Asrama Putri – Elvira memiliki rahasia yang gelap dan menggairahkan. Setiap malam, saat teman sekamarnya, Alya, tertidur pulas, Elvira terbebas untuk mengeksplorasi hasrat terpendamnya. Dengan hati berdebar, Elvira merayapi tubuh Alya, merasakan kenikmatan saat menyentuh kulit halus dan payudara montoknya. Malam demi malam, Elvira larut dalam fantasi terlarangnya, menikmati kenikmatan tubuh Alya tanpa diketahui.

Namun, suatu malam, saat Elvira larut dalam kenikmatan, sesuatu yang tak terduga terjadi. Alya terbangun di tengah sentuhan Elvira. Awalnya, Elvira panik, takut bahwa rahasianya akan terungkap. Tetapi, alih-alih marah atau ketakutan, Alya justru menatapnya dengan tatapan yang membuat jantung Elvira berdetak kencang.

Alya tahu tentang rahasia Elvira, dan bukannya menjauh, dia justru menarik Elvira lebih dekat. Malam itu, mereka berbagi pengalaman erotis yang intens, saling menjelajahi tubuh satu sama lain. Elvira merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya, dan Alya, meskipun awalnya terkejut, menemukan dirinya larut dalam kenikmatan yang sama.

Namun, dengan terbukanya rahasia mereka, pertanyaan-pertanyaan mulai muncul. Bisakah mereka melanjutkan hubungan rahasia ini tanpa ketahuan? Atau akankah hasrat mereka membawa mereka ke jalan yang berbahaya dan tak terduga? Elvira dan Alya terjebak dalam labirin nafsu dan ketertarikan, berjuang untuk menyeimbangkan hasrat mereka dengan kehidupan sehari-hari mereka.

Cerita Sex Asrama Putri
Cerita Sex Asrama Putri

Cerita Sex Asrama Putri – “Elvira, tolong matiin lampu ya setelah kamu selesai belajar nanti?” pinta Alya begitu dia merebahkan diri di atas kasur single itu.

“Ok, Alya,” jawab Elvira singkat.

Jam sudah menunjukkan pukul 12.10 malam. Alya terpaksa menyerah lebih awal dan mundur dari sesi belajar bersama Elvira. Besok ada kuis di kelas Bu Aisha untuk mata pelajaran Matematika 2. Meskipun sudah banyak latihan yang dikerjakan, rasanya masih banyak yang belum dipahami.

Mereka baru berada di semester kedua. Alya adalah teman sekamar Elvira sejak semester lalu. Dia satu-satunya teman dekat yang Elvira punya di kampus itu. Saat pertama kali tiba di Bogor, Elvira tidak mengenal siapa pun.

Mereka bertemu saat pendaftaran asrama dan ditempatkan di kamar yang sama. Karena Alya juga berasal dari Bekasi, mereka cepat akrab dan lama-kelamaan menjadi sahabat baik.

Elvira melanjutkan belajarnya ditemani radio FM. Siaran ulang sketsa tadi pagi membuat Elvira tersenyum sendiri. Dan tentu saja Elvira menggunakan earphone. Kalau tidak, pasti Alya akan mengomel karena tidak bisa tidur akibat kebisingan.

Asyik menjawab soal, tidak sadar jarum pendek sudah sampai ke angka 2. Elvira menoleh ke kasur Alya. Dia sudah tidur nyenyak. Mungkin sedang bermimpi indah bersama Jungkook, penyanyi favoritnya.

“Sudah waktunya.” Elvira tersenyum.

Lampu dimatikan. Kini kamar mereka hanya diterangi lampu kamar mandi yang kekuningan. Elvira berjalan perlahan mendekati kasur Alya.

Meskipun ini bukan pertama kalinya, hatinya tetap berdebar-debar. Beberapa tetes keringat mulai keluar. Dengan hati-hati Elvira duduk di sebelah Alya. Pinggang Alya dicolek. Tidak ada reaksi. Padahal di situlah bagian yang paling sensitif bagi Alya.

Kemudian Elvira mengangkat sedikit tangan kanan Alya ke atas dan melepaskannya ke bawah. Elvira memperhatikan wajah Alya dengan berdebar-debar.

Tidak ada reaksi.

Yes! Memang sudah pasti tidur nyenyak. Inilah Alya. Kalau sudah tidur, kamar ini terbakar pun dia tidak akan sadar. Susah membangunkan Alya kalau dia sudah tidur nyenyak. Karena inilah, Elvira bebas melakukan apa saja terhadap Alya saat dia tidur.

Ya, Elvira sudah lama mencabuli Alya sejak semester pertama. Dan malam ini entah sudah berapa kali Alya dinodai.

Dengan hati-hati, Elvira berbaring di sebelah Alya. Gerakannya seminimal mungkin. Tubuhnya diiringkan tepat di sisi tubuh montok Alya.

Hnsfff. Aroma lotion krim malam Sofi tercium oleh hidung Elvira. Sedikit bau Coldgate menyelingi aroma harum lotion tadi.

Bau favorit Elvira. Bau yang membangkitkan gairahnya. Bau yang membuat nafsunya semakin bergelora.

Perlahan-lahan Elvira mencium bibir mungil Alya. “Muahhhh.”

Tangan kanannya perlahan memeluk tubuh Alya. Dibiarkan sejenak sambil matanya tajam melihat mata Alya. Masih tertutup rapat.

Kemudian sedikit demi sedikit jari digerakkan ke atas tubuh Alya menuju ke daging pejal di situ. “Alamak. Alya pakai bra pula malam ini,” gumam hatinya. “Mungkin sudah terlalu lelah belajar sampai lupa melepasnya.”

Untungnya bra yang dipakai Alya jenis yang tidak ada kawatnya. Artinya tetap lembut saat diremas. Dengan penuh nafsu, Elvira meremas payudara 34B tersebut. Cukup besar untuk tubuh seorang gadis kecil seperti Alya.

Elvira menikmati payudara itu sepuasnya. Setelah kiri, payudara kanan pula yang diserang. Alya tetap tidak memberikan reaksi meskipun putingnya sudah mulai mengeras. Puting Alya terlihat menonjol meskipun dilapisi bra dan T-shirt.

Namun Elvira menginginkan lebih dari itu. Tangannya turun ke bawah dan menyelinap ke bawah baju Alya. Jari Elvira melewati pusar Alya dan terus ke dada. Tangannya menyelip ke dalam bra yang membalut payudara Alya.

“Hmmph…” erang Alya pelan.

Elvira meremas-remas payudara Alya tanpa lapisan. Memberi lebih sensasi dan membuat nafsunya semakin bergelora.

Kemudian Elvira memijat-mijat manja puting keras Alya bergantian kiri dan kanan. Sebelah tangan lagi mulai menggosok vaginanya sendiri. Lelehan cairan nikmat sudah bisa dirasakan.

Setelah puas meremas, tangannya mencari sasaran berikutnya. Yoga pants yang dipakai Alya menambah kenikmatan Elvira. Elvira mengusap-usap vagina Alya dari luar. Mencari belahan yang tertutup rapat.

Elvira bangun perlahan dan menempatkan posisinya di sebelah kaki Alya. Celana ditarik ke bawah. Dari cahaya redup kamar mandi, samar-samar terlihat celana dalam putih berpolka dot ungu menutupi mahkota wanita Alya.

Elvira mencium belahan vagina Alya. Ada sedikit bercak basah. Mungkin rangsangan saat payudaranya diremas tadi.

Celana dalam dilucuti dan terlihatlah benjolan tembam yang menggoda. Licin. Vagina Alya baru saja di-wax minggu lalu. Alya suka vaginanya bersih dan licin. Karena itu wax adalah pilihannya.

Tidak tahan dengan aroma harum, Elvira menjilat belahan vagina itu. Paha Alya yang rapat membuat vaginanya terlihat lebih tembam.

Belahan itu dibuka. Membebaskan klitoris yang tersembunyi di celah vagina. Sedikit menonjol. Alya sudah terangsang! Elvira menjilat sepuasnya karena dia sudah sangat tahu bahwa Alya tidak akan terbangun dari tidurnya. Sudah berbulan-bulan Elvira melakukan perbuatan terkutuk ini terhadap teman sekamarnya.

Beberapa menit kemudian, Elvira bangun lagi dari celah paha Alya. Puas Elvira menjilat vagina tembam tersebut. Berkilat-kilat vagina basah Alya saat dilihat dalam keadaan redup itu. Elvira kembali berbaring di sebelah Alya.

Kali ini giliran dia untuk puas. Kain batik yang diikat rapi itu dilepas lalu dilorot ke bawah, memperlihatkan vaginanya yang sudah banjir. Memang ini pakaian resmi Elvira saat menodai Alya. Atasan putih dan kain batik. Memudahkan pekerjaannya.

Vagina Elvira mulai diusap. Jarinya menekan-nekan klitorisnya yang sudah mengembang. Sesekali tubuhnya seperti tersentak kesedapan. Desahan manja keluar dari mulutnya namun agak pelan. Masih berhati-hati agar Alya tidak terbangun.

Jari Elvira meluncur cepat di celah vaginanya. Nikmatnya seakan tidak berujung. Setelah cukup lama menggosok, Elvira meraih tangan kanan Alya dan menempatkan jari runcingnya di vaginanya.

“Ahhhh,” Elvira mendesah.

Terasa lebih nikmat saat tangan orang lain yang menggosok vagina. Meskipun Elvira yang mengendalikan tangan Alya, namun kenikmatan itu tetap dirasakan.

“Hmm. Alyaaa. Enak Alyaaa….” Elvira berbisik pelan sambil berkhayal. Tangan kirinya rakus meremas payudaranya sendiri. Ditarik-tarik puting tegang itu dan dipijat-pijat sepuasnya. Bergantian kiri dan kanan.

Tangan Alya semakin cepat dikendalikan mengikuti irama Elvira menggosok vaginanya. Berdecit-decit suara erotis yang keluar hasil gesekan cairan kenikmatan yang melimpah.

Tak lama lagi, klimaks Elvira akan tiba. Dia memejamkan mata dan membayangkan aksi panasnya bersama Alya.

Semakin cepat gosokan, semakin keras Elvira mengerang. Dia sadar akan hal itu dan segera mengambil bantal peluk Alya lalu menekannya ke wajahnya.

“AHHHHH, DILAAAAAAA!!!! AAARGHHHHHH!!!” Jeritan kuat dilepaskan di balik bantal itu. Tubuh Elvira menggeliat kesedapan. Tangan Alya dilepaskan. Untung ada kain batik yang dilapisi di bawah paha Elvira karena cairan kenikmatannnya memancar seperti air pancuran. Nikmat kali ini terasa berbeda sekali.

Tubuh Elvira terengah-engah mengambil napas. Terasa basah di kepalanya akibat keringat yang keluar saat aksi tadi.

Tiba-tiba…

“Hmm. Elvirass.”

Mata Elvira terbelalak saat namanya dipanggil.

DILA TERBANGUN?

“Elviraaa.”

Mata Elvira terbelalak ketika namanya dipanggil.

DILA TERBANGUN?

Perlahan-lahan Elvira memalingkan wajahnya ke arah Alya. Jantungnya berdebar kencang, rasanya seperti mau copot saat melihat mata Alya terbuka menatap ke atas. Beberapa detik kemudian, mata Alya kembali tertutup.

“Ahhh. Hmmmm.”

Alya mengerang?

Elvira hanya diam terpaku di sebelah Alya, tidak berani bergerak karena takut Alya akan benar-benar terbangun. Namun, dia merasa aneh dengan reaksi Alya tadi. Tidak pernah sebelumnya terjadi hal seperti ini selama dia melecehkan Alya.

Celana dan celana dalam Alya masih melorot di paha. Saat Elvira memperhatikan lebih teliti, terlihat vaginanya seperti mengembang dan mengempis, serta klitorisnya masih keras dan menonjol.

Tiba-tiba Elvira mendapat ide jahat. Dia mengambil ponselnya yang diletakkan di samping dan mulai menekan ikon kamera. Lampu kilat diaktifkan dan diarahkan ke vagina Alya. Tombol rekam ditekan.

Elvira tidak ingin melewatkan kesempatan langka ini. Selama ini, dia tidak pernah merekam perbuatannya yang bejat itu. Tapi kali ini Elvira tidak ingin menyia-nyiakan momen ini. Klitoris Alya berdenyut-denyut dan dia harus merekam momen indah ini.

“Hmmm. Elvirass. Hmmmm.”

Alya mengerang lagi, tapi matanya masih tertutup rapat. Jelas, Alya sedang bermimpi! Tapi kenapa Alya menyebut nama Elvira? Apakah dia sedang bermimpi tentang Elvira?

Tangan Alya tiba-tiba turun ke bawah dan langsung ke area vaginanya. Jarinya menggosok-gosok perlahan celah asmara itu.

Tidak percaya dengan apa yang terjadi, lensa kamera Elvira yang sedang merekam diarahkan ke wajah Alya. Meski cahaya terang dari lampu kilat kamera menyinari wajah Alya, dia tetap tidak terbangun. Bahkan, gosokan tangannya semakin cepat.

Elvira kembali merekam vagina Alya yang sedang digosok itu. Gosokan tangan Alya semakin cepat. Cairan bening keluar dari lubang vaginanya semakin banyak. Tiba-tiba pantat Alya terangkat dan bergetar.

“Ahhhh, Elvirasss! Ahhhh! Sssssss. Ahhhh!”

Alya mencapai klimaks. Beberapa detik pantatnya terangkat-angkat. Terasa sangat dahsyat klimaks yang dialaminya. Entah mimpi apa Alya sehingga dia klimaks begitu. Lebih mengherankan, nama Elvira disebut-sebut.

“Jangan-jangan Alya mimpi aku??”

Keadaan Alya kembali tenang. Tombol ‘stop’ ditekan dan ponsel Elvira diletakkan kembali di sampingnya. Tampak Alya kembali tertidur pulas seperti tidak ada apa-apa yang terjadi.

Elvira mencium bibir Alya dengan hati-hati. Kemudian dia turun ke bawah dan menjilat sisa-sisa cairan nikmat Alya. “Slrpppp. Slrppp. Ahhhh.” Rakus sekali Elvira menjilat sampai kering.

Setelah puas, perlahan-lahan Elvira menarik kembali celana dan celana dalam Alya. Apa yang akan dikatakan Alya nanti saat terbangun dan melihat vaginanya terbuka?

Elvira pun bangun dan turun dari ranjang Alya, menuju ke ranjangnya sendiri. Rasa lelah masih belum hilang. Rasanya tidak percaya dia berkesempatan menyaksikan Alya masturbasi saat tidur. Rekaman videonya pun ada. Nanti dia bisa menonton kembali peristiwa bersejarah itu.

“Hmm. Alya, Alya. Apa sebenarnya yang kau mimpikan tadi? Kau lesbian juga, ya?” Elvira melamun. Tersenyum sendirian membayangkan berbagai hal yang bisa terjadi jika benar Alya adalah seorang lesbian.

Tanpa sadar, Elvira tertidur.

“Elvira! Elvirass! Bangun!”

Elvira terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa berat membuatnya sulit untuk bangun.

“Elvira! Kita sudah terlambat! Kuis lagi setengah jam lagi!”

Mendengar kata ‘kuis’, tubuh Elvira langsung bangkit dari ranjang dan dia segera berlari ke kamar mandi. Alya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Elvira yang terburu-buru itu.

Alya sudah siap-siap sejak pagi. Sebelum Subuh dia sudah bangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa pegal. Seakan-akan baru saja selesai berkebun. Tidak mencurigai apa-apa yang terjadi, Alya memaksakan diri untuk bangun dan mandi.

“Mungkin sudah mau menstruasi, ya? Kalau tidak salah lagi 3-4 hari lagi datang,” bisik Alya sendirian.

Tidak sampai 5 menit, Elvira sudah keluar dari kamar mandi dengan tergesa-gesa. Alya hanya tersenyum melihat kelakuan Elvira yang panik itu.

“Itulah. Belajar sampai larut malam. Jam berapa kamu tidur semalam?”

“Jam 2 aku sudah menyerah.”

“Confirm nilai kuismu tinggi hari ini. Hehehe.”

Elvira tersenyum mendengar kata-kata Alya dan langsung mengambil baju kurungnya yang tergantung di pintu lemari. Untung dia sudah menyiapkan setelannya semalam. Ngocoks.com

Tanpa pikir panjang, Elvira langsung melepaskan handuk dari tubuhnya dan tampaklah payudaranya yang berukuran 32B. Tubuhnya tidak terlalu gemuk, juga tidak terlalu kurus. Ukuran payudara Elvira terlihat proporsional di tubuhnya. Pria yang melihat tubuh Elvira pasti tergiur.

Alya hanya memperhatikan tubuh telanjang teman sekamarnya itu. Payudaranya lebih besar dari Elvira tetapi bentuknya tidak sebulat payudara Elvira. Payudara Alya sedikit turun dan berisi ke bawah. Mungkin karena sedikit berat dan besar. Terlebih dengan tubuh kecilnya itu, terasa bebannya membawa dua bukit.

Mata Alya turun ke bagian vagina Elvira. Sedikit berbulu namun rapi. Labia minoranya sedikit keluar, dan agak tembam. Berbeda dengan vaginanya yang lebih kecil. Celahnya selalu tertutup tanpa memperlihatkan bagian mana pun. Tidak ada bulu karena Alya melakukan Brazilian wax setiap dua bulan sekali.

Alya menelan ludah dan merasa ada sesuatu di hatinya. Sadar apa yang terjadi, Alya langsung berpaling dan bangun dari kursi. Dia mencoba menjauhkan pikiran yang bermain di kepalanya.

“Astaghfirullah. Apa yang aku lakukan ini? Aku ini perempuan. Tidak mungkin aku bisa horny melihat tubuh perempuan lain.” Alya menggeleng-gelengkan kepala dan langsung berjalan menuju pintu.

“Elvira, aku tunggu di luar ya? Cepat sedikit!”

“Haaa iya, iya. 5 menit!”

“Ye, ye aja kamu 5 menit. Lebih dari 5 menit aku tinggalin kamu!”

“IYAAA. 5 MENIT!”

Elvira terburu-buru memakai pakaian dalamnya. Bra berwarna merah dengan motif renda, full cup. Celana dalam seamless berwarna senada dengan bra-nya. Kemudian dia mengenakan jubah Princess Cut merah muda yang sudah disetrika. Terakhir, dia mengenakan kerudung shawl berwarna soft orange.

Elvira hanya mengenakan basic foundation dan lip balm di wajahnya. Dia memang simpel, tidak suka memakai make-up berlebihan. Diberi anugerah wajah cantik alami, kulit mulus, memudahkan aktivitas sehari-harinya.

“Okay, ayo!” Ajak Elvira kepada Alya yang sedang melamun di koridor. Aroma wangi Elvira mengejutkan Alya. Harum, tetapi tidak terlalu menyengat. MElvira baunya.

“Wanginya. Mau ke kuliah atau kencan?”

“Eiiii. Nanti kucubit. Ayo dah, katanya sudah terlambat.”

Bersambung…

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12