wanita muda yang tergolek pingsan di lantai empat pertokoan yang sedang dibangun itu.

    Tubuhnya ditemukan dalam keadaan telanjang dengan noda-noda darah setengah mengering di wilayah selangkangannya. Jelas dari kondisi seperti itu wanita tersebut pasti adalah korban pemerkosaan. Setengah jam kemudian ambulans telah tiba di rumah sakit.

    Nampak beberapa orang perawat UGD menyiapkan tempat tidur dorong untuk membawa si korban. Selanjutnya empat orang membopong sesosok tubuh wanita yang berselimut dari dalam mobil ambulans. Wanita muda itu tampak masih pingsan.

    Cerita Sex Desainer Busana Korban Pemerkosaan
    Cerita Sex Desainer Busana Korban Pemerkosaan

    Ngocoks Dari rona wajahnya wanita itu kira-kira berusia 24 tahunan dan tingginya semampai sekitar 150 cm. Warna kulitnya tangannya sawo matang khas orang Indonesia tetapi di bagian pundaknya dan sebagian dada atas yang tidak tertutup selimut warnanya cenderung lebih terang sebagaimana halnya wajahnya yang tetap tidak dapat menyembunyikan kemanisannya meski dia berada dalam keadaan pingsan.

    Besar kemungkinan warna kulit tangannya yang cenderung coklat itu akibat pemaparan terhadap sinar matahari. Mungkin wanita pingsan itu sehari-harinya suka mengenakan baju lengan pendek atau bahkan lengan buntung.

    Tidak lama kemudian wanita pingsan tersebut telah dibawa sampai di sebuah ruangan yang tidak ada seorang pasienpun. Mungkin itu adalah ruang VIP atau ruang periksa khusus. Tidak lama kemudian seorang dokter pria datang ke ruangan itu.

    “Bagaimana keadaannya…” dokter bertanya kepada suster yang menjaga wanita pingsan itu.

    “Masih pingsan dok….Dia mengalami pendarahan….” Suster menjawab.

    Dokter itu kemudian menyibak selimut yang menutupi wanita itu dan melihat kondisi tubuhnya yang telanjang bulat. Kemudian dokter tersebut memerintahkan dua orang suster untuk memasang kait penggantung kaki yang terdapat pada sisi kanan dan kiri tempat tidur.

    Kait yang terbuat dari bahan elastis itu dipasang pada pertemuan antara betis dengan paha. Dengan demikian pantat wanita pingsan itu menjadi sedikit terangkat dan kedua kakinya menjadi terbuka lebar sehingga terlihat jelas alat kelamin dan anusnya.

    Metoda itu adalah yang biasa dilakukan oleh para dokter untuk melakukan pemeriksaan kemaluan wanita. Dengan bantuan cahaya sinar halogen dokter mulai memeriksa seputar alat kelamin wanita itu. Ada sedikit darah yang masih mengalir dari liang kehormatannya.

    Tampak sekali memar di daerah labium mayora vaginanya sehingga terjadi pembengkakan di wilayah itu. Dari kondisi itu jelas bahwa pelaku pemerkosaan pasti lebih dari satu orang.

    Vagina yang membengkak itu memperlihatkan goresan-goresan yang menandakan bahwa telah terjadi luka-luka lecet pada alat kelamin wanita itu. Selanjutnya dokter memerintahkan salah seorang suster untuk mengambil alat pemeriksa vagina.

    Alat berbentuk seperti moncong bebek yang terbuat dari logam itu dimasukkan secara perlahan ke dalam vagina wanita itu. Tidak dalam mungkin hanya sekitar 1 sampai 1,5 cm. Setelah itu terdengar bunyi klik dan moncong bebek itu bergerak membuka vagina wanita pingsan tersebut.

    Bagian dalam vaginanya segera dengan mudah terlihat. Ngocoks.com Nampak sekali selaput tipis didalamnya yang bentuknya sudah tidak beraturan. Terdapat sobekan ke segala arah yang menandakan bahwa selaput dara wanita itu telah koyak.

    Adanya sedikit darah yang mengalir dari sela-sela selaput yang terkoyak itu menunjukkan bahwa peristiwa robeknya selaput dara masih belum lama terjadi. Dipastikan bahwa peristiwa perkosaan itulah yang telah merenggut keperawanannya.

    Setelah mengamati dengan seksama alat kelamin wanita itu kini dokter beralih ke anus wanita pingsan tersebut yang juga nampak memar. Terdapat benjolan di sekitar anus yang cukup besar sehingga hampir bersinggungan dengan wilayah vaginanya.

    Terlihat noda darah yang mengering di mulut anus wanita itu. Berarti pelaku perkosaan tidak hanya melakukan perudungan seks vaginal tetapi juga anal. Setelah membuat catatan-catatan untuk kepentingan pembuatan visum dokter segera memerintahkan suster untuk melepas kait penahan kaki.

    Kemudian dokter mengambil sebuah suntikan serta sebotol kecil cairan warna oranye dari dalam saku baju putihnya. Dokter membuka penutup jarum suntik dan memasukkannya ke dalam botol kecil berisi cairan oranye tersebut melalui tutupnya yang terbuat dari karet.

    Sekitar 5 mL cairan disedot oleh alat suntik itu. Selanjut dokter meminta suster untuk memiringkan tubuh wanita pingsan tersebut. Dokter akan menyuntikkan obat pencegah kehamilan melalui bokong wanita pingsan itu.

    Setelah menggosok wilayah bokong wanita itu yang akan disuntik dengan kapas beralkohol, jarum segera ditancapkan setengahnya ke bokong wanita tersebut. Tidak ada respon yang terlihat.

    Cairan oranye itu dengan lancar bergerak masuk ke tubuh wanita pingsan itu melalui bokongnya. Tidak lama kemudian seluruh cairan telah disuntikkan ke tubuh wanita itu dan dokter segera pergi meninggalkan ruangan. Pukul delapan pagi menunjukkan tanda-tanda bahwa wanita pingsan itu mulai siuman.

    “Aakkkhhhh…….aaddddduhhhhh………….aadduuhhhhhhhh hhhh”

    Wanita itu rupanya mulai merasakan nyeri di vagina dan anusnya akibat perbuatan biadab orang-orang terhadap tubuhnya. Suster yang menjaga di ruangan itu segera mendekati wanita yang mulai siuman tersebut.

    “ddiiiii…..ddiimanna…..aakuu…….” Suara wanita itu masih bergetar.

    “Tenang..mbak aman di sini…..Ini adalah rumah sakit…..” Suster menjawab.

    Wanita yang siuman itu kini menyadari tubuhnya yang telanjang di bawah selimut. Seketika ia teringat kejadian semalam yang menyebabkan kehormatannya terenggut paksa. Seketika itu pula jerit histerisnya mulai keluar

    “Aaaaaa………..ttiiiiiddaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk……………… ………….”

    Wanita itu mulai menangis meraung. Suster berusaha untuk menenangkan wanita muda itu. Tetapi gerakan wanita yang mulai liar itu membuatnya kewalahan. Rupanya perasaan shock yang mendera wanita muda itu menyebabkan ia berperilaku liar seperti itu.

    Jerit tangisnya melengking tinggi memenuhi ruangan berukuran 6m x 6m itu. Akhirnya suster menekan bel untuk meminta pertolongan perawat lain. Tidak lama kemudian beberapa orang suster datang ke tempat.

    Tidak ada cara lain kecuali memberikan obat penenang agar wanita itu tidak berlaku semakin liar. Dua orang suster memegang tangan wanita itu dan tubuhnya dibuat tengkurap.

    “Ttttiidaaakkkkk…..llleeepassssssssssskaannnn…………… .” wanita itu terus menjerit.

    Dengan cepat suster menyuntikkan obat penenang melalui bokong wanita itu dan lambat laun suara teriakan wanita itu mulai melemah. Suster melepas pegangan tangannya dan mengembalikan wanita itu ke posisi berbaring. Terlihat mata wanita itu yang sayu serta air mata yang telah meleleh keluar.

    Suster di ruangan itu tidak tega melihat kondisi wanita itu. Sebagai sesama perempuan mereka dapat merasakan betapa sakitnya kehilangan harga diri akibat diperkosa. Obat penenang itu akan bekerja selama 3 jam.

    Pukul 12 siang tiga orang polwan masuk ke ruangan dimana wanita itu dirawat. Wanita korban pemerkosaan itu sudah mulai sadar dan mulai sanggup menguasai keadaannya.

    “Nama anda adalah Afni ?……” Seorang polwan membuka pembicaraan.

    Wanita itu mengangguk lemah.

    “Anda berprofesi sebagai desainer busana…..? ” Polwan itu melanjutkan pertanyaan.

    Kembali wanita itu mengangguk lemah.

    “Kami memperoleh kartu identitas saudari dari mobil xenia yang anda kendarai. Anda tinggal di wilayah Jakarta Timur. Apakah anda tinggal bersama keluarga…?”

    Wanita itu kini menggeleng.

    “Anda tinggal di kontrakan…..”

    Kini wanita itu mengangguk lagi.

    “Apakah anda bisa menceritakan kronologis kejadian yang menimpa diri anda?”

    Kali ini wanita bernama Afni itu hanya terdiam. Bibirnya nampak bergetar. Matanya mulai berkaca-kaca menandakan ada kepedihan yang mendalam dalam lubuk hatinya. Keadaan menjadi hening selama beberapa saat.

    Sekitar 3 menit kemudian perkataan mulai keluar dari mulut Afni. Meski menyakitkan dia mulai memutar kembali memori yang mengisahkan rusaknya masa depannya sebagai seorang wanita.

    FLASHBACK

    Sabtu pukul 3 sore itu Afni berada di Pasar Senin. Hari itu dia bermaksud membatalkan pesanan sejumlah kaos yang akan dia desain atas pesanan salah satu instansi pemerintah di Jawa Barat. Kualitas kaos yang tidak sesuai dengan kesepakatan menyebabkan Afni memutuskan untuk mencari supplier lain yang lebih dapat dipercaya dan bertanggung jawab.

    “Pokoknya pak saya tidak jadi ambil kaos seperti ini…………….” Afni berucap dengan nada seperti orang berdebat

    “Tetapi kaos itu kan sesuai dengan pesanan…..”

    “Warnanya sesuai…..ukurannya juga sesuai…Apalagi……”

    Terdengar suara berat laki-laki memprotes ucapan Afni.

    “Bahan kain ini tidak sesuai dengan yang sudah kita sepakati…” Afni menyanggah pernyataan laki-laki itu.

    “Bahan seperti ini tidak mungkin bisa untuk didesain seperti yang customer saya menghendaki..?” Afni melanjutkan perkataan.

    “Barang yang neng mau itu harganya sudah naik…jadi tidak bisa dengan harga yang neng tawarkan kemarin…kecuali kalau jumlah kaosnya dikurangi…” Laki-laki itu begitu saja menjawab kekesalan Afni.

    “Lantas kenapa kemarin tawaran saya bapak terima…” Afni kini menjawab dengan kesal.

    “Lantas neng maunya apa……” Laki-laki itu mulai sewot juga.

    “Saya mau uang saya kembali seluruhnya….pesanan dibatalkan…” Afni menjawab dengan nada yang tidak kalah sewotnya.

    “Tidak bisa kami sudah menyerahkan uang pesanan ke supplier kaos itu” kembali laki-laki itu menjawab.

    “Saya enggak mau tahu pak. Pokoknya pesanan batal dan uang saya kembali…” Afni tetap bersikukuh.

    “Kalo begitu silakan aja neng datang ke tempat supplier kaos itu” Kini dengan enteng laki-laki itu menjawab.

    “Itu bukan urusan saya. Silakan bapak berurusan dengan supplier itu dan sekarang juga bapak serahkan uang yang saya berikan minggu lalu” Afni terus ngotot.

    “Ok. Saya tidak ada uang sekarang. Bila neng mau uang itu kembali hari ini saya antar neng ke tempat supplier itu di Ciledug” Laki-laki itu kini tidak dapat lagi menahan kekesalannya.

    “Ciledug….? Saya tidak ada waktu sekarang” Afni berucap.

    “Tidak ada waktu sekarang tidak ada juga uang sekarang” laki-laki itu kini berkata dengan nada melunak.

    Afni berpikir cepat. Hari ini masih pukul setengah empat sore. Perlu waktu satu jam setengah untuk dapat mencapai Ciledug bila dia dapat menghindar dari kemacetan. Tapi hari ini dia butuh uang itu untuk memesan kaos di tempat lain yang lebih dapat dipercaya. Akhirnya dia mengambil keputusan menyetujui untuk pergi ke Ciledug.

    “Baiklah kalau begitu. Antarkan saya ke tempat supplier kaos itu” Afni memberikan keputusannya.

    “Hei Tigor bilang pada yang laen saya akan ke Ciledug” Laki-laki itu berkata kepada anak buahnya.

    “Beres bang Bingsar”

    Segera laki-laki bernama Tigor itu pergi meninggalkan Afni dan laki-laki yang ternyata bernama Bingsar.

    “Ayo kita berangkat” Bingsar berkata

    “Ayo” Dengan segera Afni menimpali.

    Keduanya segera menuju kendaraan masing-masing.

    “Tunggu saya di depan pintu keluar parkiran, saya pakai colt diesel” Bingsar berkata lagi.

    “Baik, saya pakai mobil xenia warna kuning” Afni menjawab.

    Sepuluh menit kemudian Afni sudah berada di depan pintu keluar area parkir Pasar Senin. Masih belum nampak tanda-tanda mobil Bingsar keluar. Sekitar 5 menit kemudian keluar mobil colt diesel warna biru muda.

    Nampak Bingsar mengeluarkan tangannya memberikan kode kepada Afni untuk mengikutinya. Afni sempat melihat Bingsar tidak sendirian dalam mobil itu. Setidaknya ada 4 orang dalam mobil colt diesel itu yang sempat dilihat oleh Afni.

    Tapi Afni tidak ingin memusingkan hal itu. Tujuannya hanya satu cepat sampai di Ciledug dan mengambil kembali uang yang telah ia berikan kepada Bingsar. Pukul 5:30 sore kedua mobil itu tiba ditempat yang dituju.

    Berarti perjalanan ke Ciledung telah mereka tempuh selama dua jam. Afni sedikit merasa aneh karena tempat yang mereka tuju adalah pertokoan yang sedang dibangun dan tidak ada tanda-tanda bahwa toko itu sudah dioperasikan. Rupanya Bingsar melihat gelagat itu.

    “Supplier ku itu namanya Daeng. Dia telah booking salah satu ruko yang sudah jadi. Ada di sebelah sana” Bingsar menunjuk ke arah bangunan lantai empat yang nampak lebih rapi dari lainnya. Lokasinya lebih menjorok ke dalam.

    Ada sedikit rasa was-was dalam hati Afni. Tetapi melihat masih ada sinar matahari pada hari itu dia merasa sedikit nyaman. Bingsar mengajak Afni ke sana . Mereka berjalan melewati pelataran parkir yang belum diaspal. Ada sebuah mobil jeep land rover terpakir disana.

    Afni menjadi bertambah lega karena berarti memang ada orang lain di wilayah bangunan tersebut. Di belakang ada 3 orang mengikuti mereka. Mereka adalah orang-orang yang tadi berada satu mobil dengan Bingsar. Afni berfikir pastilah mereka hanya pembantu-pembantu Bingsar.

    Melihat bentuk badannya mereka lebih layak disebut sebagai preman. Dua orang yang mengenakan oblong tanpa lengan terdapat tato di lengannya. Masing-masing berbentuk seekor ular dan bunga mawar.

    Satu orang lainnya adalah Tigor juga punya tampang preman meski tidak ada tanda-tanda tato di lengannya. Afni sedikit merasa takut dengan keadaan itu tetapi keinginan untuk segera mendapatkan uangnya kembali mengalahkan segalanya.

    “Ayo kita naik ke atas” Bingsar membuyarkan lamunan Afni.

    Afni sedikit ragu melihat jalan yang dimaksud Bingsar harus melewati sebuah lorong yang terlihat agak gelap.

    “Ayo cepat kita ke lantai empat sebelum hari gelap”

    Bingsar berkata sambil berjalan mendahului. Afni segera mengikuti arah Bingsar di belakangnya. Afni melihat bangunan-bangunan yang masih belum selesai dan banyak potongan-potongan kayu berserakan. Hanya butuh sekitar 8 menit mereka sudah tiba di lantai empat.

    Bangunan dilantai itu terlihat lebih rapi daripada yang sebelumnya mereka lewati. Bingsar segera menuju ke arah rolling door yang terbuka. Ruangan didalamnya diterangi oleh lampu yang tenaganya diperoleh dari mesin generator listrik berukuran kecil.

    “Halo kawan kita sudah datang” Bingsar berucap sambil berjalan masuk melewati pintu itu.

    “Ayo neng ikut masuk” Bingsar memanggil Afni yang berjalan di belakangnya.

    Tidak lama muncullah Afni di depan pintu terbuka ruangan itu.

    “Silakan masuk” orang yang ada dalam ruangan itu menyilakan Afni untuk masuk. Ukurannya cukup luas sekitar 12 m x 8 m. Rupanya ruangan itu belum dipasang sekat sehingga terlihat sangat luas.

    “Saya Daeng” orang itu memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan.

    “Afni” jawab gadis itu dan tangannyapun terulur menerima jabat tangan Daeng.

    “Itu di sana kawan saya yang pakai kaos loreng merah namanya Cokro sedangkan satunya lagi Darto”. Kedua nama yang disebut Daeng tadi mengangkat tangannya tanda perkenalan.

    “Ok. Bingsar apa yang bisa saya lakukan” Daeng mulai bicara pada pokok persoalan. Bingsar bercerita seluruhnya yang dibenarkan oleh Afni.

    “Tetapi mbak Afni pesanan tidak boleh dibatalkan. Kaos sudah terlanjur dibuat. Kami akan rugi dengan pembatalan itu” Daeng berkata.

    Tetapi Afni tetap tidak mau menerima kualitas bahan itu hingga Daeng mulai terlihat kesal.

    “Ok kalo begitu tunggu di sini akan saya kembalikan uang anda” Daeng berkata.

    Setelah itu dia pergi menuju rolling door yang terbuka dan menghilang dalam lorong. Tidak sampai satu menit Daeng telah masuk kembali kali ini bersama Tigor dan dua rekannya. Daeng segera menutup rolling door. Afni sangat terkejut dengan tindakan Daeng itu.

    “Mmmee mmmeengapa pintunya ditutup pak…..” Suara Afni seperti tersumbat dalam kerongkongan.

    “Tidak apa-apa karena saya akan mengembalikan uangmu tanpa ada orang lain yang melihat…..” Daeng menjawab.

    Afni sedikit lega mendengarnnya.

    “Tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi….” Daeng kembali berkata

    “Apa itu…” Afni bertanya kepadanya.

    Daeng hanya tersenyum dan tidak menjawab. Matanya terus memperhatikan Afni terutama lekuk tubuhnya yang ramping itu tampak menarik baginya. Dengan menggunakan celana ukuran 3/4 itu semakin menunjukkan kemolekan tubuh Afni terutama sekali bagian bokongnya.

    Dadanya memang tidak terlalu besar. Mungkin hanya 34A atau B saja. Tetapi yang pasti postur tubuhnya memang menunjukkan kesintalannya yang tidak dapat dipungkiri dari bentuk lengannya yang saat itu menggunakan baju tanpa lengan.

    Afni yang diperhatikan begitu rupa merasa risih dengan tatapan itu.

    “Apa syaratnya pak….” Kembali Afni berkata.

    Daeng seketika buyar lamunan joroknya dan sedikit tergagap dia menjawab

    “ehh anu…..eh…..itu….” Daeng menjawab begitu rupa sehingga nampak bahwa saat itu dia telah dirasuki unsur birahi.

    “Aku ingin kau melayaniku………” Daeng berkata sedikit lebih tegas setelah berhasil menguasai dirinya kembali.

    “Apa…..bapak jangan kurang ajar ya…” Afni nampak tersinggung dengan perkataan Daeng.

    “Cepat berikan uang itu kepada saya…” Afni berkata dengan ketus berusaha menegarkan diri meskipun kini detak jantungnya mulai cepat.

    “Baiklah…Darto Cokro kalian tahu apa yang harus dilakukan” Daeng berujar

    “Beres boss” serentak Cokro dan Darto bergerak mendekati Afni dari belakang. Demikian juga lima orang pria lainnya mendekati Afni. Afni mulai kelihatan panik.

    “Aaapppaaa…aaapaaaa… mmaauuu kkkalaliiiiaannnn ssseeebeennnaarrrrnyaaa??” Suara Afni bergetar.

    “He he he…..kami hanya pengen merasakan itu….yang ada di balik celanamu….” Tiba-tiba Bingsar berkata seperti itu yang disambut dengan tertawa oleh yang lainnya. Kini rasa panik benar-benar melanda Afni

    “Tttttiiddaaakkkkkkk…….aaaakuuuuuuu…tttiiidaaakkk. .mmmaauuu” Suara Afni semakin serak pertanda dia mulai ketakutan.

    Dari arah belakang Darto tiba-tiba memeluk Afni. Secara refleks Afni meronta melepaskan diri

    “Bbbaaaaajjiiangaaannnn…llllepassssakaaann!!! !!!!”

    Ketika berhasil melepaskan diri dari dekapan Darto segera Afni membalikkan tubuhnya dan “Plakkkk!!!!!”. Afni mendaratkan tamparan ke pipi Darto. Darto sama sekali tidak menyangka akan mendapat tamparan itu yang membuatnya sedikit tertegun selama beberapa detik. Kemudian tangan kirinya mengelus pipinya yang mendapat tamparan dari Afni.

    “Binal juga cewek ini…..” Darto berkata.

    “Kalo binal pasti enak goyangannya…….” Tigor menimpali ucapan Darto.

    Bersambung…

    1 2 3
  • Keluarga Besar

    Keluarga Besar

    Cerita Sex Keluarga BesarCerita ini hanya fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahakan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.

    Cerita Sex Keluarga Besar
    Cerita Sex Keluarga Besar

    Ngocoks Kedatangan Mama mengejutkanku. Karena tidak ada kabar sebelumnya. Setelah mencium tangan dan cipika cipiki, aku langsung bertanya, “Kenapa gak nelepon dulu kalau Mama mau datang?”

    “Memangnya gak seneng ya kalau sekali – sekali mama bikin kejutan sama anak mama?”
    “Bukan begitu. Aku kaget aja tau – tau Mama muncul. Naik apa tadi ke sini Mam?”
    “Pake kereta api. Dari stasiun ke sini pake taksi.”

    “Tapi Mama sehat – sehat aja kan?”
    “Sehat. Itu mama bawain balado teri medan dan sambel goreng kentang udang kesukaanmu.”
    “Hehehee… iya… terima kasih Mam. Tapi sebentar… Mama ke sini sama siapa?”

    “Sendirian aja.”
    “Kok gak sama Papa?”

    “Ah… papamu lagi main gila sama janda muda. Mana mau dia diajak ke sini. “Ohya, mama pengen nginap di kota ini, biar sekalian bisa jalan – jalan. Tapi mama gak mungkin bisa tidur di sini kan?”

    “Iya Mam. Peraturan ibu kos ketat sekali. Gak boleh ada orang luar ikut nginep di sini, meski orang tua sekali pun tidak boleh.”

    “Ya udah. Cariin hotel aja yang tidak jauh dari rumah kos ini.”
    “Memangnya Mama berani tidur sendirian di hotel?”
    “Takutlah. Kan ada kamu yang bisa nemenin mama selama mama di kota ini.”

    “Iya deh. Nanti aku temani. Tapi oleh – olehnya bawa ke hotel aja ya. Biar makan di sana aja.”
    “Boleh. Mmm… tiap kamar di rumah kos ini dihuni sama dua orang ya?”
    “Iya Mam. Teman sekamarku baru berangkat kuliah. Dia dapet kuliah sore sampai malam. Aku sih kuliah pagi tadi.”

    “Di rumah kos ini ada ceweknya juga?”

    “Gak ada Mam. Semuanya cowok. Ibu kos gak mau terima cewek, takut ada yang hamil gak jelas, katanya.”

    “Hihihiii… gitu ya. Ayolah sekarang kita cari hotel dulu.”

    “Iya, “aku mengangguk sambil mengganti pakaian di depan Mama. “Rencananya mau berapa hari di Jogja Mam?”

    “Maunya sih semingguan. Ingin jalan – jalan ke candi Prambanan dan Borobudur, ingin ke keraton. ke pantai Parangtritis dan sebagainya. Makanya cari hotel yang murah aja, biar bisa jalan – jalan sama kamu. Ohya… hari Senin kan tanggal merah. Kamu libur kan?”

    “Iya Mam. Jadi sekarang ini long weekend. Sabtu, Minggu dan Senin libur.”
    “Syukurlah. Mama ingin diantar jalan – jalan, mumpung lagi di Jogja.”

    “Iya Mam. Dari Selasa sampai Jumat, kuliahku pagi terus. Jadi Mama bisa istirahat dulu, siangnya aku pulang kuliah langsung ke hotel.”

    Beberapa saat kemudian, sebuah taksi membawa kami ke sebuah hotel yang sudah kusebutkan kepada sopir taksi. Hotel melati tiga, tapi fasilitasnya bagus. Ada AC dan air panasnya, karena Mama terbiasa mandi pakai air panas. Kamarnya juga bersih dan serba baru, karena hotelnya juga baru dibuka beberapa bulan yang lalu.

    Dan yang lebih penting lagi, hotel ini tidak terlalu jauh dari Malioboro. Jadi kalau Mama mau belanja ke Malioboro, bisa jalan kaki dari hotel juga.

    Setelah berada di dalam kamar hotel, aku langsung membuka oleh – oleh dari Mama. Ternyata ada nasi timbelnya juga (nasi yang digulung dengan daun pisang).

    “Ayo makan dulu Mam,” ajakku.

    “Makanlah. Mama masih kenyang, tadi makan nasi goreng di dalam kereta api,” sahut Mama, “Nanti kita jalan – jalan ke Malioboro ya.”

    “Iya Mam,” ucapku yang sudah mulai makan oleh – oleh Mama.

    Mama mengeluarkan handuk, sabun, shampoo, odol dan sikat gigi dari dalam tas pakaiannya. “Mama mau mandi dulu ah, “katanya.

    “Kalau sudah ada rencana mau tidur di hotel, ngapain bawa handuk dan sabun segala? Kan hotel – hotel selalu menyediakan peralatan mandi Mam,” kataku.

    “Ah, mama mah suka risih pakai handuk hotel. Takut pernah dipakai oleh orang yang punya penyakit menular.”

    “Kan selalu dicuci bersih sebelum diberikan pada tamu yang baru cek in seperti kita ini Mam.”

    “Tetep aja risih. Siapa tau ada bakteri atau virus yang tidak mati di mesin cuci,” sahut Mama yang lalu masuk ke dalam kamar mandi.

    Aku pun melanjutkan makan sampai kenyang. Kemudian cuci tangan di washtafel.

    “Booon… !” terdengar suara Mama memanggilku dari kamar mandi.
    “Ya Mam?” aku menghampiri pintu kamar mandi.

    “Tolong ambilin celana corduroy biru tua, baju kaus hitam dan celana dalam dari tas pakaian mama Bon… !”

    “Iya Mam,” sahutku sambil bergegas membuka tas pakaian Mama. Untuk mengeluarkan celana corduroy berwarna biru tua, baju kaus berwarna hitam dan celana dalam putih. Kemudian aku melangkah ke pintu kamar mandi sambil menjinjing pakaian Mama itu.

    “Ini Mam !” seruku di depan pintu kamar mandi.
    “Buka aja pintunya, gak dikunci kok,” sahut Mama.

    Kubuka pintu kamar mandi lalu masuk ke dalamnya.

    Dan… aaah… Mama sedang telanjang bulat dengan badan masih berbusa sabun…!

    Biasanya kalau melihat Mama telanjang, aku suka memalingkan muka, karena jengah. Tapi kali ini aku malah terpaku sambil mengamati keindahan tubuh Mama itu. Tubuh yang tinggi langsing, namun dengan toket dan bokong yang besar.

    Kemudian Mama membilas busa sabun di tubuhnya dengan pancaran air shower yang mengepulkan uap, karena airnya panas. Sementara aku malah berdiri terus sambil memperhatikan keindahan tubuh Mama yang… gila… kenapa batinku jadi berdesir – desir aneh begini?

    Setelah tubuh Mama bersih dari busa sabun, tampak jelas… kemaluan Mama yang berjembut tipis itu… sehingga bentuknya tetap jelas kelihatan.

    Lalu… kenapa pula kontolku mendadak ngaceng begini? Apakah aku mendadak jadi anak yang bejat, yang membayangkan “sesuatu” terhadap ibu kandungku sendiri?

    Tapi ketika Mama tampak menyadari kehadiranku yang masih memegang pakaian bersihnya ini, aku pun memalingkan muka sambil mengangsurkan pakaian Mama. Tapi Mama malah menghanduki badannya, sementara tanganku masih menggenggam pakaiannya.

    Kemudian Mama mengambil pakaiannya dari tanganku.

    Aku pun keluar dari kamar mandi. Tanpa kata – kata lagi.

    Tapi batinku berkecamuk. Berkemelut yang sulit meredakannya.

    Aku berusaha menenangkan diri dengan keluar dari kamar. Dan duduk di kursi depan kamar, sambil memandang pohon sawo yang tampak sudah berbuah tapi masih kecil – kecil itu. Namun batinku tetap dikuasai oleh sesuatu yang sangat merangsang di kamar mandi tadi.

    Yang membuatku jadi resah. Berdiri lagi. Jalan – jalan ke depan hotel, balik lagi ke kamar dan merebahkan diri di atas satu – satunya ranjang dalam kamar ini. Sementara Mama sedang menyisir di depan cermin meja rias.

    “Kamu ngantuk Bon?” tanya Mama tanpa beranjak dari depan meja rias sederhana itu.

    “Iya Mam. Dibius sama nasi tadi.”

    “Makanya kalau makan jangan sampai terlalu kenyang. Ya udah… ke Malioboronya nanti malam aja ya.”

    “Iya Mam,” sahutku sambil pura – pura terpejam. Padahal aku sedang memperhatikan Mama secara diam – diam. Bahwa Mama melepaskan kembali celana corduroy biru tua dan baju kaus hitamnya. Bahkan behanya pun dilepaskan. Kemudian Mama mengeluarkan kimono berwarna orange dari dalam tas pakaiannya.

    Dikenakannya kimono orange itu. Kemudian Mama naik ke atas bed, sambil memeluk bantal guling, membelakangiku.

    “Peluk mama Bon. Dulu waktu masih kecil kamu kan seneng banget melukin mama,” kata Mama.

    Memang benar kata Mama. Waktu masih kecil, aku senang sekali memeluk Mama sambil memainkan payudaranya yang montok itu. Tapi sejak lulus SMP, aku tak pernah diajak tidur bareng Mama lagi.

    Dan kini aku sudah dewasa. Sudah menyelesaikan kuliah, bahkan sedang menyiapkan skripsi.
    Maka jelaslah aku merasa jengah kalau harus memainkan payudara Mama lagi. Tapi aku tetap memeluk mama dari belakang, seperti yang Mama inginkan.

    “Mam… Papa itu main perempuan mana lagi?” tanyaku sambil mendekap pinggang Mama.
    “Sama janda muda yang sekantor dengannya.”
    “Papa gak ada bosannya ya nyakitin Mama.”

    “Biarin aja Bon,” sahut Mama sambil menggulingkan badannya jadi berhadapan denganku, “Mama malah akan membalas dendam sama Papa dengan cara mama sendiri.”

    “Asal jangan pakai kekerasan aja Mam.”
    “Nggak. Mama mau selingkuh aja. Tapi gak mau selingkuh sama orang luar.”
    “Lalu mau selingkuh sama siapa Mam?”
    “Sama kamu. Mau nggak kita kompak untuk membalas perbuatan Papa?”
    “Maksudnya dengan cara gimana?”

    Tiba – tiba Mama membisiki telingaku, “Masa sudah hampir sarjana gak ngerti maksud mama?”

    “Hmm… samar – samar Mam. Mau selingkuh denganku maksudnya… mau begituan sama aku gitu?”

    “Iya. Mama pengen dientot sama kamu.”

    Laksana mendengar ledakan petir di siang bolong, aku ternganga sambil memperhatikan senyum dan tatapan mata Mama yang lain dari biasanya.

    “Ayo jangan munafik kamu. Mau nggak berselingkuh sama mama?” tanya Mama sambil menarik ritsleting celana jeansku, lalu menyelinapkan tangannya ke balik celana dalamku. Dan menggenggam kontolku yang memang sudah ngaceng sejak disuruh memeluk Mama tadi.

    “Bona…! Sejak kapan kontolmu jadi gede dan panjang begini Bon?” seru Mama seperti kaget.

    “Sejak aku dewasa aja Mam. Mama kan suka mandiin aku waktu masih kecil. Setelah aku di SMP, Mama gak pernah mandiin aku lagi.”

    “Mmm… kontolmu mantap Bon…!” ucap Mama setengah berbisik, sambil meremas kontolku dengan lembut.

    “Hehehee… Mama serius mau dientot sama aku?” tanyaku sambil menurunkan celana jeans sekaligus celana dalamku, sampai terlepas dari sepasasng kakiku.

    “Iya. Mama ingin mengobati sakit hati dengan cara mama sendiri. Kamu mau kan?”

    “Mau… tapi kalau Mama hamil nanti gimana?”

    “Aaaah… itu sih pikirin nanti aja. Jangan dipikirin sekarang,” ucap Mama sambil menanggalkan kimononya, sehingga tinggal celana dalam saja yang masih melekat di badannya. Karena tadi, sebelum mengenakan kimono orange itu Mama sudah menanggalkan behanya.

    “Ini beneran Mam?”

    “Iyalah. Sejak berangkat dari rumah tadi, mama sudah merencanaklan ini semua. Lagian kontolmu juga udah ngaceng begitu, berarti kamu juga nafsu melihat mama telanjang di kamar mandi tadi kan?”

    “Iya mam. Jujur aja, tadi waktu melihat Mama telanjang di kamar mandi, gak sari – sarinya kontolku jadi ngaceng.”

    “Berarti kita sama – sama kepengen kan?” cetus Mama sambil mendekatkan wajahnya ke kontolku. Lalu menciumi moncongnya.

    Aku bukan lagi lelaki yang masih ingusan dalam soal sex. Masa laluku yang sangat dirahasiakan itu, telah membuatku trampil dalam hal memuasi perempuan. Namun aku masih bersikap pasif dahulu, karena semuanya ini masih membuatku shock. Betapa tidak shock.

    Mama adalah ibuku. Nyaris tak dapat dipercaya bahwa Mama ingin dientot olehku, sebagai wujud dari pembalasan terhadap perselingkuhan Papa.

    Tapi seperti kata Mama barusan, aku tak boleh munafik. Bukankah aku sangat terangsang waktu melihat Mama telanjang bulat di kamar mandi tadi, sehingga kontolku jadi ngaceng?

    Dan kini, Mama bukan cuma menciumi moncong kontolku. Mama juga menjilatinya, bahkan lalu mengulum kontolku dengan binalnya. Maka tanpa keraguan lagi kubalas peruatan Mama itu dengan mempermainkan pentil toketnya.

    Tapi semuanya itu kulakukan sambil memejamkan mataku. Karena kalau bertemu pandang dengan Mama, ada perasaan bersalah di dalam hatiku. Itulah sebabnya aku memejamkan mataku sambil meremas toket Mama dan mengemut pentilnya sambil memejamkan mataku. Sambil membayangkan sedang meremas dan mengemut toket dosenku yang seksi itu.

    Namun ketika aku masih memejamkan mata, tangan kananku ditarik oleh Mama, lalu diletakkan di permukaan sesuatu yang berambut tipis dan ada celahnya… yang aku yakin bahwa yang kusentuh ini adalah memek Mama…!

    Setelah menyentuh sesuatu yang membangkitkan tanda tanya dan nafsu ini, kubuka mataku. Ternyata Mama sudah menanggalkan celana dalamnya. Dan yang sedang kujamah ini adalah memeknya…!

    Sementara Mama pun sudah menelentang sambil tersenyum manis padaku.

    “Ayo mau diapain memek mama ini Sayang?” tanyanya sambil mengelus – elus rambutku.

    “Ma… mau dijilatin seperti dalam film bokep Mam. Boleh?” aku menatap Mama dengan perasaan masih ragu.

    “Boleh,” sahut Mama, “jilatinlah sepuasmu. Anggap aja mama ini orang lain. Bukan ibumu. Ayo… jilatinlah memek mama. “Mama merenggangkan kedua belah paha putih mulusnya sambil tersenyum yang sangat lain dari biasanya.

    Kubulatkan hatiku, lalu tengkurap di antara kedua belah paha Mama, dengan wajah berada di atas kemaluan Mama yang jembutnya sangat tipis dan halus itu.

    Nafsu birahi sudah semakin menguasai diriku. Sehingga tanpa keraguan lagi kungangakan mulut memek Mama, sehingga bagian yang berwarna pink itu tampak jelas di mataku. Hmmm… betapa menggiurkannya bagian yang berwarna pink itu.

    Maka kujilati bagian yang berwarna pink itu dengan lahap. Membuat Mama mulai menggeliat sambil membelai rambutku yang berada di bawah perutnya.

    Begitu lahapnya aku menjilati bagian yang berwarna pink di tempik Mama itu. Sehingga Mama semakin menggeliat – geliat sambil berdesah – desah.

    “Booon… ooooohhhhh Boooon… kamu sudah pandai gini jilatin memek yaaaa… lanjutkan jilatin Booon… itilnya juga jilatin… ini nih itilnyaaaaa… “Mama menunjuk ke bagian yang nyempil sebesar kacang kedelai itu.

    Kuikuti keinginan Mama. Kujilati itilnya yang sebesar kacang kedelai itu. Bahkan kusertai dengan isapan – isapan, membuat Mama mulai klepek – klepek.

    Bahkan pada suatu saat Mama berkata terengah, “Cu… cukup Bona…! Ma… masukin aja kontolmu Sayaaaang… !”

    Tanpa membantah, kuangsurkan moncong kontolku ke mulut memek Mama.

    Mama pun membantu dengan memegangi leher kontolku. Mungkin agar arahnya tepat sasaran. “Iiiih… gedenya kontolmu ini Bon. Gak nyangka kontol anak kesayangan mama sudah sepanjang dan segede ini.”

    “Umurku sekarang kan sudah duapuluhtiga tahun Mam.”

    “Iya. Tapi kontol papamu aja gak segede dan sepanjang ini Sayang. Ayo dorong… !”

    Tanpa mikir lagi kudesakkan kontolku sekuatnya. Dan… langsung melesak masuk ke dalam liang memek Mama.

    Mama seperti menahan nafasnya. Lalu berkata, “Terasa sekali bedanya kontolmu dengan punya papamu. Kontolmu jauh lebih gede… pasti jauh lebih enak daripada punya papamu. Ayo entotin Bon.”

    Tanpa membantah, aku mulai mengayum kontolku, bermaju mundur di delam liang memek Mama.

    “Mam… uuuugggghhhh… Maaaam… ternyata memek Mama enak sekali Maaaaam…” ucapku tanpa memperlambat gerakan entotanku.

    Mama memeluk leherku, lalu merapatkan pipinya ke pipiku sambil berkata terengah, “Kon… kontolmu juga… enak sekali Sayaaaang… gak nyangka… kita bakal beginian ya…”

    “Iii… iyaaaa… yang penting Mama jangan sakit hati lagi sama Papa…”

    Pergesekan kontolku dengan dinding liang memek Mama memang luar biasa nikmatnya. Membuat nafasku jadi berdengus – dengus, diiringi oleh rintihan dan rengekan manja mama yang terdengar sangat erotis di telingaku, “Booonaaaa… aaaaaaahhhh… Booon… aaaaaah… aaaaaaa… aaaaah… entot terus Booon…

    Ini luar biasa enaknya Bonaaaa… aaaaa… aaaaah… entoooottt teruussss… entooottttttttt… jangan brenti – brenti… entoooooooottttttt… entoooooottttttt… entooooot Sayaaang… entoooooooootttttttt… aaaaaa… aaaaaah… sambil remes tetek mama Booon… iyaaaa… remes terussss…

    Aku semakin bergairah untuk melanjutkan persetubuhan dengan Mama ini. Bahkan ketika mulut Mama ternganga – nganga, kupagut bibir yang sedang ternganga itu. Dan ternyata mama menyambut dengan lumatan binal.

    Dekapan Mama di pinggangku pun berubah jadi remasan -remasan di bokongku. Maka aku pun semakin bersemangat untuk menjilati leher mama yang sudah mulai keringatan. Membuat Mama terpejam – pejam dan menahan – nahan nafas.

    Tapi aku masih sempat berbisik di dekat telinga mama, “Nanti kalau aku mau ngecrot, lepasin di mana Mam?”

    “Di… di dalam… me… memek mama aja… Sayang. Emangnya ka… kamu udah mau ngecrot?”

    “Be… belum Mam. Cuma nanya aja.”

    Persetubuhan ini semakin bergairah ketika Mama mulai menggoyang pinggulnya… meliuk – liuk dan menghempas – hempas ke kasur. Sehingga kontolku serasa dibesot – besot oleh dinding liang memek Mama yang terasa hangat dan licin ini.

    Namun tiba – tiba Mama tampak seperti panik, “Bona… Bona! Mama mau lepas… mau lepas… barengin Bon… biar nikmat… mau lepas Bon… mau lepassss… ayo barengin… barengin…”

    Aku jadi ikutan panik. Maka kupercepat entotanku dan berusaha ngecrot bareng seperti yang mama inginkan.

    Dan akhirnya kutancapkan kontolku di dalam liang memek Mama, tanpa menggerakkannya lagi. Pada saat itu pula Mama tampak mengejang sambil meremas – remas rambutku, sambil menahan nafasnya dengan mata terpejam erat – erat.

    Pada saat itu pula aku sedang melotot sambil merasakan berlompatannya air mani dari moncong kontolku. Crooooootttttt… crooooottttt… crottt… crooottt… crooooooooottttttttt… crot… crooootttt!

    Aku terkapar di atas perut Mama. Lalu terkulai lunglai dengan tubuh bermandikan keringat. Seperti Mama juga, yang wajah dan lehernya dibanjiri keringat.

    Ketika membuka matanya, Mama tersenyum sambil mencubit pipiku, “Kamu sangat memuaskan Sayaaang… emwuaaaah… emwuaaaaah… !“Mama menciumi sepasang pipiku. Lalu mendorong dadaku, mungkin agar kontolku dicabut dari dalam memeknya.

    Aku lakukan itu. Mencabut kontolku yang sudah lemas ini dari liang memek Mama.

    Namun setelah mencabut kontol, aku tengkurap lagi di antara sepasang paha Mama yang masih renggang jaraknya.

    Dengan serius kuperhatikan bentuk memek Mama yang baru mengalami orgasme itu. Memang benar kata para pakar seks, bahwa memek yang baru mengalami orgasme akan membuka seperti bunga yang baru mekar. Bahkan labia minoranya pun tampak seperti jengger, mengembang dan menghitam. Tapi bagian dalamnya yang berwarna pink itu justru semakin indah dipandang mata.

    “Mau diapain lagi memek mama Sayang?” tanya mama sambil duduk dan membelai rambutku.

    “Seneng ngeliat memek Mama yang baru orgasme. Jadi seperti bunga mekar,” sahutku.

    “Masa sih?! Sebentar… mama mau ke kamar mandi dulu. Pengen kencing.”

    Mama turun dari bed dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Aku pun bergegas mengikuti Mama, lalu memperhatikan Mama yang sedang duduk di kloset. “Mau ngapain lagi Sayang?”

    “Pengen merhatiin seperti apa bentuk memek yang sedang kencing Mam.”

    “Hihihiii… kamu ada – ada aja. Iya deh… liatin nih, seperti apa memek mama kalau sedang kencing…” ucapku sambil berjongkok di dekat kloset, dengan pandangan terpusat ke memek Mama.

    Mama tersenyum dan duduk di klosetnya agak mundur, agar aku bisa menyaksikan seperti apa bentuk memek yang sedang kencing itu. Ngocoks.com

    Ssssrrrr… air kencing terpancar dari liang kecil di bagian memek yang berwarna pink itu. Aku tercengang menyaksikannya. “Waktu aku lahir, keluarnya dari lubang yang berbeda dengan lubang kencing ya Mam,” kataku.

    “Ya beda lah. Kamu dikeluarkan dari lubang yang dientot sama kamu tadi,” sahut Mama sambil menyemprotkan air shower untuk menceboki memeknya.

    “Kapan – kapan kalau Mama kencing, aku pengen nyebokin Mama ah…” ucapku sambil berdiri kembali.

    “Iya Sayang. Mmm… perutmu masih kenyang kan?”

    “Iya, masih kenyang. Emangnya kenapa?”

    “Mama sudah kangen sama gudeg Jogja.”

    “Ya ayo kuanter. Dekat hotel ini ada warung gudeg yang murah tapi enak. Di Jogja sih jangan asal – asalan beli gudeg di tempat yang ramai sama turis. Salah – salah bisa ditekuk harganya. Mending kalau enak gudegnya. Yang jualan bukan orang Jogja kok.”

    “Iya. Ntar mama mau bersih – bersih dulu. Badan mama penuh keringat nih. Lengket – lengket.”

    Aku pun kencing dulu di kloset bekas Mama kencing tadi. Kemudian keluar dari kamar mandi. Mengenakan pakaian kembali. Dan duduk di satu – satunya sofa dalam kamar ini.

    Sekilas bayangan masa laluku menggelayuti terawanganku. Tentang segala yang pernah terjadi ketika Papa dan Mama masih tinggal di Sleman. Karena pada saat itu Papa masih bekerja di Jogja.

    Tapi setelah Papa dimutasikan ke Jabar, semuanya pindah ke Jabar. Hanya aku yang tetap tinggal di Jogja. Di rumah kos milik Bu Artini itu, karena rumah dinas Papa dihuni oleh keluarga lain setelah Papa dipindahkan ke Jabar.

    Tentu saja aku takkan dapat melupakan semuanya itu. Berawal dari dalam rumah kami sendiri. Bahwa aku merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara. Ketiga kakakku perempuan semua. Sebut saja Mbak Weni yang tertua, Mbak Rina yang kedua, Mbak Lidya yang ketiga dan aku bernama Bona (disamarkan semua) yang keempat alias anak bungsu.

    Beda usia kami hanya setahun – setahun. Lucu ya? Mbak Weni 21 tahun, Mbak Rina 20 tahun, Mbak Lidya 19 tahun dan aku 18 tahun.

    Menurut penuturan Mama, sengaja Papa dan Mama “bikin anak” setahun sekali, lalu distop (masuk KB) setelah anaknya 4 orang. Jadi capeknya sekaligus pada waktu kami masih kecil – kecil. Setelah “target”nya terpenuhi (punya anak empat orang), Mama tidak perlu hamil lagi. Cukup dengan mengasuh kami berempat yang perbedaan usianya dekat – dekat ini.

    Ketiga kakakku terasa sangat menyangiku sebagai satu – satunya saudara mereka yang cowok. Begitu juga Papa dan Mama selalu memanjakanku. Apa pun yang kuminta, selalu dikasih. Tapi tentu saja permintaanku bukan yang mahal – mahal. Paling juga minta dibeliin sepatu olahraga, minta dibeliin bat pingpong dan bola basket.

    Aku dan kakak – kakakku pada kuliah semua, sesuai dengan indoktrinasi dari Papa, bahwa harta itu ada habisnya. Tapi ilmu takkan habis – habis sampai kapan pun.

    Aku sendiri kuliah di fakultas pertanian. Karena sejak masih di SMA, aku ingin sekali jadi insinyur pertanian.

    Baik Papa mau pun Mama tidak menghalang – halangi pilihanku. Karena semua fakultas itu baik, kata mereka. Begitu pula kakak – kakakku ikut mendukung saja pada pilihanku untuk kuliah di fakultas pertanian.

    Di antara kakak – kakakku, Mbak Weni yang paling baik padaku. Dia sering nraktir makan baso, martabak manis, pizza dan sebagainya. Dia memang selalu banyak duit. Tapi aku tidak tahu darimana dia selalu punya duit banyak begitu. Mungkin dari pacarnya atau entah dari mana. Tapi setahuku Mbak Weni tidak punya pacar.

    Tapi biarlah, itu urusan pribadinya yang tak perlu kucampuri. Yang jelas aku merasa Mbak Weni selalu mendukungku dalam hal apa pun. Misalnya pada waktu aku sedang mengikuti pertandingan olah raga, baik pertandingan bola basket mau pun tenis meja, Mbak Weni selalu berusaha membawa teman – temannya untuk menjadi suporterku.

    Mbak Weni juga selalu membelaku kalau sedang berdebat dengan Mbak Rina mau pun Mbak Lidya.

    Tapi sebenarnya aku tak pernah bertengkar dengan ketiga kakakku. Paling hanya berdebat sedikit, lalu ketawa – ketiwi lagi.

    Hari demi hari pun berputar terus tanpa terasa.

    Sampai pada suatu hari. Papa dan Mama terbang ke Palembang untuk menghadiri pesta pernikahan saudara sepupuku. Ngocoks.com

    Mbak Rina pun dibawa, karena dia senang merias pengantin. Maklum Mbak Rina bercita – cita ingin memiliki salon yang besar dan punya cabang di beberapa kota.

    Sementara itu

    Mbak Lidya sedang study tour ke Jawa Timur, sehingga di rumah hanya ada aku, Mbak Weni dan pembantu yang tiap pagi datang, lalu pulang setelah sore.

    Aku bahkan diingatkan oleh Papa, agar jangan meninggalkan rumah kalau tidak ada urusan yang penting. Supaya di rumah kami tetap ada cowoknya.

    Namun pada saat inilah mulai terjadinya kisah yang takkan kulupakan di seumur hidupku. Awalnya Mbak Weni berkata padaku, “Bona… rumah ini jadi terasa sepi dan agak menakutkan. Nanti malam tidur di kamarku aja ya.”

    “Iya Mbak,” sahutku yang selalu menurut kepada kakak sulungku itu. Karena dia juga selalu berbaik hati padaku.

    Setelah mandi sore, aku diajak makan bersama Mbak Weni. Pada saat itu Mbak Atiek, pembantu kami, sudah pulang. Sehingga kami bebas mau ngomong apa saja.

    Pada waktu makan sore itulah Mbak Weni menanyakan sesuatu yang tidak biasa ditanyakannya.

    “Bona… kamu udah punya pacar belum?” tanyanya.
    “Belum,” sahutku, “Mbak sendiri udah punya?”

    “Dulu waktu masih di SMA sih punya. Sekarang sie gak punya. Pacaran itu buang – buang waktu doang. Teman dekat sih banyak. Tapi gak mau pacaran dulu. Nanti kalau udah sarjana, langsung nyari calon suami aja. Jangan cuma pacaran mulu.”

    “Aku juga gitu Mbak. Otak mendingan dipake buat kuliah. Pacaran sih nanti aja kalau udah punya kerja. Pacaran kan butuh biaya juga. Buat traktir makan – makan lah, buat nonton bioskop lah.”

    Mbak Weni mengangguk – angguk sambil tersenyum.

    Ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, seperti biasa kalau sudah mau tidur, kukenakan celana training dan baju kaus oblong. Lalu masuk ke dalam kamar Mbak Weni.

    Kulihat Mbak Weni sedang asyik dengan hapenya. Entah sedang WA sama siapa. Yang jelas dia sering tersenyum sendiri sambil memandang layar hapenya.

    Aku pun langsung naik ke atas bednya yang selalu harum parfum mahal. Ini salah satu yang kusukai pada kakak sulungku itu. Kamarnya selalu harum, apalagi tempat tidurnya ini.

    Tak lama kemudian Mbak Weni pun mematikan hapenya, lalu men-charge-nya.

    Pada saat itu Mbak Weni juga sudah mengenakan dasternya yang berwarna pink polos. Setelah mematikan lampu terang dan menyalakan lampu tidur berwarna biru, dia naik juga ke atas tempat tidurnya.

    “Yong… kamu udah pernah ngerasain begituan sama cewek?” tanyanya.
    “Haa? Belum lah.”
    “Masa sih?!”

    “Sumpah, aku belum pernah begituan. Emangnya kenapa?”
    “Megang memek cewek sih pernah kan?”
    “Belum juga Mbak. Jangankan megang memek. Megang toket juga belum pernah.”

    “Kasian… udah jadi mahasiswa belum pernah ngapa – ngapain. Padahal kamu ini ganteng lho. Tapi kamu gak pernah memanfaatkan kegantenganmu ini ya?”

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7
  • Karyawan Indomaret (Pingsan)

    Karyawan Indomaret (Pingsan)

    Cerita Sex Karyawan Indomaret (Pingsan) – Hanifah yang masih berumur 21 tahun tidak menyadari bahaya nya bekerja sebagai kasir di sebuah toko serba ada (Indomaret) yang beroperasi 24 jam di Bandung. Tapi karena semangat dan keinginan untuk mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang tuanya yang merasa kuatir melihat putriya sering mendapat giliran jaga di malam hari hingga pagi hari.

    Hanifah lebih suka bekerja pada shift di jam tersebut, Karena dari saat tengah malam sampai pagi biasanya jarang sekali ada pembeli, sehingga Hanifah bisa belajar untuk materi kuliahnya siang nanti. Sampai akhirnya pada suatu malam terjadilah pemerkosaan itu.

    Hanifah mendapati dirinya ditodong oleh sepucuk pistol tepat di depan matanya. Yang berambut Gondrong (sebut saja Budi) , dan yang satu lagi tubuhnya Kurus (sebut saja si Rudi ). Mereka berdua, menerobos masuk membuat Hanifah yang sedang berkonsentrasi pada bukunya terkejut.

    “Keluarin uangnya cepet !” perintah si Budi, sementara si Rudi memutuskan semua kabel video dan telepon yang ada di toko itu. Tangan Hanifah gemetar berusaha membuka laci kasir yang ada di depannya, saking takutnya kunci itu sampai terjatuh beberapa kali.

    Cerita Sex Karyawan Indomaret (Pingsan)
    Cerita Sex Karyawan Indomaret (Pingsan)

    Ngocoks Setelah beberapa saat Hanifah berhasil membuka laci itu dan memerikan semua uang yang ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada si Budi, Hanifah tidak diperkenankan menyimpan uang lebih dari 100 ribu di laci tersebut.

    Karena itu setiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari besi. Setelah si Budi merampas uang itu, Hanifah langsung mundur ke belakang, ia sangat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.

    “Masa cuma segini?!” bentak si Budi.

    “Buka lemari besinya! Sekarang!” Mereka berdua menggiring Hanifah masuk ke kantor manajernya dan mendorongnya hingga jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Hanifah mulai menangis, ia tidak tahu nomor kombinasi lemari besi itu, ia hanya menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi melalui celah pintunya.

    “Cepat!!!” bentak si Rudi,

    Hanifah merasakan pistol menempel di belakang kepalanya. Hanifah berusaha untuk menjelaskan kalau ia tidak mengetahui nomor lemari besi itu. Untunglah, melihat mata Hanifah yang ketakutan, mereka berdua percaya.

    “Brengsek!!!! Nggak sebanding sama resikonya! Ayo…Iket dia, biar dia nggak bisa panggil polisi!!!” Hanifah di dudukkan di kursi manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Hanifah juga diikat ke kaki kursi yang ia duduki. si Rudi kemudian mengambil plester dan menempelkannya ke mulut Hanifah.

    “Beres! Ayo cabut!”

    “Tunggu! Tunggu dulu rud! Liat dia, dia boleh juga ya?!”.

    “Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita cuma dapet 100 ribu, cepetan!”.

    “Aku pengen liat bentar aja!”.

    Mata Hanifah terbelalak ketika si Budi mendekat dan menarik t-shirt merah muda yang ia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek membuat BH-nya terlihat. Payudara Hanifah yang berukuran sedang, bergoyang-goyang karena Hanifah meronta-ronta dalam ikatannya.

    “Wow, oke banget!” si Budi berseru kagum.

    “Oke, sekarang kita pergi!” ajak si Rudi, tidak begitu tertarik pada Hanifah karena sibuk mengawasi keadaan depan toko.

    Tapi si Budi tidak peduli, ia sekarang meraba-raba puting susu Hanifah lewat BH-nya, setelah itu ia memasukkan jarinya ke belahan payudara Hanifah. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Hanifah ditariknya, tubuh Hanifah ikut tertarik ke depan, tapi akhirnya tali BH Hanifah terputus dan sekarang payudara Hanifah bergoyang bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.

    “Jangan!” teriak Hanifah. Tapi yang tedengar cuma suara gumaman. Terasa oleh Hanifah mulut si Budi menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Hanifah menjerit ketika si Budi mengigit puting susunya.

    “diam! Jangan berisik!” si Budi menampar Hanifah, hingga berkunang-kunang. Hanifah hanya bisa menangis.

    “Aku bilang diam!”, Sambil berkata itu si Budi menampar buah dada Hanifah, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Hanifah.

    Kemudian si Budi bergeser dan menampar uang sebelah kanan. Hanifah terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Budi terus memukuli buah dada Hanifah sampai akhirnya bulatan buah dada Hanifah berwarna merah.

    “Ayo, cepetan !”, si Rudi menarik tangan si Budi.

    “Kita musti cepet minggat dari sini!” Hanifah bersyukur ketika melihat si Budi diseret keluar ruangan oleh si Rudi.

    Payudaranya terasa sangat sakit, tapi Hanifah bersyukur ia masih hidup. Melihat sekelilingnya, Hanifah berusaha menemukan sesuatu untuk membebaskan dirinya. Di meja ada gunting, tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali.

    “Hey, Brooo! Tokonya kosong!”.

    “Masa, cepetan ambil permen!”.

    “Goblok Banget lo, cepetan ambil bir tolol!”.

    Tubuh Hanifah menegang, mendengar suara beberapa anak-anak di bagian depan toko. Dari suaranya ia mengetahui bahwa itu adalah anak-anak berandal yang ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 sampai 15 tahun. Hanifah mengeluarkan suara minta tolong.

    “ssssstt! Lo denger nggak?!”.

    “Cepetan kembaliin semua!”.

    “Ayooo….lari, lari! Kita ketauan!”.

    Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Ia terperangah melihat Hanifah, terikat di kursi, dengan t-shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.

    “Buset!” berandal itu tampak terkejut sekali, tapi sesaat kemudian ia menyeringai.

    “Hei, liat nih! Ada kejutan!”

    Hanifah berusaha menjelaskan pada mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha menjelaskan bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia berusaha minta tolong agar mereka memanggil polisi.

    Ia berusaha memohon agar mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tapi yang keluar hanya suara gumanan karena mulutnya masih tertutup plester. Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima!

    Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai sekarang mengamati tubuh Hanifah, yang terus meronta-ronta berusaha menutupi tubuhnya dari pandangan mereka. Berandalan, yang berumur sekitar 15 tahun itu terkagum-kagum dengan penemuan mereka.

    “Gila! Cewek nih!”.

    “Dia telanjang!”.

    “Tu liat susunya! susu!”.

    “Mana, mana Aku pengen liat!”.

    “Aku pengen pegang!”.

    “Pasti alus tuh!”.

    “Bawahnya kayak apa yaaa?!”.

    Mereka semua berkomentar bersamaan, kegirangan menemukan Hanifah yang sudah terikat erat. Kelima berandal itu maju dan merubung Hanifah, tangan-tangan meraih tubuh Hanifah.

    Hanifah tidak tahu lagi, milik siapa tanga-tangan tersebut, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan memasukan ujung lidahnya ke lubang telinga Hanifah.

    “Ayooo, kita lepasin dia dari kursi!” Mereka kemudian melepaskan ikatan pada kaki Hanifah, tapi dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus meraba dan meremas tubuh Hanifah.

    Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil mereka menyeret Hanifah keluar menuju bagian depan toko. Hanifah meronta-ronta ketika merasa ada yang berusaha melepaskan kancing jeansnya.

    Mereka menarik-narik celana jeans Hanifah sampai akhirnya turun sampai ke lutut. Hanifah terus meronta-ronta, dan akhirnya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai.

    Sebelum Hanifah sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara lecutan, dan sesaat kemudian Hanifah merasakan sakit yang amat sangat di pantatnya. Hanifah melihat salah seorang berandal tadi memegang sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!

    “Hei….Bangun! Bangun!” ia berteriak. Hanifah berusaha berguling melindungi pantatnya yang terasa sakit sekali. Tapi berandal tadi tidak peduli, ia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang sekarang menghajar perut Hanifah.

    “Bangun! naik ke sini!” berandal tadi menyapu barang-barang yang ada di atas meja layan hingga berjatuhan ke lantai. Hanifah berusaha bangun tapi tidak berhasil. Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Hanifah berguling dan berusaha berdiri dan berhasil berlutut dan berdiri.

    Berandal tadi memberikan ikat pinggang tadi kepada temannya. “Kalo dia gerak, pukul aja!” Langsung saja Hanifah mendapat pukulan di pantatnya. Berandal-berandal yang lain tertawa dan bersorak. Mereka lalu mendorong dan menarik tubuhnya, membuat ia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi buat memukulnya.

    Berandal yang pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester besar. Ia mendorong Hanifah hingga berbaring telentang di atas meja. Pertama ia melepaskan tangan Hanifah kemudian langsung mengikatnya dengan plester di sudut-sudut meja, tangan Hanifah sekarang terikat erat dengan plester sampai ke kaki meja.

    Selanjutnya ia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Hanifah dan mengikatkan kaki-kaki Hanifah ke kaki-kaki meja lainnya. Sekarang Hanifah berbaring telentang, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka lebar menyerupai huruf X.

    “Waktu Pesta!” berandal tadi lalu menurunkan celana dan celana dalamnya. Mata Hanifah terbelalak melihat penisnya menggantung, setengah keras sepanjang 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Hanifah dan menariknya hingga mendekati pinggir meja. Kemudian ia menggosok-gosok penisnya hingga berdiri mengacung tegang.

    “Waktunya masuk!” ia bersorak sementara teman-teman lainnya bersorak dan tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke vagina Hanifah. Hanifah melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sementara berandal tadi mulai bergerak keluar masuk.

    Temannya naik ke atas meja, menduduki dada Hanifah, membuat Hanifah sulit bernafas. Kemudian ia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Hanifah ditariknya hingga lepas. Hanifah berusaha berteriak, tapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang ada di atasnya.

    Langsung saja, penis tadi mengeras dan membesar bersamaan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Hanifah. Pandangan Hanifah langsung berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, ketika tiba-tiba saja mulutnya dipenuhi cairan kental, yang terasa asin dan pahit sekali.

    Semprotan demi semprotan masuk ke mulut Hanifah, tanpa bisa dimuntahkan lagi oleh Hanifah. Ia terus menelan cairan tadi agar bisa terus bernafas. Tiba-tiba saja Berandal yang duduk di atas dada Hanifah turun, lalu berandal memasukkan penisnya ke vagina Hanifah dan mendorong Hanifah di pinggir meja lalu menggenjot memek Hanifah Dengan tempo makin cepat.

    Ia juga memukuli perut Hanifah, membuat Hanifah mengejang dan vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Ia kemudian memegang buah dada Hanifah sambil terus bergerak makin cepat, ia mengerang-erang mendekati klimaks.

    Tangannya langsung meremas dan menarik buah dada Hanifah ketika tubuhnya bergetar dan sperma tiba-tiba menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk di vagina Hanifah. Sedangkan berandal yang lainnya berdiri di samping meja dan melakukan masturbasi,

    Dan ketika pimpinan mereka mencapai puncaknya mereka juga mengalami ejakulasi bersamaan. Sperma mereka menyemprot keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Hanifah.

    Beberapa saat berlalu dan Hanifah tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ketika tahu-tahu ia kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Ia tersadar ketika menyadari dirinya terlihat jelas, jika ada orang lewat di depan tokonya.

    Hanifah meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Ia menangis dan meronta berusaha melepaskan diri dari plester yang mengikatnya. Setelah beberapa lama mencoba Hanifah berhasil melepaskan tangan kanannya. Kemudian ia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi nih.

    “Wah, wah, waaaaah!!!” terdengar suara laki-laki yang berdiri di pintu depan. Hanifah sangat terkejut dan berusaha menutupi buah dada dan vaginanya dengan kedua tangannya.

    “Tolong saya!” ratap Hanifah.

    “Tolong saya Pak! Toko saya dirampok, saya diikat dan diperkosa Pak! Tolong saya Pak, cepat panggilkan polisi!”

    “Nama lu Hanifah kan?” tanya laki-laki tadi.

    “Ba…bagaimana bapak tahu nama saya?” Hanifah bingung dan takut.

    “Aku Tomy. Orang yang dulunya kerja di toko ini sebelum kau rebut!”.

    “Tapi saya tidak merebut pekerjaan bapak. Saya tahunya dari iklan di koran. Saya betul-betul tidak tahu pak! Tolonglah saya pak!”.

    “Gara-gara kamu ngelamar ke sini Aku jadi dipecat! Aku nggak heran kamu diterima kalo liat bodi mu”.

    Hanifah kembali merasa ketakutan saat melihat Tomy, seseorang yang belum pernah dilihat dan dikenalnya tapi sudah membencinya. Hanifah kembali berusaha melepaskan ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam.

    Ia menyambar tangan Hanifah dan menekuknya ke belakang dan kembali diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat ke bahu, hingga Hanifah betul-betul terikat erat. Ikatan itu membuat Hanifah kesakitan, ia menggeliat dan buah dadanya semakin membusung keluar.

    “Lepaskannnn!! Sakittt!! adhh!! Saya tidak memecat kamu!!!! Tapi kenapa saya diikat ?!!”

    “Sebenarnya Aku tadinya mau ngerampok nih toko, cuma kayaknya Aku udah keduluan. Jadi baiknya Aku rusak aja deh nih toko”.

    Ia kemudian melepaskan ikatan kaki Hanifah sehingga sekarang Hanifah duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Dan diikatnya lagi dengan plester.

    Dan Tomy mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-rak ditendang jatuh. Lalu Tomy juga menghancurkan kotak pendingin es krim yang ada di kanan Hanifah. Es krim beterbangan dilempar oleh Tomy. Beberapa di antaranya mengenai tubuh Hanifah, kemudian meleleh mengalir turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya.

    Di depan, Es tadi mengalir melalui belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir ke vagina Hanifah. Rasa dingin langsung menempel di buah dada Hanifah, membuat putingnya mengeras san mengacung. Ketika Tomy selesai, tubuh Hanifah bergetar kedinginan dan lengket karena es krim yang meleleh.

    “Kamu keliatannya kedinginan!” ejek si Tomy sambil menyentil puting susu Hanifah yang mengeras kaku.

    “Aku harus ngasihh kamu sesuatu yang anget.”

    Tomy kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yang ada di tengah ruangan. Hanifah melihat Tomy mendekat membawa beberapa buah sosis yang berasap.

    “Jaaaangaann!” Hanifah berteriak ketika Tomy membuka bibir vaginanya dan memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin karena es tadi. Kemudian ia memasukan sosis yang kedua, dan ketiga.

    Sosis yang keempat putus ketika akan dimasukan. Vagina Hanifah sekarang diisi oleh tiga buah sosis yang masih berasap. Hanifah menangis karena kesakitan akibat uap panas dari sosis tersebut.

    “Keliatannya nikmat Nih….Ha..Ha…!” Tomy tertawa.

    “Tapi Aku lebih suka bermain dengan mustard!” Kemudian Ia mengambil botol mustard dan menekan botol itu.

    Cairan mustard langsung keluar menyemprot ke vagina Hanifah. Hanifah menangis terus, melihat dirinya disiksa dengan cara yang tak terbayangkan olehnya.

    Sambil tertawa Tomy melanjutkan usahanya dengan menghancurkan isi toko itu. Hanifah berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil. Nafasnya sangat tersengal-sengal, ia tidak kuat menahan semua ini. Tubuh Hanifah bergerak lunglai jatuh.

    “Hei!! Kamu kalo kerja jangan tidur!” bentak Tomy sambil menampar pipi Hanifah.

    Kamu tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm.”

    Hanifahpun meronta ketakutan melihat Tomy yang memegang dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya sangat keras sekali. Tomy segera mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Hanifah, menekannya hingga terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu Hanifah.

    Hanifah menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Kemudian Tomy juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Air mata Hanifah bercucuran di pipi.

    Kemudian Tomy mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, lalu mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika pintu itu didorong Tomy hingga membuka keluar, Hanifah merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia menjerit kesakitan.

    “Nah…..,Hmmm… udah jadi. sekarang pintu depan ini bisa buka ke dalem ama keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik bukan didorong.

    Jadi Aku sekarang pergi dulu, terus nanti Aku pasang biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!”

    “Jaaaaaangan! saya mohoon! Jangan! jangan! jangan! ampun!

    Tomypun tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik. Hanifahpun menangis ketakutan, Dan puting susunya sudah hampir rata, dijepit.

    Ia terlihat meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan. Tubuh Hanifah berkeringat setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil. Beberapa saat kemudian terlihat sebuah bayangan di depan pintu, Hanifah melihat ternyata bayangan itu milik gelandangan yang sering lewat dan meminta-minta.

    Gelandangan itu melihat tubuh Hanifah, telanjang dengan buah dada mengacung. Segera saja Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Si Gelandangan langsung meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.

    Hanifah langsung menjerit “Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!”, tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya.

    Gigi-gigi yang sudah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Hanifah menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan. Tapi Hanifah tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir.

    Dan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang.

    Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Hanifah merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan pantatnya dari belakang.

    Sesuatu yang dingin dan keras berusaha masuk ke liang anusnya. Hanifah menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.

    “Ja…Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi.”

    “Habisnya pantat Mbak kan belom diituin.” gelandangan itu berkata tidak jelas.

    “Jangaaaaan!” Hanifah meronta, ketika penis si gelandangan tadi mulai berusaha masuk ke anusnya.

    Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anusnya Hanifah. Lalu ia langsung berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Hanifah.

    Hanifah menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Hanifah tersayat-sayat ketika gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Hanifah bisa membesar.

    Setelah beberapa Lama tiba-tiba gelandangan tadi mencabut botol tersebut. Tutup botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Hanifah, tapi ia tidak peduli. Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus

    Hanifah yang sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandangan tadi mulai bergerak kesenangan, rasanya sudah lama sekali ia tidak meniduri perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Hanifah merasa dirinya akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju.

    Hanifah terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin, tapi gelandangan tadi terus bergerak makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Hanifah, membuat Hanifah menjerit karena puting susunya yang terluka ikut diremas dan dipilih-pilin.

    Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Hanifah merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Hanifah.

    Cerita Sex Akses Menakjubkan

    “Makasih yaaa Mbak! Saya puas sekaliiiii! Makasih.” gelandangan tadi melepaskan ikatan Hanifah. Kemudian ia mendorong Hanifah duduk dan kembali mengikat tangan Hanifah ke belakang, kemudian mengikat kaki Hanifah erat-erat.

    Kemudian tubuh Hanifah didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar. Sambi terus mengumam terima kasih Dan sigelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko.

    Hanifah terus saja menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama kemudian Hanifah jatuh pingsan karena kelelahan dan shock Berat. Dan tersadar ketika Ia ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 7 pagi.

  • Mimpi Buruk (Perampok)

    Mimpi Buruk (Perampok)

    Cerita Sex Mimpi Buruk (Perampok) – Rafasya adalah seorang gadis cantik yang sangat terkenal di kota Bandung, ia tercatat sebagai mahasiswi angkatan 95 di jurusan eonomi universitas parahyangan Bandung.

    Ia benar-benar cantik dan sexy, kulitnya yang putih mulus dan dandanannya yang selalu trendy dan gaul membuat semua lelaki terpana melihatnya. Belum lagi bajunya yang seringkali ketat menampakkan jelas bentuk tubuhnya yang semampai.

    Banyak sekali sebenarnya lelaki yang naksir kepadanya, hanya saja jarang yang berani maju mendekatinya. Maklum saja selain ia cantik, pintar ia tergolong mahasiswi jetset. Rafasya juga anak pemilik sebuah toko departemen store yang cukup terkenal di bilangan otista Bandung, sehingga tak aneh ia juga kaya raya.

    Bayangkan, kurang apa lagi Rafasya, cantik, pintar, kaya raya lagi. ck..ck..ck..ck.. Tapi Rafasya dengan kehidupan makmurnya itu, tidak pernah menyangka akan mengalami sesuatu kejadian yang akan menimpa dirinya. Begini ceritanya:

    Cerita Sex Mimpi Buruk (Perampok)
    Cerita Sex Mimpi Buruk (Perampok)

    Ngocoks Suatu hari, orang tua Rafasya pergi ke luar negeri, memang sesuatu yang tidak aneh untuk keluarganya bepergian keluar negeri. Sehingga saat itu, ia hanya sendirian di rumahnya yang besar. Ia hanya ditemani oleh 2 orang pembantunya.

    Ketiga saudaranya kebetulan juga sedang pergi. Hari telah malam, Rafasya pun bergegas mempersiapkan dirinya untuk pergi tidur, ia pun mencuci mukanya, dan mengenakan baju tidur terusan (daster) yang terbuat dari sutra berwarna merah muda.

    Rafasya sungguh terlihat sexy dengan pakain tidurnya itu. Tubuhnya terlihat indah dibalik kain sutra tipis itu, kedua payudaranya nampak menonjol jelas, karena ia sudah tidak menggunakan BH. Rambutnya yang panjang sebahu itu diikat dengan jepitan rambut seperti orang akan mandi sehingga leher belakang Rafasya yang putih terlihat jelas dan menggairahkan.

    Ketika Rafasya sudah masuk kamar dan bersiap akan tidur, ia mendengar bel berbunyi, tetapi ia tidak mempedulikannya

    “Hmm, siapa ya malam-malam? Ah mungkin si Dede pulang, biar saja pembantu yang membukakan..” pikir Rafasya dalam hati.

    Tidak lama kemudian Rafasya terkejut mendengar suara ribut-ribut di ruang tengah seperti ada orang yang sedang berkelahi. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar dari kamar untuk melihat apa yang terjadi.

    Alangkah kagetnya Rafasya saat ia membuka pintu kamarnya, ia melihat segerombolan lelaki tak dikenal sedang mengobrak-abrik ruangan tengah rumahnya sembari berteriak-teriak, mereka semua terlihat membawa samurai panjang yang terhunus.

    Melihat itu Rafasya mencoba masuk kembali kedalam kamarnya, tetapi terlambat seorang rampok segera menangkap Rafasya dan membekapnya dari belakang

    “Mau kemana Kamu!!Jangan macam-macam ya!!Nanti saya bunuh kamuu..!!”
    Bentak rampok itu. Rafasya mencoba meronta dan berteriak minta tolong

    “Toloong..tooloong..garoong..garoo..”
    PLAAKK!! Tiba-tiba belum selesai ia berteriak, sebuah tamparan keras mendarat dipipinya yang mulus.

    “DIAM KAMU!! Atau saya gorok leher kamuu!!”

    Mendengar itu Rafasya terdiam ketakutan. Rampok itu segera mengikat tangan Rafasya dengan seutas tali dan didudukannya Rafasya dilantai dekat kamarnya.

    Para rampok itu segera sibuk menjarah segala yang berharga di rumah tersebut, mereka masuk kedalam kamar orang tuanya dan menjarah Handphone, jam tangan, perhiasan, dan sejumlah uang. Setelah beberapa saat, seorang rampok berteriak,

    “Mana harta yang laen? koq Cuma segini, masak rumah sebesar ini duitnya Cuma secuil?? Hei Non, mana uang yang laen?”

    Nampaknya mereka tidak puas dengan hasil jarahannya.
    “..Tidak tahu pak..tidak ada uang lagi..Cuma segitu..” jawabnya.
    “Yang benar saja kamu!!bohong ya!!jawab yang benar, mana uang kamu!!”

    Bentak seorang rampok tidak puas akan jawaban natalina.
    “Benar paak..tidak ada..orang tua saya lagi pergi..cuman ada segitu..”

    Rampok itu menghampiri Rafasya dan berjongkok didekatnya.
    ” Jadi ga ada uang lagi?cuman ada segini?” Tanya rampok itu.
    Rafasya hanya mengangguk pelan.

    “Teman-teman, denger!katanya cuman ada segini uangnya..dikit banget..percuma nih kita cape-cape cuman dapat secuil..”

    Temannya menyahutinya dengan jawaban-jawaban kasar, penuh makian.
    “Tapi ngga’ papa, supaya ga rugi, gimana kalo kita ganti dengan anak gadisnya ini? Kayaknya boleh juga nih..”kata rampok tersebut sembari memandangi Rafasya yang ketakutan.

    Semua teman-temannya yang berjumlah 7 orang berteriak setuju. Mendengar itu, rampok tadi tersenyum dan berkata kepada natalina,

    ” Ya udah kalo gitu non, terpaksa non ganti rugi ke kita pake tubuh Non..”
    ujarnya sambil tersenyum dan membelai wajah Rafasya yang cantik. Dipandanginya sebentar Rafasya yang gemetaran ketakutan.

    ” Tapi kamu emang cantik..gua terangsang juga nih. Ngeliat body lu..”
    Rampok itu mulai menggerayangi dada Rafasya yang hanya dilapisi kain sutra halus tipis itu.

    Rafasya mencoba melawan dan meronta
    “Jangan pak..jangan..ampunn..jangan..aduuh..jangaan paak..ampuunn..jangan perkosa saya..ampuun..!!” tangis Rafasya.

    Mereka hanya tertawa mendengar tangisan Rafasya dan membuat mereka semakin bernafsu. Rampok yang tadi terus menggerayangi payudara Rafasya yang montok dan empuk itu dengan kedua tangannya.

    Dengan penuh nafsu, ia meremas-remas susu Rafasya selama 3 menit, lalu ia mencoba menyingkapkan bawahan daster Rafasya yang memang mini itu, sehingga terlihat paha mulus Rafasya

    Rampok itu mengelus perlahan paha indah tersebut. kemudian ia membopong Rafasya dan membawanya ke kamar Rafasya, lalu direbahkannya gadis malang itu di ranjang Rampok yang lain pun turut serta masuk ke kamar, nampaknya mereka akan berpesta pora dengan tubuh seorang gadis cantik.

    Seorang rampok yang berdiri di pinggir ranjang mulai membuka bajunya, terlihat tubuhnya yang berkulit hitam legam penuh dengan tato. Nampaknya ia adalah ketua gerombolan perampok ini. Kemudian ia perlahan naik ke atas ranjang dan merebahkan dirinya diatas tubuh Rafasya yang tergolek tidak berdaya.

    Rampok itu mulai memeluk dan menciumi wajah Rafasya Tercium olehnya wangi tubuh Rafasya yang segar dan sungguh membuat nafsu bergejolak. Rampok tersebut semakin cepat mencumbu Rafasya sembari tangannya terus menggerayangi dada dan selangkangan Rafasya.

    Tidak lama kemudian, rampok itu tidak sabar lagi, dirobeknya daster sutra itu. BREEKK.. ia sungguh-sungguh terpesona dengan pemandangan di depan matanya, Rafasya yang sudah tidak mengenakan BH, terlihat sepasang payudara indah milik seorang gadis keturunan yang cantik menjulang tinggi lengkap dengan pentilnya yang berwarna coklat muda.

    Rafasya hanya mengenakan CD G-string putih, sehingga sepertinya celana dalam itu hanya menutupi vaginanya dan pantatnya dibiarkan bebas terbuka, sungguh membuat semua rampok itu menelan air liur ingin mencoba tubuh Rafasya.

    Kembali rampok itu beraksi, kali ini kedua payudara itu yang dikerjain habis-habisan. Diremas-remas, dipijat-pijat, bahkan ia sampai mencubit kedua puting mungil itu. Rafasya hanya bisa pasrah menahan deritanya.

    Rampok itu melanjutkan aksinya dengan menciumi dan menjilat payudara Rafasya mulai dari lembah sampai ke puncaknya.

    Sampai di puncak, ia menghisap dan mengulum pentil itu dengan penuh semangat sampai terkadang saking gemasnya ia gigit pentil Rafasya. Rafasya hanya bisa melenguh dan mendesah menahan sakit dan nikmat tersebut .

    Puas dengan gunung kembar itu, rampok tersebut mulai berpindah sasaran kali ini ia segera melucuti celana dalam Rafasya. Ia pun kembali terpana melihat vagina Rafasya yang masih suci dan indah hanya ditutupi bulu-bulu halus, karena Rafasya tergolong apik ia sering mencukur bulunya agar terlihat rapi.

    Tidak tahan lagi rampok tersebut segera ‘menyerang’ vagina itu dengan lidahnya Dibentangkannya kaki Rafasya lebar-lebar, ia pun segera menukik menyerang selangkangan Rafasya yang sudah ‘wide open’ itu. Lidah tersebut bergerak lincah ke segala arah menjelajahi vagina Rafasya. Permainan itu berlangsung kira-kira 5 menit, lalu rampok itu maju ke babak berikutnya.

    Kali ini giliran Rafasya yang beraksi. Sang rampok menbuka celana dalamnya sendiri. Terlihat batang penisnya yang hitam sudah benar-benar berdiri menunggu giliran, dikocok-kocoknya sebentar batang itu.

    Lalu diarahkannya ke wajah Rafasya. Digesek-gesekkannya batang penis itu di wajah cantik Rafasya. Rafasya tidak bisa menolak, ia hanya pasrah membiarkan batang itu bergesekan dengan wajahnya. Setelah itu sang rampok memaksa Rafasya untuk membuka mulutnya.

    ” HEH! Buka mulutlu!ayo isap!!AYOO!!”
    Rafasya dengan perlahan membuka mulutnya, segera saja rudal rampok itu masuk kedalam mulutnya dan bergerak maju mundur di dalam mulut Rafasya.

    “Hei ayo goyangin lidah lu, jilat dan isap penis gua!”
    Mendengar itu Rafasya mematuhinya, ia mulai menjilat batang penis itu dengan perlahan. Rampok itu semakin cepat menggoyangkan pinggulnya di hadapan wajah Rafasya, setelah puas, ia langsung mencoba menyerang bibir Rafasya yang satu lagi yang berada di selangkangan.

    Diarahkannya rudal itu ke lobang kenikmatan. Agak sedikit susah karena lubang tersebut masih virgin, Tetapi akhirnya berhasil diterobos juga, penis hitam dan besar itu akhirnya berhasil keluar masuk di vagina Rafasya.

    Pertama-tama gerakannya perlahan tetapi lama kelamaan semakin cepat dan brutal, ia tidak mempunyai rasa kasihan kepada Rafasya yang berteriak kesakitan karena dimasuki oleh penis yang begitu besar.

    ” Ah..Ah..ah..euh..eanaak..ayo neng..teruss..enaak..Wuuh..!” gumam sang rampok sembari memompa vagina Rafasya.

    Sementara kedua tangan rampok bersandar di payudara Rafasya. Sembari sesekali dipilin-pilinnya pentil Rafasya seperti sedang mencari gelombang radio saja. Sungguh pemandangan yang mengundang hawa nafsu, seorang gadis cantik berkulit putih bersih dan telanjang bulat berada di posisi bawah ditindih seorang preman yang bertato.

    Mendapat perlakuan itu Rafasya hanya bisa menggeliat menahan geli dan rangsangan yang begitu hebat.Tetapi ia mencoba bertahan untuk tidak orgasme, walau dipompa sedemikian rupa oleh penis sang rampok.

    20 menit kemudian, sang rampok tidak tahan lagi, akhirnya ia memuntahkan air maninya didalam vagina Rafasya.
    “Euuh..euuhh..sstt..aah..gua ngecrot .aah..enaak..”

    Gumam sang rampok sembari penisnya memuntahkan lahar putihnya itu. Tubuh sang rampok terlihat berkelejotan saat berejakulasi..

    Nampak benar-benar nikmat sekali orgasme sang rampok Rampok itu masih terdiam di atas tubuh Rafasya dan membiarkan penisnya tetap berada di dalam vagina Rafasya untuk beberapa saat, Ia membiarkan sisa-sisa spermanya untuk keluar sampai tetes sperma terakhir.

    Lalu ia mulai menarik keluar penisnya dari vagina Rafasya, tampak penisnya yang sudah mengecil itu masih basah karena semprotan air maninya sendiri dan cairan vagina Rafasya.

    Lalu ia memberikan kesempatan kepada teman-temannya yang lain. Rekan rampok yang lain bergerak maju, kali ini ia menyerang Rafasya dari belakang. Diserangnya anus Rafasya dengan gencar. Posisi Rafasya sekarang seperti anjing yang sedang kawin..

    Rampok itu dengan kasar memasukkan penisnya ke lubang anus Rafasya. Rafasya hanya bisa mengerang kesakitan. Tubuhnya bergerak-gerak akibat hentakan sang rampok sampai-sampai payudaranya pun terbanting-banting akibat goyangan sang rampok..

    Rampok tersebut memegangi kedua belah pantat Rafasya agar tetap terarah sesekali ia tampar pantat Rafasya seperti layaknya memecut pantat kuda. Goyangan sang rampok semakin cepat, lalu tangan kirinya menjambak rambut Rafasya ke arah belakang.

    Lalu ditariknya tubuh Rafasya sampai punggung Rafasya telah menempel di dada sang rampok. Sang rampok segera menggerayangi payudara Rafasya dari belakang sambil ia menciumi leher Rafasya yang sexy. Kumis sang rampok yang tebal mencucuki leher Rafasya, sehingga ia merasa geli.

    Rafasya hanya bisa memejamkan mata menahan derita itu sambil sesekali merintih, dan mendesah sehingga desahannya semakin merangsang semua rampok yang ada dikamar tersebut.

    “Euuh..aahh..periih..aduuhh..ampuunn..paak..”rintih Rafasya.
    “AaaAhh..dikit lagi neengg..ayoo..sstt.aahh..Oohh..”

    Teriak sang rampok sembari goyangannya dipercepat, rupanya ia akan segera klimaks, tak lama kemudian ia akhirnya menyemburkan air maninya didalam lubang anus Rafasya. Air maninya sangat banyak sampai menetes keluar menyelusuri anus dan paha Rafasya.

    Rampok itu tersenyum puas akhirnya ia bisa merasakan tubuh seorang gadis cantik yang sangat sexy bahkan anusnya lah yang pertama kali menembusnya.

    Setelah itu kembali giliran rampok yang lain, kali ini ia memaksa Rafasya untuk berlutut dan melayani penisnya dengan mulutnya. Penis rampok yang berikut ini sungguh besar dan sudah berdiri tegang. Rafasya tak ada pilihan lain untuk melayani kemauan rampok itu. Dengan ganas rampok itu menggoyang-goyangkan penisnya dimulut Rafasya.

    “Ayoo.sedoott.. yang kencaang.. ayoo!!”

    Bentaknya sembari memegangi kepala Rafasya dan mengarahkannya maju mundur. Hentakannya sangat cepat sampai-sampai buah zakarnya memukul-mukul dagu Rafasya.

    Tak sampai 10 menit ia pun tidak tahan lagi, sentuhan lidah dan bibir Rafasya membuat penisnya mabuk berat. Ia pun segera memuntahkan air maninya yang banyak di dalam mulut Rafasya,

    “Aaahh..enaak..aahh..aahh..Ouhh..Oouhh..sstt..”
    Erangnya sambil menahan kepala natalina agar tidak lepas saat ia berejakulasi dan seluruh air maninya tumpah ruah di dalam mulut Rafasya.

    Rafasya terpaksa menelain air mani itu sampai habis. Setelah itu para rampok yang lain tidak sabar lagi, mereka maju bersamaan rupanya Rafasya akan diperkosa rame-rame.

    Seorang mengambil posisi untuk menyerang dari belakang, tubuh natalina ditaruh diatasnya dengan posisi memunggungi rampok tersebut.

    Lalu yang lain menyerang vagina Rafasya, sementara seorang mengambil posisi di dada Rafasya, ia meletakkan penisnya dan bergerak maju mundur diantara payudara Rafasya yang didempetkan sehingga menjepit penisnya, seorang lagi mengangkangi kepala Rafasya dan memasukkan rudalnya ke mulut Rafasya, sementara seorang rampok yang lain mengambil tangan kanan Rafasya dan membuatnya mengocok penis nya.

    Rasanya sungguh nikmat dikocok oleh tangan mungil Rafasya. Mereka terus mengerjai Rafasya dengan mantap di posisinya masing-masing mereka terus bergiliran berotasi mencicipi anus, vagina, payudara, mulut dan tangan Rafasya.

    Beberapa saat kemudian Rafasya tidak tahan lagi, ia pun akhirnya hancur juga pertahanannya, akhirnya Rafasya ejakulasi dengan deras, cairan natalina keluar sangat banyak karena ia sedari tadi menahan rangsangan yang ia terima.

    Peristiwa itu disambut para perampok dengan teriakan-teriakan tertawa membahana, bahkan tanpa rasa jijik seorang dari mereka menjilat cairan vagina Rafasya.

    “Sluurrpp..sluurrpp..hmm..nikmaat..rasanya air mani pertama gadis perawan..hahaha..”
    Rafasya dikeroyok selama 1/2 jam tidak lama kemudian satu persatu nyaris bersamaan para perampok itu orgasme di tempat proyeknya masing-masing. Tubuh Rafasya yang sexy itu sudah penuh oleh sperma.

    Para perampok tertawa puas, Rafasya berpikir mimpi buruknya telah berakhir, ternyata ia salah, 3 orang rampok yang pertama rupanya belum puas, mereka merangsek maju lagi dan memperkosa Rafasya untu kedua kalinya.

    Bahkan salah seorang dari mereka mengambil obeng yang mereka pakai untuk membuka pintu dan memasukkan gagang obeng besar itu ke vagina Rafasya. Dikocok-kocoknya vagina Rafasya dengan gagang obeng itu, Rafasya menggeliat kesakitan dan kenikmatan. Ia memang merasakan perih di lubangnya tapi juga merasakan kenikmatan tiada tara.

    Rafasya menggeliat dan membanting tubuhnya ke kiri dan kekanan membuat rampok itu semakin cepat mengocok vagina Rafasya dengan obeng.

    Cerita Sex Hikmah Dibalik Musibah

    Akhirnya Rafasya kembali ejakulasi untuk kedua kalinya. Sang rampok begitu senang melihat cairan mengalir deras dari vagina Rafasya, lalu kembali ia menggarap tubuh Rafasya sampai puas. Kedua rekan yang lain dengan sabar menanti giliran.

    Akhirnya Rafasya digilir oleh masing-masing rampok itu 2x. Setelah puas menggarap Rafasya, para rampok itu segera beranjak pergi sambil membawa barang jarahannya meninggalkan Rafasya yang masih bugil terkulai lemas di ranjangnya yang penuh dengan bercak sperma dan darahnya.

    Dia hanya bisa menangis sesegukan meratapi nasibnya.. Oh..mimpi buruk apa aku..isaknya..Kasihan sekali Rafasya.. What a nightmare on otista street..

  • Freya Jayawardana JKT48

    Freya Jayawardana JKT48

    Kisah ini hanya fiktif belaka murni hasil dari pengembangan fantasy semata tanpa ada keinginan untuk melecehkan dan atau merendahakan suku, ras, dan agama, diharapkan kebijakan dan kedewasaan pembaca, segala sesuatu yang terjadi kemudian diluar tanggung jawab penulis.

    Warning!!!

    • INI ADALAH CERITA FIKSI MENGENAI TOKOH FIKSI
    • KESAMAAN NAMA, TEMPAT DAN WAKTU ADALAH KEBETULAN
    • SEPENUHNYA MERUPAKAN IMAJINASI PENULIS TANPA DENGAN SENGAJA MENYAMAKAN DENGAN KEHIDUPAN TOKOH YANG SEBENARNYA DAN TIDAK MENCERMINKAN PERILAKU PADA TOKOH YANG SEBENARNYA
    • SEMUA TOKOH ADALAH TOKOH FIKSI. KESAMAAN DENGAN TOKOH ASLI ADALAH KEBETULAN BELAKA
      MENGANDUNG MATERI DEWASA YANG TIDAK COCOK UNTUK SEMUA KALANGAN.
    • LANJUT MEMBACA BERARTI MELEPASKAN PENULIS DARI SEMUA TANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG DITIMBULKAN KEMUDIAN.
    • HANYA UNTUK PEMBACA YANG BISA MEMBEDAKAN BEDA DARI FIKSI DAN IMAJINASI DENGAN KEHIDUPAN NYATA. MOHON MENERUSKAN MEMBACA DENGAN BIJAK.
    • DILARANG KERAS MENYEBARLUASKAN KARYA FIKSI INI TANPA SEIJIN PENULIS. PENULIS TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS HAL YANG TERJADI AKIBAT KARYA FIKSI YANG DISEBARLUASKAN TANPA IJIN.
    Cerita Sex Freya Jayawardana JKT48
    Cerita Sex Freya Jayawardana JKT48

    Ngocoks Cerita Sex Freya Jayawardana JKT48 Kaki jenjang Freya turun dari mobil pribadinya menapakkan jalan mulus yang ada di depan sebuah komplek besar itu. Tembok tinggi yang berwarna Orange berdiri mengelilingi sebuah komplek besar yang ada di belakangnya menutupi mata para pejalan kaki yang lewat di depan komplek besar itu.

    Sebuah pintu besar yang berhiaskan ornamen tradisional berdiri di depan Freya sebelum seseorang membuka pintu itu sebelumnya Freya sempat mengetuknya atau membukanya dari luar.

    Rok pendek yang dikenakan Freya bergerak tertiup angin saat gadis cantik itu melangkahkan kakinya untuk masuk melewati pintu yang dibuka lebar itu.

    Beberapa orang terlihat lalu lalang dengan sedikit tergesa saat hari mulai beranjak sore itu dengan cepat berubah menjadi gelap karena awan mendung sudah menggantung dari tadi. Sesekali terdengar suara guruh yang menderu dari kejauhan saat angin dingin membuat pohon pohon yang ada di lapangan tempat Freya berdiri setelah ia melangkah masuk itu berbunyi gemerisik saat daun daunnya ditiup angin.

    Mata Freya mencari cari di pada orang orang yang lalu lalang di sekitarnya sambil sesekali terlihat membungkuk pada gadis itu. Freya hanya bisa membalas dengan senyuman tipis sebelum gadis itu melangkah menyeberang halaman yang luas itu menjual bangunan besar yang ada di seberang tempat ia berdiri tadi.

    “Mama?” Tangan Freya menghentikan seorang wanita muda yang melewatinya.

    Gadis muda itu membungkuk sebelum menjawab : Ada di balairung Ndoro!” Langkah tergesa gadis itu hanya bisa ditatap oleh reya saat gadis itu melanjutkan langkahnya membelok dan menyusuri lorong lorong yang ada di bangunan utama itu.

    Sosok pria yang berusia lanjut terlihat keluar dari sebuah ruangan yang besar. Freya tersenyum dan menunduk hormat saat ia mengenali pria yang baru keluar dari ruangan yang ia tuju itu.

    “Wah sudah datang kamu Nak!” Pria itu mengulurkan tangannya untuk dicium dengan hormat oleh Freya. Tangan pria itu merangkul pinggang Freya sebelum gadis itu sempat menjauh darinya dan melangkah masuk ke ruangan yang ada di samping mereka.

    “Mama kamu lagi di dalam sama Pakde Delvin!” Kita ngobrol disini dulu aja!”Pakde mau denger cerita soal kamu setelah lama gak ketemu!

    Freya menuruti kemauan pria itu dan duduk di samping pria yang sekarang merangkul pundaknya sambil merasakan kehangatan tubuh pria yang nafasnya sedikit terengah saat Freya pertama kali melihatnya keluar dari ruangan yang ia tuju itu.

    “Wah Besok ulang tahun ya kamu! Udah makin dewasa ya keponakan pakde sekarang!” pria itu membelai dagu Freya sambil menatapnya dalam dalam. Wajahnya terlihat bersinar menatap gadis yang ada di sebelahnya itu.

    Freya hanya bisa tersenyum dan mengangguk tanpa bisa berkata apapun karena tubuhnya terus bergerak tidak nyaman merasakan belaian tangan pria yang memeluknya sambil duduk di atas kursi itu.

    “Kamu sudah siap buat ritual malam nanti kan?” tangan pria itu membelai pinggang Freya yang kali ini menggeliat resah saat nafas pria itu terdengar jelas di telinganya.

    “Kalau kamu gak siap! Kasian Mama kamu kayaknya sudah kewalahan gantiin kamu yang baru bisa datang buat jalanin ritual yang mustinya dilakukan kamu dulu!”

    “Mau ketemu Mama dulu Pakde Delvin!” Freya mencoba melepaskan diri dari pelukan pria itu sambil menggeliat bangun dari duduknya.

    Pria yang bernama Delvin itu membiarkan Freya bangkit dan membuka kunci yang ada di pintu yang tadi baru saja ia tutup itu.

    Delvin menarik nafas panjang saat ia sempat melihat paha Freya ketika rok yang dikenakan gadis itu tersingkap waktu Freya berusaha bangkit dan menjauh darinya.

    Bayangan paha Freya yang mulus itu membuat wajah Delvin terlihat tidak sabar ketika ia melangkah menjauh dari ruangan yang disebut balairung tadi.

    Suasana sepi di sekitar ruangan itu kembali terasa setelah Freya masuk ke dalamnya. Beberapa orang yang sejak tadi lalu lalang tadi lebih memilih mengambil jalan lain agar mereka tidak perlu melewati ruangan itu.

    Bagian dalam ruangan itu terasa suram dan remang remang. Hanya ada beberapa lampu kuning yang tergantung di langit langit ruangan itu. Suara penyejuk udara terdengar bersuara lirih menyejukan ruangan yang didalamnya berisi sebuah ranjang besar yang ada di tengah tengah ruangan.

    Sebuah kamar mandi dengan shower terlihat ada di salah satu pojok ruangan itu. Kamar mandi yang tidak tertutup dan hanya dikelilingi tembok yang berdiri setinggi dada orang dewasa itu berada dalam kegelapan di salah satu sudut ruangan itu.

    Telinga Freya mendengar suara erangan dan desahan dari balik kelambu yang menutupi ranjang besar dan mewah yang ada di tengah ruangan itu. Matanya berusaha mengalihkan pandangannya dari gerakan gerakan yang terlihat kabur tertutup kelambu yang menutupi ranjang itu.

    Telinga gadis itu mengenali suara rintihan serta erangan wanita yang ada di atas ranjang itu bersama seorang pria lain yang dipanggil Freya dengan sebutan Pakde Delvin itu.

    Suara ranjang yang bergoyang ketika Delvin membalik tubuh seorang wanita yang ada di pelukannya terdengar oleh Freya, Mata gadis itu melihat kelambu yang menutupi ranjang itu tersibak oleh tarikan tangan wanita yang suaranya ia kenali itu.

    Freya terus berdiri tak bergerak sedikitpun di balik bayangan berharap tidak ada seorangpun yang melihat kehadirannya di ruangan yang agak remang remang itu.

    Tapi Kedua orang yang ada di atas ranjang it tidak punya waktu untuk mengenali sosok Freya yang berdiri gugup di salah satu pojok karena mereka sudah bergerak lagi dengan cepat dan liar tanpa peduli pada keadaan sekitar mereka.

    Wanita yang bernama Paramita, dan bisa disebut Mama Mita oleh Freya itu menggeliat liar di bawah tindihan pria bernama Delvin yang sedang menghentak keras pinggulnya di antara kedua kaki Mita.

    “Mas! Mass! Nyah! Masss! Ahk! Mashk! Masshk! Nnggghhhk!” Mita mengejang di bawah Delvin yang menindihnya sambil menghujamkan pinggulnya ke selangkangan Mita. Kaki Mitapun yang panjang dan jenjang sudah terangkat dan saling mengait di atas pantat Delvin ketika Mita menikmati orgasmenya yang kesekian kalinya hari itu.

    Mata Delvin menatap pojok gelap yang tidak jauh dari ranjang itu. Matanya menangkap sosok Freya yang berdiri gugup melihat dirinya sedang berada di atas tubuh ibunya.

    Mata gadis itu terus berusaha mengalihkan pandangannya dari persetubuhan antar Delvin dan ibunya itu tapi telinganya tidak bisa menolak suara suara mesum penuh gairah yang terdengar dari mulut ibunya itu.

    “Aduh! Aduuh! Aku hampir! Aku hampirr! Gak bisa nahan terus! Aku hampir! Aduduh AsduhAduuuhhh! Mas! Mas! Gak bisa Mas! Gak bisa Mas! Aku gak bisa mas!” MIta terus mengerang binal penuh nafsu tanpa sadar semua perkataan dan gerakan tubuhnya yang memeluk dan mencakari punggung Delvin itu sedang dilihat oleh mata Freya anak sulungnya.

    “Tahan dulu! Tahan dulu! Aku masih belom selesai sama kamu!” Delvin tak peduli pada permohonan Mita yang ingin agar dirinya segera mengakhiri persetubuhan itu. Mata pria itu menatap tajam Freya yang sudah sadar kalau pria itu sudah mengetahui keberadaan dirinya di ruangan itu.

    “Udahin dulu mas! Tadi udah lama sekali sama mas Delvin!” Mita merintih sambil menggelengkan kepalanya Wanita itu menggeliat saat Delvin tidak juga mengurangi kecepatan hentakan serta sodokan penisnya ke dalam tubuh wanita itu.

    “Udahlah MIta! Gak malu kamu sama anak kamu itu? Kerjaannya dari tadi ngeluh melulu! Ini semua kan sudah jadi kewajiban kamu yang sudah kamu sepakati dengan kami semua! Dan selama ini kami semua sudah menjalankan perjanjian yang harus kami kerjakan buat kamu dan anak kamu itu!” Jadi sampai saatnya perjanjian itu selesai!

    Ya kamu gak usah banyak protes dan banyak nawar!” Delvin terengah sambil mengatupkan mulutnya. Ia terlihat sudah tidak sabar untuk menuntaskan persetubuhan itu karena gejolak ejakulasi yang ada di selangkangannya terus mendesak keluar dari penis pria itu.

    Mita mendongak dan terpekik saat ia melihat Freya yang saat itu sudah keluar dari bayang bayang kegelapan tempat ia berdiri tadi. Wajah gadis itu berubah menjadi serba salah saat ia melihat ibunya begitu terkejut melihat kehadirannya.

    “Freya! Keluar Nak! Jangan berdiri disitu Nak! Jangan disini Nak! Keluar Freya! Keluar Freya! Jangan lihat! Jangan lihat!” Tuuh Mita meronta. Ia memutar tubuhnya membelakangi Delvin dan berusaha turun dari ranjang, Tapi tangan Delvin lebih cepat menangkap pinggangnya dan menahannya tidak bisa menjauh dari pria itu.

    Mata Mita melotot saat penis Delvin yang tadi keluar dari vaginanya terasa mengisi lagi vaginanya dalam posisi doggie yang membuat Freya bisa melihat buah dada Ibunya yang membulat besar itu menggantung di dada ibunya itu sebelum tangan Delvin meremas dan memainkan puting susu ibunya itu.

    “Udah! Freya udah cukup umur buat belajar! Jadi Kamu gak usah keluar Nak! Toh sebentar lagi ini akan jadi tugas kamu!” Delvin mendesis sambil terus bergerak maju mundur di belakang Mita yang sedang bertumpu pada lutut dan kedua tangannya. Tubuh wanita itu menggeliat berusaha menggapai Freya yang terus menatap persetubuhannya dengan Delvin tu.

    “Jangan Mas! Jangan MAS! AKU GAK MAU DIA NONTON GINI! AKU MOHON JANGAN GINI mas! Aku gak bisa kalo musti gini Akuwhhhnnnnn! Owwwhhhnnn! Awwwwwhhhnnn! Awwwwhhhnnn!” Potes Mita terputus saat tubuhnya tidak bisa bertahan lagi. “ Freya Janangannnhhhgghh! Jangfaaannghhhhhhh! Liiiiiihhhaaaddddddddggghhhh! Hhhhhgghhhhhh! Aaaawwwwgggghhhhhhhh!”

    “Keluarin manahk?! DImanahk! Mithah!! Kluarin Managgghh!” Delvin mengerang ketika ia tak kuasa lagi menahan orgasmenya.

    Mita menggelengkan kepala “Jangan sekarang Mas! plis mas! Plis Mas Ada Freya! Jangan!”

    “Kluarin manahk! Jawab ! Jawab! Jawab!” Delvin tak peduli pada protes Mita dan terus menggeram bertanya pada Mita. Ia hampir kehilangan kendali pada penisnya yang hampir meledak.

    “Dalem mas. Dalem Mas…” Mita mengigit bibirnya menjawab lirih

    “Yanghk Kerash! Yang kerashhhk! Yag kerash Ngggghhhkk!” Delvin melotot sambil terus menghujamkan penisnya ke dalam vagina Mita.

    “KELUARIN DI DALEM MAS! KLUARIN DI DALEM!” Mita berteriak dengan putus asa menuruti perintah Delvin. Matanya yang menatap Freya dengan putus asa melebar ketika tubuhnya merasakan Delvin mengejang menyemburkan Sperma ke dalam vagina Mita.

    Wajah Mita memerah saat ia berusaha menahan rasa kecewa dan malunya saat ia menyadari ia telah menyerah dalam kenikmatan dan membiarkan Freya menonton tubuhnya dibuahi oleh Delvin yang saat itu bersimpuh terengah membiarkan Mita berguling terletang di atas ranjang.

    Tanpa merasa terganggu pada kehadiran Freya Delvin bangkit dari duduknya dan melangkah ke atas tubuh Mita yang hanya bisa pasrah menerima kedatangan Delvin ke atas tubuhnya itu.

    Mata freya menatap tanpa berkedip saat ia melihat penis Delvin yang menggantung lemas di selangkangan Delvin diturunkan ke mulut Mita yang langsung menerima kejantanan pria itu dengan mengulum dan menjilatinya di dalam mulut ibu Freya itu.

    “Kamu pelajari baik baik Nak!” Delvin menatap Freya dengan tatapan tajam saat ia mendesah nikmat membiarkan lidah dan mulut MIta bergerak gerak di seluruh bagian penisya, sebelum pria itu merasa puas dan menarik keluar penisnya dan mulut Mita yang masih terbaring tak bergerak di atas ranjang.

    Delvin meraih sarung yang tergeletak di atas lantai dan memakainya sebelum menuju pintu ruangan itu. Tangan pria itu membelai pipi Freya dengan lembut saat pria itu melewati Freya yang masih berdiri tak bergerak.

    Mata Mita terilhat sayu kelelahan Nafasnya tersengal saat Freya melangkah ragu mendekati ibunya yang terus terbaring tak bergerak di atas ranjang itu. Kaki Mita yang terbuka lebar membuat Freya bisa melihat selangkangan ibunya yang ditumbuhi bulu kemaluan itu berlumuran cairan putih yang saat itu masih meleleh keluar dari belahan vaginanya.

    Mulut Mita yang masih menyisakan bekas cairan yang ia bersihkan dari penis Delvin tersenyum tipis saat wanita itu mengulurkan tangannya untuk memeluk Freya yang langsung membenamkan wajahnya di dada ibunya itu.

    “Maafkan Mama kamu musti lihat semuanya itu ya Freya!” Mita berkata lirih sambil memeluk leher Freya lebih erat saat tangannya membelai rambut pendek di kepala anak sulungnya itu.

    “Maafin Freya yang selama ini sudah egois dan bikin Mama jadi kayak gini!” Freya membalas dengan suara yang lebih lirih ketika hatinya dipenuhi rasa penyesalan karena telah membuat ibunya harus mengalami apa yang telah ia lihat tadi dengan kedua matanya sendiri.

    “Sssshhhh Mama gak pernah mikir gitu Freya! Semuanya Mama lakukan supaya kamu gak bisa raih mim…” Perkataan Mita terputus saat pintu ruangan itu terbuka lagi dan tertutup segera diikuti oleh langkah tergesa dari balik kegelapan.

    Dua sosok pemuda terlihat tidak sabar mendekati ranjang tempat Mita sedang memeluk Freya itu.

    “Udah selesai ya Bude!” Aku sama Tarmin sampe ngantuk nunggu di pendopo tadi!”

    “Eh ada Kak Freya!” pemuda yang disebut Tarmin itu menurunkan sarung yang ia kenakan mengikuti apa yang dilakukan pemuda satunya.

    Tubuh telanjang dua pemuda itu langsung menaiki ranjang dan mendekati tubuh Mita yang langsung mendorong Freya untuk menjauh darinya.

    “Sabar dulu Nak! Pelan pelan! Bulik baru selesai sama ayah kalian! Kasih bude waktu buat istirahat dulu!” Mita berkata dengan nada panik saat merasakan tangan tangan pemuda itu mulai menggerayangi paha dan perutnya diikuti dengan remasan di kedua buah dadanya.

    “Kamu keluar saja Freya! Nanti Mama cari kamu! Jangan disini! Keluar Freya!”

    “Idih belepotan nih punya Bulik! Pasti gara gara Ayah!” Pemuda yang pertama mengernyit melihat sperma Delvin yang berlumuran di vagina Mita. Ia mengangkat wajahnya. ” Min! Sarmin!” Kamu duluan aja! Biar aku yang maenin Bulik!”

    Pemuda yang berama Sarmin mendengus sebelum berpindah duduk di antara kedua kaki Mita yang terus menggeliat mencoba menolak perbuatan kedua eponakannya itu. Tangan Sarmin menahan lutut Mita dan menekannya agar wanita itu berhenti bergerak.

    “Pelan Sarmin! Bulik masih cape! Pelan Pelan Nak!” Minta merintih saat melihat penis Sarmin sudah mengacung mengarah ke vaginanya.

    Freya yang bergegas menjauh dari ranjang itu mendengar erangan mita sebelum gadis itu keluar dan menutup pintu ruangan itu di belakangnya.

    “Awwhhhnnnnnn! AwwwwhhhhnnnOwwwwhhhnnnnnnn! minta mengerang ketika mulut Tarmin dengan penuh nafsu mengulum dan menyedot puting susunya diikuti oleh masuknya penis Sarmin ke dalam vaginanya.

    Freya menutup pintu yang ada di depasnnya perlahan. Pikirannya melayang entah kemana saat gadis itu merasa menyesal telah meninggalkan ibunya sendiri menghadapi kedua sepupu Frey yang tampak sudah begitu bernafsu pada ibunya itu. Tangan gadis itu sedikit gemetar saat ia memutar kunci untuk mengunci pintu tadi.

    “Loh klo kamu malah keluar Nak? Gak di dalem temenin mama kamu sama Tarmin dan Sarmin? Suara pria tua yang tiba tiba sudah ada di belakang Freya mengagetkan gadis itu.

    “Tad, Tadi disuruh Mama keluar Eyang!” Suara Freya terbata saat tubuh pria tua itu begitu dekat dengan dirinya. Suara pintu yang tadi dikunci oleh Freya terdengar diputar lagi dan pintu di belakang Freya kembali terbuka.

    Cerita Sex Polisi Ramah

    “Udah gak usah keluar! Di dalem aja sama Eyang!” Tangan pria tua itu meremas pundak Freya sambil membawanya kembali masuk ke dalam ruangan itu. Suara desahan dan erangan Mitas kembali terdengar di telinga Freya saat gadis itu menuruti perintah pria tua itu untuk kembali masuk ke dalam ruangan itu.

    Tangan pria itu kembali merangkul pinggang Freya setelah ia mengunci pintu tadi dari dalam sebelum membawa Freya masuk mendekati ranjang tempat Mita dan kedua koponakan yang sedang mencumbu wanita itu berada di atasnya.

  • Anugerah atau Malapetaka

    Anugerah atau Malapetaka

    Cerita Sex Anugerah atau Malapetaka – Sejak kecil sampai tumbuh dewasa aku hidup di lingkungan keluarga berada. Orang tuaku memiliki harta yang berlimpah. Aku dan adik-adikku dimanja dengan materi. Aku pria yang biasa-biasa saja kulitku agak gelap, meski belum bisa dibilang hitam. Meski aku tidak putih, tetapi tubuhku proporsional, muka bersih tanpa jerawat. Tinggiku rata-rata saja sekitar 175 cm.

    Satu hal yang mungkin kurang diperhatikan dari kedua orang tuaku. Kami anak-anaknya kurang diperhatikan pendidikannya. Aku lebih suka kelayapan bersama-sama teman dan berganti-ganti pacar. Sejak SMP aku sudah mengenal hubungan sex.

    Mungkin karena tubuhku bongsor, sehingga aku tampil lebih dewasa dari umurku. Seingatku, aku melepas perjakaanku di kelas 2 SMP, aku dibujuk atau tepatnya digoda terus oleh salah satu saudara perempuanku.

    Dia lebih tua 5 tahun dan hubungan family sebagai kakak sepupu. Waktu itu dia tinggal di rumah menumpang untuk melanjutkan kuliah. Anaknya lumayan cantik dan bahenol.

    Cerita Sex Anugerah atau Malapetaka
    Cerita Sex Anugerah atau Malapetaka

    Ngocoks Di umur yang masih sangat muda, aku tentu belum berani agresif, Winny demikian nama kakak sepupuku yang terus berusaha mendekatiku dan akhirnya kami sampai melakukan hubungan badan. Semua dia yang mengajarkan, aku seperti kerbau dicucuk hidungnya menuruti ajakan nikmatnya.

    Orang tua kami berpandangan modern dan bebas, sehingga mereka mengabaikan saja, meski tahu aku sering tidur sekamar dengan Winny.

    Pengalaman ku bersama Winny yang membawa diriku menjadi ahli dalam pergulatan tubuh, membuat aku menjadi lebih berani dan aktif terhadap cewek-cewek di sekitarku. Kuakui Winny memiliki nafsu yang besar, dan seingatku sejak pertama hubungan dengan ku dia sudah lihai mempermainkan penisku. Mungkin dia sudah tidak virgin lagi pada waktu itu.

    Dia pula yang mengajariku berbagai trik dan tips untuk memuaskan pasangan wanita. Darinya aku tahu bahwa wanita memiliki puncak kepuasan yang disebut orgasme. Bahkan dia menuntunku sampai dia mencapai orgasme yang paling puncak yaitu orgasme G Spot.

    Di usia 15 tahun aku sudah sangat paham cara memuaskan wanita. Karena badanku yang bongsor, maka onderdilku juga tegap dan lumayan panjang. Untuk ukuran orang Indonesia penisku yang 17 cm termasuk gede dan lingkarnya gemuk, sehingga tampilannya sangat proporsional.

    Winny mengajariku, sehingga dia pun ketagihan pada kemampuanku. Dia bahkan berterus terang, berhubungan dengan pacarnya yang kemudian menjadi suaminya, kurang memuaskan. Sehingga jika dia habis main dengan pacarnya di luar, pulangnya dia minta jatah untuk aku puaskan.

    Dia bertahan, bahkan sampai menuju perkawinan karena keluarga cowoknya kaya dan katanya cowoknya sangat pengertian. Kehidupanku yang malang melintang menindih berbagai macam cewek, dari mulai abg sampai tante-tante.

    Sejak umurku 15 tahun aku sudah memiliki mobil sendiri, dan uang jajan yang diatas rata-rata teman sebayaku. Urusan sekolah akhirnya aku abaikan sehingga aku drop out di kelas 3 SMA. Aku tidak peduli, karena uangku berlimpah, dan kawanku banyak.

    Cerita kemewahan berakhir pelan-pelan sejak ayahku meninggal. Praktis keluarga kami tidak lagi memiliki penghasilan. Ibuku yang sakit-sakitan setahun kemudian juga mengikuti ayahku menuju alam baka.

    Aku mendapat warisan yang lumayan, karena harta orang tuaku hanya dibagi berdua dengan adikku.

    Kelihatannya milyaran rupiah dan harta property yang demikian banyak kumiliki cukup untuk menunjang hidupku. Namun nyatanya itu semua hanya bertahan 5 tahun.

    Di akhir kehidupan mewahku, aku menjual mobilku dan kost di tempat yang tidak terlalu mahal. Dari kendaraan sport mewah di masa lalu, kini aku pasrah memiliki motor bebek yang kubeli dari teman dengan harga miring.

    Mungkin karena tampilanku yang agak macholah maka aku tidak dijauhi para wanita. Teman-temanku dulu malah sering mengajakku berburu cewek. Aku yang diumpan agar cewek tertarik. Kelihaianku mengolah kata dan penampilanku yang simpatik, sulit ditolak oleh cewek mana pun yang kami dekati.

    Aku memiliki teman-teman yang sama hobinya, yaitu ngewek kemana-mana. Kami bertiga bahkan sering menggarap seorang cewek. Semua biaya yang menanggung adalah Doni, karena dialah yang paling berduit.

    Diantara sekitar 5 orang cewek yang sering kami jadikan obyek party sex, ada yang paling menggairahkan, dia adalah Winda. Bodynya paling bagus, mainnya paling oke, dan wajahnya cakep. Dia paling gampang diajak kerjasama, sampai sampai anus dan vaginanya kami pakai bersamaan, dia sih oke-oke saja.

    Kelihatannya dia naksir aku. Itu kuketahui, dia sering diam-diam mengajakku kencan dan kami menyewa motel, dia yang membiayainya. Wajar saja, tampangku paling oke diantara teman-teman dan kemampuan sex ku juga diatas mereka semua.

    Malapetaka atau anugerah, aku tidak tahu. Tapi yang jelas, Winda hamil dan dia menuduhku sebagai orang yang menghamilinya. Aku sudah berusaha berkilah, tapi Winda tetap bersikeras menuduhku yang menghamilinya.

    Dia dan keluarganya meminta aku bertanggung jawab. Aku tidak sampai hati membeberkan kebiasaan kami yang sering party dengan Winda kepada orang tuanya..

    Singkat cerita akhirnya aku menikah dengan Winda di usia kehamilannya 4 bulan. Keluarganya cukup berada, sehingga sebagai hadiah perkawinan, kami mendapat rumah kecil agak di pinggir kota lengkap dengan isinya.

    Anakku kemudian lahir laki-laki dan ternyata ada kemiripannya dengan ku. Agak tenang juga hatiku, karena meyakini bahwa darah dagingku lah yang ada di Dimas demikian nama anakku.

    Meski sudah memiliki anak, aku belum memiliki pekerjaan tetap. Pendapatanku hanya tergantung dari menjadi pialang orang mencari tanah atau rumah atau mobil. Syukurlah, Winda adalah wanita yang tangkas. Apa saja dikerjakan mulai menjual baju, tas atau apa saja.

    Hasilnya lumayan juga buat menunjang kehidupan kami sehari-hari. Pendapatanku tidak menentu, kadang-kadang dapat duit banyak, tapi lama kemudian tidak pegang duit sama sekali.

    Pergaulan Winda yang luas dengan ibu-ibu menyebabkan rumah kami sering didatangi pelanggan Winda. Ada saja yang diobyekkan Winda, sehingga bisnisnya tidak pernah putus.

    Diantara ibu-ibu pelanggannya ada saja yang sering melirikku dengan pandangan penuh arti. Aku paham dengan pandangan seperti itu, tetapi karena mereka adalah relasi istriku, maka aku tidak berani macam-macam.

    Suatu malam Winda menggamitku di tempat tidur. “ Pah aku mau ngomong serius, tapi papa janji jangan marah ya kalau tidak setuju,” katanya.

    “Ngomong aja kok pakai janji segala, aku janji deh nggak bakalan marah, lagian mau ngomong apa sih,” tanya ku penasaran.

    “Gini lho, papa tau enggak ibu Mira, janda yang sering beli barang-barangku. Dia kelihatannya tertarik ama papa. Aku iseng aja sebenarnya nawari, mau enggak jalan ama suami ku, Eh dia ternyata menanggapi serius. Dia malah mau kasi aku duit besar kalau dia bisa jalan sama papa,” kata Winda.

    Jantungku berdetak kencang, karena terkejut, tetapi aku pendam sebisa mungkin agar nggak terlihat istriku. “Terus,” tanyaku.

    “Ya itulah, papa mau nggak jalan sama dia, “ tanya istriku serius sambil meremas-remas batangku yang sudah makin keras.

    “Lha mama gimana, apa nggak keberatan,” tanyaku pura-pura bloon.

    “Nggak apa apa sih, yang penting papa mau, apalagi dia mau kasih duit gede, katanya,” kata istriku sambil mengelus-elus dadaku.

    “Bener nih ma, nggak apa apa mama,”

    “Ye orang gua yang nawarin, kok, ya nggak lah,” katanya.

    Akhirnya kami berdua menyepakati untuk aku bersedia jalan sama Bu Mira.

    Sekitar jam 11, ketika aku sedang santai di rumah dan istriku sudah jalan berbisnis, telepon masuk ke HP ku. “ Pa bu Mira sudah siap dia menunggu di hotel Cemerlang kamar 405, papa bisa enggak sampai di sana sekitar jam 12,” kata istriku dengan suara agak tergopoh-gopoh.

    Hotel Cemerlang tidak jauh dari tempat tinggalku, sekitar 15 menit dengan sepeda motor, bisalah sampai di sana. Aku segera mandi dan mengenakan baju kaos ketat di padu dengan jeans. Penampilanku di usia 28 tahun terlihat kekar.

    Kuketuk kamar 405 tepat jam 12 siang. Jantungku agak berdebar-debar. Bu Mira usianya sekitar 35 tahun, wajahnya ayu, dan tampilannya memang seperti ibu-ibu tajir. Dia mondar-mandir selalu nyetir sendiri Toyota Altis hitam. Aku sudah kenal dengan dia, tetapi tidak terlalu akrab,karena memang dia kolega istriku.

    Tidak lama kemudian pintu terbuka, dan muncul wajah manis Bu Mira yang manis, “Eh dik, masuk-masuk, katanya menyilakan. Semerbak parfum menyergap penciumanku . Suasananya agak kaku, aku harus mengambil inisiatif untuk mencairkan suasana.

    Kuulurkan tanganku dan dengan gerakan yang tidak diduga kutarik badannya sehingga aku langsung mencium pipi kiri dan kanannya. Kesan akrab kuusahakan menghancurkan kecanggungan. Mulanya Bu Mira agak terkejut, tetapi dia melemaskan badannya dan pasrah ke dalam pelukanku lalu merelakan kedua pipinya yang wangi untuk ku kecup.

    Dengan merangkul pundaknya aku membimbingnya duduk di tempat tidur. Bu Mira wajahnya memerah, mugkin dia masih malu. “ Bu santai aja, kita kan sudah dewasa, dan pertemuan kita kan sudah disepakati, jadi nggak usah merasa canggung,” kataku.

    Dia menatapku sejenak lalu mencubit, pahaku, “ Ah mas Dicky ini bisa aja, biar gimana saya kan perempuan, “ katanya masih dengan roman muka malu.

    “Mau minum apa mbak,” aku menawarkan minuman sambil berdiri menuju lemari pendingin di bawah televisi kamar hotel. “Eh enggak usah dik, eh aqua aja lah, yang digelas .Aku mengambil segelas kecil aqua dan aku sendiri, mengambil sekaleng bir.

    Aku memilih minum bir bukan mau sok-sok ke barat-baratan, tetapi aroma bir membuat bau mulut jadi agak menggairahkan. Siapa tahu aku nanti mengecup bibirnya, mulutku baunya jadi sensual.

    “Gimana mbak bisnisnya, lancar,” tanyaku memecah keheningan sejenak. Bu Mira, seorang bisnis woman yang cekatan. Dia memiliki sebuah apotik dan satu minimarket. “ Yah biasa aja dik, ada naik turunnya,” katanya mencoba merendah.

    “Mbak tiap hari sibuk dong ngontrol nya,” kataku sekenanya.

    “ Ya itulah, kadang-kadang jalan macet yang bikin kesel, jadi rasanya badan cepet cape,” katanya. Tanpa menunggu komando kuraih kedua pundaknya lalu aku lancarkan pijatan ringan. Siapa pun akan merasa nyaman jika pundaknya dipijat, asal jangan terlalu keras.

    Merasa pundaknya aku pijat dia mengubah duduknya sehingga posisinya membelakangiku. Aku terus melancarkan pijatan sampai ke punggungnya. Mbak Mira terlihat menikmati pijatanku sampai dia menggeliat-geliat. “Eh ternyata Mas Dicky pintar juga mijat,” pujinya.

    “Kalau mbak mau saya pijetin deh seluruh tubuhnya,” kataku menawarkan.

    “Mau dong, enak kok pijetannya nggak sakit,” katanya.

    Aku lalu menyarankan agar dirinya mengganti baju dengan kimono yang tersedia di lemari hotel. Mbak Mira bangkit meraih kimono lalu masuk ke kamar mandi. Aku melepas celana jeansku , sehingga tinggal celana boxer dengan kaus ketat.

    “Mbak tidur telungkup deh, biar bagian belakangnya dulu yang aku pijat,” kataku memberi arahan.

    Mbak Mira tidur telungkup sambil menjaga kimononya agar tidak tersingkap. Inilah perempuan. Meski tujuannya dia mau memakaiku, tetapi rasa malunya tidak bisa dia hilangkan. Aku maklum, memang begitulah perempuan, pembawaannya di awal selalu munafik.

    Setelah berbaring telungkup aku memperbaiki posisi kimononya agar menutup tubuhnya maksimal. Dia membantu dengan mengangkat sebagian tubuhnya sehingga kimononya bisa lebih banyak menutup bagian bawahnya. Kedua tangannya menjulur kebawah.

    Aku mulai memijat bagian telapak kakinya sambil menyesuaikan tekanan pijatan yang dia rasa nikmat. Mbak Mira tubuhnya ternyata mampu menerima pijatan yang agak keras. Kedua kakinya aku garap sampai batas lutut. Badannya mulai melemas dan pasrah oleh olah pijatku. Namun karena tidak ada cream maka pijatanku kurang maksimal.

    Aku meraih tube cream body lotion yang memang tersedia di kamar hotel lalu kubalurkan ke bagian betisnya. Mbak Mira menggeliat-geliat menikmati pijatanku antara nikmat dan sedikit rasa sakit. Dari tekanan pijatanku terasa di beberapa tempat uratnya mengeras. Itu menandakan pimiliknya jarang dipijat dan terlalu banyak jalan.

    Ketika kutanyakan hal itu, dibenarkan mbak Mira. “ enggak nyangka lho kalau dik Dicky pintar mijet, tahu gitu saya udah dari dulu minta dipijat dik Dicky,” ujarnya. Pijatanku mulai naik ke bagian paha, dengan menelusupkan tanganku dibawah kimononya. Aku menjaga tak sampai dekat dengan selangkangannya.

    Bersambung…

    1 2 3 4
  • Mencoba Hal Baru

    Mencoba Hal Baru

    Cerita Sex Mencoba Hal Baru – Eksibisionisme atau eksibisionis (sebutan bagi pelakunya) itu adalah perilaku kelainan seksual dimana seseorang doyan/hobi/gemar/demen/suka untuk memamerkan organ pribadi kepada lawan jenis dengan tujuan mendapatkan kepuasaan pribadi.

    Apa sih organ pribadi yang biasa dipamerkan? Biasanya, jika eksibisionis tersebut seorang pria, dia akan memamerkan penisnya, walau tak munutup kemungkinan jika ia juga bakal memamerkan organ tubuh lainnya. Dan jika eksibisionis nya seorang wanita, dia akan memamerkan payudara, pantat, kaki, celana dalam dan vaginanya.

    Okelah, siapa pun mungkin memiliki sifat suka pamer seperti ini. Tapi bagaimana jadinya jika sifat suka memamerkan ini sedikit lebih parah? Seperti suka memamerkan pasangannya kepada orang lain?  Atau ingin melihat orang lain manatap pasangannya ketika pasangannya sedang bertelanjang badan?

    Mungkin ini hanyalah sekedar pertanyaan yang sangat simple. Namun bukan berarti, dari pertanyaan simple, jawabannya juga bakal sesimple itu.

    Cerita Sex Mencoba Hal Baru
    Cerita Sex Mencoba Hal Baru

    Ngocoks “Makasih ya Mi… kamu udah bisa ngabulin semua permintaan anehku ini…” ujar Rudi, mantan pacarku dulu. Dengan peluh yang masih bercucuran, Rudi kemudian mencabut batang penisnya keluar dari lubang pantatku.

    “PLOP”.

    Suara cabutan batang penisnya dari lubang anusku yang kemudian disertai dengan gumpalan lendir panas berwarna putih keruh, langsung turut keluar dan mengalir ke arah paha dalamku.

    YUP. Lubang pantatku.

    Sebenarnya, sebelum acara persetubuhan anal pagi ini, Rudi sudah berulang kali meminta padaku untuk dapat melakukan seks anal. Namun, walau aku sudah sering melakukan seks anal, aku tak langsung mengabulkan permintaan anehnya itu.

    Aku hanya ingin tahu, sejauh mana pengorbanan yang bakal ia lakukan demi mendapatkan persetujuanku supaya bisa bermain anal.  Dan, ternyata ia benar-benar mampu berkorban lebih. Terbukti dari adanya kalung yang melingkar manis dengan inisial “MIA” di leherku.

    Limbung, lemas, tak bertenaga. Rudi yang walau memiliki badan ekstra besar, tak mampu juga mempertahankan posisi doggynya. Dia jatuh terlentang tak berdaya di samping tubuhku yang masih dalam posisi nungging. Dengan mata sayu, dan senyum mengembang di wajah, ia hanya bisa terdiam sambil terus membayangkan kenikmatan yang baru saja ia rasakan dariku.

    Seperti orang yang baru terkena tenung, sihir, hipnortis, atau entah apapun itu namanya. Ia hanya menatap diam kelangit-langit kamar hotel ini.

    Aku beranjak dari posisi nunggingku, berjalan kearah meja kecil di samping tempat tidurku dan mengambil beberapa lembar tissue. Kubersihkan vagina dan lubang anusku dari sperma hangatnya yang masih saja mengalir keluar.

    “Maenmu kali ini gak seperti biasanya say… seperti kesetanan…” kataku sambil melempar gumpalan-gumpalan tissue bekas yang basah oleh sperma itu kearahnya.
    “ENAAAAAK…” jawab Rudi singkat sambil masih menatap langit-langit kamar hotel.
    “Makasieee…”

    Setelah vagina dan anusku terbebas dari segala macam lendir, kulangkahkan kaki jenjangku ke arah dapur. Dan dengan masih dalam keadaan telanjang bulat, aku berjalan kearah kulkas lalu mengambil sekotak susu kegemaranku.

    Tak lama, kubuka korden dan pintu balkon, lalu kulangkahkan kakiku berjalan keteras kembali ke arah balkon. Hembusan angin sejuk langsung menerpa wajah dan tubuh telanjangku, seolah membebaskan penat di dada.

    Kutarik kursi balkon mendekat kearah pagar, dan langsung kuhempaskan tubuhku diatasnya. Kulihat jam yang masih melingkar di pergelangan tanganku sudah menunjukkan pukul 09.30 pagi.

    “Yah… terpaksa membolos sekolah lagi nih ceritanya… dan sepertinya, ini bakal jadi hari yang melelahkan…” ucapku dalam hati sambil menyeruput cairan manis berwarna coklat dari kemasan kotak yang aku ambil tadi. Ngocoks.com

    ***

    “Sayang… aku pengen deh ngelihat kamu dipake orang laen…” ujarny santai.

    DEG…

    Mendengar kalimat mantan pacarku itu, jantungku serasa berhenti.
    “Maksud kamu…..?” tanyaku heran.
    “Iya… aku pengen ngeliat kamu dientotin ama cowok laen…”

    “Apaan sih…? Kok kamu mintanya aneh-aneh gitu…?”
    “Nggak tahu Mia… darimana datangnya ide aneh seperti itu…. Yang jelas, setiap kali ada cowok yang melirik kearahmu dengan pandangan nafsu, kontolku mendadak mengeras Mia…”

    “Lalu…?”
    “Ya gitu Mia… aku jadi penasaran, gimana sensasinya ketika melihat kamu sedang dientot ama cowok laen…”
    “Gila kamu say… Kamu bener-bener gila…”

    ***

    Hari demi hari telah berlalu. Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan.

    “Janji ya…? Kalo Mia turutin semua permintaan anehmu, Mia dapet semua yang Mia mau…?” tanyaku sambil menggelayut manja di dekapan Rudi.
    “Suer Mia… kamu bisa percaya ama aku…”

    Sebenarnya, aku sama sekali tak pernah memimpikan hal seperti ini, namun karena rasa penasaran yang setiap kali Rudi mengajukan ide melihatku disetubuhi orang lain, entah kenapa ada perasaan aneh yang juga sangat menggebu, hingga  pada akhirnya aku berpikir “Apa salahnya sih buat mencoba hal baru… selama tak ada yang saling dirugikan…”

    Terlebih lagi setelah aku pikir-pikir, kapan lagi aku bisa bersetubuh dengan orang asing di depan pasanganku. Dan singkat cerita, kami berdua setuju untuk mencoba petualangan aneh ini .

    ***

    Di suatu weekend yang cukup cerah, Rudi mengajakku menginap di sebuah hotel di luar kota. Kami berdua sengaja memilih cottage, karena disana memiliki privasi yang cukup tinggi dan jauh dari orang yang kami kenal. Selain itu, alasan kenapa kami lebih memilih hotel, adalah supaya Rudi dapat mengeksplor keinginan anehnya itu padaku lebih jauh lagi.

    Setelah beberapa kali mensurvey lokasi, kami berdua memilih sebuah hotel yang memiliki parkir mobil di dalam area hotel. Lebih tepatnya, di halaman kamar, tempat kami tidur.

    Kami memilih kamar hotel yang memiliki jendela super besar yang menghadap tepat ke arah parkiran kendaraan. Tujuan kami memilih kamar dengan jendela lebar, adalah supaya kami bisa dengan bebas melihat siapa saja orang yang ada halaman parkir ataupun orang yang ada di kamar seberang.

    Setelah kami selesai melakukan checkin, kami segera saja melakukan rencana yang telah Rudi persiapkan semenjak beberapa waktu lalu.

    Begitu kami selesai meletakkan barang bawaan di dalam lemari, Rudi buru-buru menarik tirai hingga terbuka lebar, dan sambil menyeringai dia membuka tas bawaannya dan mengeluarkan sebuah lingerie transparan lalu memberikannya padaku

    “Sayang… aku punya sebuah hadiah yang bisa membuatmu tampak lebih sexy…. Coba pakai donk …”
    “Hahaha… Astaga….” Aku tertawa, “Baju tidur ini sepertinya tak akan mampu menutup seluruh aurat tubuhku… Transparan banget sayang….”

    “Khan memang itu tujuannya Mia… memamerkan tubuhmu kepada orang lain…” senyum Rudi sambil sesekali menaik-naikkan alis tebalnya

    “Sumpah… hal ini kok sepertinya makin ga bener ini…hahaha ”
    “Dan yang pasti… akan menjadi kejadian yang amat sangat seksi,” tawa Rudi sambil sesekali melongok kearah luar jendela untuk melihat apakah ada orang sekitar kamar kami.

    Memang sih, baju tidur pilihan Rudi membuat tubuhku terlihat sangat seksi, dan meskipun aku berkata jika apa yang kami akan lakukan saat itu adalah hal yang kurang benar, aku sama sekali tidak memiliki keraguan sama sekali. Bahkan sekilas, ada niatan dalam hati untuk semakin melangkah dalam kegilaan bersama Rudi lebih jauh lagi.

    “Ayo buruan dipake kadoku donk sayang….” Pinta Rudi ga sabaran.
    “Tunggu bentar ya…” jawabku sambil membawa baju tidur transparan itu ke kamar mandi.
    “Hei… kamu mau kemana Mia…?”
    “Lah.. tadi kamu minta mia pake baju ini…”

    “Buat apa ke kamar mandi…? Lebih seru kalo kamu ganti disini aja…” tambah Rudi sambil kembali membuka tirai penutup jendela kamar kami lebar-lebar.
    “Haaaa….. ganti baju disini… dengan korden terbuka gitu….?”

    Memang sih, Rudi sudah sering melihatku telanjang di depan matanya, tapi khan saat ini, aku berdiri tepat di samping jendela besar yang juga menghadap ke parkiran. Area umum yang jika aku ganti baju disini, orang dari luar kamar bisa melihat tubuhku dengan jelas.

    “Yup… khan memang itu tujuan kita kesini…? Aku pengen  memamerkan kemolekan tubuhmu… hehehe” tawa Rudi licik.
    “Hhhhhhh….. tapi inget loh janjinya….” Jawabku mengiyakan permintaan aneh mantan pacarku itu.

    Takut, khawatir sekaligus penasaran. Tanganku mendadak gemetar ketika mulai melepaskan pakaian yang melekat ditubuhku.

    Merinding, itu kesan pertama ketika aku membuka blouse yang kukenakan saat itu. Aku tak mengira, dinginnya hembusan AC ditambah sensasi striptease di dekat jendela kamar membuat bulu kudukku mendadak berdiri.

    Jantungku pun merasakan was-was, karena setiap kali ada suara yang terdengar, denyutnya semakin cepat, mengantar setiap getaran aneh yang ada di setiap mili darahku ke sekujur tubuh.

    “KREK…” tiba-tiba terdengar suara dari arah luar kamar. Dengan buru-buru aku menengok lalu  mencari darimana arah suara itu berasal.

    “Ga ada orang kok sayang…” suara Rudi menenangkanku.
    “Hal ini bisa membuatku gila… jantungku benar-benar berdebar kencang…” kataku ke Rudi.
    “Tapi kamu seneng khan kalo ada orang yang bisa lihat ketelanjanganmu… Hayo jujur….”

    Aku sama sekali tak menjawab pertanyaan mantan pacarku itu, yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum malu sambil beberapa kali menganggukkan kepalaku.

    Selanjutnya kuturunkan ritsleting rokku dan membiarkannya jatuh ke lantai. Kali ini, apa yang aku kenakan saat itu hanyalah tingga bra dan celana dalam.

    Aku menatap jendela yang terbuka lebar dan melihat keluar di seluruh area parkir di luar. “Oh Sayang,” desahku sensual ke Rudi, “aku pikir… aku bakal mati karena malu kali tiba-tiba ada seseorang yang lewat depan jendela ini…”

    “Hehehe… kenapa harus malu…? Toh kamu punya badan yang bagus khan…?” rayunya. “Ayo… sekarang buruan lepas bra dan celana dalam kamu…”

    Untuk kesekian kalinya, aku kembali menatap kearah jendela kamar kami. Walau aku berharap tak ada seorangpun yang mendekat, tapi entah kenapa aku menginginkan ada mata yang melotot menatap ketelanjanganku.

    Kulepas kait bra yang ada di belakang punggungku dan kembali aku biarkan mangkok bra yang menampung gumpalan daging didepan dadaku jatuh kebawah. Dan seiring dengan lepasnya bra dari tubuhku, payudaraku seolah langsung ikut loncat, terjun bebas menggelantung dan memamerkan putting coklat mudaku dengan riangnya.

    Lagi-lagi, merinding itu aku rasakan. Namun bedanya, kali ini yang berdiri tak hanya bulu kudukku, melainkan putting payudaraku yang sudah mengeras dan menjulang tinggi.

    “Sayang… tahu nggak? Apa yang membuatku selalu tergila-gila denganmu?”
    “Apa…?”
    “Tetek besarmu itu loh…. Tetek itu yang selalu membuatku bangga bisa memiliki dirimu seutuhnya… dan karena tetek itu pula, aku pengen membuat banyak lelaki iri padaku….”

    Walau kalimat yang baru saja Rudi ucapkan sudah terlalu sering aku dengar, tapi entah kenapa, aku selalu melayang dibuatnya.

    “Sekarang… ayo tinggal satu pakaian lagi… lepas celana dalammu…” Seru Rudi.

    “Saatnya pertunjukkan utama…” batinku sambil kembali melihat kea rah jendela, khawatir jika saat itu benar-benar ada orang yang melihat kea rah kamar kami.

    Kupilin tepi celana dalamku dan segera kuturunkan lepas. Lagi-lagi, udara dingin AC langsung menyerbu bongkahan pantat bulatku dan langsung membuatku merinding.

    “Bagus sekali tubuhmu sayang…” desah Rudi sambil memeluk tubuhku dari belakang.
    “Sekarang kamu pakai ya baju tidur ini….”

    Satu hal yang aku suka dari mantanku ini adalah, ia selalu memakaikan segala macam pakaianku seperti seorang ayah memakaikan baju kepada anak perempuan kecilnya. Pertama ia menyerahkan lubang lengan dress sebelah kanan ke tangan kananku, dan begitu tangan kananku sudah masuk, ia membantuku memasukkan lubang lengan dress sebelah kiri ke tangan kiriku.

    Begitupun dengan ketika memasangkan celana dalamku. Ia berjongkok di depan lututku supaya aku bisa berpegangan pada bahunya. Kemudian, Rudi memintaku mengangkat kaki kanan dan kiriku secara bergantian supaya ia dapat memakaikan celana dalamku di selangkangan.

    Benar-benar seperti seorang ayah.

    Namun ketika Rudi sedang keasyikan memakaikan celana transparan itu pada pada tubuhku, Ia mendadak heran akan sesuatu yang terjadi pada vaginaku. Ceritasex.site

    “Mia… kok memek kamu udah basah…?” Aku kaget dan buru-buru aku meraba bibir vaginaku.

    “Kamu pasti sange ya…. Hayooo… ngaku….” Goda Rudi sambil mengusap-usap celah kemaluanku dengan jari tengahnya.
    “Ahhh… enggak kok…. “bohongku.

    Bersambung…

    1 2 3