Author: admin

  • Neglected Paradise

    Neglected Paradise

    Shanum dan Sabda menikah karena keterpaksaan, tak ada cinta di sana. Mereka sepakat untuk tidak bercerai. Namun, Shanum merelakan suaminya untuk berhubungan dengan perempuan lain yang tak lain adalah Rania.

    Shanum juga terpaksa mendapatkan tudingan mandul dari pihak keluarga, padahal dirinya tidak pernah disentuh oleh suaminya.

    Suatu hari sebuah kejadian mengejutkan terjadi, Shanum hamil dan Sabda malah ingin menikahi wanita lain. Bagaimana reaksi Shanum saat Sabda mengutarakan niatnya untuk menikah lagi?

    Neglected Paradise
    Neglected Paradise

    Neglected Paradise Rania menggosok-gosokkan kedua tangan ketika dirasanya udara malam itu mulai mendingin. Lengan kemeja yang awalnya dia gulung tadi, sudah dia panjangkan kembali agar udara dingin malam itu tak masuk lebih dalam menembus kulitnya.

    Netra coklatnya melirik arloji di tangan kiri. Pukul sepuluh malam. Itu berarti sudah hampir satu jam lamanya Rania berdiri di depan kafe, menunggu seseorang datang. Tapi, sosok yang ditunggunya sejak tadi masih belum menampakkan diri.

    Rania menghela napas panjang, dia melakukannya bukan tanpa alasan. Dia rela menghabiskan waktu hampir satu jam lamanya hanya untuk menanti seorang pria yang berjanji akan menjemput dan pulang bersama.

    “Rania!”

    Suara berat itu membuat si gadis menoleh. Dia agak menengadah dan mendapati sesosok lelaki yang sejak tadi ditunggunya keluar dari mobil dengan terburu-buru.

    “Sorry, aku terlambat.”

    Lelaki itu tersenyum sedikit, menciptakan dua lesung pipi di wajahnya. Dia mengenakan setelan yang sederhana, tapi entah kenapa membuat aura ketampanannya makin terasa. Hanya kemeja dibalut jas hitam, celana kain dan rambut yang sedikit berantakan.

    “Ayo kita pulang, hujannya semakin deras nanti,” ajak pria itu yang langsung membuat senyuman Rania merekah sempurna.

    ***

    “Di kantor lagi sibuk, ya? Lama banget jemputnya.”

    Rania bertanya di tengah keheningan yang menyelimuti. Pria di sebelahnya langsung mengangguk, fokus menyetir. Malam ini Bandung tengah diguyur hujan lebat, untung saja Rania pulang tepat waktu.

    Mendengar tanggapan singkat lelaki itu, Rania mengangguk mengerti. “Tidak apa-apa, aku mengerti kok.”

    “Kalau begitu Mas akan sering ngajak kamu jalan.”

    “Aku harus kerja, Mas.”

    Pria itu terkekeh mendengar jawaban Rania, sementara itu si gadis menatap ke luar kaca mobil. Hujan mulai turun semakin deras saja.

    Sebenarnya Rania ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan pria itu. Namun, obrolan mereka tidak berlanjut karena suara ponsel miliknya terdengar, bersaing dengan keramaian jalan raya di jam sepuluh malam.

    Rania mengecek ponselnya lalu beralih menatap pria di sampingnya. “Papaku telepon.” Rania memberitahu.

    “Angkat saja dulu.”

    Rania langsung menjawab telepon yang masuk. “Halo, Pa? Iya, aku lagi di perjalanan pulang. Tidak kok, langsung pulang, iya … tidak apa-apa sih.”

    Sabdatama Zuhairi Nayaka, atau biasa dipanggil Sabda hanya bisa mendengarkan sekilas percakapan antara ayah dan anak tersebut. Semoga saja Rania tidak dimarahi karena malam-malam begini dia baru bisa mengangkat telepon ayahnya.

    “Baik, Pa. Nanti aku langsung pulang.”

    Begitu pembicaraan mereka selesai, Sabda langsung memburu dengan tanya seusai telepon pendek itu terselesaikan dalam waktu yang amat singkat.

    “Apa kata papa tadi?”

    “Cuma nanya sudah sampai mana. Papa suka wanti-wanti buat jangan pulang kemaleman. Padahal, ya, aku juga udah gede gitu loh? Dari mana rumusannya jam sepuluh malam tuh udah kemaleman?”

    Sabda terkekeh mendengar ucapan Rania. “Namanya juga orang tua. Papa kayak gitu karena dia sayang kamu.”

    Ngocoks Rania merasa apa yang Sabda katakan memang benar adanya. Mereka lanjut bercerita. Namanya juga perempuan, pasti selalu ingin didengarkan, meski tak selalu menggunjingkan orang lain secara negatif, ya, tetap saja kalau ngobrol, lebih banyak membicarakan orang lain. Mau itu temannya yang baru didaulat sebagai asisten bos di tempat bekerja. Sampai perkara pemotongan gaji akibat teledor menulis pesanan.

    Sabda menanggapinya dengan senyum. Rania adalah wanita mandiri yang selalu bersemangat dan rajin bekerja. Mungkin itulah salah satu alasannya enggan putus, sekalipun ada wanita lain yang tengah menunggu kepulangannya di rumah.

    “Kamu udah makan? Sebelum pulang mau makan dulu, gak? Mampir ke restoran apa gitu biar kamu bisa istirahat nanti lanjut pulang?”

    Sabda menawari Rania mampir ke salah satu restoran untuk makan malam. Tapi, Rania dengan cepat menolak.

    “Nggak dulu, deh. Ini udah malem, kan? Aku juga butuh istirahat karena besok ada mata kuliah yang tak bisa ditinggalkan.”

    “Ya udah, tapi kamu sudah makan?”

    Rania mengangguk, dia masih kenyang. Sekarang suasana di dalam mobil itu kembali hening. Entah kenapa, merasa ada secercah perasaan tidak enak yang menyusupi batinnya.

    “Mas Sabda, kapan mau ketemu papa? Aku pengen banget ngenalin Mas sama papaku.”

    Kalimat Rania yang tiba-tiba membuat fokus Sabda mendadak ambyar. Sabda sempat menoleh sekilas pada gadis itu, tapi dia buru-buru menepis keterkejutannya. Ingat, dia sedang menyetir. Jangan sampai oleng!

    Kalau dipikir-pikir, setahun hubungan mereka berjalan, Sabda belum pernah bertemu dengan orang tua Rania secara langsung. Gadis itu sering sekali mengajak Sabda untuk bertemu.

    Kadang pria itu hanya menjawab seadanya jika Rania melontarkan pertanyaan itu, paling tidak Sabda akan menjawab belum sempat karena masih banyak pekerjaan di kantor, tapi sekarang dia bingung harus menjawab apa. Terlalu sering dirinya menjawab nanti, sekarang pun Rania sudah pasti bosan dengan jawaban itu.

    Bukannya Sabda tidak peduli pada Rania, dia hanya bingung dengan posisinya sekarang, dia juga harus memikirkan segala kemungkinan. Tapi, setelah Sabda pikir lagi, selama setahun belakangan ini, dia lebih sibuk dari tahun-tahun sebelumnya. Ada banyak urusan di kantor yang mesti dibereskan, terutama karena Sabda yang memegang perusahaan.

    Hal itu yang membuatnya belum bisa memikirkan tentang kepastian. Dia hanya bisa meminta Rania untuk menunggu.

    “Tenang saja. Nanti akan kuatur waktu agar kami bisa bertemu.”

    Sabda tersenyum pada gadis itu. Mungkin ada setitik rasa kecewa di hati Rania karena jawaban Sabda masih sama, tapi pria itu benar-benar akan mengusahakan supaya Rania tidak lagi bertanya tentang hal itu.

    ***

    Shanum sedang duduk santai di ruang tengah seraya menonton televisi, dia langsung menoleh ketika mendengar suara denting khas dari pintu depan yang terbuka, disusul bunyi langkah yang berat. Samar, tapi masih bisa dia dengar. Sontak, perempuan itu mengangkat alis.

    “Mas Sabda?” Shanum memanggil, tapi sama sekali tak ada jawaban.

    Perempuan itu berdecak, berniat beranjak untuk mengambil ponselnya yang berada di meja. Namun, belum sampai Shanum memainkan ponselnya, Sabda tiba-tiba saja masuk ke ruang tengah dengan ekspresi yang bisa Shanum tebak; bermasalah.

    Kali ini masalah apa lagi yang sedang dialami oleh pria itu?

    Sabda berdiri di sana, terlihat lelah, juga agak marah. Shanum batal untuk memainkan ponselnya, dia lanjut duduk seraya meluruskan kakinya di bawah meja dan menatap Sabda dengan tatapan bertanya.

    “Udah pulang?”

    “Jelas, kan aku udah di rumah.”

    Shanum tertawa menanggapi jawaban ketus itu, dia meraih gelas berisi jus buah. Sabda mendekat, lantas duduk begitu saja di samping Shanum. Perempuan itu tidak protes meskipun bau yang tercium dari badan suaminya terasa berbeda dari pertama kali Sabda ke luar.

    “Kayaknya kamu capek banget, kenapa gak langsung mandi aja? Berendam di bathtub gitu. Biar rileks,” kata Shanum seraya mencomot brownies yang terhidang di depannya.

    “Jangan banyak tanya, aku capek.” Sabda memejamkan mata. Punggungnya menempel pada sandaran sofa. “Kalau kamu nyuruh aku mandi sekarang, siapkan air panas untukku.”

    “Gak sekalian minta mandiin?” tanya Shanum sarkastik.

    Sabda tidak banyak tanya, dia membiarkannya. Tidak protes ataupun melarang. Mereka telah menyandang status sebagai suami-istri selama hampir empat tahun, jadi melihat satu sama lain telanjang bukan sesuatu yang baru.

    PERTENGKARAN

    “Kalau marah sama pacar kamu, jangan dilampiasin ke aku.”

    Shanum memainkan gelas berisi jus buah di tangannya. Dia melirik sang suami lewat sudut mata. Sabda tampak mengembuskan napas panjang, kemudian meraih gelas dari tangan Shanum. Dia menyesap isinya.

    “Ini jus dari buah-buahan yang kubeli waktu itu?”

    “Yang mana lagi?”

    “Suka nggak?”

    Shanum mengernyitkan dahi. Sejak kapan apa yang Shanum suka atau tidak suka jadi penting untuk Sabda? Shanum tidak mengerti, dia pikir suaminya tidak akan pulang malam ini seperti malam-malam sebelumnya.

    Sabda melepas jas hitam miliknya. Seluruh tubuhnya pegal seharian ini, ditambah harus menjemput Rania yang notabenenya adalah kekasih Sabda. Lalu Shanum? Dia istri sah, tapi keduanya sama sekali tak saling menginginkan.

    Mereka menikah karena perjodohan semata. Meskipun begitu, mereka sepakat untuk tidak bercerai, saling membebaskan satu sama lain. Sejauh ini, hanya Sabda yang membagi hatinya dengan wanita lain, Shanum? Tentu saja tidak.

    “Kenapa menatapku begitu? Kamu jangan ikut-ikutan rese. Aku lagi gak minat buat ribut sama kamu. Hari ini aku bener-bener capek.”

    Bukan hal baru kalau Sabda dan Shanum bertengkar. Empat tahun hidup bersama, hanya pertengkaran dan amarah yang mendominasi rumah tersebut. Tak ada cinta dan kebahagiaan, tapi anehnya, Shanum masih tetap bertahan.

    Sabda sempat berpikir kalau Shanum bertahan dengannya karena menginginkan harta semata. Padahal tanpa menikahi Sabda pun, Shanum sudah kaya raya sejak lahir.

    Benar, pernikahan itu butuh ilmu. Ilmu untuk memahami, ilmu untuk mengelola ego, ilmu untuk tidak banyak menuntut, tapi bagaimana jika dia yang kamu nikahi enggan untuk berjalan bersamamu?

    “Kenapa lagi? Kamu berantem sama dia? Bukankah ini bukan pertama kalinya? Kalo dia ngajak kamu berantem mendadak pasti ada sebabnya.”

    “Dia nyuruh aku ketemu orang tuanya. Kamu sendiri juga tahu, Sha. Posisiku sekarang gimana, aku cuma belum bisa ngebuktiin aja. Terus kayaknya dia kecewa.”

    Shanum menganggukkan kepala, seolah mengerti ke mana arah pembicaraan pria itu. Sabda dan Shanum tidak terlihat seperti suami istri, tapi teman yang menumpang hidup.

    “Dia bilang, kalau aku gak mau datengin orang tuanya, berarti aku gak peduli sama hubungan ini. Apakah aku peduli atau nggak sama perasaan dia. Coba kamu pikir, ya, kalau aku nggak peduli sama dia, aku nggak akan bertahan satu tahun ini sama dia?”

    Sabda bercerita tanpa merasa bersalah ataupun risih. Shanum pun sudah begitu terbiasa mendengar suaminya membahas hubungannya dengan wanita lain.

    “Kalau aku jadi dia, sih, sudah dari lama aku buang kamu,” kata wanita itu cepat.

    “Shanum!”

    “Aku mau nyiapin air buat kamu mandi dulu.” Shanum memotong ucapan Sabda seraya bangun sofa yang sejak tadi dia tempati. Padahal kalau bisa memilih, lebih baik Shanum bersantai saja ketimbang melayani Sabda.

    Dia santai saja melangkah menuju kamar mandi, di sana dia menghidupkan kran air panas dan menampungnya pada bathtub. Hanya sekejap, tidak sampai dua menit, bathtub tersebut sudah terisi oleh air hangat. Tidak lupa Shanum menambahkan busa khusus dan menyalakan lilin aromaterapi.

    “Maksud kata-kata kamu tadi apa?” Sabda akhirnya bertanya, pria itu membuntuti istrinya ke kamar mandi.

    “Menurutmu apa?”

    Sabda tak tahan lagi. Setiap kali berdebat dengan Shanum, wanita itu akan dengan cepat membalikkan ucapannya. Dia sama sekali tak merasa bersalah sudah menyinggung perasaan Sabda.

    “Menurutku, wajar kalau dia ngerasa kamu nggak peduli sama perasaannya.” Shanum meraih handuk di gantungan khusus dan menyodorkannya pada Sabda. “Kalau kamu peduli sama perasaannya, kamu nggak akan menempatkan dia dalam posisinya yang sekarang.”

    Sabda tidak menjawab pun tidak menerima uluran handuk Shanum, akhirnya Shanum melipat tangan di dada, memandang dengan sorot mata menusuk.

    “Tumben nggak jawab. Baru sadar kalau kata-kataku benar?” Shanum mulai menyudutkan Sabda. “Kamu ngerti nggak, posisinya yang sekarang yang kumaksud tuh apa?”

    “Kurasa aku nggak mau ngomongin ini lebih jauh sama kamu.”

    “Posisi yang kumaksud ya itu, jadi orang ketiga dalam pernikahan orang lain. Kalau mau diibaratin pake kasta, buat sebagian besar perempuan, dia ada di kasta terendah, kasta paling hina. Sebab mana ada perempuan baik-baik yang pacaran sama suami orang?”

    Emosi Sabda jelas tersulut saat Shanum dengan lantang mengatai kekasihnya sebagai orang paling hina. Pria itu jelas tidak terima jika ada orang yang menghina kekasihnya, sekalipun itu istrinya sendiri.

    “Kamu jelas tau gimana situasinya buat kita. Semuanya rumit. Makanya kita sepakat soal ini kan? Aku bebas mau jalan sama siapa pun sesukaku, dan kamu juga bebas mau jalan sama siapa pun sesukamu. Selama ini nggak pernah ada masalah. Kenapa sekarang tiba-tiba kamu ikut marah sama aku?” Sabda menaikkan oktaf.

    “Dulu memang aku percaya sama kata-kata kamu itu, tapi sekarang, kayaknya tidak lagi masuk akal.”

    Shanum berdecih, menatap suaminya dengan tatapan tajam. Mansion ini mulai terasa bagai neraka. Sang Nyonya tak lagi merasa betah tinggal di dalam bangunan yang hampir menyerupai penjara, tempat di mana ia mesti menahan diri dan berpura-pura terlihat baik dalam kondisi hati yang berantakan.

    Mahira Shanum, nyonya sekaligus istri Sabdatama Dzuhairi Nayaka yang menjadi satu-satunya ratu di mansion itu nyaris ingin melarikan diri. Empat tahun usia pernikahannya sama sekali tidak meninggalkan kesan yang baik. Dia harus menghadapi suatu kerumitan yang mau tidak mau harus dilewati sendirian.

    Shanum dan Sabda memang sepakat untuk tidak melibatkan perasaan apa pun. Jangankan memiliki anak, berpelukan saja mereka tak pernah. Sabda begitu menjaga jarak darinya, tidak seperti Rania yang bebas memeluk pria itu kapan saja.

    Sebagai seorang istri, sebenarnya Shanum bisa saja membeberkan fakta busuk yang selama ini Sabda lakukan di belakangnya. Namun saat ini, wanita itu memilih untuk diam sejenak sambil menikmati permainan.

    “Kamu masih sepengecut itu, karenanya kamu nggak punya cukup keberanian buat memperjuangkan orang yang kamu sayang, nggak punya cukup keberanian untuk nemuin orang tuaku dan orang tuamu, terus bilang kalau selama ini kita nggak pernah hidup dalam rumah tangga yang normal, dan karenanya aku ngerasa lebih baik kalau kita pisah aja.”

    Sabda meminta Shanum untuk berhenti mempermasalahkan hal ini, sampai kapan pun Sabda tidak akan pernah menceraikan Shanum. Dia juga yakin bahwa wanita itu tidak akan berani mengatakan keretakan rumah tangga mereka pada orang tuanya, tapi Mahira Shanum, tidak semudah itu mengalah untuk sesuatu yang menurutnya tidak adil.

    Melihat keterdiaman Sabda. Akhirnya Shanum menghela napas. “Oke, kamu gak mau pisah sama aku, berarti selama ini kamu mulai jatuh cinta padaku. Makanya kamu tidak bisa memaksa dirimu untuk melepaskanku.”

    Shanum menatap Sabda dengan tatapan mengintimidasi. Empat tahun jelas bukan waktu yang sebentar bagi keduanya membangun rumah tangga. Setidaknya Shanum berharap ada setitik rasa di hati Sabda, meskipun hanya sedikit saja.

    Spontan, Sabda langsung terbungkam. Shanum mendekat, kali ini tubuh mereka saling berhadapan.

    “Jadi yang mana kemungkinan yang benar, Mas Sabda?”

    Bersambung…

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
  • Cara Masturbasi Pakai Sex Toys

    Cara Masturbasi Pakai Sex Toys

    Cerita Sex Cara Masturbasi Pakai Sex Toys – Menjadi istri yang setia merupakan cita-cita kebanyakan wanita, termasuk diriku. Sekar namaku, umurku 37 tahun. Aku sudah menikah selama 15 tahun dan sudah dikarunia 2 orang anak laki-laki yang berumur 13 dan 10 tahun.

    Mas Toni adalah suamiku, umurnya lebih tua 5 tahun dari aku. Dia berkerja di sebuah instansi pemerintahan dan memiliki kedudukan yang cukup bagus sehingga kehidupan ekonomi keluargaku lebih dari cukup. Awalnya kehidupan ranjang kami baik-baik saja. Mas Toni selalu bisa memuaskanku, begitu juga dengan aku yang selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk suamiku.

    Namun perlahan-lahan Mas Toni berubah. Sikapnya sekarang seperti malas kalau berhubungan denganku. Dulu sebelum melakukan intim biasanya Mas Toni suka merauku dengan hal-hal yang romantis tapi sekarang langsung masukin aja bahkan tanpa pemanasan.

    Tak jarang juga hubungan intim aku dengan Mas Toni tidak lebih dari 5 menit. Hampir dua tahun terakhir aku tidak perna mencapa orgasme kalau ditidurin Mas Toni. Kadang aku suka bertanya-tanya, apakah Mas Toni punya wanita lain selain aku sehingga sudah tidak bergairah lagi dengan aku?

    Cerita Sex Cara Masturbasi Pakai Sex Toys
    Cerita Sex Cara Masturbasi Pakai Sex Toys

    Ngocoks Atau apakah aku ini sudah tidak cantik lagi di mata Mas Toni? Padahal menurut ibu-ibu komplek aku termasuk ibu yang ‘segar’ karena rajin merawat tubuhku. Kadang sehabis mandi aku suka berkaca sendiri sambil telanjang. Kuperhatikan bagian tubuhku satu persatu.

    Memang wajahku sekarang mulai ada kerutan-kerutan namun aku rasa dengan rambut panjang lurus dan hidungku yang mancung aku masih cantik. Tubuhku memang sudah tidak langsing lagi seperti muda dulu tapi aku rasa tubuhku masih kencang dan menarik tidak seperti ibu-ibu komplek teman arisanku yang sudah banyak lemak yang bergelambir.

    Payudaraku walau sedikit bergelantung tapi aku rasa masih seksi dengan ukuran sebesar 38B. Apalagi pantatku yang besar montok, aku rasa juga anak muda sekalipun ga banyak yang pantatnya semontok aku. Memang kehidupan ranjangku akhir-akhir ini menyiksaku, namun sebisa mungkin aku menjaga kesetiaanku terhadap Mas Toni sama halnya seperti aku menjaga keperawananku dulu.

    Awalnya aku menerima saja keadaan ini, namun saat aku berkenalan dengan dunia maya. Memang baru sebulan ini kami berlanggan internet di rumah kami, itu juga karena anak kami yang paling besar merengek-renget memintanya. Awalnya aku tidak pernah tertarik dengan namanya internet namun karena kejadian itu semuanya berubah.

    Waktu itu suatu malam ketika aku habis berhubungan intim dengan Mas Toni yang seperti biasanya aku tidak mencapai orgasme. Saat itu aku tidak bisa tidur, Mas Toni dan anak-anak sudah pada tidur semua makanya aku iseng menyalakan computer dan membuka internet.

    Awalnya aku hanya membuka situs tentang pakaian-pakaian wanita, lalu aku membuka tentang alat-alat kebugaran. Waktu membuka situs tentang alat kebugaran di bagian bawah situs tersebut terdapat iklan tentang ‘sex toys’.

    Aku pun penasaran dan lalu kuklik link tadi. Awalnya aku terkejut saat kubuka situs itu langsung muncul barang-barang yang bentuknya seperti penis. “mungkinkah alat-alat ini yang dipakai untuk masturbasi?” tanyaku dalam hati. Aku memang tau apa itu masturbasi tapi aku belum pernah mencoba karena aku tidak tahu bagai mana caranya.

    Lalu rasa penasaranku semakin besar, kuketikan kata “cara masturbasi” di google. Lalu muncullah situs-situs yang menjelaskan tentang masturbasi. Kubuka halaman tadi dan kubaca dengan seksama sambil membayangkan mainan berbentuk penis tadi masuk ke memekku.

    Tanpa kusadari tangan kanan ku sudah masuk ke dalam daster tidurku dan mengelus-elus celana dalam ku. Kurasakan rembesan basah mulai terasa di celana dalamku. Aku pun semakin menikmati dan kumasukan jari ke ke dalam celana dalam dan aku mulai memainkan klitorisku.

    Semakin cepat dan cepat aku memainkan klitorisku dan khayalanku terbang membayangkan tentang penis, tapi ntah penis siapa, yang pasti penis yang besar yang menghujam-hujam memek ku.

    Aku pun mencapai orgsme, orgasme yang selama ini terpendam dan tertahan. Terasa nikmat sekali sampai-sampai celana dalamku basah sekali terkena cairan memekku. Setelah selesai orgasme aku pun bisa tertidur pulas.

    Pagi hari aku bangun dengan perasaan yang berbeda. Hasratku yang terpendam telah tersalurkan meski denga masturbasi. Kini pun aku telah siap memulai hari baru dengan ceria. Seperti biasa setelah suamiku pergi kerja dan anak-anak berangkat sekolah tinggallah aku sendiri.

    Pekerjaan rumah telah menantiku, namun aku dahulukan ke warung Bu Tuti karena kalau terlalu siang suka kehabisan sayuran untuk ku masak. Setelah berdandan alakadarnya aku pun pergi ke warung Bu Tuti. Aku masih mengenakan daster yang tadi malam dan aku juga belum mandi karena biasanya setelah beres semua kerjaan aku baru mandi.

    Aku belanja sayuran untuk kumasak di hari itu. Namun entah kenapa hari itu aku membeli timun padahal aku sendiri tidak tahu mau diapakan timunnya. Mungkin gara-gara saat kupegang timun tadi aku langsung kepikiran yang tadi malam.

    Sesampainya di rumah aku langsung membongkar kantung plastic belanjaan tadi. Timun lah yang aku cari, aku pegang-pegang sambil kunyalakan computer. Aku langsung membuka situs yang tadi malam, namun aku rasakan aku inginkan sesuatu yang lebih. Aku pun mulai mencari-cari dan sampailah pada sebuah situs yang menyajikan pornografi dalam bentuk video.

    Untuk beberapa saat aku memperhatikan video tadi. Adegan yang diperankan oleh orang-orang bule yang cantik mulus dan laki-laki dengan kontol yang gede, yang gedenya hampir sama dengan timun yang kupegang.

    Adegan itu dimulai dengan salaing ciuman dengan permainan lidah. Jantungku mulai berdetak tak beraturan, terasa panas mengalir. Aku pun mulai merasakan rangsangan birahi yang menggebu. Adegan dilanjutkan dengan hisapan kontol sang lelaki oleh sang wanita.

    Adegan yang baru bagiku karena selama ini aku belum pernah mencobanya dan Mas Toni pun belum pernah memintanya. Tanpa disadari aku pun mulai mulai menjilat-jilat timun yang kugenggam tadi dan tangan kiriku meraba-raba memekku yang sudah basah.

    Adegan pun berlanjut, begitu juga dengan timunku. Timunku perlahan-lahan sampai ke memek ku, dengan perlahan-lahan aku masukan. Rasa yang sangat aku rindukan. Otot-otot dinding memekku terasa terpenuhi dengan timun yang berukuran cukup lumayan besar. Sungguh aku merindukan kontol yang besar dan tahan lama. Dan tak lama berselang aku pun mencapai orgasme yang hebat.

    Sudah sebulan lebih aku memuaskan hasratku dengan masturbasi di depan computer. Hampir setiap pagi ketika suami dan anak-anak sudah berangkat aku pasti melakukannya. Mulai dengan melihat adegan bokep barat, india, Indonesia, negro sampai dengan membaca cerita-cerita panas.

    Mulai dari dengan jari tangan, timun atau pun terong aku memuaskan birahiku. Namun tetap saja aku merindukan kontol asli yang bisa memuaskanku. Bukan seperti kontol Mas Toni yang kencil dan kendur meskipun sudah ereksi, yang hanya bertahan 3 menit. Tapi kontol laki-laki sejati yang bisa memuaskan hasrat birahiku.

    Aku menjadi wanita yang terobsesi dengan kontol. Setiap laki-laki yang jumpai aku selalu membayangkan kontolnya sebesar apa. Aku selalu berimajinasi kalau kontol-kontol mereka itu menghujam memekku degan perkasanya seperti adegan-adegan bokep di internet yang selalu kutonton saat masturbasi.

    Namun itu hanya dalam hayalanku. Aku tidak ada keberanian untuk merasakan kontol selain kontol suamiku. Atau juga memang tidak ada kesempatan. Hingga suatu hari kakak permepuanku menitipkan anaknya Alvin di rumahku. Alvin baru saja lulus kuliah, umurnya 22 tahun.

    Dia mau mengikuti wawancara kerja di kota ku. Wawancara kerja itu dilakukan beberapa tahap sehingga tidak selesai dalam satu hari makanya kakakku menyuruhnya untuk tinggal di rumahku dan kalau sudah pasti diterima baru mencari tempat kost.

    Hari itu seperti hari senin yang biasa. Jam 7 pagi seperti biasanya anak dan suamiku sudah berangkat dari rumah. Aku pun mulai menyalakan computer untuk ritual masturbasi yang sudah menjadi rutinitas akhir-akhir ini.

    Namun ketika aku mau membuka internet aku teringat sepupuku Alvin yang baru datang subuh tadi dengan kereta malam. Aku pun hendak mengurungkan niatku untuk masturbasi takut nanti ketahuan Alvin. Namun birahiku nampaknya sedang bergelora pagi ini. Aku nekat untuk tetap melakukan masturbasi.

    Aku berpikiran kalau Alvin akan tertidur pulas karena kelelahan setelah perjalanan panjang. Aku pun segera naik ke lantai 2, kamar tamu yang kami siapkan untuk Alvin. Aku hendak mengecek dia, apakah masih tertidur atau sudah terbangun. Kalau masih tertidur maka bebaslah aku bermasturbasi.

    Aku dapati pintu kamar ruang tamu itu sedikit terbuka, kunci kamar itu memang sudah lama rusak sehingga pintunya tidak dapat tertutup rapat. Dari celah pintu itu aku lihat Alvin masih tidur terlentang. Aku pun lalu melangkah untuk kembali ke ruang tamu yang terdapat computer.

    Namun baru 2 langkah aku kembali ke pintu tadi. Aku memperhatikan pemandangan yang tadi sempat terlewat. Aku memperhatikan tonjoalan di celana boxer yang Alvin kenakan saat tidur terlentang. Sungguh besar tojolan kontol di celana boxer Alvin itu.

    Khayalan nakalku pun mulai melayang seiring tingginya birahiku pagi itu. Aku membayangkan seberapa besar kontol yang ada di dalam celana Alvin tersebut. Ah tidak, dia kan keponakaku. Aku mencoba berpikiran rasional. Aku mencoba menepikan khayalan nakal di otak ku.

    Namun semua itu sia-sia, tanpa sadar tangan kananku sudah masuk ke dalam dasterku. Tanganku sudah mengelus-elus memek yang masih terbungkus celana dalam.

    Ah, persertan dengan keponakan. Nafsu birahi telah menguasaiku. Aku pun mulai membuka celana dalam merah yang aku kenakan. Tanganku kian gencar memainkan memek ku yang sudah basah. Aku membayangkan besarnya kontol Alvin yang masih tertidur.

    Belum ereksi aja sudah menonjol besar seperti itu apalagi kalau sudah nagaceng. Ah.. pasti nikmat rasanya jika kontol Alvin yang sertinya besar itu menghujam di memek ku. Dengan posisi duduk di kursi di depan pintu aku terus mengocok memek ku dengan jari-jari ku dan tak lama berselang aku pun mencapai orgasme yang sungguh nikmat.

    Setelah selesai ritual masturbasi yang tidak sesuai rencana itu aku melanjutkan pekerjaan rumah yang telah menjadi rutinitasku. Sepanjang melakukan pekerjaanku itu pikiranku terus terbayang kontol Alvin yang baru aku lihat sebatas tonjolan.

    Aku terus memperkirakan seberapa besarnya, seberapa panjangnya, kencangnya seperti apa, tahan seberapa lama. Ah, semakin lama semakin penasaran aku akan kontolnya Alvin. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, Alvin yang terakhir kali bertemu masih bocah ingusan sekarang telah membangkitkan birahiku.

    Setelah selesai dengan pekerjaanku aku langsung mandi. Aku dapati juga Alvin telah selesai mandi dan sedang bersiap-siap untuk wawancara kerjanya pukul 10 nanti. Entah mengapa pagi itu aku ingin terlihat cantik di mata Alvin.

    Aku pun berdandan, padahal biasanya aku ga pernah pakai kosmetik jika tidak mau berpergian. Aku menggunakan celana legging agar pantatku bisa terlihat menonjol dan terilihat cetakan celana dalamnya.

    Lalu aku mengenakan baju kaos yang ketat dan bra yang kekecilan yang sudah lama tak ku kenakan agar toketnya terlihat menyembul dan terlihat belahannya. Entah kenapa aku seperti anak ABG yang ingin mencari perhatian laki-laki.

    Setelah selesai berdandan aku pun keluar kamar. Jam dinding menunjukan pukul 9 kurang 5 menit. Kudapati Alvin sedang berbenah dengan tasnya, mungkin sedang memeriksa bawaan untuk persiapan wawancarnya.
    “Udah siap Vin?” Tanyaku memulai pembicaraan.

    Aku berjalan berlenggak-lenggok layaknya pragawati yang memaerkan bokong menghampiri Alvin.
    “Eh, tante.. Doa in aja ya biar bisa diterima.” Jawabnya.
    “Ya iya lah tante doa in, nanti kalau sudah diterima tinggalnya di sini aja ya Vin..” Entah kenapa ucapan itu tiba-tiba terlontar dariku. Padahal dari rencana awal juga Alvin akan ngekost kalau sudah diterima.
    “Ah, ntar ngerepotin tante.. Alvin lebih baik nge-kost aja..”

    “Gapapa ko Vin, kaya ma siapa aja..” Aku menyilangkan kakiku berharap Alvin melihat bokongku yang tercetak di celana legging. “Oh ya, emang wawancara kerjanya sampai kapan Vin..?” lanjutku lagi.
    “Sampai hari kamis tante, tapi Alvin baru pulangnya hari sabtu, hari jumat nya Alvin mau jalan-jalan dulu.. boleh kan tante?” Jawabnya seperti biasa tak ada reaksi yang berlebih dari Alvin setelah kupamerkan bokongku.
    “Ah gapapa ko’ Vin, lebih lama lagi juga gapapa ko”

    Ingin rasanya aku bertelanjang ria di depan Alvin dan mendekapnya. Ah.. tapi aku masih belum cukup gila. Tak lama kemudian Alvin pun berangkat untuk wawancara kerjanya. Seharian itu pikiranku terus menjurus ke kontol Alvin yang menjadikan rasa penasaranku cukup tinggi.

    Esok harinya rutinitas yang biasa pun berlalu, jam 7 pagi suami dan anak-anak ku sudah pada berangkat. Kali ini Alvin sudah bangun dari pagi otomatis acara masturbasi ku pun terhambat. Selama ini aku masturbasi selalu dengan rangsangan melihat bokep di internet yang komputernya ada di ruang tamy.

    Aku tidak terbiasa masturbasi dengan imajinasiku tanpa rangsangan secara visual. Dan rasanya tidak mungkin juga masturbasi dengan mengintip Alvin seperti kemarin, Alvin sekarang sudah terbangun, kalau ketahuan bisa berabe.

    Ah, tapi bisa aja kan minta langsung Alvin untuk memperlihatkan kontolnya. Pikiran gila terbesit di otakku. Ah, gila kali nanti kalau Alvin lapor ke kakak ku, trus nanti suami ku bisa tahu juga. Tapi kalau Alvin nya ikut terangsang dia pasti tidak akan ngelaporin terus aku juga bukan hanya bisa melihat kontol Alvin tapi bisa juga ngerasain memek ku di hujamnya dengan kontolnya yang gede.

    Aaaahhh.. pasti nikmat pikirku. Tapi apa aku bisa membuat Alvin terangsang. Ayo Sekar, kamu pasti bisa ! Aku benar-benar sudah kehilangan kewarasan. Nafsu sex menguasai diriku dan aku pun benar-benar melaksanakan rencana gilaku itu.

    Tidak seperti biasanya pagi itu aku mandi lebih awal, pekerjaan rumah yang biasa kukerjakan aku abaikan dahulu. Setelah mandi aku pun berdandan agar terlihat cantik. Setalah kupilah-pilih aku pu memutuskan daster tipis warna pink untuk kukenakan.

    Aku putuskan tidak menggunakan bra dan celana dalam agar Alvin bisa melihat cetakan putingku dan akan kupertontonkan memek serta bokong ku secara langsung. Pokoknya Alvin harus terangsang melihatku.

    Setelah selesai berdandan aku pun langsung mencari sosok keponakanku itu, dan kutemui dia di ruang tamu sedang membaca koran.

    “Pagi Vin… mau pergi jam berapa hari ini?”
    “Biasa tante jam 9… memang ada apa tante?” Kali ini Alvin mulai mengamati tubuhku.
    “Ah gapapa ko’.. Bisa minta tolong ga angkatin jemuran ke atas..”
    “Iya tante bisa, mana jemurannya?”

    Setelah menunjukan jemurannya Alvin pun mengangkatkannya. Aku sengaja jalan terlebih dahulu dengan harapan saat di tangga Alvin bisa melihat bokongku yang tidak terbungkus celana dalam secara langsung.

    Dan memang seperti yang aku perkirakan, saat di tangga Alvin melihat bokongku meski dengan curi-curi. ketika sudah sampai atas kulihat besarnya tonjolan di celana Alvin yang menandakan sudah ereksi.

    “Loh, sudah bangun lagi Vin?” tanyaku ketika sampai di atas.
    “Maksud tante? “ Alvin nampak bingung.
    “Itu dede yang di celana nya?” Mata ku tertuju ke tonjolan di celana Alvin.
    “Eh, ah.. eh..” Alvin tampak salah tingkah dan tak dapat menjawab.
    “Alvin terangsang ya lihat tante?” tanyaku lagi.

    Alvin tampak masih salah tingkah dan tidak menjawab pertanyaanku.
    “Boleh ga tante lihat dedenya Alvin?” Aku pun mulai membuka gesper dan kancing celana Alvin.
    “Ja.. ja.. jangan tante..” kata Alvin.

    Namun tak kulihat penolakan Alvin terhadap apa yang aku lakukan. Aku pun terus membuka celana Alvin. Kudapati kontol yang besar yang sudah ereksi kencang. Besarnya hampir sama dengan dengan kontol-kontol bule yang aku lihat di film bokep, namun punya Alvin lebih pendek sedikit.

    Aku pun langsung melahap kontol Alvin yang besar ke dalam mulutku. Mulutku penuh sesak dengan kontol Alvin dan rasanya mulutku tidak bisa menampung panjangnya kontol Alvin. Alvin terlihat menikmati permainan mulutku di kontolnya, begitu juga aku.

    Birahiku langsung menggebu-gebu, kontol yang selama ini kudambakan dan kuhayalkan sekarang bisa kurasakan di mulutku dan aku pun tak sabar untuk menerima sodokan kontol Alvin yang besar ini. Akupun menudahi permainan mulutku, kini aku tarik Alvin ke kamar tamu yang tepat di sebelahku.

    “Jangan ah tante, nanti Om Toni tahu..”
    “Ayo lah, kalau Alvin ga bilang pasti ga akan tahu..” Jawabku sambil menarik tangan Alvin ke kamar.

    Alvin pun menuruti ajakan ku. Ku dudukan Alvin di ranjang dan aku pun langsung membuka dasterku yang membuatku menjadi telanjang bulat. Alvin nampak terbelalak melihat tubuh bugilku terpampang di depannya. Lalu aku lucuti satu per satu pakaian Alvin hingga sama telanjangnya denganku. Dadanya yang berbidang membuatku tak tahan. Berbeda sekali dengan perut Mas Toni yang buncit dan dadanya yang kendur.

    Aku langsung naik ke atas Alvin. Kuciumi mulut Alvin dengan penuh nafsu. Kugesek-gesekan kontolnya yang tegang ke bibir memek ku yang sudah membasah. Dan.. clepp.. terasa sensasi luar biasa waktu pertama kontol Alvin masuk ke memek ku. Terasa terganjal nikmat memeku.

    Lalu aku pun mulai bergoyang, berbeda sekali dengan waktu dengan Mas Toni. Biasanya aku harus bersusah payah menggoyang agar kontol Mas Toni mengenai titik sensitifku, namun dengan kontol Alvin yang besar hanya dengan sedikit goyang titik sensitifku sudah terasa nikmat. Dan hanya dengan sekitar tiga menit aku pun mencapai oragasme yang luar biasa.

    “Aaahhh……. Kamu di atas ya sayang…” aku minta untuk bertukar posisi, dan tak lama kemudian Alvin sudah menindihku dengan kontol yang tertancap di memek ku.

    “Tante haus Vin, puasin tante.. puasin tante sayang…”

    Mulutku mulai meracau tak karuan. Aku terbawa melayang birahiku yang mengebu dengan diiringi kocokan kontol Alvin yang perkasa. Aku berada di puncak kenikmatan birahi yang selama ini tak bisa aku dapatkan dari suamiku Mas Toni. Tubuhku terasa panas, keringat bercucuran dari tubuhku.

    Tak aku bayangkan dia keponakan dari kakak kandungku sendiri yang masih punya pertalian darah. Aku hanya mengaggap dia lelaki perkasa yang bisa menyirami birahiku yang dahaga.

    “Terus sayang… terus… aaaahhhhh…”

    Aku pun mencapai orgasme yang kedua. Orgasme yang yang beruntun dengan posisi Alvin yang masih sama. Baru kali ini aku merasakan multi orgasme, oragasme yang begitu dasyat yang menjadikan tubuhku berkejang habat. Sungguh perkasa sekali keponakan ku ini.

    Sudah hampir satu jam memek ku dihujam kontol Alvin yang perkasa. Sudah 6 atau 7 kali aku mencapai orgasme, ah untuk apa aku menghitung. Aku hanya menikmati…

    Nampaknya sekarang juga Alvin mau keluar, kocokannya terasa semakin cepat tidak beraturan. Kontolnya kurasa lebih menegang di memek ku. Beberapa saat kemudian terasa cairan hangat menyemprot di memek ku. Dan aku pun mencapai orgasme untuk entah yang keberapa kali.

    Kurasakan banyak sekali cairan sperma yang keluar dari kontolnya Alvin sampai meluap keluar dari memek ku. Lalu setelah kontolnya dicabut dari memek ku aku pun langsung menjilati kontol Alvin, membersihkan cairan sperma yang menempel di kontolnya sampai bersih.

    Aku menjilati sampai kontol Alvin laya tak tegang lagi. Bahkan walaupun sudah loyo kalau aku perhatikan masih lebih besar dibandingkan dengan kontol Mas Toni yang ngaceng. Sungguh perkasa keponakanku ini. Setelah satu jam lebih kami bergulat Alvin pun pergi untuk wawancara kerjanya.

    Hari itu aku rasa lemas sekali dan aku pun mengerjakan pekerjaan rumahku dengan malas. Aku sangat menikmati dan puas dengan pelayanan Alvin. Nampaknya Alvin pun demikian. Terbukti dengan terus diulanginya setiap pagi sebelum Alvin berangkat wawancara kerja.

    Akhirnya Alvin pun diterima kerja. Aku sudah menawarinya untuk tinggal bersama, aku masih ingin dipuaskan oleh sepupuku Alvin namun ia menolaknya dengan alasan tak enak saat bertemu Om Toni. Alvin pun mengekost tak jauh dari rumah kami dan kami pun masih suka mencuri-curi waktu untuk saling memuaskan birahi.

    Di satu sisi aku merasa berdosa terhadap Mas Toni, aku merasa hina dengan menggadaikan kesetiaanku sebagai seorang istri. Tapi si sisi lain aku hanya seorang wanita biasa yang ingin terpenuhi kebutuhan bathinku.

  • Duda Araban (Tetangga Baru)

    Duda Araban (Tetangga Baru)

    Cerita Sex Duda Araban (Tetangga Baru) – Subuh itu kulihat tetangga baruku sedang merapikan tanaman di kebun, dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting. Kemudian dia menyirami tanaman yang ada diedepan rumahnya itu. Dia baru saja beberapa hari pindah kerumah disebelah rumah yang kutunggui.

    Kutatap wajahnya. Belum tua, umurnya kutaksir sekitar 40 tahunan, tubuhnya kekar wajahnya segar dan cukup tampan. Rambut dan kumisnya beberapa sudah terselip uban. Subuh itu aku sedang jogging disekitar rumah, hal yang rutin aku lakukan tiap subuh.

    Aku saat ini mendapat pekerjaan menunggu rumah yang juga digunakan untuk kantor kecil. Tugasku tidak banyak, membantu pekerjaan ringan yang ditugaskan kepadaku oleh yang bekerja disitu, menghidupkan lampu2 rumah dan memadamkannya pada pagi hari.

    Malemnya aku tidur disalah satu ruang kerja dengan menggelar matras, pakaianku kusimpan di dalam tas yang aku masukkan ke salah satu lemari Baiknya ada TV sehingga masih ada yang kutonton malem hari, kadang aku tertidur di sofa sambil nonton TV. Aku membersihkan rumah tersebut tiap pagi kemudian aku mencuci pakaianku sendiri. Untuk kebutuhan rumah dan makan ku, aku mendapat sejumlah dana yang dapat kupakai, selain gaji bulanan.

    Cerita Sex Duda Araban (Tetangga Baru)
    Cerita Sex Duda Araban (Tetangga Baru)

    Ngocoks Aku sudah tidak berhubungan dengan oom Edo, memang setelah ngentot dengan si oom, beberapa kali si oom mengajakku untuk nginep di apartmentnya, sendiri tanpa teman, sehingga aku lemes banget melayani napsu si oom yang kayanya gak pernah puas, tapi rasanya nikmat sekali ketaku kontol yang besar, panjang dan sangat keras itu akhirnya mengecretkan pejunya di memekku dengan semburan yang keras dan banyak.

    Mana si oom, gak puas cuma seronde lagi, sehingga aku harus melayani napsunya sendirian beberapa ronde. Kata Winda, dia juga pernah diajak si oom ke apartmentnya sendirian. Sama seperti aku, Winda pun lemes banget dientot si oom beberapa ronde.

    Cowokku ketaku tau aku dientot si oom, marah dan memutuskan hubungannya dengan aku, jadilah aku kesepian. Makanya ketaku melihat tetangga baruku yang macho itu, napsuku tanpa sadar bangkit lagi. Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras.

    Dia mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Dia tersenyum, dan menyapaku : “Tinggal disebelah ya, kok sendirian, rajin banget olahraga, pantes badannya kenceng dan montok”.

    Memang aku juga memakai celana pendek dan kaos tanpa lengan yang ketat sehingga bodiku tercetak dengan jelas. Matanya jelalatan memandangi bodiku dari atas sampe ke bawah. “Bapak suka kan sama yang montok”, jawabku menggodanya.

    “Suka banget, kamu tinggak disebelah sendirian ya, sama dong dengan saya, saya Dio”, katanya memperkenalkan diri.

    “Saya Ines, pak”, jawabku. Dia meremas tanganku ketaku berjabat tangan.

    “Kok sendirian pak”, tanyaku lagi. “Jangan panggil pak, oom saja. Saya sudah cerai dan anak saya ikut ibunya”, jawabnya lagi.

    “Mampir yuk ke rumah saya, bisa ngopi. Disini kan banyak nyamuk”, ajaknya. Bagai tersihir, aku ikut saja ketaku dia menggandeng tanganku masuk kerumahnya. Dia membuat kopi 2 cangkir dan satu diberikannya ke aku.

    “Mau pake susu?” tanyanya. “Gak usah oom, kan udah ada creamernya”, jawabku.

    “Iya ya, sudah punya kok ya, besar – kenceng lagi”, godanya. Aku hanya tersipu mendengar guyonannya yang mulai mengarah. Kami ngobrol ngalor ngidul, dia mengarahkan pembicaraan kearah ngentot. Aku bercerita terus terang tentang pengalamanku dalam soal itu.

    “Boleh dong, kamu nemenin saya kalo malem, daripada masing2 sendirian di rumah”, tawaran yang merangsang napsuku kembali. Aku terdiam. “Kok diem, diem itu artinya mau lo”, godanya terus. Karena sudah terang, aku pamit kembali ke rumah untuk mengerjakan pembersihan rumah.

    “Nanti malem ya”, katanya sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum. “Boleh gak tau no HP nya”, yanyanya lagi. “Supaya gampang kalo mau janjian”. Aku memberakun no HP ku dan kembali kerumahku.

    Hari itu berjalan sangat lambat rasanya, aku sudah gak sabar menanti datangnya malam, aku mau tau apakah dia akan mengundangku ke rumahnya atau tidak. Aku membayangkan apa yang akan dilakukannya terhadapku, kalo nanti malam aku kerumahnya.

    Itu membuat napsuku berkobar2 dengan sendirinya. Hal itu membuat aku tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan tugas yang diberakun kepadaku oleh yang bekerja di rumah itu. Akhirnya saatnya tiba, malam sudah agak larut ketaku HP ku berdering, ada sms dari dia yang mengajak aku ke rumahnya.

    SMS kubales bahwa aku beberes dulu sebelum ke rumahnya. Aku hanya mengenakan daster yang tipis kerumahnya, dia sudah membuka pintu pager dan menungguku dikegelapan karena lampu depan rumahnya sengaja tidak dinyalakannya. “Masuk yuk”, katanya sambil mengunci pintu pager.

    Aku digandengnya masuk kerumahnya. Dia cuma mengenakan baju mandi. Makan malem yang dibelinya direstoran sudah disiapkan di meja makan. Aku diajak makan sambil ngobrol. Selesai makan aku mencuci peralatan makan, sedangkan dia menungguku disofa di depan TV.

    Aku duduk disebelahnya, langsung tangannya memeluk pundakku. Karena dasterku tipis, maka bra dan CDku berbayang. Dia mulai merayuku “Kamu seksi sekali Nes, toket kamu besar, pantat kamu juga padet. Apalagi bulu tangan kamu panjang2, pasti jembut kamu juga lebat kan”, katanya sambil mengelus tanganku.

    Tangan lainnya mulai mengelus2 pundakku. “Emangnya kalo jembutnya lebat kenapa oom”, tanyaku pura2 gak ngerti. “Cewek yang jembutnya lebat, napsunya besar, kalo dientot gak puas kalo cuma seronde, mesti berkali2 baru puas, iya kan”, jawabnya.

    Aku tidak menjawab, kepalaku kusenderkan dipundaknya. Dasterku yang tipis tersingkap sehingga betis dan pahaku terbuka, aku tidak mencoba membetulkannya, aku pura-pura tidak tau. “Nes kakimu mulus sekali ya”, katanya. “Ah.. Oom bisa aja,” balasku sekenanya.

    Kurasakan tangannya mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, napsuku makin lama makin berkobar. “Nes, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi. Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha dekat memekku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju mandinya dia tidak

    mengenakan CD sehingga kontolnyanya yang membesar dan tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak melihat kontol besar dan panjang yang berdiri keras penuh dengan tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat.

    Ingin rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan napsuku. Dia membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku dengan lembut. Kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh napsu.

    Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kontolnya menempel di pahaku sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke toketku. Dia meremas toketku dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannya

    sudah menyelusup ke balik daster dan braku, remasan jarinya sangat ahli, kadang pentilku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar biasa.Nafasku makin memburu ketaku dia melepas ciumannya. Kutatap wajahnya, dia tersenyum dibelainya wajahku.

    “Nes kamu cantik” dia memujaku. “Bagaimana Nes? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku tak menjawab.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti daster dan bra ku, aku tinggal mengenakan CD, dia juga telah telanjang utuh.

    Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, kontolnya panjang dan besar berdiri tegak. Diangkatnya pantatku dilepaskannya CDku yang telah basah sejak tadi. “Wow, lebat banget jembutmu, basah lagi, kamu pasti sudah napsu banget ya Nes”, katanya tersenyum.

    Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku lebar-lebar. Kulihat memekku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab, itilku terasa sudah membesar dan memerah, memekku telah terbanjiri oleh lendir yang siap melumasi setiap barang yang akan masuk.

    Dia membungkuk, menyingkirkan jembutku dan mulai menjilat bagian kiri dan kanan memekku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya menggeser makin ke atas ke arah itilku, kupegang kepalanya dan aku mulai merintih kenikmatan.

    Beberapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas itilku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba dia melakukan sedotan kecil di itilku, kadang disedot kadang dipermainkan dengan ujung lidah.

    Kenikmatan yang kudapat luar biasa, gerakanku makin tak terkendali, “Oom… aduh.. Oom… Ines mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku, aku sudah siap untuk nyampe, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan ciumannya dari memekku.

    Dia menarikku bangun dan menyorongkan kontolnya kemulutku. ” Gantian ya Nes.. aku ingin kamu ngisep kontolku.” Kutangkap kontolnya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku. Dia sudah terlentang disofa dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum kontolnya.

    Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton dalam film biru. Napsuku sudah sampai puncak. Kutelusuri kontolnya dengan lidahku dari pangkal sampai ke kepalanya yang mengkilat berkali-kali. “Ahhh… Enak sekali Nes…” dia berdesis.

    Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan pangkal kontolnya kuelus dengan jariku. Suara desahannya membuatku tidak tahan menahan napsuku. Kusudahi permainan di kontolnya, aku sudah setengah jongkok di atas tubuhnya, kontolnya persis di depan memekku.

    “Oom, Ines masukin ya, Ines pengen sekali.” Dia hanya tersenyum. Kupegang kontolnya, kutempelkan pada bibir memekku, kusapu-sapukan sebentar di itilku dan kepala kontolnya kumasukan ke memekku, aku hampir terbang.

    Beberapa detik aku tidak bergerak, tanganku masih memegangi kontolnya, ujung kontolnya masih menancap dalam memekku. Kurasakan kedutan-kedutan kecil dalam memekku.Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung kontolnya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan itilku.

    Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh kontolnya sudah melesak dalam memekku. Kukocokkan kontolnya naik-turun, kujepit kontolnya dengan otot dalam, kusedot ke dalam, kulepas kembali berulang-ulang.

    “Oh.. Nes kau hebat, jepitanmu nikmat sekali”, dia mendesis-desis, toketku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih. Dia mengocokkan kontolnya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus, dan akhirnya kehilangan kontrolku.

    Kudorong pinggulku ke bawah, terus ke bawah sehingga kontolnya masuk semua ke memekku. Luar biasa nikmatnya. Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya, toketku menempel didadanya, perutku merekat pada perutnya. Kudekap dia erat-erat.

    Tangan kirinya mendekap punggungku, sedang tangan kanannya mengusap-usap pantatku.. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan kontol besarnya meyodok-nyodok dari bawah.

    Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan akhirnya meledak. Kutekan memekku ke kontolnya, kedutannya keras sekali, nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam memek terasa cairan hangat, menyemprot dinding rahimku.

    Beberapa menit aku terdiam di atasnya, dan kontolnya masih menyesaki memekku. Kurasai memekku masih berkedut dan makin lemah. Disentuh bibirku dengan bibirnya. Aku tidak menyia-nyiakannya. Dengan cekatan pula kujulurkan lidah kecilku untuk dinikmati dan kami saling berpagutan ketat.

    Kuhisap mulutnya dia juga membalas tangkas sampai aku hampir kehabisan nafas. “Oom, nikmat banget deh kontol oom, besar, panjang, keras lagi, memek Ines sampe sesek rasanya”, kataku setelah dia menyudahi ciumannya. “Aku belum ngecret Nes”, jawabnya.

    Kemudian dia meremas2 toketku. Pentilku tak luput dari jarinya dan kurasakan pentilku mulai mengeras lagi. “Oom, enjot lagi dong”. Dia membalikkan posisi sehingga dia sekarang diatas. Perlahan dia menggerakkan pantatnya kebelakang dan kedepan, aku mulai kegelian dan nikmat.

    Kubantu dengan ikut menggerakkan pantatku berputar, Dia mengerang menahan laju perputaran pantatku, rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi tapi dia semakin kuat memegangnya.

    Kulakukan lagi gerakanku berulang dan kurasakan bijinya menyentuh pantatku, licin dan geli. Rupanya dia termasuk kuat juga berkali-kali kontolnya mengocek memekku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang.

    Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi, kakiku mengamit pinggangnya dia semakin tidak leluasa untuk bergerak sehingga aku bisa mengaturnya, tetapi dia belum ngecret juga.

    Memekku berbunyi kecepek2 saat kontolnya mengucek habis didalamnya aku kegelian hebat, tiba-tiba aku merasakan getaran hebat dalam tubuhku, Aku mengerang, aku menyerah aku tidak dapat menahan segala kenikmatan ini,

    “Terus.oom…Ines mau nyampe lagi” ucapku, gerakanku semakin kencang dan toketku bergoncang membuat dia tambah bernafsu mengentotiku. Pinggulku terangkat saat merasakan puncaknya, memekku terasa becek sekali,nafasku tersengal-sengal, badanku terasa lemas.

    Belum lagi reda rasa nikmatku dia manarik kontolnya keluar dari memekku. Melihat kontolnya yang besar itu membuat napsuku bangkit kembali lalu dengan reflek kugenggam dan dengan lincah kumasukkan kepalanya kedalam mulutku, kukocok lagi, sambil kuhisap kuat-kuat dan dengan cepat mulutku maju mundur untuk mencoba merangsang agar pejunya cepat ngecret.

    Mulutku mulai payah tapi peju yang kuharapkan tak juga keluar. Aku tersentak merasakan dia menarik kontolnya agak keras menjauh dari mulutku dan dengan sigap dibukanya memekku dengan tangan kiri dan tangan kanan menuntun kontolnya yang gede menuju memmekku.

    Didorongnya perlahan, dia melihatku sambil tersenyum dan bleeesssss, digenjotnya kuat pantatnya kedepan hingga kontolnya kembali menghunjam semuanya kedalam memekku. Aku menjerit. Aku berusaha mengejan sehingga kontolnya merasa kupijit pijit.

    Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan keras dan cepat. Tidak lama kemudian dipeluknya tubuhku sambil mengerang. “Nes, .. aku mau ngecret”. “Keluarin aja oom didalem” pintaku agar kenikmatan yang kurasakan bertambah dan akhirnya pejunya menyemprot didalem memekku, kurasakan ada semburan hangat dimemekku.

    Dia memelukku erat demikian pula aku. Dia tersenyum puas. “Nes, . Tak pernah aku merasakan memek kecil seperti punyamu ini, enak banget memijit kontolku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Nes”. Dia memelukku lama sekali sambil beristirahat, terus dia mengajakku ke kamarnya.

    “Terusin diranjang ya Nes”, katanya sambil mencabut kontolnya dari memekku. Lemes saja kontolnya sudah besar, gak heran kalo ngaceng menjadi besar banget dan panjang lagi. Dia masuk ke kamar mandi, sedang aku tergolek diranjangnya.

    Keluar dari kamar mandi, dia berbaring disebelahku. Kembali dia mengulum bibirku kuat- kuat. Kupegang kontolnya sambil kukocok pelan2. Gak lama kemudian, kontolnya mulai mengeras lagi. Luar biasa orang ini, baru ngecret sudah bisa ngaceng lagi.

    Aku jilati kontolnya lagi, dia mulai menggelinjang dan melenguh. Mulai dari ujung kugerakkan masuk dan keluar dengan mulutku dia semakin tidak karuan juga geraknya. Semakin cepat dan semakin cepat. Kuhisap semakin kuat dan kuat, dia pun semakin keras erangannya.

    Dia mulai mengelus memekku sehingga mulai basah kembali. Mulutku masih penuh kontolnya dengan gerakan keluar masuk. Sesekali diremasnya toketku saat dia merasa geli yang hebat. Kulepas mulutku dan kukocok kontolnya naik turun. Kuhisap lagi berulang-ulang.

    Bersambung…

    1 2 3
  • Anak Semata Wayang

    Anak Semata Wayang

    Cerita Sex Anak Semata Wayang – Birahi Ibu Dan Anaknya Ibu Fadia berusia 47 tahun, pekerjaannya sebagai karyawan perusahaan asuransi di kota Jakarta. Penampilannya sangat menarik. Wajah ayu karena ia adalah seorang peranakan Arab Sunda Jawa.

    Postur tubuhnya tinggi, montok dan berisi. Payudaranya besar, mengkal, meski agak turun menyerupai buah kelapa. Pinggangnya ramping dan makin ke bawah pinggulnya membesar seperti gentong besar.

    Bokongnya bulat, besar, dan kencang mendongak seperti bebek yang megalmegol bila ia berjalan. Kakinya panjang indah menyerupai kaki belalang.

    Betis halus mulus berbentuk bulir padi yang berisi ditumbuhi bulu bulu halus yang kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Pahanya makin ke atas makin membesar dan bulu halus itupun makin ke atas makin jelas menghiasinya.

    Gerakgeriknya lembut keibuan dan tenang penuh kematangan. Suaranya merdu agak mendesah dan menggairahkan. Suaminya bernama Pak Ario, berumur 53 tahun dan bekerja di perusahaan minyak asing. Dari perkawinan mereka, dikaruniai 3 orang anak.

    Cerita Sex Anak Semata Wayang
    Cerita Sex Anak Semata Wayang

    Ngocoks Dua orang anaknya meninggal karena kecelakaan mobil sewaktu mereka kecil, sedangkan yang masih hidup cuma Faisal yang sudah berusia 18 tahun dan duduk di bangku SMU. Keinginan untuk memiliki anak sudah tidak memungkinkan lagi karena rahim Bu Fadia sudah diangkat karena adanya gejala kanker rahim.

    Karenanya perhatian mereka terhadap Faisal sangatlah berlebihan. Sejak kecil mereka selalu memanjakan Faisal dan memenuhi semua permintaannya apapun itu. Bila Faisal masuk angin sedikit saja mereka akan dibuatnya kalang kabut.

    Kejadian diawali ketika Pak Ario tugas meninjau ladang minyak baru di lepas pantai. Di rumah cuma ditunggui oleh Bu Fadia, Faisal dan seorang pembantu setengah baya Mbok Sumirin namanya. Seperti biasa, pada malam hari Faisal sedang belajar untuk menghadapi Ebtanas minggu depan.

    Ia tengah sibuk berkutat dengan soalsoal latihan ketika ibunya datang membawa makanan kecil untuknya sambil menenteng majalah. Sal, ini ada oleholeh dari Bogor tadi siang untuk menemani kamu belajar, kata ibunya sambil meletakkannya di atas meja belajar Faisal.

    Kapan Ibu datang, kok suara mobilnya tidak kedengaran, tanya Faisal sambil tetap memelototi soalsoal sulit di depannya. Baru saja Sal, ini ibu sudah pakai baju mandi mau mandi, jawab ibunya.

    Sambil menunggu air panasnya Ibu mau membaca majalah dulu di kamarmu, sambung ibunya sambil merebahkan diri di ranjang yang membelakangi meja belajar Faisal.

    Ya, boleh saja tapi jangan sampai ketiduran nanti malah nggak jadi mandi, timpal Faisal. Singkat cerita Faisal kemudian berkonsentrasi lagi dengan belajarnya. Akhirnya setelah hampir 1 jam ia merasakan matanya mulai lelah, ia memutuskan untuk tidur saja.

    Sewaktu Faisal beranjak dari kursinya dan membalikkan badannya, tatapannya terpaku pada sosok tubuh montok yang teronggok di atas ranjangnya. Rupanya karena terlalu kelelahan, ibunya ketiduran. Posisi tidurnya tidak karuan.

    Tangannya telentang sementara kakinya mengangkang lebar seperti orang yang sedang melahirkan. Baju mandi ibunya yang panjangnya selutut nampak tersingkap sehingga paha putih mulus ibunya bisa terlihat jelas. Faisal bingung, apakah harus membangunkan ibunya atau menikmati pemandangan indah dan langka ini dulu.

    Sebelumnya ia tidak pernah berpikiran kotor terhadap ibunya sendiri tapi entah kenapa dan setan mana yang merasuki dirinya sehingga ia merasakan rangsangan ketika melihat paha ibunya yang tersingkap. Perlahan didekatinya tepian ranjang dengan hati berdebardebar.

    Diperhatikan dengan seksama tubuh ibunya yang montok dan wajahnya yang ayu keibuan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Faisal menyadari ternyata ibunya sangat cantik dan menggairahkan. Kemudian dengan tangan gemetaran diberanikannya dirinya mengeluselus kaki ibunyna sampai ke paha.

    Begitu halus, lembut dan hangat kulit ibunya ia rasakan. Ketika menyentuh paha yang ditumbuhi bulubulu halus, Faisal merasakan kehangatan yang makin terasa mengalir ke telapak tangannya. Kemaluannya menjadi menegang keras dan membuat celananya terasa sesak dan ketat.

    Jantungnya makin berdegup kencang ketika ia meneruskan belaian tangannya makin jauh ke arah pangkal kaki yang masih tertutupi baju mandi ibunya. Kulit tangannya merasakan hawa yang makin hangat dan lembab ketika tangannya makin jauh menggerayangi pangkal kaki ibunya yang bak belalang itu.

    Gerakannya terhenti ketika ia merasa telah meraba bulubulu halus yang lebat sekali dan menyentuh gundukan daging yang begitu lunak dan hangat. Beberapa saat ia merabaraba gundukan daging lunak hangat itu.

    Akhirnya dengan rasa penasaran ia singkapkan baju mandi ibunya ke atas. Sehingga kini di depan matanya teronggok bagian selangkangan dan pinggul ibunya yang besar dan montok. Bulubulu halus yang sangat lebat nampak tumbuh di sekitar anus, kemaluan sampai perut bagian bawah.

    Begitu panjangpanjang dan lebatnya bulu kemaluan ibunya sampai kemaluan ibunya agak tertutupi. Kemudian dengan tangannya ia sibakkan bulubulu kemaluan di sekitar kemaluan ibunya.

    Sehingga kini kemaluan ibunya nampak jelas terlihat. Gundukan daging yang memanjang membujur di selangkangan kelihatan empuk dan menggunung berwarna agak kegelapan.

    Bila diperhatikan bentuknya mirip mulut monster berkerutkerut. Ini pasti yang namanya labium mayora (bibir besar) seperti dalam atlas anatomi, batin Faisal. Dari celah atas bibir monster yang besarnya setempurung kelapa itu tampak menonjol keluara bulatan daging sebesar kacang tanah yang berwarna kemerahmerahan.

    Kalau yang ini pasti yang namanya kelentit, pikir Faisal lagi sambil mengusapusap tonjolan liat itu. Kemudian jarinya ia gerakkan ke bawah menyentuh lipatlipat daging yang memanjang yang mirip daging pada kantong buah pelir lakilaki.

    Wah, ternyata labium minora Ibu sudah memble begini, pasti karena terlalu sering dipakai Bapak dan untuk melahirkan, batin Faisal. Hidungnya lalu disorongkan ke muka kemaluan sebesar mangkok bakso itu.

    Sambil membelaibelai bebuluan yang mengitari kemaluan ibunya itu, Faisal menghiruphirup aroma harum khas kemaluan yang menyengat dari kemaluan ibunya itu. Tak puas dengan itu, ia meneruskan dengan jilatan keseluruh sudut selangkangan ibunya.

    Sehingga kini kemaluan di hadapannya basah kuyup oleh air liurnya. Dijulurkannya panjangpanjang lidahnya ke arah klitorisk dan menggelitik bagian itu dengan ujung lidahnya.

    Sementara tangan satunya berusaha melepaskan ikatan tali baju mandi, dan setelah lepas menyingkapkan baju itu sehingga kini tubuh montok ibunya lebih terbuka lagi.

    Muka Faisal sampai terbenam seluruhnya dalam kemaluan ibunya yang sangat besar itu, ketika dengan gemas ia menempelkan mukanya ke permukaan kemaluan ibunya agar lidahnya bisa memasuki celah bibir monster itu.

    Usahanya tidak berhasil karena bibir itu terlalu tebal menggunung sehingga ujung lidahnya hanya bisa menyapu sedikit ke dalam saja dari celah bibir monster itu. Ia merasakan gundukan daging itu sangat empuk, hangat dan agak lembab.

    Sementara itu Bu Fadia masih tetap lelap dalam mimpinya dan tidak menyadari sedikitpun apa yang dilakukan anak yang sangat disayanginya terhadap dirinya. Tampaknya ia benarbenar kelelahan setelah seharian tadi pergi keluar kota menghadiri resepsi pernikahan kerabat jauhnya.

    Dengkurannya malah makin keras terdengar. Sambil tetap membenamkan mukanya ke kemaluan besar itu, Faisal meraih payudara ibunya yang sebesar buah kelapa dengan tangannya. Diremasremasnya perlahan payudara mengkal yang putih mulus itu. Rasanya hangat dan kenyal.

    Lalu tangannya berpindah di sekitar puting susu gelap kemerahan yang dilingkari bagian berwarna samar yang berdiameter lebar. Ketika tangannya memijitmijit puting susu itu dengan lembut, ia merasakan payudara ibunya bertambah kencang terutama di bagian puting tersebut.

    Denyutandenyutan di celah kemaluan ibunya juga terasa oleh bibirnya. Sementara itu dalam tidurnya ibunya terlihat bernapas dengan berat dan mengerang perlahan seperti orang yang sedang sesak napas.

    Melihat ekspresi muka ibunya yang seperti orang sedang orgasme dalam filmfilm porno yang pernah ditontonnya, Faisal makin gemas. Sehingga sambil lidahnya menggelitik klitoris ibunya, ia menusuknusukkan jari tangannya ke dalam celah kemaluan itu. Makin ke dalam rasanya makin hangat, lembab dan lunak.

    Ada pijitan pijitan lembut dari lubang vagina ibunya yang membuat jari tangannya seperti dijepitjepit. Makin lama lubang itu makin basah oleh cairan bening yang agak lengket, sehingga ketika jari tangannya ditarik terlihat basah kuyup.

    Ibunya kini makin keras mengerang dan terengahengah dalam tidurnya. Rupanya ia merasakan kenikmatan dalam mimpi, ketika kemaluan dan payudaranya dijadikan barang mainan oleh anaknya. Pinggulnya mulai menggeliatgeliat dan kakinya ikut menendangnendang kasur.

    Melihat tingkah ibunya yang sangat menggoda itu, Faisal tanpa banyak berpikir lagi segera melepaskan kaos dan celananya. Sehingga kini ia berdiri di depan tubuh bugil ibunya dengan keadaan bugil pula.

    Badannya terlihat besar dan kekar serta penisnya mencuat kokoh dan besar ke atas. Uraturat penis itu tampak beronjolan seperti ukiran yang mengelilingi penisnya yang berukuran panjang 20 cm dan diamerer batang 5 cm.

    Kepala penisnya yang sebesar bola tenis terlihat kemerahmerahan dan menganggukangguk seperti terlalu besar untuk dapat disangga oleh batang kemaluannya.

    Ia ingin menusukkan batang penisnya ke dalam kemaluan ibunya, tapi ia ragu ragu apakah lubangnya tadi cukup.

    Bersambung…

    1 2
  • Merenggut Seluruh Keluarga

    Merenggut Seluruh Keluarga

    Cerita Sex Merenggut Seluruh Keluarga – Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget. Di rumah sendirian, ga ada yang menemani. Mama lagi pergi arisan, Mbak Ani kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar. Bener-bener deh aku kesepian di rumah. “Daripada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku.

    TV mulai kunyalakan, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangasang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri.

    Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan.Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun.

    Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme. Tiba-tiba.. “Anton.. apa yang kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yang aku kenal.“Mama..?!”

    Cerita Sex Merenggut Seluruh Keluarga
    Cerita Sex Merenggut Seluruh Keluarga

    Ngocoks Aku kaget setengah mati. Aku bingung sekali saat itu. Tanpa sadar kudekati Mamaku yang cantik itu. Tiba-tiba saja aku mendekap tubuh Mamaku yang bahenol itu. Kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi. Mama mencoba untuk berontak.

    “Anton.. ingat, Ton. Aku ini Mamamu?!” teriak Mama mengingatkanku.

    Aku tak lagi peduli. Salah Mama sendiri sih. Orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya kuremas-remas sampai Mama menjerit kesakitan. 10 menit aku melakukan hal itu, kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari Mama.

    Nampaknya Mama mulai terangsang juga. Diraihnya penisku yang menggelantung, tangan mungilnya mulai mengocok penisku yang kubanggakan. Dengan perlahan kubuka baju Mama. Satu demi satu kancingnya kulepaskan, dan perlahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu.

    Setelah berhasil membuka baju dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara Mama yang padat berisi. Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, membuat gairah Mamaku semakin berkobar.

    “Uuhh..aahh..Terus, Ton. Ya..terus..Oohh..” erang Mamaku demi menahan nikmat yang dirasa.“Ma..capek nih berdiri. Pindah ke kasur aja yah..” pintaku.“Ya deh..” suara Mama bergetar menahan gariah yang tertunda.

    Kugendong tubuh Mama yang setengah telanjang itu menuju ke kasurku sambil tetap kuciumi kedua payudaranya. Kurebahkan tubuh mungilnya, dan segera kutindih tubuh Mamaku itu. Kuremas payudara sebelah kanan, sedangkan mulutku ini mengulum dan mencucup yang kiri. Dengan bantuan Mama, kubuka rok mini Mamaku. Ciumanku turun ke pusarnya. Usapan lidahku diperutnya membuat tubuh Mamaku semakin bergelinjang tak karuan.

    Setelah kurasa cukup bermain lidah di perutnya, kugigit CD Mama, dan dengan gigiku kutarik CD-nya. Dengan susah payah akhirnya berhasil juga aku membukanya dengan cara tersebut. Terdiam ku sejenak, demi melihat keindahan vagina Mama yang terpampang jelas di depanku.

    “Ton, kok malah melamun sih? Kenapa?”“Ah..enggak, Ma. Anton kagum aja ama vagina Mama. Indah, Ma.”“Ah..kamu bisa aja. Jangan cuma dipandangi aja dong.”

    Vagina Mama sangat indah menurutku. Disana terdapat rambut yang lebat, dan bentuknya sungguh sangat menggairahlan. Kudekatkan wajahku keselangkangan Mama. Tercium bau khas seorang yang wanita yang dapat membangkitkan gairah lelaki.

    Kusapukan lidahku di garis vertikal itu. Tubuh Mama membusur menerima usapan lidahku di sana. Kutarik klitorisnya, kugigit kecil, kukulum dan terkadang kutarik-tarik. Nampak dari wajahnya, Mamaku menikmati permainanku di daerah kemaluannya.

    Kumasukkan ketiga jariku sekaligus, kubiarkan sejenak, kurasakan lembab di sana. Dengan perlahan kumaju-mundurkan jemariku. Perlahan tapi pasti. Tanganku yang satunyapun tak tinggal diam. Kutarik klitorisnya, kupuntir dan kupilin, membuat tubuh Mama semakin bergoyang tak karuan.

    Akupun semakin bergairah melihat tubuh Mamaku seperti itu. Semakin cepat aku mengocok vagina Mamaku, bahkan aku mencoba untuk memasukkan kelima jariku sekaligus. Tak lama kemudian kurasakan jepitan vagina Mama semakian kuat, kupercepat kocokanku. Mata Mama membeliak ke atas dan digigit bibir bawahnya yang seksi itu, kemudian.

    “Ah..Mama mau sampai, Ton. Awh..ahh..”

    Dan akhirnya, Seerr.. cairan kewanitaan Mama membasahi jemariku. Kucopot jemariku dari liang kewanitaan Mama, kuturunkan wajahku dan kujilat habis air itu sampai tak tersisa.

    “Ton, kamu hebat juga yah. Hanya dengan jemarimu saja Mama sudah bisa orgasme seperti tadi..” kata Mamaku terengah-engah.

    Kami terdiam sejenak untuk memulihkan tenaga. Mamaku bersandar dibahuku dengan tersenyum puas. Jemari lentik Mama bermain-main manja mengelus dan mengusap penisku yang masih saja tegak mengacung.

    “Ton, punya kamu gede juga ya. Punya Papamu dulu aja nggak sampai segede ini.”“Ah, Mama. Anton kan malu.”“Ngapain juga kamu malu, toh memang benarkan.”

    Jemari lentik Mama masih saja memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan Mama tak mau lepas dari situ.

    “Ma, kok didiemin aja. Dikocok dong, Ma, biar enak.”“Ton, Ton..kamu keburu nafsu aja.”

    Perlahan Mama pindah ke selangkanganku. Digenggamnya penisku dengan kedua tangannya, dijilatnya kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut Mamaku. Dijilatnya selutuh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidah Mama.

    Dikocoknya penisku didalam mulut Mama, tapi tak semuanya dapat masuk. Mungkin hanya ¾ nya saja yang dapat masuk ke mulut Mama. Kurasakan dinding tenggorokan Mama menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku.

    Cukup lama juga Mama mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, Mama semakin cepat mengocok batang kemaluanku.

    “Ma.. ah.. aohh.. Ma, Anton mo keluar, Ma.”

    Akhirnya..Croott..croott..croott..Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung penisku. Diminumnya dengan rakus maniku itu. Dijilatnya semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi penisku tetap saja tegar meski tak seberapa keras lagi.

    Melihat itu, Mamaku menggosok-gosokkan penisku di vaginanya. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina Mama, penisku mulai mengeras kembali. Digengamnya penisku dan diarahkan ke lubang peranakannya. Dengan sedikit gerakan menekan, penisku perlahan masuk setengahnya ke vagina Mama.

    Kurasa ini sudah mentok, karena beberapa kali Mama coba untuk menekan lebih keras lagi agar penisku dapat masuk semua, tapi keluar kembali setelah menatap ujung rahimnya.

    Dengan bersemangat Mama mulai menaik-turunkan tubuhnya. Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisiku yang ada di bawah sungguh sangat menguntungkanku. Aku dapat melihat payudara Mamaku naik-turun seiring dengan goyangan pinggulnya.

    Dengan gemas, kuraih payudara yang menari-nari di depanku itu. Kutarik payudara Mama mendekat ke wajahku. Kulihat wajah Mama meringis kesakitan karena payudaranya kutarik dengan paksa. Kugigit putingnya sampai berubah warnanya menjadi kemerahan.

    Kurasakan ada cairan putih susu menetes keluar dari putingnya saat kucucup payudaranya. Entah mengapa aku sangat suka sekali mempermaikan payudara Mamaku ini.

    Kurasakan otot-otot vagina Mama dengan kuat menyedot penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja vagina Mama menjepit penisku. Kulihat wajah Mama nampak makin memerah menahan orgasme kuduanya yang akan keluar sebentar lagi.

    “Ton.. Ah.. Oougg.. hh.. Ton, Mama mau keluar lagi, Ton.”

    Dan.. Seerr..Kurasakan cairan hangat membasahi penisku. Ada cairan yang menetes disela-sela pahaku saking banyaknya cairan yang keluar.

    “Duh, Mama kok udah keluar sih, ga mau nungguin Anton.”“Maaf deh. Kamu juga sih perkasa banget, Mamakan udah ga tahan lagi.”

    Dengan sigap segera kubalik tubuhku, sehingga kini Mama berada dibawah. Tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat. Mendapat serangan yang tiba-tiba itu Mamaku menjerit-jerit kesakitan. Meskipun vagina Mama udah becek banget, tapi tetap saja terasa seret untuk penisku.

    Tak kuhiraukan suara Mama yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku.Kurasakan otot-otot penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya.

    Ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar. Tapi jepitan vagina Mama akhirnya meruntuhkan pertahananku.

    Croott.. crootts.. Maniku keluar juga, menambah becek vagina Mama. Kubiarkan penisku tetap didalam vagina Mama untuk merasakan sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan vagina Mama tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.

    “Ma, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.” kataku dengan manja.“Kamu, tuh, Ton, kalau mau main jangan maksa dong. Masak Mamamu sendiri kamu perkosa.”“Tapi Mama senangkan?”“Iya sih!” Kata Mama malu-malu.

    Sejak saat itu aku dan Mama sering berhubungan sex bersama kalau dirumah lagi sepi. Kami pernah melakukannya sehari-semalam karena aku berhasil masuk ke PTN favorit.

    “Itu hadiah buat kamu.” Kata Mamaku sambil mengerlingkan sebelah matanya dengan manja.

    *****

    Siang itu panas sekali terasa. Tidak seperti biasanya panas matahari makin menyengat saja. Segera kutancap motorku agar aku cepat sampai di rumah. Begitu sampai di rumah, segera saja kulepaskan seluruh seragam sekolahku dan langsung saja aku meloncat ke kolam renang. Byuurr.. terasa segar badanku ketika tubuhku berada di dalam air. Rasa gerah yang sedari tadi kurasakan hilang sudah. Setelah puas berenang segera kupanggil Bik Suti.

    “Bik, cepetan kesini!”“Ya, Den. Ada apa, Den?”“Bik, tolong buatin makanan dan minuman ya, sekalian tolong cuciin baju seragamku ya.”“Ya, Den.” Jawab Bik Suti sopan.

    Perlu kalian ketahui kalau pembantuku yang satu ini sungguh berbeda dari yang lain. Meskipun berasal dari desa, ia mempunyai wajah yang manis. Ia seumuran dengan Mbak Ani. Tubuhnya sintal, apalagi payudaranya, sungguh membuat hati berdebar-debar setiap kali melihatnya.

    Aku ingin sekali tahu bagaimana rasanya berhubungan sex dengannya. Mungkin sangat berbeda rasanya. Begitu makanan dan minumanku sudah diantar, segera saja kuhabiskan dengan cepat. Udah lapar banget sih. Tak berapa lama kemudian datang Mbak Ani menghampiriku.

    “Lagi berenang ya, Ton?”“Iya nih, Mbak. Abis gerah banget sih. Mbak mau ga temenin Anton berenang?”“Iya deh, tapi tunggu Mbak selesai makan dulu ya.”

    Setelah selesai makan, Mbak Ani menuju ke kolam renang. Aku terpesona melihat kemolekan tubuh kakakku ini. Dengan hanya mengenakan bikini, lekukan tubuhnya sungguh sangat menggugah gairahku. Kurasakan penisku mulai menegang.

    Kami berenang sambil bermain lempar bola. Kadang dengan kusengaja, seringkali aku menyentuh belahan vagina maupun payudara kakakku. Tapi kakakku hanya diam saja. Tidak telalu memperdulikan dengan tindakanku.

    Pikiran-pikiran kotor mulai merasuk ke dalam otakku. Aku berfikir bagaimana caranya untuk dapat menikmati tubuh kakakku saat itu juga. Habis sudah hampir seminggu aku tidak pernah main lagi sama Mama. Tanpa sepengetahuan kakakku, kupelorot CD-ku sendiri.

    Penisku yang sudah tegang dari tadi tampak melayang-layang terkena ombak. Kudekati kakakku dari belakang, dengan tiba-tiba kuraba-raba dan kuremas payudaranya.

    “Eh, Anton. Ngapain sih kamu pegang-pegang payudara Mbak?”“Nggak pa-pa kan? Abis Anton terangsang banget melihat kemolekan tubuh Mbak.”

    Mbak Ani hanya diam saja. Aku semakin berani meremas-remas payudara kakakku. Kucopot BH-nya, dan sambil menyelam aku melumat payudara kakakku di bawah air. Sambil menyelam minum susu, pikirku.

    Kulumat-lumat payudaranya, terkadang kutarik dan kuremas dengan keras, sehingga membuat kakakku makin bergairah. Aku muncul ke permukaan air, kucari bibir kakakku dan kucium dengan buasnya. Tangan kakakku meraba-raba selakanganku, mencari benda tumpul yang mulai tegang.

    “Anton, kamu tadi berenang ga pake CD ya? Dasar, jorok kamu.”

    Dielusnya dengan lembut benda kesayanganku itu. Dikocoknya perlahan dan menjadi semakin cepat. Kurasakan ada dorongan dari dalam penisku yang mencoba keluar. Kucoba untuk menahan, tapi kocokan kakakku yang semakin cepat membuat aku mengeluarkan maniku di dalam air. Kulihat maniku yang berenang keluar melayang-layang di air.

    Dibiarkannya aku beristirahat sebentar, sambil menunggu aku pulih kakakku mencumbu mulutku dengan buasnya. Kumasukkan jemariku ke dalam vagina kakakku. Kukocok terus hingga akhirnya kakakku mencapai orgasmenya yang pertama.

    Seiring berjalannya waktu, penisku mulai tegang kembali. Tanpa memberitahu kakakku, kodorong dengan paksa penisku untuk dapat masuk kedalam vagina kakakku. Mbak Ani berusaha untuk menjerit, tetapi jeritannya tertahan karena mulutnya sedang beradu dengan mulutku.

    Kumaju-mundurkan pinggulku mengocok vagina kakakku. Sungguh sensasi yang luar biasa berhungan sex di kolam renang. Otot-otot vagina kakakku semakin lama semakin berdenyut dengan cepat seiring dengan makin cepatnya goyanganku.

    Kurasakan penisku mulai basah dengan cairan kewanitaan kakakku. Karena aku belum sampai makin kupercepat saja goyanganku. Tetapi karena berada di dalam air tubuhku menjadi berat. Dengan penisku masih berada dalam vagina kakakku, kuangkat tubuhnya keluar dari kolam, dan kurebahkan tubuhnya di atas rumput taman.

    Karena punggungnya bergesekan dengan rumput, kakakku menjadi bergairah kembali. Melihat hal itu aku semakin bersemangat. Dan akhirnya.

    Crott.. croott.. croott..Akhirnya aku keluar juga, dibarengi dengan orgasme kakakku untuk yang ketiga kalinya. Tak kusadari ada seseorang yang berdiri disampingku. Ternyata itu Mama, entah sejak kapan Mama berada di situ, yang jelas Mama kini dalam keadaan telanjang bulat.

    “Begitu ya ternyata kalian. Kalo maen ga mau ajak-ajak Mama. Awas ya nanti kupotong uang jajan kalian.” kata Mamaku bercanda.

    Kucopot penisku keluar dari vagina Mbak Ani. Kulihat penisku mulai mengecil. Melihat hal itu Mama segera jongkok tepat di penisku. Diraihnya penisku dan mulai dikocok penisku di dalam mulutnya. Kuakui Mamaku ini sangat pandai dalam permainan oral sex.

    Tak berapa lama penisku mulai tegang kembali. Diarahkannya penisku ke arah kemaluannya. Dengan sekali dorong penisku masuk semua ke dalam vagina Mama yang sudah basah. Perlahan-lahan digoyangkannya pinggulnya. Semakin lama semakin menggila. Mamaku berteriak-teriak sambil terus mengocok penisku.

    “Aahh.. sakit.. apa yang kamu lakukan Ani?”

    Ternyata tanpa sepengatauan Mama, Mbak Ani memasukkan jemari tangannya ke dalam lubang anusnya. Mendapat perlakuan seperti itu Mama akhirnya sampai juga.

    “Ton.. Ani.. Mama mau sampai nih.. ahh..”

    Seerr.. kurasakan vagina Mama banjir seketika. Banyak juga cairan yang keluar. Seperti tidak mau kehilangan air mani Mama, Mbak Ani menjilat-jilat vagina Mama dengan penisku yang masih tertancap di dalamnya. Karena posisi Mbak Anis berlawanan denganku, vaginanya tepat di wajahku. Tak kusia-siakan keadaan ini. Ku oral vagina kakakku, kugigit dan kutarik-tarik klitorisnya yang sebesar kacang itu.

    Mendapat perlakuan seperti itu Mbak Ani semakin menggila menjilati vagina Mama dan penisku. Bahkan dengan gemasnya, klitoris Mamapun digigit oleh Mbak Ani. Mamakupun menjerit menjadi-jadi. Gairah Mamapun bangkit kembali. Penisku yang masih tertanam di vagina Mama dikocok lagi.

    Mbak Ani juga ikut mengocok penisku yang tidak semuanya dapat masuk ke dalam vagina Mama, dengan tetap menjilat-jilat vagina Mama dan penisku. Akhirnya kami bertiga orgasme bersamaan.Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, mereka bersandar di bahuku.

    Sambil menikmati panasnya sinar matahari, kami berbaring di taman. Setelah puas menikmati teriknya sinar matahari, Mamapun berdiri dan masuk ke dalam rumah dengan keadaan tubuh masih telanjang bulat, disusul kemudian dengan Mbak Ani. Merasa ditinggal sendirian akupun juga ikut masuk ke dalam rumah setelah memakai CD-ku kembali yang ada di kolam.

    Hari itu badanku terasa pegal-pegal semua. Aku semalam tadi habis lembur mengerjai Mama dan Mbak Ani. Kucoba kurebahkan diriku di kasur mencoba untuk tidur. Tapi karena kecapekan badanku terasa makin sakit. Akhirnya kuputuskan untuk memenggil Bik Suti untuk memijat diriku.

    “Bik, bisa minta tolong ga?” kataku di balik pintu kamar Bi Suti.“Oh, Den Anton. Ada perlu apa, Den?”“Bik, tolong pijitin aku yah, badanku pegal semua nih.”“Iya, Den.” Cerita dewasa ini di upload oleh situs ngocoks.com

    Tanpa banyak bicara, segera saja kutarik tangan Bik Suti menuju ke kamarku. Begitu sampai di kamar, pintu segera kukunci rapat-rapat tanpa sepengetahuannya. Segera kurebahkan tubuhku di atas kasurku yang empuk itu.

    “Bik, kok bengong aja. Cepetan dipijitin dong, udah capek banget nih.”

    Bik Sutipun memposisikan dirinya disampingku. Diarahkan tangannya ke leherku. Dengan lembut dia memijit leherku dan juga bahuku. Akupun akhirnya terangsang juga dengan pijatan-pijatan Bik Suti. Kurasakan penisku terjepit, karena saat itu aku sedang tengkurap.

    Pijatan-pijatan Bik Suti kemudian turun ke punggungku dan ke pantatku. Ku merasa keenakan karena pantatku dipijat seperti itu. Peniskupun menjadi semakin sakit karena terjepit. Kusuruh Bik Suti untuk berhenti dan kemudian kulepas semua pakaian yang melekat hingga akhirnya aku telanjang bulat.

    Kulihat wajah Bik Suti memerah melihat penisku yang sudah dalam ukuran sempurna itu.Kubaringkan tubuhku lagi, dengan posisi terlentang penisku terlihat jelas di mata Bik Suti. Dengan malu-malu mata Bik Suti melirik kemaluanku.

    “Den, penisnya biar Bibik pijat juga yah. Pasti penis Den Anton kecapekan, kan tiap hari dipake terus.”“Lho, kok Bik Suti bisa tahu?”“Iya, Den. Habis tiap malam Bibik ga bisa tidur mendengar suara Nyonya sama Mbak Ani yang lagi maen ama Den Anton. Rame banget sih suaranya.”

    “Bik Suti mau ga maen sama Anton?” tanyaku mencoba untuk merangsangnya.“Ah, Aden..” jawab Bik Suti malu. Digenggamnya penisku itu, lalu perlahan dipijit. Mulai dari ujung sampai pangkal penisku dipijit oleh Bik Suti. Tak ketinggalan juga dengan dua buah pelir yang menggantung di bawahnya.

    Pijatan pada penisku sungguh sangat enak sekali. Kuberanikan tanganku mengelus paha Bik Suti yang mulus itu. Dia diam saja. Kuraba pahanya dan terus naik hingga masuk ke dalam roknya. Kuusap-usap vaginanya yang masih terbungkus dengan CD. Kucoba memasukkan jariku disela-sela CD-nya.

    “Ouugghh.. tangan Aden nakal..” Bik Suti mengerang menahan rangsangan yang kuberikan.

    Tanpa kuduga, wajah Bik Suti mendekat ke kemaluanku. Dikulumnya penisku hingga basah semua. Bik Suti sungguh pandai mengulum penisku. Karena kurasakan aku hampir sampai kusuruh Bik Suti untuk berhenti. Kutindih tubuhnya dan segera kubuka CDnya yang masih melekat. Segera saja kuarahkan penisku itu ke lubang vaginanya.

    Dengan susah payah kucoba untuk menembus pertahanannya. Tapi selalu saja gagal. Akhirnya dengan bantuan Bik Suti, peniskupun berhasil masuk juga. Kodorong pelan-pelan agar tidak terlepas dari jalurnya. Perlahan kokocok penisku. Bik Suti cuma bisa merem-melek menerima serangan dariku. Tangannya meremas-remas payudaranya sendiri yang masih terbungkus bajunya.

    Kutarik dengan paksa baju yang masih melekat itu hingga sobek. BH-nya yang juga menghalangi kutarik dan kubuang jauh-jauh dari tempat tidurku. Segera saja kulumat payudara Bik Suti yang sudah tegang. Kurasakan lubang Bik Suti sudah basah oleh cairannya sendiri. Kocokanku semakin lama semakin kupercepat, dan akhirnya.

    “Bik, Anton mau keluar nih..”“Iya, Den. Keluarin aja di dalam..Biar enak..Aahh..Oouugghh..Bibik juga mau keluar, Den.”

    Crroott..crroott..Akhirnya kami berduapun orgasme bersamaan. Segera kutarik penisku dan kuarahkan ke wajah Bik Suti. Mengerti dengan maksudku penisku langsung dikulumnya.

    Cerita Sex The Beloved Wife Session 3

    “Bik, udah larut nih. Mending Bibik tidur aja sekarang, ntar kecapekan lo.”“Iya, Den. Makasih banyak lo tadi.”“Sama-sama, Bik.”

    Kurebahkan tubuhku. Dengan badan masih telanjang bulat tanganku mulai memainkan penisku. Karena kecapekan aku hampir saja tertidur, tapi mengetahui pintu yang terbuka aku segera terbangun.

    “Anton, kamu tadi maen yang sama Bik Suti.”“Eh, Mama. Iya, Ma. Tadi sih niatnya cuma mo minta dipijitin doang, tapi keterusan..”“Dasar kamu tuh ya yang kegatelan. Tapi kamu masih kuat kan?”“Sebenernya sih Anton udah capek banget sih, Ma. Tapi kalo Mama mau maen, ayo!” kataku dengan semangat.

    Akhirnya malam itupun aku tidak tidur. Semalaman aku berhubungan sex dengan Mama hingga pagi menjelang.

  • Mengumbar Aib Sendiri

    Mengumbar Aib Sendiri

    Cerita Sex Mengumbar Aib Sendiri – Bagi saya, ini adalah aib yang seharusnya tidak dibeberkan kepada orang lain. Aib yang sangat berpengaruh pada kehidupan saya jika ini terbongkar. Namun Cerita panas perselingkuhan dengan isitri temanku berani saya ungkapkan disini, karena kerahasiaan bisa terjaga.

    Nama saya Benard, usia saya kini 29 tahun. Istri saya (yang saya nikahi tiga tahun yang lalu) bernama Dina. Kami bertemu saat kuliah, dia lebih muda dua tahun dari saya. Manis menurut saya dengan tinggi 160 cm. Saya sangat mencintai istri saya karena sangat pengertian.

    Kami sudah mempunyai anak (laki-laki) berumur 1,5 tahun, lucunya anak saya ini, saya bisa tahan bermain dengannya sampai berjam-jam. Itulah sebabnya saya sering berkata kepada teman-teman saya bahwa kebahagiaan abadi adalah jika kamu pulang dari kantor kemudian bermain bersama anakmu.

    Namanya Jason, sengaja saya namakan demikian karena saya sangat suka dengan point guard Phoenix Sun yaitu Jason Kidd. Untungnya dia juga sudah mulai suka memantul-mantulkan bola ke tanah, sebuah dasar permainan basket.

    Cerita Sex Mengumbar Aib Sendiri
    Cerita Sex Mengumbar Aib Sendiri

    Ngocoks Saya bekerja disebuah perusahaan multinasional yang bermarkas di Jerman. Penghasilan saya lumayan, lebih dari cukup malah, sehingga saya bisa tinggal di perumahan elite di pinggir kota Jakarta. Namun saya lebih suka hidup sederhana, mobilpun hanya punya satu.

    Saya punya sobat kental yang bernama Irvan. Persahabatan saya dengan Irvan sudah terbina sejak kami masih sama-sama TK. Usianya sama dengan saya, kami hanya berbeda satu bulan (saya lebih tua). Perkenalan saya dengan Irvan terjadi karena kami saling berebut kue ulang tahun yang dibawa oleh teman kami.

    Saat itu, seperti layaknya anak kecil kami bertengkar yang kemudian berkembang menjadi perkelahian ala anak kecil. Irvan sempat terjengkang saat itu, demikian juga saya yang terjatuh karena kaki saya ditendangnya setelah ia terjatuh kena pukulan saya.

    Dilerai oleh guru, kamipun akhirnya berkenalan. Hukuman yang diberikan Ibu Yanti adalah selama satu bulan selama di sekolah, kami harus bersama terus. Ternyata hukuman seperti ini sangat efektif karena sejak saat itu pula kami selalu bersama. (Hukuman dari Ibu Yanti ini sepertinya bisa dicontoh oleh guru-guru lain…..).

    Kebersamaan kami tidak hanya di TK. Ketika masuk SD, kami ingin sekali untuk tetap bersama. Kebetulan niat kami ini menjadi kenyataan. Kami masuk ke sebuah SD swasta yang terkenal amat disiplin. Seingat saya, kami hanya sekali terpisah selama SD, SMP dan SMA, yaitu kelas empat SD.

    Sisanya kami selalu sekelas. Hingga SMA kami selalu mempunyai prestasi di sekolah yang hampir sama. Jika Irvan dapat ranking tiga maka saya dipastikan akan berada di peringkat dua atau empat. Terhitung saya unggul lima kali dan Irvan tujuh kali.

    Kedekatan saya dengan Irvan juga mengimbas ke kedua orangtua kami. Saya sudah seperti anak sendiri di depan orangtuanya demikian pula sebaliknya. Ketika kecil, kami sering bergantian menginap. Ini memang memudahkan kedua orangtua kami untuk mengontrol kami.

    Kalau saya menginap di rumah Irvan, maka ibunya segera menelepon ibu saya dan mengatakan bahwa saya menginap dirumahnya. Hal serupa juga terjadi pada Irvan. Satu-satunya yang berbeda pada kami hanya sifat. Saya orang yang mudah sekali bergaul.

    Setiap ada pertemuan, hampir dapat dipastikan saya menjadi centre of attention karena kemampuan saya untuk berbicara. Irvan sebetulnya bukannya tidak baik berkomunikasi, ia hanya lebih pendiam, itu pula yang membuatnya tampak lebih berwibawa dibanding saya.

    Hobi kamipun sama yaitu main sepakbola dan basket. Jika main sepakbola, Irvan biasa menempati posisi wingback kanan, sedang saya gelandang bertahan. Karena wibawanyalah, Irvan selalu menjadi kapten saat bermain sepakbola. Di basket, posisi yang sering di tempatinya adalah posisi small forward. Saya sendiri biasa diposisi shooting guard.

    Kami memang ditakdirkan untuk bersahabat. Selain hobi dan tetek bengek lain yang sama, kami sama-sama bungsu dari empat bersaudara. Jumlah kakak perempuan dan laki-laki pun sama, hanya berbeda urutan. Keluarga Irvan, laki-laki-perempuan -perempuan- laki-laki sedang saya, perempuan-laki- laki-perempuan- laki-laki.

    Tinggi kami berdua tidak berbeda jauh yaitu sekitar 180 cm, hanya saja Irvan lebih tinggi dari saya sekitar satu cm. Penampilan fisik kami, kalau boleh saya sedikit sombong, sangat OK. Banyak teman-teman wanita kami yang tertarik kepada kami.

    Ketika kuliah (tempatnya juga sama di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung, jurusan manajemen), kami tetap satu kost. Tapi karena namanya juga kost-kostan, kami tidak bisa memilih untuk bersebelahan kamar. Irvan mendapat kamar di lantai dua sedang saya dilantai satu.

    Prestasi kami saat kuliah juga hampir mirip dengan prestasi kami di TK-SD-SMP-SMA, hanya saja kali ini karena kuliah kami tidak mungkin sekelas terus. IP kami yang selalu mirip, kisarannya sekitar 2,7-2,8. Yang ajaib, saat sebelum sidang sarjana, IPK kami sama persis yaitu 2,76.

    Karena malam sebelum sidang (kami sidang berbarengan) saya sibuk menjadi mentor bagi Irvan, akhirnya saat sidang sesungguhnya saya hanya mendapat nilai B dan Irvan justru A. Akan tetapi, hal ini bukanlah masalah bagi saya.

    Dua tahun terakhir sebelum lulus, Irvan tertarik dengan gadis sekampus kami yang berada di angkatan dua tahun lebih muda. Nama gadis tersebut Sheila. Rupanya sangat cantik, berhidung mancung, berkulit putih mulus, berdarah bule sedikit (ayahnya indo-belanda) .

    Tingginya sekitar 175 cm dengan berat badan yang sangat proporsional. Yang kurang proporsional menurut saya hanyalah dadanya yang sedikit kebesaran. Singkat kata Sheila sangat seksi. Jujur saja, saya sempat suka dengannya.

    Awal-awal pendekatan, Irvan selalu mengajak saya bila apel ke rumah Sheila. Alasannya singkat saja “Loe khan pinter ngomong…”. Karena saat itu saya juga belum punya pacar, kami sering sekali jalan bertiga. Tak heran jika Sheila kemudian dekat juga dengan saya.

    Kedekatan saya dengan Sheila bahkan sudah melebihi kedekatannya dengan Irvan. Ini saya anggap sudah sangat berbahaya, jadi akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi menemani Irvan. Pendekatan Irvan untuk mencairkan hati Sheila berlangsung cukup lama, kurang lebih 1,5 tahun.

    Malah akhirnya saya yang lebih dahulu mendapat pacar, yaitu Dina yang saya dekati selama kurang lebih enam bulan. Dan tak lama (kurang lebih satu bulan) setelah saya dan Dina resmi pacaran, merekapun menyusul resmi berpacaran. Bahagianya hati kami saat itu.

    Sheila juga yang mempunyai usul agar kami mengontrak rumah bersama (maksudnya saya dan Irvan). Dan usulan ini kami anggap sangat bagus dan enam bulan sebelum lulus, kami pindah kerumah kontrakan kecil berkamar dua. Sheila dan Dina sering datang dan mengurusi segala kebutuhan kami, dari mulai makan hingga keperluan kami sehari-hari. Saat itu kami merasa sebagai dua cowoq paling beruntung di dunia.

    Kebiasaan kami untuk menjaga keamanan adalah sistem bawa kunci sendiri-sendiri. Setiap saat pagar rumah di gembok dan pintu rumah dikunci, ada atau tidak ada orang. Kebiasaan Irvan jika pulang kerumah adalah teriakannya yang khas “Permisi…! “, saya tidak mempunyai kebiasaan itu. Ini pula akhirnya yang menjadi tanda siapa yang pulang.

    *****

    Setelah lulus, kami sibuk mencari kerja kesana kemari. Irvan lah yang paling beruntung diantara kami. Baru sebulan lulus, dia sudah menerima panggilan di sebuah perusahaan swasta di Jakarta, sedang saya juga sudah sering terima surat balasan, tapi isinya kerap berisi penolakan.

    Sebulan setelah dipanggil, Irvan dinyatakan diterima di perusahaan tersebut. Inilah yang membuatnya menjadi sering bolak balik Jakarta-Bandung. Saya menjadi sering sendirian di rumah, walaupun Dina masih sering datang dan menemani saya.

    Saya dan Irvan walaupun mempunyai pacar yang sering berkunjung ke rumah, sangat menjaga pergaulan. Saya dan Dina kerap hanya berciuman dan berpelukan jika dirumah, demikian pula dengan Irvan dan Sheila. Kami juga menjunjung sopan santun yang menjadi dasar budaya suku kami.

    Suatu hari, saat saya sedang sendirian dirumah, Sheila menelepon. Saya katakan bahwa Irvan belum pulang dari Jakarta. Namun, rupanya Sheila justru ingin berbicara dengan saya. Mulanya saya pikir hanya akan berbicara di telepon, paling nanya soal Irvan, pikir saya.

    Rupanya Sheila ingin berbicara langsung dengan saya dan meminta ijin untuk datang. Saya ijinkan, kebetulan Dina kuliah sampai malam dan baru besok datang ke rumah kontrakan ini.

    Kira-kira pukul satu, dengan mukanya yang ceria Sheila datang. Setelah mengunci pagar dan pintu kami duduk di ruang tamu (kebetulan, ruangan dirumah ini selain dua kamar tidur, hanya ruang tamu ini). Sheila saat itu mengenakan pakaian yang sudah menjadi ciri khasnya, jeans ketat, kaus juga ketat dengan rompi diluarnya.

    Kami berbincang-bincang dan bercanda cukup lama. Kami memang sangat nyambung jika ngobrol, jadi obrolan seakan mengalir tanpa diatur. Sampai tiba-tiba Sheila menundukan kepalanya dan ketika kepalanya terangkat lagi, saya llihat butiran airmata mengambang disudut matanya.

    “Sel, kenapa…?” aku segera bertanya sambil berjalan mendekatinya. Dengan mata merah dan airmata yang siap meleleh, Sheila berkata bahwa suasana seperti ini sudah lama ia harapkan. Saya jadi bingung akan maksudnya berkata seperti itu.

    “Gue sangat mengharapkan bisa ngobrol berdua sama loe sudah sejak lama Nard,” ucap Sheila sambil menyeka airmatanya. Saya berlutut didepannya sambil bertanya lagi maksudnya apa. Ia mengulangi perkataannya dan menambahkan bahwa maksudnya adalah ngobrol berdua dengan saya.

    Saya masih kebingungan dan tak bisa berbicara ketika dari mulut Sheila keluar pernyataan yang mengagetkan, “Gue sebetulnya suka sama loe, Nard”. Hah? Saya terlonjak kaget dan tetap tak mampu berkata-kata.

    Kemudian Sheila menambahkan bahwa dirinya sangat terpukul ketika tahu bahwa saya dan Dina resmi pacaran. Harapannya musnah, impiannya melayang, angannya terbang yang berakibat ia akhir luluh didepan Irvan. Bersedianya ia menjadi pacar Irvan rupanya terdorong rasa kecewanya gagal mendapatkan saya.

    Atas dasar itu juga Sheila memberikan usul agar saya dan Irvan tinggal dirumah kontrakan ini, maksudnya agar ia bisa setiap hari melihat saya, sekedar melihat saya.

    Semakin lama berpacaran dengan Irvan, hatinya justru semakin kuat melekat pada diri saya. Ia tahan berada di rumah ini hanya untuk melihat segala aktivitas saya seharian, walaupun itu dilakukannya dalam pelukan dan belaian Irvan.

    Tak dipungkirinya, Irvan sangat ia sayangi, tapi cintanya tetaplah pada saya. Ia membutuhkan orang yang mampu menjadi tempat bertanya, Irvan tidak memiliki itu. Sifat dasar kamilah yang akhirnya menjadi penentu bagi Sheila.

    “Nard, maukah kamu peluk Sheila?” Saya terdiam sejenak, sungguh tak mampu berkata-kata. Memeluk Sheila? Bagi laki-laki lain kesempatan ini tidak akan dibiarkan hilang, tapi bagi saya, memeluk Sheila dengan kehangatan cinta adalah pengkhianatan terhadap Dina dan Irvan.

    Akhirnya segala perdebatan di kepala saya perlahan-perlahan saya singkirkan. Pelan-pelan tangan saya mencari pinggang Sheila dan mendekatkan tubuh saya kepadanya. Sejenak saya merasakan dada saya menabrak segumpal benda kenyal di dada Sheila.

    Tangan Sheila kemudian melingkar dipundak saya dan segera menarik saya agar lebih menempel pada tubuhnya. Seketika saya merasakan himpitan kekenyalan dadanya di dada saya. Sheila memeluk saya dengan kuat dan mulai mencium leher saya sambil berkata pelan dikuping saya,”Thanks Nard, I love you,”.

    Bersambung…

    1 2
  • Arsitek Terkenal

    Arsitek Terkenal

    Cerita Sex Arsitek Terkenal – Sesaat lamanya aku hanya berdiri di depan pintu gerbang sebuah rumah mewah tetapi berarsitektur gaya Jawa kuno. Hampir separuh bagian rumah di depanku itu adalah terbuat dari kayu jati tua yang super awet. Di depan terdapat sebuah pendopo kecil dengan lampu gantung kristalnya yang antik. Lantai keramik dan halaman yang luas dengan pohon-pohon perindangnya yang tumbuh subur memayungi seantero lingkungannya.

    Aku masih ingat, di samping rumah berlantai dua itu terdapat kolam ikan Nila yang dicampur dengan ikan Tombro, Greskap, dan Mujair. Sementara ikan Geramah dipisah, begitu juga ikan Lelenya. Dibelakang sana masih dapat kucium adanya peternakan ayam kampung dan itik.

    Tante Yasmin memang seorang arsitek kondang dan kenamaan. Enam tahun aku tinggal di sini selama sekolah SMU sampai D3-ku, sebelum akhirnya aku lulus wisuda pada sebuah sekolah pelayaran yang mengantarku keliling dunia. Kini hampir tujuh tahun aku tidak menginjakkan kakiku di sini.

    Sama sekali tidak banyak perubahan pada rumah Tante Yas. Aku bayangkan pula si Zahra yang dulu masih umur lima tahun saat kutinggalkan, pasti kini sudah besar, kelas enam SD. Kulirik jarum jam tanganku, menunjukkan pukul 23:35 tepat.

    Cerita Sex Arsitek Terkenal
    Cerita Sex Arsitek Terkenal

    Ngocoks Masih sesaat tadi kudengar deru lembut taksi yang mengantarku ke desa Kebun Agung, sleman yang masih asri suasana pedesaannya ini. Suara jangkrik mengiringi langkah kakiku menuju ke pintu samping. Sejenak aku mencari-cari dimana dulu Tante Yas meletakkan anak kuncinya.

    Tanganku segera meraba-raba ventilasi udara di atas pintu samping tersebut. Dapat. Aku segera membuka pintu dan menyelinap masuk ke dalam. Sejenak aku melepas sepatu ket dan kaos kakinya. Hmm, baunya harum juga. Hanya remang-remang ruangan samping yang ada. Sepi.

    Aku terus saja melangkah ke lantai dua, yang merupakan letak kamar-kamar tidur keluarga. Aku dalam hati terus-menerus mengagumi figur Tante Yas. Walau hidup menjada, sebagai single parents, toh dia mampu mengurusi rumah besar karyanya sendiri ini.

    Lama sekali kupandangi foto Tante Yas dan Zahra yang di belakangnya aku berdiri dengan lugunya. Aku hanya tersenyum. Kuperhatikan celah di bawah pintu kamar Zahra sudah gelap. Aku terus melangkah ke kamar sebelahnya. Kamar tidur Tante Yas yang jelas sekali lampunya masih menyala terang.

    Rupanya pintunya tidak terkunci. Kubuka perlahan dan hati-hati. Aku hanya melongo heran. Kamar ini kosong melompong. Aku hanya mendesah panjang. Mungkin Tante Yas ada di ruang kerjanya yang ada di sebelah kamarnya ini.

    Sebentar aku menaruh tas ransel parasit dan melepas jaket kulitku. Berikutnya kaos oblong Jogja serta celana jeans biruku. Kuperhatikan tubuhku yang hitam ini kian berkulit gelap dan hitam saja. Tetapi untungnya, di tempat kerjaku pada sebuah kapal pesiar itu terdapat sarana olah raga yang komplit, sehingga aku kian tumbuh kekar dan sehat.

    Tidak perduli dengan kulitku yang legam hitam dengan rambut-rambut bulu yang tumbuh lebat di sekujur kedua lengan tangan dan kakiku serta dadaku yang membidang sampai ke bawahnya, mengelilingi pusar dan terus ke bawah tentunya. Air.

    Ya aku hanya ingin merasakan siraman air shower dari kamar mandi Tante Yas yang bisa hangat dan dingin itu. Aku hendak melepas cawat hitamku saat kudengar sapaan yang sangat kukenal itu dari belakangku, “Andrew..? Kaukah itu..?”

    Aku segera memutar tubuhku. Aku sedikit terkejut melihat penampilan Tante Yas yang agak berbeda. Dia berdiri termangu hanya mengenakan kemeja lengan panjang dan longgar warna putih tipis tersebut dengan dua kancing baju bagian atasnya yang terlepas.

    Sehingga aku dapat melihat belahan buah dadanya yang kuakui memang memiliki ukuran sangat besar sekali dan sangat kencang, serta kenyal. Aku yakin, Tante Yas tidak memakai BH, jelas dari bayangan dua bulatan hitam yang samar-samar terlihat di ujung kedua buah dadanya itu.

    Rambutnya masih lebat dipotong sebatang bahunya. Kulit kuning langsat dan bersih sekali dengan warna cat kukunya yang merah muda.

    “Ngg.., selamat malam Tante Yas… maaf, keponakanmu ini datang dan untuk berlibur di sini tanpa ngebel dulu. Maaf pula, kalau tujuh tahun lamanya ini tidak pernah datang kemari. Hanya lewat surat, telpon, kartu pos, e-mail.., sekali lagi, saya minta maaf Tante. Saya sangat merindukan Tante..!” ucapku sambil kubiarkan Tante Yas mendekatiku dengan wajah haru dan senangnya.

    “Ouh Andrew… ouh..!” bisik Tante Yas sambil menubrukku dan memelukku erat-erat sambil membenamkan wajahnya pada dadaku yang membidang kasar oleh rambut.

    Aku sejenak hanya membalas pelukannya dengan kencang pula, sehingga dapat kurasakan desakan puting-puting dua buah dadanya Tante Yas.

    “Kau pikir hanya kamu ya, yang kangen berat sama Tante, hmm..? Tantemu ini melebihi kangennya kamu padaku. Ngerti nggak..? Gila kamu Andrew..!” imbuhnya sambil memandangi wajahku sangat dekat sekali dengan kedua tangannya yang tetap melingkarkan pada leherku, sambil kemudian memperhatikan kondisi tubuhku yang hanya bercawat ini.

    Tante Yasmin tersenyum mesra sekali. Aku hanya menghapus air matanya. Ah Tante Yas…
    “Ya, untuk itulah aku minta maaf pada Tante…”

    “Tentu saja, kumaafkan..” sahutnya sambil menghela nafasnya tanpa berkedip tetap memandangiku, “Kamu tambah gagah dan ganteng Andrew. Pasti di kapal, banyak crew wanita yang bule itu jatuh cinta padamu. Siapa pacarmu, hmm..?”

    “Belum punya Tan. Aku masih nabung untuk membina rumah tangga dengan seorang, entah siapa nanti. Untuk itu, aku mau minta Tante bikinkan aku desain rumah…”
    “Bayarannya..?” tanya Tante Yas cepat sambil menyambar mulutku dengan bibir tipis Tante Yas yang merah.

    Aku terkejut, tetapi dalam hati senang juga. Bahkan tidak kutolak Tante Yas untuk memelukku terus menerus seperti ini. Tapi sialnya, batang kemaluanku mulai merinding geli untuk bangkit berdiri. Padahal di tempat itu, perut Tante Yas menekanku. Tentu dia dapat merasakan perubahan kejadiannya.

    “Aku… ngg…”
    “Ahh, kamu Andrew. Tante sangat kangen padamu, hmm… ouh Andrew… hmm..!” sahut Tante Yas sambil menerkam mulutku dengan bibirnya.

    Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Yas yang kian binal melumat-lumat mulutku, mendasak-desaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan selangkanganku.

    Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku berani membalas ciuman buas Tante Yas. Nampaknya Tante Yas tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi. Kini mulut Tante Yas merayap turun ke bawah, menyusuri leherku dan dadaku.

    Beberapa cupangan yang meninggalkan warna merah menghiasi pada leher dan dadaku. Kini dengan liar Tante Yas menarik cawatku ke bawah setelah jongkok persis di depan selangkanganku yang sedikit terbuka itu.

    Tentu saja, batang kemaluanku yang sebenarnya telah meregang berdiri tegak itu langsung memukul wajahnya yang cantik jelita.

    “Ouh, gila benar. Tititmu sangat besar dan kekar, An. Ouh… hmmm..!” seru bergairah Tante Yas sambil memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mulailah dia mengulum-ngulum, yang seringkali dibarengi dengan mennyedot kuat dan ganas.

    Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan kirinya meremas-remas buah kemaluanku. Aku hanya mengerang-ngerang merasakan sensasi yang nikmat tiada taranya.

    Bagaimana tidak, batang kemaluanku secara diam-diam di tempat kerjaku sana, kulatih sedemikian rupa, sehingga menjadi tumbuh besar dan panjang. Terakhir kuukur, batang kejantanan ini memiliki panjang 25 sentimeter dengan garis lingkarnya yang hampir 20 senti. Rambut kemaluan sengaja kurapikan.

    Tante Yas terus menerus masih aktif mengocok-ngocok batang kemaluanku. Remasan pada buah kemaluanku membuatku merintih-rintih kesakitan, tetapi nikmat sekali. Bahkan dengan gilanya Tante Yas kadangkala memukul-mukulkan batang kemaluanku ini ke seluruh permukaan wajahnya.

    Aku sendiri langsung tidak mampu menahan lebih lama puncak gairahku. Dengan memegangi kepala Tante Yas, aku menikam-nikamkan batang kejantananku pada mulut Tante Yas. Tidak karuan lagi, Tante Yas jadi tersendak-sendak ingin muntah atau batuk.

    Air matanya malah telah menetes, karena batang kejantananku mampu mengocok sampai ke tenggorokannya. Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot kemejanya. Aku sangat terkejut saat melihat ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya.

    Keringat benar-benar telah membasahi kedua tubuh kami yang sudah tidak berpakaian lagi ini. Dengan ganas, kedua tangan Tante Yas kini mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan genggamannya yang sangat erat sekali. Tetapi karena sudah ada lumuran air ludah Tante Yas, kini jadi licin dan mempercepat proses ejakulasiku.

    “Crooot… cret.. croot… creeet..!” menyemprot air maniku pada mulut Tante Yas.
    Saat spremaku muncrat, Tante Yas dengan lahap memasukkan batang kemaluanku kembali ke dalam mulutnya sambil mengurut-ngurutnya, sehingga sisa-sisa air maniku keluar semua dan ditelan habis oleh Tante Yas.

    “Ouhh… ouh.. auh Tante… ouh..!” gumamku merasakan gairahku yang indah ini dikerjai oleh Tante Yas.
    “Hmmm… Andrew… ouh, banyak sekali air maninya. Hmmm.., lezaat sekali. Lezat. Ouh… hmmm..!” bisik

    Tante Yas menjilati seluruh bagian batang kemaluanku dan sisa-sisa air maninya.
    Sejenak aku hanya mengolah nafasku, sementara Tante Yas masih mengocok-ngocok dan menjilatinya.

    “Ayo, Andrew… kemarilah Sayang.., kemarilah Baby..!” pintanya sambil berbaring telentang dan membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.

    Aku tanpa membuang waktu lagi, terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tante Yas yang merekah ingin kuterkam itu. Benar-benat lezat. Vagina Tante Yas mulai kulumat-lumat tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilat-jilat deras seluruh bagiang liang vaginanya yang dalam.

    Berulang kali aku temukan kelentitnya lewat lidahku yang kasar. Rambut kemaluan Tante Yas memang lebat dan rindang. Cupangan merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina Tante Yas yang menggairahkan ini. Tante Yas hanya menggerinjal-gerinjal kegelian dan sangat senang sekali nampaknya.

    Kulirik tadi, Tante Yas terus-menerus melakukan remasan pada buah dadanya sendiri sambil sesekali memelintir puting-putingnya. Berulang kali mulutnya mendesah-desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan menerik-narik daging kelentitnya.

    “Ouh Andrew… lakukan sesukamu.. ouh.., lakukan, please..!” pintanya mengerang-erang deras.
    Selang sepuluh menit kemuadian, aku kini merayap lembut menuju perutnya, dan terus merapat di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedot-nyedot puting payudaranya.

    Tetapi air susunya sama sekali tidak keluar, hanya puting-puting itu yang kini mengeras dan memanjang membengkak total. Di buah dadanya ini pula aku melukiskan cupanganku banyak sekali.

    Bersambung…

    1 2
  • Rahasia Pribadi Suami

    Rahasia Pribadi Suami

    Cerita Sex Rahasia Pribadi Suami – Pengalaman masa laluku adalah rahasia pribadiku. Tapi secara jujur sudah kuceritakan semua kepada istriku. Tampaknya istriku penuh pengertian. Bahkan dengan tenang ia menanggapi pengakuanku, “Masih bagus Mas tidak main sama perempuan nakal.

    Jadi tidak ada penyakit yang dibawa ke masa depan anak-anak kita. Yang penting mulai sekarang Mas jangan macam-macam lagi ya.” Oh, Syifa memang istri yang bijaksana. Bukan hanya cantik tapi juga memiliki jiwa yang besar. Membuatku semakin mencintainya.

    Tapi pengalaman yang “aduhai” di masa laluku, seringkali menggodaku. Lalu mendatangkan fantasi baru. Fantasi yang ternyata banyak dikhayalkan oleh suami-suami lain. Aku masih ingat benar ketika aku menyetujui keinginan Aldi untuk gabung denganku, kemudian melakukan semuanya di villa Blue Roses.

    Kenangan itu melekat terus di batinku. Lalu kini berkembang. Mulai membayangkan seandainya istriku diajak melakukan seperti waktu di villa Blue Roses. Pada mulanya aku sering berpikir apakah aku ini normal atau tidak.

    Cerita Sex Rahasia Pribadi Suami
    Cerita Sex Rahasia Pribadi Suami

    Ngocoks Tapi setelah membaca dari sebuah situs terkemuka di internet, katanya pikiran yang sering menggodaku ini normal-normal saja. Bahkan kata situs itu, lebih dari 50% para suami suka membayangkan seperti yang sering kubayangkan. Suka membayangkan, seandainya istri mereka disetubuhi lelaki lain.

    Terutama mereka yang sudah mulai dilanda kejenuhan dalam rumah tangganya. Apakah aku sudah mulai jenuh pada Syifa yang sudah 10 tahun menjadi istriku dan menjadi ibu dari kedua anak-anakku? Bukankah dahulu aku begitu tergila-gilanya pada Syifa, sehingga tak sabar lagi ingin cepat-cepat menikahinya waktu ia baru tamat SMA? Karena takut keburu disamber pria lain?

    Ya, tadinya Syifa adik kelasku di SMA. Waktu aku kelas 3, dia baru kelas 1. Dan aku hanya mengejar D2, lalu kerja dan cepat-cepat menikahi Syifa yang baru lulus SMAnya.

    Syifa lahir dari keluarga yang cukup mapan. Sehingga ia tidak terlalu merongrong padaku, bahkan mertuaku mendorong agar aku melanjutkan kuliah sampai S1. Kerja sambil kuliah, akhirnya membuatku lumayan berhasil di kantorku. Setelah meraih S1, posisiku makin baik di kantorku.

    Syifa bisa kusebut luar biasa bentuknya. Teman-temanku juga menganggapku sukses, karena berhasil mempersunting Syifa yang demikian cantik dan seksinya. Kulitnya termasuk putih bersih untuk ukuran orang Indonesia.

    Tubuhnya tinggi langsing, tapi payudaranya lumayan montok, dengan bra ukuran 36, yang selalu dirawat agar tetap kencang. Wajahnya rada mirip Sarah Azhari. Bahkan di mataku, Syifa lebih cantik. Kulitnya pun lebih putih daripada kulit Sarah Azhari.

    Hanya hidungnya memang tidak sebesar hidung artis seksi itu. Tapi hidung Syifa tetap tergolong mancung. Aku mau to the point mengapa aku membuat tulisan ini. Sekaligus untuk sharing dengan teman-teman yang memiliki kesamaan dengan pengalamanku.

    Yang menjadi titik masalahku adalah gairah seksualku. Meskipun aku mempunyai seorang istri yang cantik dan seksi, gairah seksualku menurun sejak setahun yang lalu. Kalau aku bersenggama dengan istriku, rasanya aku sangat memaksakan diri, mencari-cari gairah untuk memenuhi kewajibanku sebagai seorang suami.

    Padahal umurku baru 30 tahun, sementara istriku baru 28 tahun. Aku sering merasa bersalah kalau tidak memenuhi kewajiban batin pada istriku. Padahal aku tahu Syifa sangat dominan nafsu seksnya. Terkadang ia sengaja merangsangku sedemikian rupa, dengan tujuan agar aku menyetubuhinya.

    Lalu aku pun mengkhayalkan macam-macam supaya gairah seksualku bangkit. Anehnya khayalanku lain dari yang lain. Aku suka membayangkan Syifa sedang disetubuhi orang lain. Lalu aku merasa cemburu dan dari kecemburuan itu bangkitlah nafsuku.

    Kemudian aku berhasil membangkitkan kejantananku dan menggauli SInta sebagaimana mestinya. Aneh memang. Aku seperti mendapatkan obat yang mujarab kalau mengkhayalkan istriku sedang disetubuhi orang lain, sementara aku seakan-akan berada di dekat mereka.

    Kemudian hal ini berlanjut dengan kebiasaan baru. Aku suka nonton dvd bokep. Tapi setelah sering digoda oleh khayalan aneh itu, aku jadi pilih-pilih waktu mau membeli plat dvdnya. Hanya yang 3some atau swinger yang kupilih. Yang 3some, hanya MMF (male-male-female) yang kupilih.

    Lalu aku nikmati dvd-dvd porno itu dengan membayangkan seolah-olah aku jadi salah seorang pria yang sedang menggauli wanita itu. Isteriku juga suka kuajak nonton bareng. Meski ia tidak begitu suka nonton film porno, tapi setelah sering kupaksa akhirnya mau juga menontonnya di dalam kamarku.

    Waktu nonton film 3some atau bang my wife atau swinger, pada mulanya istriku berkomentar seperti tidak suka, “Ih…masa satu perempuan dikeroyok dua laki-laki begitu?!”

    Aku berusaha menjawab sambil memberi sugesti sedikit demi sedikit, “Tapi dengan threesome begitu, semua pihak jadi puas sekali.”

    “Maksud Mas?” Syifa memandangku dengan sorot heran.

    “Hehehe…cewek itu pasti akan merasa lebih puas digauli dua orang cowok daripada sama satu cowok. Lihat…dia dielus dari dua arah, jadi lengkap kan? Dan hehehe…pasti lebih variatif, karena ada dua macam batang kemaluan….”

    “Tapi cowok-cowoknya?”

    “Akan lebih puas juga. Waktu temannya sedang menyetubuhi perempuan itu, gairahnya jadi bangkit lagi. Jadi yang biasanya cuma kuat satu kali dalam semalam, kalau threesome begitu bisa tiga atau empat kali seorang. Kalau dua orang…ya bisa sampai delapan kali atau lebih perempuan itu menerima ejakulasi partner-partnernya.”

    “Ihhh…” Syifa bergidik.

    Lalu pandangan kami tertuju ke film lain. Tentang seorang suami yang sudah tua, sementara istrinya masih muda. Judulnya juga “Please bang my wife”. Bisa ditebak seperti apa jalan cerita film itu.

    Lagi-lagi istriku protes, “Kok bisa ya suami itu menyuruh orang lain menyetubuhi istrinya?”

    “Itulah salah satu kreativitas dalam kehidupan seksual, untuk mengatasi kejenuhan. Di zaman sekarang hal seperti itu sudah lazim.”

    “Lazim?! Di barat kali Mas.”

    “Di negara kita juga sudah banyak sekali yang melakukannya. Nanti deh kuperlihatkan sebuah situs yang menawarkan swinger, threesome, gang bang dan sebagainya.”

    Kemudian kujelaskan apa yang disebut swinger, threesome, gang bang dan sebagainya. Syifa seorang pendengar yang baik. Tapi malam itu ia memperlihatkan ketidaksetujuannya pada penjelasanku, “Manusia kok aneh-aneh sih? Masa istrinya dibiarin digauli orang lain? Disaksikan sama suaminya sendiri lagi. Apa suaminya nggak cemburu?”

    “Tentu saja cemburu. Tapi dari cemburunya itu sang suami mendapatkan sensasi. Sehingga nafsunya jadi timbul secara luar biasa. Lebih hebat daripada memakai obat perangsang.”

    “Ih,” istriku bergidik, “Kalau aku dibegituin sama orang lain, Mas begitu juga? Jadi tambah nafsu padaku?”

    Pertanyaan itu agak mengejutkan. Terlalu cepat rasanya. Tapi aku berusaha menjawabnya sambil berusaha menenangkan diri, “Aku malah sering membayangkan kamu digauli pria lain. Khayalan itu memang nyebelin pada mulanya. Tapi anehnya, setelah membayangkan hal itu, nafsuku jadi timbul, sayang.”

    Syifa menatapku dengan sorot penuh selidik, “Nggak salah tuh? Jangan memancing pertengkaran ah. Kita kan sudah sepakat tidak mau bertengkar lagi, demi ketentraman anak-anak kita.”

    Aku tersenyum. Kupeluk pinggangnya, lalu kuelus rambutnya sambil berbisik, “Aku serius, sayang. Hidup di zaman sekarang memang harus kreatif. Jangan berjiwa kampungan.”

    “Maksud Mas? Mau ikut-ikutan seperti di film itu? Terus hubungan kita jadi rusak dan anak-anak jadi korban, begitu?”

    Susah sekali meyakinkan istriku agar mengikuti jalan pikiranku. Padahal biasanya ia penurut, senantiasa mengikuti jalan pikiranku. Tapi seperti yang kubaca dari sebuah situs, hal seperti ini memang perlu waktu. Jangan memaksakan kehendak. Semuanya harus berjalan tenang dan smoothly.

    Tapi diam-diam kubujuk terus istriku agar mau mengikuti apa yang senantiasa menggoda pikiranku. Jawabannya malah semakin tegas, “Nggak ah. Jangan ngaco Mas. Mungkin Mas sudah bosan padaku dan ingin dapat izin untuk selingkuh dengan cewek lain kan? Buang saja jauh-jauh pikiran edan itu Mas. Ingat akibatnya nanti.”

    Aku terhenyak. Tapi aku masih punya senjata. Dengan membelai rambutnya secara lembut dan berkata setengah berbisik, “Kamu salah paham, sayang. Fokusnya bukan seperti itu. Aku ingin mendapatkan manfaat yang fantastis dari keinginan itu. Sungguh, aku akan tetap mencintaimu dengan sepenuh hati. Aku berjanji bahwa aku justru akan semakin mencintaimu, sayangku, buah hatiku, permataku….”

    Syifa hanya menatapklu dengan sorot nanar. Lalu memelukku, tanpa kata-kata terlontar lagi dari mulutnya. Aku pun tak mau mendesak terus. Biarlah semuanya berjalan secara santai. Jangan ada unsur pemaksaan.

    Tapi diam-diam aku pun semakin aktif mengcopy kisah-kisah dan pengakuan dari para pelaku swinger maupun threesome. Semuanya kusimpan di komputerku yang bisa selalu online ke internet di dalam kamarku.

    Dan pada suatu pagi, sebelum aku berangkat ke kantor, kubisiki istriku, “Nanti bacalah semua salinan dari situs terkenal itu. Aku sudah saving di file dengan kode MMF. Minimal pelajari dulu, supaya kamu mulai mengerti, Yang.”

    Istriku tidak menjawab. Tapi sorenya, setelah aku pulang dari kantor dan sedang menikmati kopi panas di depan TV, Syifa menghampiriku di sofa. Duduk di sampingku sambil menyandarkan kepalanya di bahuku. Dan berkata, “Tadi sudah kubaca semuanya Mas.”

    “File MMF itu?” tanyaku dengan jantung deg-degan, karena ingin tahu reaksinya.

    “Iya,” sahut istriku perlahan, “Ternyata sudah banyak yang melakukan itu, ya Mas. Hampir di semua kota besar di negara kita sudah ada clubnya.”

    “Iya. Dan kisah-kisah nyatanya sudah dibaca juga?”

    “Sudah. Ih…bikin aku degdegan bacanya.”

    “Sekarang mari kita bicara jujur. Kamu terangsang nggak waktu membaca kisah-kisah nyata itu?” tanyaku sambil memperhatikan wajah istriku.

    “Iya sih…terangsang banget….membayangkan dua orang cowok me…ah…pokoknya terangsang Mas. Tapi Mas nggak marah kan?”

    “Kenapa harus marah? Kan semuanya itu aku yang mulai, aku yang menginginkannya, karena sudah lama aku mengkhayalkannya.”

    “Terus?”

    “Sekarang ya terserah kamu, sayang. Aku nggak mau main paksa. Aku ingin agar seandainya hal itu terjadi, tidak ada yang merasa dipaksa.”

    “Dan tidak boleh ada yang menyesal?!” Syifa menatapku dengan senyum malu-malu.

    “Aku jamin, sayang. Kamu buktikan sendiri nanti, aku malah akan semakin sayang padamu.” Istriku terdiam. Kuelus pipinya dengan lembut, “Sudah mulai mengerti apa yang kuinginkan?”

    “Nggak tau Mas. Aku takut akibatnya. Lagian emang ada orang yang mau kita ajak?”

    “Ada. Dijamin ada. Orangnya dijamin bersih. Tampan dan intelektual. Bukan orang urakan.”

    “Lho…kok sepertinya sudah dipersiapkan sematang itu, Mas?”

    “Mmm…tadinya dia itu teman chatting. Dia orang baik. Sering datang ke kantorku. Dia sudah 26 tahun, tapi masih bujangan. Dia trauma, karena pacarnya meninggal ketika dia sedang siap-siap mau menikahi cewek itu.”

    “Kenapa meninggal? Kecelakaan?”

    “Bukan. Kena kanker hati. Dibawa ke Singapura, tapi tetap tidak tertolong.”

    “Terus…emangnya Mas sudah janjian sama dia?”

    “Baru diajak ngobrol sepintas saja. Dia cepat mengerti, karena pernah kuliah di Amerika. Dia bilang, di Amerika hal seperti itu sudah biasa. Padahal sebenarnya di negara kita juga sudah banyak yang melakukannya.”

    Syifa terdiam. Ketika aku bertanya mengenai keputusannya, ia cuma berkata perlahan, “Nggak tau Mas. Aku masih takut…masih harus dipikirkan dulu baik buruknya.”

    “Baiklah,” kataku sambil membelai rambutnya, “Pikirkan dulu sematang-matangnya. Yang jelas, aku menganggap hal itu positif. Sangat positif, demi keutuhan hubungan kita. Bukan sebaliknya.”

    “Kedengarannya rada aneh memang. Demi keutuhan hubungan kita, tapi jalannya seperti itu,” kata istriku dengan nada dingin.

    “Karena aku bisa memiliki khayalan yang fantastis. Lebih kuat daripada obat perangsang. Ini akan menimbulkan gairah yang luar biasa, baik bagiku maupun bagimu.”

    Hari itu tidak ada keputusan. Keesokannya kudesak lagi istriku. Lalu ia berkata, “Kalau soft dulu bagaimana Mas? Jangan langsung…soalnya aku masih risih sekali.”

    “Boleh,” sahutku gembira. Minimal sudah ada “kemajuan” dalam pendirian istriku. “Misalnya ciuman saja dulu. Kalau kamu merasa kurang enjoy, ya jangan dilanjutkan.”

    “Tapi Mas…jujur aja, aku belum bisa ngebayangin apa yang bakal terjadi nanti. Jangan-jangan aku pingsan sebelum ketemuan orang itu.”

    “Hmmm…jangan takut, sayang. Kan ada aku di sampingmu,” kataku sambil mengelus punggungnya.

    “Justru aku nggak bisa bayangin dipeluk…dicium dan sebagainya oleh laki-laki lain, di depan suamiku sendiri.”

    “Yah…di situlah kita harus sama-sama tegar, demi sesuatu yang lebih bermanfaat buat batin kita.”

    *****

    BARU sampai di situ isi file “Istri Tercinta” itu. Jelas file itu belum selesai, kalau Mas Toni mau menyelesaikannya. Karena aku paling tahu apa yang telah terjadi. Isi file itu baru awalnya, awalnya sekali.

    Setelah membaca kisah nyata yang belum selesai itu, aku pun jadi tercenung dibuatnya.

    Terbayang lagi semuanya dengan jelas di pelupuk batinku. Sangat jelas, karena itu awal dari suatu perjalanan yang tadinya kuanggap aneh, tapi lalu aku berusaha membiasakan diri. Dan lama kelamaan jadi suatu tuntutan batin, untuk melakukannya lagi dan lagi dan lagi.

    Oh, kenapa aku harus mengalami kisah hidup seperti ini? Tapi, apakah aku bisa disalahkan? Bukan aku membela diri. Semua yang terjadi itu adalah untuk mengikuti keinginan suamiku. Tadinya aku malah tak pernah membayangkan akan terjadi seperti itu.

    Aku masih ingat benar, sore itu aku masuk ke dalam hotel dengan jantung berdegup kencang. Mas Toni yang mengatur semuanya itu. “Kita harus datang duluan, supaya kamu tidak terlalu canggung, sayang.”

    Kalau tidak salah jam 18.30 aku dan suamiku sudah berada di dalam kamar hotel five star itu. Di kamar yang terletak di lantai 16. Padahal Mas Toni sendiri yang bilang bahwa janjinya dengan orang itu jam 19.30. Berarti harus menunggu sejam.

    Aku menurut saja ketika suamiku menyuruhku mengganti pakaian dengan kimono yang dibawa dari rumah. “Biar lebih seksi,” katanya dengan senyum menggoda. Ceritasex.site

    Kucubit lengan suamiku dengan jantung berdebar-debar. Lalu masuk ke kamar mandi untuk mengganti celana panjang dan blouse dengan kimono sutra putih bercorak sakura biru muda. Anehnya, di kamar mandi aku merasa harus menanggalkan behaku.

    Lalu menggantungkannya di kapstok kamar mandi. Apakah ini pertanda bahwa aku sudah siap melakukan apa yang Mas Toni inginkan? Entahlah. Ketemu sama orangnya juga belum. Waktu aku masih di kamar mandi, terdengar suara Mas Toni berbicara dengan seorang pria.

    Dengan siapa ya? Dengan bell boy? Tapi kedengarannya mereka cukup akrab. Membuatku penasaran. Lalu aku mengintip dari pintu kamar mandi yang kubukakan sedikit. Ada seorang cowok tinggi dan tampan sedang berbicara dengan Mas Toni.

    Ah… itukah orang yang sudah dijanjikan oleh suamiku? Orangnya setampan itu? Ah…kenapa dia sudah datang secepat ini? Bukankah janjiannya sejam lagi?

    Lututku terasa gemetaran. Dengan perasaan bergalau.

    “Sin…ini Yan sudah datang!” seru suamiku. Yang kusahut dengan “Iya,” sambil berkaca sebentar di depan cermin kamar mandi. Dengan jantung semakin degdegan.

    Duh, apa yang akan terjadi nanti? Kenapa aku mendadak jadi grogi begini?

    Aku keluar dari kamar mandi. Menghampiri suamiku dan tamunya yang…ah…benar-benar tampan orang itu!

    “Kenalan dulu sayang,” kata suamiku sambil memegang bahuku.

    Cowok yang kata suamiku sudah berusia 26 tahun, tapi kelihatan jauh lebih muda, menjulurkan tangannya dengan senyum simpatik, sambil menyebutkan namanya, “Yansen….”

    “Syifa…” kataku mengenalkan diri, dengan suara tersendat.

    Dan…tanganku yang sedang dijabat oleh Yansen tidak dilepaskan. Bahkan ia menarikku untuk duduk di sofa panjang, sementara suamiku duduk di kursi lain sambil menggoyang-goyang kakinya.

    “Cantik kan istriku?” kata Mas Toni.

    Yansen yang masih memegang tanganku dengan hangatnya, menatapku dengan senyum dan berdesis, “Iya Mas. Cantik sekali…”

    Bersambung…

    1 2
  • Keluarga Mantan Pejabat

    Keluarga Mantan Pejabat

    Kisah ini menurut pengirim dialami oleh sahabatnya yang bekerja sebagai houseman atau mungkin gardener di sebuah keluarga kaya mantan pejabat di Republik ini. Biasalah namanya mantan pejabat pasti kaya! Tidak usah heran apalagi iri. Semua sudah punya rejeki sendiri-sendiri.

    Kalau orang-orang seperti kita ini memang hanya ditakdirkan jadi “Balung Kere”, jadi hidupnya selalu serba susah.., iya kan? Apalagi jaman sekarang semua serba susah. Mau cari kerja susah, soalnya lagi banyak PHK! Mau piara ayam susah juga, soalnya lagi musim flu burung. Mau piara burung walet juga susah, habis banyak sekali penjarahan.

    Mau piara ikan juga susah, habis lagi banyak polusi kayak di Buyat Pante itu. Apalagi mau piara monyet, lebih susah lagi, soalnya monyetnya pada suka baca cerita panas, terutama di Ngocoks, Ha.. Ha.. Ha..! Monyetnya lebih suka yang porno-porno! Payah kan?? Okay pembaca, agar tidak bertele-tele segera saja kumulai kisah ini.

    Cerita Sex Keluarga Mantan Pejabat
    Cerita Sex Keluarga Mantan Pejabat

    Ngocoks Sebut saja namaku Ardi. Usiaku saat ini 57 tahun, pekerjaanku adalah sebagai penjaga merangkap pembantu rumah tangga pada sebuah keluarga mantan pejabat sebut saja namanya Pak Broto. Aku adalah mantan tentara dengan pangkat rendahan.

    Aku ikut keluarga Pak Broto sudah 30 tahun. Saat itu Pak Broto masih menjadi seorang pegawai rendah di sebuah instansi pemerintah. Namun karena kepandaiannya, karir Pak Broto terus menanjak. Aku mengabdi pada keluarga ini telah cukup lama hingga keluarga ini berhasil menjadi keluarga terpandang dan terhormat di masyarakat.

    Pak Broto memiliki 2 orang putri yang cantik cantik dan masing-masing telah berkeluarga, namanya Shany dan Siska. Di usianya yang telah pensiun ini, Pak Broto menikmati sisa usianya dengan melakukan usaha perkebunan yang dimilikinya di sebuah daerah di Jawa Tengah.

    Pak Broto menghabiskan waktunya dengan kegiatan bisnis perkebunan teh di daerah Tawangmangu di dekat Solo sana. Dengan kegiatan barunya ini Pak Broto lebih banyak menghabiskan waktunya bersama istrinya di perkebunan miliknya.

    Mereka memiliki sebuah kebun Teh yang cukup luas di sana. Dan di perkebunan mereka itu juga berdiri sebuah villa yang cukup megah. Aku sering diajak beliau kesana dahulu saat beliau masih aktif di pemerintahan. Sejak Pak Broto pensiun, jarang sekali beliau tinggal di Jakarta.

    Beliau hanya sesekali datang ke Jakarta ini untuk meninjau rumahnya yang aku jaga, juga melihat cucunya dari putri pertamanya. Siska tinggal dengan suaminya di daerah Kemang, sedangkan putri keduanya, Shany menempati rumah yang aku tinggali ini bersama suaminya, Andri.

    Shany belum memiliki anak, karena mereka menikah baru 6 bulan yang lalu. Neng Shany dan suaminya Andri sama-sama bekerja di perusahaan swasta yang berlainan, jadi pasangan suami istri ini selalu berangkat pagi dan pulang malam harinya bersama sama.

    Sehingga rumah megah yang mereka tempati praktis dipercayakan padaku selama mereka bekerja di siang hari dan berada di bawah pengawasanku selama malam hari. Tugasku selain membersihkan rumah adalah menjaga keamanan rumah beserta isinya.

    Aku telah dipercaya Pak Broto untuk menjaga rumahnya ini berikut kedua putri dan menantunya itu. Jadi secara otomatis aku pun harus menjaga majikanku Shany yang memang menetap sama denganku. Shany usianya baru 23 tahun.

    Dahulu aku sempat melihat mereka berdua lahir, jadi kedua putri mereka sudah tidak asing lagi bagiku, dan mereka pun berdua telah menganggap aku dan istriku sebagai bagian dari keluarga ini.

    Dulu aku memang tinggal berdua dengan istriku di rumah ini. Namun sejak istriku ikut dengan anakku satu-satunya yang menjadi polisi dan berdinas di daerah Riau praktis hanya aku yang ikut dengan Neng Shany.

    Anakku waktu sekolah dibantu oleh Pak Broto, sehingga aku sangat berhutang budi pada beliau. Anakku kebetulan telah menikah dan tugas di Riau. Aku memang sempat diajak ke Riau, namun karena aku merasa berhutang budi dan diberi tanggung jawab dan telah diamanahi Pak Broto.

    Ajakan itu aku lewatkan saja sebab sangat sulit mencari orang yang sebaik dan sebijaksana Pak Broto. Selama itu pun aku tinggal di rumah Pak Broto bersama Shany dan suaminya. Semua pekerjaan rumah selalu aku selesaikan dengan baik dan lancar.

    Hampir semua waktuku aku habiskan untuk merawat rumah dan mobil majikanku ini. Neng Shany pun sering memberiku uang lebih karena aku memang nggak neko neko. Shany adalah potret wanita masa kini yang cukup cantik dan memiliki kulit yang putih bersih.

    Ia juga mempunyai rambut sebahu dan menurut pendapatku wajah Shany tidak beda jauh dari artis-artis sinetron yang sering aku lihat di televisi. Kalau tidak terlalu berlebihan, profil Neng Shany agak-agak mirip dengan artis yang sering muncul di TV saat ramai-ramainya kampanye Pilpres kemarin yang mengiklankan mantan menteri yang desersi.

    Walaupun iklan itu bagiku kayaknya cukup kampungan dan menurut kesanku begitu bodoh, namun aku tak peduli.. Bagiku yang penting artis itu sangat seksi. Persis sekali dengan Neng Shany, apalagi kalau Neng Shany juga pakai kacamata hitam itu.

    Memang wajah Neng Shany sangat cantik dan penampilannya begitu oke! Aku maklum saja, sebab bagi mereka yang memiliki uang lebih dan kehidupan yang mapan, untuk perawatan kecantikan dan penampilan amat mudah. Beda jauh dari aku yang hanya cuma seorang pembantunya.

    Sebagai pembantu merangkap penjaga rumah, setiap malam aku wajib memeriksa seluruh keadaan rumah! Aku harus memastikan pintu dan jendela terkunci dengan aman dan kondisi keamanan rumah harus aman dan terkendali. Soalnya jaman sekarang lagi banyak teroris.

    Salah-salah nanti rumah majikanku bisa dijadikan sasaran pemboman! Kan bisa gawat.. Bisa-bisa aku kehilangan pekerjaan! Saat memeriksa kondisi rumah kadang-kadang aku melewati kamar majikanku Shany dan suaminya.

    Sering aku mendengar dengus nafas dan rintihan kenikmatan yang keluar dari mulut pasangan suami istri itu. Sebagai laki-laki aku tentu saja penasaran ingin mengintip dan mengetahui apa yang terjadi dengan pasangan itu.

    Untuk itu aku berniat untuk membuat celah di antara lipatan horden yang menutupi jendela kamar mereka yang sangat lebar seukuran 2 meter kali 4 meteran itu. Bagiku tidak terlalu sulit untuk membuat celah di antara lipatan kain horden itu. Karena akulah yang selalu menutup horden itu sebelum Neng Shany dan suaminya pulang.

    Siang itu aku mengakali jendela kamar Neng Shany agar aku dapat melihat dan memperhatikan tingkah laku kedua pasangan yang berlainan jenis itu saat mereka bersenggama. Aku sangat penasaran ingin melihat mereka bercinta, karena suara yang terdengar dari luar kamar sangat menggairahkan bagi telinga tuaku. Suara rintihan Neng Shany sangat keras terdengar seperti suara kucing betina yang sedang dientot jantannya!

    Malam itu seperti saat yang kuperkirakan mereka mulai melakukan aktivitas seksual, aku segera keluar dari kamarku yang terletak di pojok belakang. Dengan langkah pelan kudekati kamar mereka dan mengambil posisi dekat jendela dimana sengaja kubuat celah pada kain hordennya.

    Keadaan di luar kamar yang gelap sangat membantuku dalam menuntaskan tugas pengintaianku. Kudekatkan wajahku ke kaca dan melihat ke dalam kamar yang terang dari celah yang kubuat. Benar saja pemandangan yang kulihat sangat mendebarkan darah tuaku. Sebagai pasangan muda tentu masa masa saat itu adalah masa yang penuh dengan madu kenikmatan duniawi.

    Apa yang kulihat benar-benar membuat jantungku berdebar dan gairahku meningkat. Aku melihat kedua tubuh telanjang anak majikanku dan menantunya sedang bergumul di atas kasur yang empuk. Tubuh putih mulus Neng Shany saat itu sedang menggelepar-gelepar saat lidah suaminya, Andri menyusuri setiap jengkal kulitnya.

    Sungguh pemandangan yang kontras! Seluruh tubuh Neng Shany yang putih mulus tanpa cacat sangat kontras dengan warna hitam rambut yang memenuhi gundukan selangkangannya yang lebat! Ya.. Hanya daerah itulah yang tampak hitam di tubuh Neng Shany!

    Aku sangat jelas dapat melihat betapa selangkangan Neng Shany sangat tembam dan munjung ke atas seperti setangkup bakpao namun warnanya hitam karena ditumbuhi rambut kemaluan yang lebat! Itulah mungkin bedanya dengan bakpao! Kalau bakpao warnanya putih..

    Tapi selangkangan Neng Shany penuh ditutupi rambut berwarna hitam! Namun keduanya sama-sama enak dinikmati! Yang satu bikin merem melek kekenyangan yang satunya lagi bikin merem melek karena ketagihan!

    Tak lama kemudian aku melihat kedua tubuh manusia yang telanjang itu saling berdempetan menyatu. Tubuh putih mulus Neng Shany saat itu berada di bawah tubuh suaminya yang juga tampan itu. Suaminya saat itu sedang melakukan gerakan maju mundur dan Neng Shany tampaknya dalam keadaan kepayahan menahan bobot suaminya dan gairah nafsunya.

    Kedua kaki majikanku yang panjang dan putih itu berada di atas bahu suaminya. Sedang tangan suaminya saat menggenjot tubuh Shany masih berada di dada putih itu dan meremasnya dengan kasar. Kulihat pantat Neng Shany bergoyang dan berputar setiap kali pantat suaminya menghunjam selangkangannya. Kedua tubuh telanjang itu saling berkutat satu sama lain.

    Tiba-tiba posisi menjadi terbalik. Kini tubuh Neng Shany yang telanjang sudah berada di atas tubuh suaminya. Ia bergerak liar seperti seorang joki wanita yang sedang memacu kuda! Kedua bukit payudara itu berguncang-guncang seiring dengan gerakannya. Ceritasex.site

    Dengan kedua tangan bertumpu di atas dada suaminya, Neng Shany menggerakkan pantatnya yang bulat dan mulus maju mundur. Rambutnya sudah acak-acakan karena gerakannya yang liar. Lalu kulihat tubuh telanjang Neng Shany terhentak-hentak dan gerakannya semakin liar dan beberapa saat kemudian tubuhnya ambruk di atas dada suaminya.

    Rupanya suaminya belum orgasme! Hal ini kuketahui karena setelah menggulingkan tubuh telanjang Neng Shany, Mas Andri suaminya segera bangun dan menyeret tubuh telanjang istrinya hingga menungging di sisi tempat tidurnya. Kedua kaki Neng Shany menjuntai ke lantai.

    Pantatnya yang indah semakin kelihatan jelas dari tempatku mengintip, karena posisinya membelakangiku. Aku melihat betapa gundukan bukit kemaluan Neng Shany begitu indah saat menungging dalam posisi itu! Mas Andri segera menempatkan diri di belakang pantat Neng Shany dan kembali mengayunkan pantatnya maju-mundur. Pandanganku kini tertutup tubuh Mas Andri.

    Entah berapa lama aku tak tahu. Yang jelas saat itu kulihat Mas Andri semakin cepat mengayunkan pantatnya menghunjamkan ke arah pantat Neng Shany. Tubuh Mas Andri meliuk-liuk dan akhirnya ambruk dan menindih tubuh Neng Shany dengan ketat.

    Baru kali ini aku memperhatikan kehalusan dan mulusnya tubuh majikan putriku ini. Selama aku kerja pada orang tuanya aku tidak memperhatikan perkembangan tubuh majikan putriku itu. Aku sempat menahan nafas saat tubuh keduanya menyatu pada bagian bawahnya juga diikuti oleh bagian atasnya.

    Sebagai laki-laki yang normal aku merasa terpancing birahiku saat itu. Namun apalah dayaku yang hanya seorang pembantu di keluarga ini. Aku yang sudah sangat terangsang segera meremas batang kemaluanku sendiri dan melakukan onani sambil mengintip.

    Setelah aku orgasme aku segera menuju kamarku sendiri dan terus tidur. Esok paginya saat aku bangun dan beres-beres aku melihat majikan putri keluar dari kamarnya dengan wajah yang sedikit kusut dan tampak agak layu. Aku biarkan saja kejadian itu.

    Mungkin dia ada masalah dengan suaminya atau apalah aku tak mau tanya pada nya. Seperti biasanyapun pagi itu aku menghidangkan makanan kesukaan majikanku itu dimeja makan. Tidak lama kemudian mereka keluar kamar beiringan untuk sarapan pagi sebelum berangkat ke kantor.

    Tiba-tiba saat mereka sarapan itu aku dipanggil. Suaminya bilang padaku bahwa ia akan tugas keluar kota mungkin selama 2 minggu karena ada masalah di kantornya.

    Suaminya titip padaku untuk menjaga rumah dan istrinya padaku. Dengan patuh aku sanggupi permintaan suaminya itu. Dan sejak saat itu pun aku semakin bertambah tugas dengan memastikan keadaan majikan putri itu.

    Bersambung…

    1 2 3
  • Gadis Pemalu Bermental Baja

    Gadis Pemalu Bermental Baja

    Cerita Sex Gadis Pemalu Bermental Baja – Hari ini hari minggu, di siang hari yang pana di sudut kota Surabaya, aku sedang berkejaran dengan waktu dan bus kota. Peluh mengalir membasahi wajah dan baju, dalam hatiku aku bertekad untuk tidak datang terlambat hari ini. Penting bagiku untuk dating tepat waktu hari ini, sebab aku tidak ingin mengecewakan dosen yang sudah berulang kali memarahiku.

    Entah kenapa hari ini semuanya tampak tidak bersahabat denganku. Terminal bus yang terlalu ramai dengan orang-orang seolah-olah mengatakan bahwa aku harus datang lebih awal lagi jika tidak ingin terlambat. “Aku akan datang tepat waktu hari ini atau tamatlah sudah semua persiapan pada hari ini,” selorohku dalam hati.

    Bus yang kutunggu akhirnya datang juga, namun kayaknya hari ini lebih penuh dari biasanya, aku bergegas berdesakan dan masuk ke dalam bis tanpa ac yang baunya bercampur-campur antara bau keringat yang tengik dan bau penumpang yang tidak mandi hari ini kurasa. Tapi dengan membulatkan tekad akhirnya aku berhasil naik dan seperti sudah di duga aku tidak mendapatkan tempat duduk hari ini.

    Cerita Sex Gadis Pemalu Bermental Baja
    Cerita Sex Gadis Pemalu Bermental Baja

    Ngocoks “Hmm, pasti ada pria tampan yang mau memberikan tempat duduk kepada gadis manis hari ini,” pikirku sambil menoleh kiri dan kanan mencari pria yang dimaksud. Namun akhirnya aku harus berdiri sampai bus berhenti di depan falkutasku. Oh My God! Aku terlambat lagi hari ini. Kali ini keterlaluan sekali terlambat sampai 30 menit, mana hari ini ada tes kecil lagi.

    Aku langsung berlari kencang setelah membayar ongkos bus ke pak kondektur. Rok lipit-lipit warna senada yang kupakai berkibar-kibar seolah ingin protes dengan kecepatan lariku. Ada seorang mahasiswa yang hampir kutabrak langsung berteriak “Sinting!!” tapi aku tak pedulu dan terus berlari.

    Payudara ku yang berukuran 36 B, dibungkus dengan BH merah merek Pierre Cardin tampang terguncang-guncang naik turun dengan semangatnya, ya memang potongan BH sedikit rendah dan kemeja yang kupakai agak longgar sehingga aku merasa seperti BH nya mau melorot kebawah.

    Aku terus berlari dan menaiki anak tangga ke ruang kuliahku yang di lantai 4. Aku berkuliah di sebuah universitas swasta yang cukup punya nama di Surabaya. Sambil terus berlari aku kembali berpapasan dengan beberapa cowok yang sedang duduk-duduk di tangga sambil bercakap-cakap.

    Mereka bersuit-suit melihat aku berlari, bagiku itu justru menambah semangatku. Dengan Sepatu hak tinggi berwarna hitam menyala setinggi 6 cm tidak mengurangi kegesitan ku. Aku sudah berada di ujung tangga ketika kusadari para cowok kurang ajar itu mungkin mengintip dari bawah tangga.

    “Sialan!!” umpatku dalam hati, mereka pasti tahu aku mengenakan celana dalam merah hari ini.

    Akhirnya dengan segala perjuangan aku akhir sampai ke depan ruangan kelas, aku kemudian mengetok pintu, masuk dan langsung ke bangku yang masih kosong di belakang. Aku masih terengah-engah ketika Pak Eko, demikian nama dosenku, meneriaki namaku dengan keras.

    “YESSY!!, KAMU TAHU INI SUDAH JAM BERAPA???,” aku sampai meloncat kaget mendengar teriakan itu.

    “AYO KAMU KEDEPAN DULU SINI,” aku mengumpat dalam hati kemudian dengan berat langkah menuju ke depan kelas.

    Aku berdiri di depan kelas menghadap anak-anak yang tiba-tiba menjadi ramai seolah di depan kelas ada sesuatu yang aneh. Pak Eko menatapku dengan dingin, matanya seolah ingin menjelajahi tubuhku, napasku masih sangat terengah-engah dan akibatnya payudaraku bergerak naik turun seiring dengan napas ku.

    Kemeja putih yang aku pakai memang agak longgar tapi terbuat dari kain yang cukup tipis, sehingga samar-samar pasti terlihat warna BH ku yang menyolok, ah tapi cuek sajalah. Aku langsung mengecek ke bawah untuk melihat apakah pakaian yang aku pakai harus ditata jika tidak semestinya,

    “Semuanya tampak rapi,” pikirku cepat.
    “Haah, ternyata ada noda keringat basah yang tampak seperti bunga di kedua sisi ketiakku. Shit!!” kataku dalam hati.

    “Maaf Pak Eko hari ini saya terlambat karena bus sangat lama datangnya,” aku berkata cepat namun berusaha untuk tidak memicu kemarahannya.

    “Ya, saya tahu tapi hari ini kita sedang tes, dan kamu tahu aturannya kan bahwa ikut tes ini merupakan kewajiban sebelum UAS atau kamu tidak akan lulus pelajaran saya jika tidak mengikuti tes ini,” jelas Pak Eko tegas.

    “Kamu setelah kuliah ini harap menemui saya di kantor, kamu harus ikut tes susulan atau kamu tidak akan pernah lulus,” lanjutnya.
    “Ya pak,” jawabku cepat.

    Mata kuliah Pak Eko merupakan suatu mata kuliah yang sangat penting untuk mengambil mata kuliah lain karena tercantum hampir dalam setiap prasyarat mata kuliah lain. Dengan tidak lulus mata kuliah ini kemungkinan semester depan aku hanya dapat mengambil 1 mata kuliah saja yang lain semua terkena prasyarat.

    “Aku anak yang bertekad baja, aku harus lulus mata kuliah ini!!,” tekadku dalam hati.

    Pak Eko, umur 32 tahun, perawakan besar tinggi dan berkumis, kulitnya agak sawo matang tapi cukup putih untuk ukuran lelaki. Statusnya sudah cerai dengan istrinya dan sekarang hanya tinggal sendirian di salah satu kawasan elit di Surabaya, sebenarnya Pak Eko orang kaya dia punya usaha sampingan Rumah Walet di beberapa tempat.

    Tidak jelas mengapa ia mau menjadi dosen yang bayarannya hanya beberapa juta sebulan. Yang jelas orangnya ramah dan punya banyak teman. Teman saya pernah memergoki pak Eko di salah satu pub elit bersama temannya setelah di tanyai katanya urusan bisnis.

    Oh ya, namaku Yessy, aku cewek berusia 20 tahun. Sekarang kuliah semester 3 jurusan ekonomi, tubuhku langsing tapi berisi. Rambutku sebahu dan lurus seperti iklan yang di re-bonding itu lho. Banyak orang bilang aku cantik dan bukan saja orang hanya bilang, tapi aku sendiri bekerja paruh waktu sebagai SPG di berbagai tempat dan juga sebagai pagar ayu.

    Pokoknya untuk urusan pamer wajah dan badan aku pasti di ajak. Bukan apa apa sebenarnya, tetapi memang itulah kelebihanku. Aku punya banyak teman cowok maupun cewek aku orang yang pintar bergaul atau memang aku cantik sehingga banyak di kerubungi cowok yang sekedar senang atau memang menginginkan sesuatu, bukan hanya cantik lho, tapi juga seksi.

    Dadaku cukup padat berisi dan sesuai dengan postur tubuhku yang tinggi 162 cm dan berat 50 Kg, Kukira itu ukuran ideal yang di inginkan setiap wanita. Walaupun aku orang nya sering berada dimuka umum tapi aku sebenarnya agak pemalu, aku tidak berani berbicara sambil menatap mata orang, hanya kadang-kadang aku harus PeDe karena di bayar untuk itu.

    Tentu bukan hanya payudara ku saja yang indah, kulitku juga putih dan betisku mulus menantang setiap mata yang mampu menjelajahinya. Aku rajin merawatkan tubuh di berbagai salon kecantikan karena menurut bosku supaya lebih bernilai jual, entah apa maksudnya. Mungkin supaya penjualan produknya semakin besar atau supaya sering dipakai jadi SPG.

    “Yessy, hari ini bapak tidak sempat ke kantor lagi karena ada urusan penting yang tidak bisa di tunda. Kalau kamu betul pingin ikut tes ini, nanti hubungi bapak agak sore ya. Kalau lain kali bapak sudah enggak bisa kasih tes lagi, atau kamu mengulang aja tahun depan ya?” ucapan Pak Eko membuyarkan lamunan ku.

    Ternyata di kelas tinggal aku sendirian. Entah sejak kapan bubar, kayaknya aku terlalu banyak melamun hari ini.

    “Saya mau lulus semester ini pak, bagaimana kalau bapak tidak sempat nanti sore saja tes nya bahkan kalau di rumah bapak sekalipun saya bersedia yang penting bapak mau meluangkan waktu untuk saya” kataku gugup karena pikiranku baru terputus dan kacau.

    “Kamu tahukan nomor HP bapak kan? Ya sudah nanti sore bapak tunggu ya,” Lanjut pak Eko cepat langsung bergegas pergi.

    SubChapter 1b. Ketika semuanya di awali dengan ‘manis’

    Sudah jam empat sore ketika rangkaian kuliah hari ini selesai, aku tidak sempat pulang lagi, sambil melirik jam guess di tangan kiriku, janjiku dengan Pak Eko adalah jam 4.15 aku harus bergegas sebelum terlambat lagi, tidak usah melapor ke rumah lagi tokh tidak ada orang di rumah ku.

    Aku tinggal sendiri karena aku sebenarnya bukan orang Surabaya, aku anak luar pulau, aku tinggal sendirian di rumah kontrakan kecil yang tetangganya pun aku tidak berapa kenal. Keberanianku tinggal sendirian semata karena tekadku kuliah di Surabaya. Ya aku memang cewek bertekad baja.

    “Aku naik ojek sajalah ke rumah Pak Eko biar tidak terlambat” pikirku.

    Benar juga tidak sampai 10 menit aku sudah berdiri di depan sebuah rumah mewah berlantai 2 Pak Eko juga kebetulan baru pulang sehingga kami sama-sama masuk ke rumah. Pak Eko kemudian meminta waktu untuk mandi sebentar dan mempersilakan saya duduk di sofa berbulu putih yang tampaknya mahal. Begitu pak Eko hilang dari pandangan mataku aku berdiri dan melihat-lihat sekelililing.

    Aku terkagum-kagum melihat koleksi lukisan pak Eko yang indah-indah. Tiba-tiba ada geraman di belakangku, entah dari mana datangnya tapi dua ekor doberman besar sudah ada di belakangku dalam jarak kurang dari satu meter.

    Doberman-doberman tersebut cukup besar dan tinggi. Mereka mulai menggeram-geram dan maju perlahan. Aku takut sekali tapi aku tidak berani lari karena pasti di kejar dan bisa di gigit. Aku hanya maju ke dinding dan diam mungkin anjing itu akan menganggap aku bukan ancaman dan pergi.

    Aku merasa mereka makin mendekat mungkin hanya 1/4 meter lagi. Aku ingin berteriak tapi takut mereka jadi tambah galak lagipula pak Eko kemungkinan tidak mendengar dari kamar mandi. Aku cuma menutup mata dan berharap yang indah-indah.

    Dalam kegelapan tiba-tiba semua hening, anjing-anjing itu pasti sudah pergi, aku mencoba membuka mata dan menoleh ketika tiba-tiba terasa napas hangat di… Astaga!! di bagian atas belakang lutut. Salah satu doberman itu sudah begitu dekatnya sehingga napasnya dapat di rasakan pada kulitku yang mulus itu.

    Ia mulai menjilat-jilat bagian belakang pahaku, semakin lama semakin ke atas. Aku mulai merasa geli tapi tidak berani bergerak sedikitpun, jilatan itu menjadi semakin liar seolah-olah pahaku ada rasanya, yah.. mungkin bau dari kemaluanku, dan keringat yang mengering.

    Aku pernah menonton TV yang mengatakan bahwa binatang suka tertarik dengan bau kelamin lawan jenisnya sebelum memulai hubungan seks. Jilatan itu semakin naik sampai ke sela-sela paha bagian belakang dan mulai mengenai celana dalamku.

    “Ooohh, celana dalamku pasti basah nih” pikirku. Ludahnya terasa sekali banyaknya dan hangat serta geli. Aku mulai merasa terangsang karena jilatan itu. Doberman tersebut semakin bersemangat.

    Kayaknya ia tertarik dengan celana dalam merahku karena ia sudah tidak menjilati paha lagi tapi sudah menjilat celana dalamku. Kurasakan kemaluanku basah karena cairan kemaluanku sendiri deras mengalir seiring dengan ekstasi kenikmatan yang aku rasakan.

    Aku tiba-tiba terpikir bagaimana kalau celana dalamku di korbankan saja ke anjing itu, tapi bagaimana dengan anjing satunya yang menonton bagaimana kalau ia mau juga tapi kayaknya, oh syukur lah, hanya tinggal seekor saja. Aku memberanikan diri untuk mengangkat rok dan melucuti celana dalamku.

    Anjing itu menurut aja untuk menunggu seolah sudah tahu kalau celana dalam itu akan menjadi mainannya. Ia mundur dan membiarkan aku melucuti celana dalamku. Celana itu meluncur turun dengan cepat dan kulempar yang jauh.

    Tak disangka anjing itu langsung mengejar celana dalam itu dan memberi aku tempat kosong dan waktu untuk lari. Aku langsung lari dan mencari tempat yang aman. “Harus tempat yang tidak dapat di jangkau anjing tersebut,” Pikirku cepat.

    Kulihat di kebun belakang ada bangunan menyerupai air mancur dan letaknya cukup tinggi tapi harus dipanjat sedikit. Aku langsung lari kesana dan memanjat lalu berdiri diatasnya.

    Akhirnya aman juga, begitu pak Eko selesai mandi aku langsung berteriak minta tolong. Anjing itu juga tampaknya sibuk dengan celana dalamnya, sudah hampir di telan dan di gigit-gigit.

    “Harganya Rp 200.000, mati aku, baru beli lagi,” pikirku.

    Tiba-tiba aku panik bagaimana menjelaskan semua ini ke pak Eko ya? Lagipula sekarang ia harus turun dibantu oleh pak Eko karena tidak mungkin dia meloncat ke bawah, Bagaimana kalau kelihatan dari bawah oleh pak Eko kalau aku tidak mengenakan celana dalam? Atau haruskan dia berterus terang saja tokh pak Eko juga akan tahu kalau aku tidak pakai celana dalam?

    Tiba-tiba pak Eko muncul dari dalam rumah dan berkata “Lho Yessy, kamu kok di atas sana?”
    “Menghindari anjing bapak” jawabku.
    “Anjingnya sudah bapak usir keluar ayo bapak bantu turunin kamu” kata pak Eko sembari maju mendekati.
    “Saya bisa sendiri kok saya lompat aja” jawabku lagi.

    Aku ogah ketahuan kalau enggak pakai celana dalam. Pak Eko bersikeras mau membantu aku turun jadi dia pergi mengambilkan kursi untukku. Akhirnya sampai juga di bawah lagi sekarang tinggal mengambil celana dalam itu yang pasti sudah di tinggalkan anjingnya di lantai.

    Mataku langsung cepat menyapu lantai mencari benda itu sebelum terlihat pak Eko. Aku sedang sibuk memeriksa lantai ketika pak Eko datang lagi sambil berkata,

    “Ini punyamu ya?” ditangannya terjulur sebuah celana dalam merah ku yang sudah basah kuyup dan penuh gigitan. Ini sangat memalukan masak celana dalam saya di pegang pak Eko terus basah lagi.

    “Iya pak, semua itu gara-gara anjing bapak, terima kasih pak,” jawabku gugup sambil menyambar benda itu dari tangan pak Eko.

    “Nanti bapak ganti deh, maafkan anjing bapak” kata pak Eko sambil menggeleng-gelengkan kepala.

    Berdiri di depan pak Eko dengan rok sependek ini dengan kenyataan tidak mengenakan celana dalam membuatku terangsang lagi. Cairan kemaluanku pasti menetes ke lantai nih, “Oohhh aku sudah tidak tahan lagi” pikirku dalam hati.

    Benar aja dugaanku tiba-tiba setitik cairan menetes kelantai di iringi tetes berikutnya. Hal ini terlihat jelas oleh pak Eko yang kebetulan sedang menunduk.

    “Oh, kamu pingin pipis ya? Itu ada kamar mandi. Bapak tidak punya celana dalam wanita buat gantinya tapi kalau mau bapak ngajak kamu ke mal untuk beli gantinya sekarang,” tawar pak Eko.

    Saya tidak menjawab langsung aja ngeloyor ke kamar mandi. Pak Eko memandangku sampai aku masuk ke kamar mandi.

    “Bapak-bapak boleh keluar sekarang” ucap pak Eko.

    Tampak dari sebuah ruangan sebelah yang dibatasi kaca cermin 1 arah keluarlah beberapa orang laki-laki setengah baya. Salah satu dari mereka tampaknya kaya dan peranakan tionghoa. Kelihatannya Ia businessman yang sukses. Sedangkan yang lain kelihatan adalah kaki tangannya.

    “Pak Bobi, bagaimana anjing saya pak? Anjing ini khusus di latih di Eropa untuk meniduri wanita yang ditemuinya sangat hebat dan ahli di bidangnya. Tawaran saya 750 juta masuk akal sekali kan pak?” jelas Pak Eko.

    “Seperti yang telah bapak saksikan sendiri dia dari belakang cermin tadi, anjing-anjing tersebut mampu mendekati dan melakukan inisitiaf sendiri, mereka bisa mencium bau kemaluan wanita dari jarak berkilo-kilo jika bapak mau pun dia bisa berhubungan seks dengan wanita tanpa perlu di bimbing asal wanita tersebut tidak melawan dan telanjang,” lanjut pak Eko jelas.

    “Okelah kita deal aja yang penting kamu harus kasih saya 1 show sebagai complimentary dan sekaligus melihat kemampuannya,” Pak Bobi berkata sambil menepuk pundak pak Eko, “Dan saya mau wanita tadi yang dipergunakan dalam show itu, dia tampak putih dan merangsang serta seksi saya suka dia,” lanjut pak Bobi.

    Bersambung…

    1 2